• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SALAT PADA ANAK DI DUSUN BAOK, DESA UJUNG-UJUNG,KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SALAT PADA ANAK DI DUSUN BAOK, DESA UJUNG-UJUNG,KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 - Test Repository"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SALAT PADA ANAK DI DUSUN BAOK, DESA UJUNG-UJUNG,

KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

WAHYU HIDAYAH

111-14-262

PRORAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SALAT PADA ANAK DI DUSUN BAOK, DESA UJUNG-UJUNG,

KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

WAHYU HIDAYAH

111-14-262

PRORAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

ۖ اَيْيَلَع ْرِبَطْصاًَ ِة َلََّصلاِب َكَلْىَأ ْرُمْأًَ

ۖ اًقْزِر َكُلَأْسَن َلَ

ۗ َكُقُزْرَن ُن ْحَن

ٌٍَْقَّتلِل ُتَبِقاَعْلاًَ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak Ponidi dan Ibu Khotbiyatun karena segala limpahan kasih sayang, pengorbanan, dan doanya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah Swt. selalu melimpahkan rahmat dan inayah-Nya bagi beliau berdua. 2. Kakakku Khoiriyah yang sangat kusayangi yang selalu mendoakanku,

memberikan dukungan, dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Mas Muhamad Hamdan yang selalu menginspirasi, dan memberikan semangat

dalam menjalani hidup ini.

4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd yang membimbing dan memotivasi penulis dengan sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberikan hikmah dan pengajaran, motivasi dan apresiasi

6. Sahabat dan teman terdekatku Indah Purnama Sari, Athna Maftuha, Aufiy Millatana, Fauziyah Fatmawati, Sakbani, Rani Dwi Pujiyanti, Siti Nur Jauharatul Uyuuni, yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman PPL SMP N 6 Salatiga dan KKN Dsn Tanjung Sari, Kemusu Boyolali.

(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puja dan puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa sebagai ungkapan rasa syukur yang telah melimpahkan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Baginda Rosulullah Muhammad SAW yang mana beliaulah merupakan insan pilihan Allah.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu,penulis ingin menyampaikan banyak terim kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... .... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

MOTO... .... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

(12)

xii

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Orang Tua... 12

2. Kedisiplinan Salat ... 18

B. Kajian Pustaka ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 39

B. Kehadiran Peneliti ... 39

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

D. Sumber Data ... 40

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 41

F. Analisis Data ... 44

G. Pengecekan Keabsahan Data... 46

H. Tahap-Tahap Penelitian ... 47

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Profil Dusun Baok ... 49

2. Keadaan Penduduk ... 49

3. Data Responden... 54

4. Profil Subjek Penelitian ... 54

(13)

xiii B. Analisis Data

1. Peran Orang Tua dalam Penanaman Kedisiplinan Salat Anak. ... 63 2. Faktor Pendukung Orang Tua dalam Penanaman Kedisiplinan Salat

Anak... 66 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 50

Tabel 4.2 Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan ... 51

Tabel 4.3 Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan Agama ... 51

Tabel 4.4 Rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan pendidikan... ... 52

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan... ... 53

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Instrumen Wawancara 2. Lampiran 2 Transkrip Wawancara 3. Lampiran 3 Dokumentasi

4. Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian

5. Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian 6. Lampiran 6 Surat Tugas Pembimbing Skripsi 7. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

(16)

xvi ABSTRAK

Hidayah, Wahyu. Peran Orang Tua dalam Penanaman Kedisiplinan Salat pada Anak Di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci: Peran Orang Tua, Kedisiplinan Salat Anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana peran orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018? (2) Apa faktor yang mendukung orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, tahap penyelesaian.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mengatur segala sisi kehidupan dan senantiasa menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Islam mengajarkan manusia beriman kepada Allah Yang Maha Esa, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan kadar-Nya. Islam juga mengajarkan tentang lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan salat, membayar zakat, mengerjakan puasa, dan menunaikan haji. Bagi Islam, manusia yang terbaik derajatnya adalah manusia yang paling baik akhlaknya, yang paling banyak berbuat dan bermanfaat bagi kemanusiaan, atau tegasnya yang paling bertakwa kepada Allah (Hamid, 1995:1). Islam menganjurkan manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, Islam adalah agama yang berpedoman pada al-Qur‟an, yang bisa menjadikan manusia damai, bahagia, dan sejahtera.

(18)

2

ilmu pengetahuan (Daradjat, 2011:19-20). Jadi, Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam merumuskan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan.

Pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.” Istilah

pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin) (Yadianto, 1996 dalam Syafaat Dkk, 2008:11-12). Jadi pendidikan adalah usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam membimbing atau memimpin anak ke arah kedewasaan.

