• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Peran Orang Tua

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Peran Orang Tua

a. Pengertian Peran Orang Tua

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990:268).

Peran yang dimaksud peneliti yaitu, orang tua aktif dalam memberikan bimbingan mengenai pembinaan ibadah salat pada anak sehingga anak menjadi disiplin dalam melaksanakan salat. Orang tua terdiri dari seorang ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya atas kehidupan dan keluarganya sendiri.

a) Peranan Ayah

Di Indonesia, seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mantap. Sesuai dengan ajaran-ajaran tradisional, maka seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan yang baik, memberikan semangat sehingga pengikut itu kreatif dan membimbing. Sebagai seorang pemimpin di dalam rumah tangga, maka seorang ayah harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari keluarga yang dipimpinnya.

Walaupun tidak dinyatakan secara konkrit, akan tetapi pada umumnya anak-anak mengharapkan bahwa fungsi-fungsi yang ideal tersebut di atas terwujud di dalam kenyataannya. Di dalam proses sosialisasi, seorang ayah harus dapat menanamkan hal-hal yang kelak di kemudian hari, merupakan modal utama untuk dapat berdiri sendiri. Misalnya, dari seorang ayah diharapkan

13

untuk menurunkan nilai atau norma yang memegang teguh prinsip tanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukan. Nilai kejujuran juga merupakan nilai yang harus diutamakan oleh seorang ayah, dan sikap untuk senantiasa tidak bergantung kepada orang lain.

Di dalam menanamkan rasa tanggung jawab di dalam diri si anak, bahwa apabila dia berbuat kesalahan, maka pengakuan harus datang dari dirinya. Artinya, jangan sampai menunggu bahwa kesalahan tersebut di tunjuk oleh orang-orang lain. Dari seorang ayah di harapkan suatu kewibawaan, dan semakin meningkat usia si anak, peranan tersebut berubah menjadi seorang kakak atau seorang sahabat (Soekanto, 115-116).

b) Peranan Ibu

Kiranya kenyataan menunjukkan, bahwa peranan ibu pada masa anak-anak adalah besar sekali. Sejak dilahirkan, peranan tersebut tampak dengan nyata sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang ibu mempunyai peranan yang besar sekali (bahkan lebih besar dari pada seorang ayah). Ibu yang harus mengambil keputusan-keputusan yang cepat dan tepat yang diperlukan pada periode itu. Bahkan sebagai ayah dia berfungsi untuk mengambil keputusan-keputusan penting, sedangkan istrinya berurusan dengan keputusan-keputusan yang kurang penting (Soekanto, 116-117).

b. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

Ada beberapa kewajiban yang harus diperhatikan dan dilakukan setelah kita mempunyai bayi atau anak, yaitu;

1) Bersyukur kepada Allah karena kita diberi anugerah dan amanah berupa anak.

2) Beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak laki-laki; dan atau satu ekor kambing apabila anak kita perempuan.

3) Memberi nama yang baik dan mulia. 4) Menyusuinya selama dua tahun. 5) Mengkhitannya sebelum baligh. 6) Mendidiknya dengan baik dan benar.

7) Menikahkannya ketika sudah cukup umur atau sudah ada jodohnya (Muchtar, 2008:75).

14

Sedangkan tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua menurut Daradjat (2011:38) sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:

a) Memelihara dan membesarkan anak merupakan bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

b) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

d) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

c. Kewajiban Anak terhadap Orang Tua

Supaya terjadi keseimbangan dan keharmonisan dalam keluarga, maka bukan hanya orang tua yang harus memperhatikan terhadap anak, sebagai anakpun harus memperhatikan terhadap anak, sebagai anakpun harus mmperhatikan terhadap orang tua. Sehubungan dengan itu anak juga mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap orang tuanya yaitu:

15 1) Menaati Perintah Orang Tua

2) Menghormati dan Berbuat Baik kepada Orang Tua 3) Mendahulukan dan Memenuhi Kebutuhan Orang Tua

4) Minta Izin dan Do‟a Restu Orang Tua

5) Membantu Tugas dan Pekerjaan Orang Tua 6) Menjaga Nama Baik dan Amanat Orang Tua 7) Mendoakan Orang Tua

8) Mengurus Orang Tua sampai Meninggal 9) Memenuhi Janji dan Kewajiban Orang Tua

10) Meneruskan Silaturahmi dengan Saudara dan Teman-teman Serta Sahabat Orang Tua (Muchtar, 2008:119).

d. Cara Orang Tua Membimbing Anak

Menurut Ulwah (1981:2-130) pedoman pendidikan anak dalam Islam terbagi menjadi lima cara (metode), yaitu sebagai berikut: 1) Metode Keteladanan

Keteladanan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral, spiritual dan sosial pada anak. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunya.

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang sangat efektif dan sangat berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk keimanan, amal ibadah dan akhlaq anak yang

16

diharapkan akan berpengaruh juga terhadap tumbuhnya ketakwaan dalam diri sang anak yang di dalamnya terdapat kecerdasan emosi.

2) Metode Adat Kebiasaan

Pendidikan dengan membentuk kebiasaan harus dilakukan secara berulang-ulang, orang tua harus mampu memilih kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menjauhkan kebiasaan yang buruk untuk dilatih sejak dini pada anak-anaknya.

3) Metode Nasihat

Metode nasihat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip Islam.

Dalam menerapkan metode ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti: dilakukan dengan menyenangkan, penuh kelembutan, melalui cerita atau perumpamaan mengenai seputar salat melalui dialog yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak.

4) Metode Perhatian atau Pengawasan

Metode perhatian yaitu mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial.

17

Dengan perhatian atau pengawasan yang meliputi perhatian dalam pendidikan sosialnya, terutama praktik dalam pembelajaran, pendidikan spiritual, moral, konsep pendidikan yang berdasarkan pada nilai imbalan (reward) dan hukuman (punishment) terhadap anak.

5) Metode dengan Memberikan Hukuman

Untuk memelihara masalah tersebut, syari`at telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah bahkan setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Akan tetapi hukuman yang diterapkan para pendidik di rumah, atau di sekolah berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang umum. Adapun metode-metode yang dipakai Islam dalam upaya memberikan kepada anak :

a) Lemah lembut dan kasih sayang

b) Menjaga tabi`at anak yang salah dalam menggunakan hukuman.

c) Dalam usaha pembenahan hendakanya dilakukan secara bertahap dari yang paling ringan hingga yang paling keras.

18 2. Kedisiplinan Salat

a. Pengertian Kedisiplinan Salat 1) Kedisiplinan

Kedisipinan berasal dari kata disiplin berawalan ke- dan berakhiran -an, yang berarti “tata tertib ketaatan kepada peraturan”; “latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib” (Purwadarminto: 1984, 54). Disiplin berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu discipline, yang berakar dari kata disciple, yang berarti murid, pengikut, penganut, atau seorang yang menerima pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut. Disiplin yang berasal dari kata discipline dapat berarti peraturan yang harus di ikuti; bidang ilmu yang di pelajari; ajaran; hukuman atau etika, norma, tata cara bertingkah laku. Disciplinarian bermakna orang yang menegakkan disiplin, menegakkan peraturan. Disciplinary adalah model atau cara untuk memperbaiki atau menghukum pelanggar peraturan (Putra, 2016:100). Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Suparno, 2015:36). Disiplin di artikan segala sesuatu yang di lakukan oleh orang tua untuk membentuk perilaku anak-anak mereka, semua peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang pujian dan hukuman (James, 1991:16).

19

Berdasarkan uraian tersebut, dapat di pahami bahwa disiplin adalah suatu sikap ketaatan secara sadar terhadap aturan, norma-norma, dan kaidah-kaidah yang berlaku agar terhindar dari hukuman dan dapat mencapai tujuan yang di harapkan.

Selanjutnya, istilah disiplin dijelaskan dalam Good‟s Dictionary of Education sebagai berikut:

a) Proses hasil pengarahan atau pengendalian keinginan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif. b) Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan. c) Pengendalian perilaku dengan langsung dan otoriter melalui

hukuman dan hadiah.

d) Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan (Putra, 2016:101).

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka aspek terpenting dari sikap disiplin adalah kekuatan serta kepatuhan terhadap aturan-aturan. Selain itu, juga menjalankan tata tertib dan ketundukan diri secara sadar demi mencapai tujuan yang diharapkan.

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah ditentukan (Aqib, 2012:43). Islam mengajarkan kepada umatnya agar hidup disiplin dengan bekerja keras, bersungguh-sungguh, jujur, hidup terautur, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Disiplin merupakan pangkal dari keberhasilan. Adapun indikator disiplin menurut Putra (2016:103-108), adalah sebagai berikut:

20 a) Jujur

Jujur berarti tulus ikhlas dalam menjalankan tugas sesuai dengan peraturan dan sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Seorang yang jujur selalu menepati janji, tidak cepat mengubah haluan, teliti dalam melaksanakan tugas, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri, serta selalu berusaha agar tindakannya tidak bertentangan dengan perkataannya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa jujur adalah sifat benar dan dapat dipercaya (shiddiq), baik dalam perkataan maupun perbuatan. Selain itu, jujur juga bermakna mampu menjaga kepercayaan dari orang lain yang di bebankan kepada kita.

b) Tepat waktu

Indikator ke dua adalah tepat waktu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tepat mengandung arti betul, lurus, kebetulan benar; kena benar, tidak ada selisih sedikit pun; betul, cocok; dan betul mengena. Dengan demikian yang dimaksud tepat waktu adalah suatu aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aturan.

c) Tegas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa tegas mengandung arti jelas dan tenang benar, nyata; tentu dan pasti (tidak ragu-ragu atau tidak samar-samar; dan

21

jelas. Seseorang yang tegas akan selalu mendorong dirinya pada perbuatan yang baik, dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan.

d) Tanggung jawab

Timbulnya rasa tanggung jawab pada diri seseorang, maka akan tumbuh pula rasa disiplin akan haknya.

2) Salat

Salat adalah suatu ibadah yang terdiri atas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbir (takbiratulihram) diakhiri dengan salam. Melaksnakan salat adalah fardhu „ain bagi setiap orang yang sudah mukallaf (terbebani kewajiban syari‟ah), baligh (telah dewasa), berakal (Al-Yadi, 2013:8).

Salat di syari‟atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepada Allah, untuk menghilankan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri dihadapan allah, menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan-kesalahannya yang terajarkan akan ketaatan dn ketundukan.

Salat adalah sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan. Waktu telah ditentukan dengan pasti sehingga orang yang mampu melakukan salat secara disiplin, niscaya akan mengahasilkan pula

22

pribadi-pribadi yang memiliki disiplin tinggi (Musbikin, 2007:75). Kemampuan untuk melakukan salat tepat waktu, adalah sebuah jaminan bahwa orang tersebut, di samping bisa dipercaya juga memiliki kesadaran akan arti pentingnya sebuah waktu yang harus di tepati. Isi dari salat pun harus tertib dan teratur, dimulai dari wudhu, niat, takbiratul ihrom hingga salam. Semua dilakukan secara berurutan dan sangat teratur.

Fungsi salat dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu : rohani dan jasmani. Dari aspek rohani, salat berfungsi untuk mengingatkan manusia kepada Tuhannya, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Dari aspek jasmani, salat berfungsi untuk menimbulkan sifat suka kepada kebersihan, kerapian dan kerajinan (Azhar, 2001:51-55).

Kedisiplinan salat yang dimaksud peneliti adalah melaksanakan ibadah salat lima waktu dengan tepat waktu, ketika waktu salat telah tiba maka bergegas ambil air wudhu dan melaksanakan salat.

b. Dalil yang Mewajibkan Salat

Ibadah salat diwajibkan berdasarkan ketetapan al-Qur‟an, al -Sunnah, dan Ijma‟ umat Islam. Ia diwajibkan kepada seluruh umat Islam yang akil baligh. Ayat al-qur‟an yang mewajibkan salat antara lain:

23

1) Allah Swt. berfirman dalam (Q.S: Thaha:14)

يِنَّنِإ

َلِإ َلَ ُهَّللا اَنَأ

يِرْكِذِل َة َلََّصلا ِمِقَأَو يِنْدُبْعاَف اَنَأ َّلَِإ َه

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku” (Syafaat dkk, 2008:169).

Perintah Allah ini ditujukan untuk umatnya, khususnya para remaja, agar mengingat Allah dengan cara mendirikan salat. Dengan mengerjakan salat, seorang remaja akan membentuk watak atau pribadi Islami, yaitu remaja yang dapat bertanggung jawab terhadap Tuhannya, dirinya, dan kehidupannya dalam menegakkan agama Islam.

2) Allah Swt. berfirman dalam (Q.S. Al-Baqarah:43)

َنيِعِكاَّرلا َعَم اوُعَكْراَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصلا اوُميِقَأَو

Artinya: “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan ruku‟lah

beserta orang-orang yang ruku‟ (berjamaah)”. (Syafii dkk, 2006:8).

3) Allah swt. berfirman dalam (Q.S. Thaha:132)

اَهْ يَلَع ْرِبَطْصاَو ِة َلََّصلاِب َكَلْهَأ ْرُمْأَو

ۖۖ

اًقْزِر َكُلَأْسَن َلَ

ۖۖ

َكُقُزْرَ ن ُنْحَن

ۗۖ

ُةَبِقاَعْلاَو

ىَوْقَّ تلِل

Dokumen terkait