(19)

3

karena itu, masa ini harus dimaksimalkan untuk menanamkan segala macam nilai kebajikan yang bisa membersihkan jiwa untuk mendidik anak agar mereka tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang kuat, tidak mudah diombang-ambingkan keadaan, beriman dengan penuh ketulusan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya, serta teguh dan tegar dalam menghadapi segala macam persoalan kehidupan.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pendidikan itu terwujud adanya hubungan timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya, dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya (Daradjat dkk, 2011:35). Jadi, orang tua merupakan madrasah utama bagi seorang anak. Oleh karena itu, hendaklah setiap orang tua memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

(20)

4

pendidikan keagamaan, sejak kecil anak sudah mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai keagamaan. Yang harus ditanamkan terlebih dahulu oleh orang tua salah satunya adalah tentang ibadah yang wajib dikerjakan dalam keseharian yaitu salat lima waktu. Salat secara bahasa adalah doa, sedangkan secara agama adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan tindakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan takbir (Abdurahman dkk, 2006:55). Rangkaian ibadah seperti salat, merupakan realisasi dari keimanan. Mengenai dalil kewajiban melaksanakan salat, Allah Swt. berfirman dalam (Q.S. An-Nisa:103) :

Artinya: “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman,” (Abdurrahman dkk, 2006:55).

Allah Swt juga berfirman dalam (Q.S. Al-Ankabut:45)

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur‟an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya, salat itu mencegah

dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Serta,

sesungguhnya, mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah,

mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Abdurrahman dkk,

(21)

5

Itu artinya, seluruh umat Islam, diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan salat. Allah Swt. memberitahukan bahwa seseorang yang mengerjakan salat dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Dengan demikian, anak shalih maupun shalihah yang rajin mengerjakan salat tidak akan melakukan perbuatan mungkar. Sebab, salat mencegah dirinya dari perbuatan tersebut. Anak shalih dan shalihah akan senantiasa mengingat Allah Swt. dalam setiap salat dan tindakannya. Sehingga, Allah pun sayang dan menjauhkan mereka dari perbuatan mungkar. Itulah sebabnya, Allah Swt. menegaskan bahwa mengingat-Nya melalui salat merupakan ibadah yang lebih diutamakan daripada ibadah yang lain (Ahmad, 2015:35-37). Dengan mengerjakan salat, seorang anak akan membentuk watak atau pribadi Islami. Dengan demikian jelas bahwa orang tua harus membiasakan secara dini menyuruh anaknya mengerjakan salat agar mereka terbiasa dan patuh dalam menjalankannya. Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk membimbing dan mengajarkan agama pada anaknya.

(22)

6

kurang mendukung, yaitu adanya anggota keluarga yang tidak salat. Ini juga dapat menyebabkan anak kurang disiplin salat, karena pengaruh lingkungan.

Berbeda dengan anak-anak yang ada di Dusun Baok Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Banyak anak-anak yang sudah melakukan disiplin salat. Hal itu karena dukungan dari orang tua. Terlihat ketika tiba waktu salat banyak orang tua yang menyuruh anaknya untuk segera melaksanakan salat dengan berbagai cara. Serta mengajak anaknya untuk salat berjamaah di mushola maupun di masjid. Disiplin salat yang dimaksud peneliti adalah ketika waktu salat telah tiba anak-anak langsung melaksanakan salat. Salah satu faktor yang membuat anak-anak disiplin salat tak lain adalah peran orang tua. Orang tua yang selalu mendidik, melatih, dan mendampingi anaknya dalam menanamkan ibadah salat sejak dini yaitu dengan memasukkan anaknya ke TPA agar mendapatkan pemahaman ilmu agama.

Berdasarkan realita yang ada di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, maka peneliti ingin mencari tahu secara mendalam peran orang tua dalam mendisiplinkan salat anak dengan

melakukan penelitian yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Penanaman

(23)

7 B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

2. Apa faktor yang mendukung orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

(24)

8 1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis manfaat dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan wacana keilmuan dan menambah khazanah bagi disiplin ilmu pendidikan agama Islam.

b. Menambah wawasan bagi orang tua bahwa peran orang tua sangat penting dalam pengembangan ibadah salat pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi para orang tua dan masyarakat bahwa peran orang tua harus diperhatikan sehingga mendorong kedisiplinan salat pada anak.

b. Peneliti ini dapat dijadikan informasi dan proses penanaman kedisiplinan salat pada anak, terutama bagi kalangan orang tua.

E. Penegasan Istilah 1. Peran Orang Tua

Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdikbud, 1996:751). Peran merupakan bentuk pengaruh yang disebabkan oleh seseorang terhadap sesuatu untuk pengembangan dan perubahan sesuatu tersebut dalam suatu peristiwa. Hal ini berarti bahwa segala sesuatu mempunyai peran dan funginya sendiri-sendiri bagi sesuatu yang lain. Peran yang dimaksud peneliti adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang tua dalam penanaman salat pada anak.

(25)

9

ditiru oleh anak itu. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karen merekalah yang pertama mendidik anaknya (Tafsir, 2002:7-9). Jadi orang tua yang dimaksud di siniadalah ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab mengajarkan tentang pendidikan agama salah satunya yaitu menanamkan perilaku disiplin salat.

2. Kedisiplinan Salat

Kedisipinan berasal dari kata disiplin berawalan ke- dan berakhiran – an, yang berarti “tata tertib ketaatan kepada peraturan”; “latihan batin dan

watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib” (Purwadarminto: 1984, 54). Sedangkan disiplin adalah melakukan sesuatu hal dengan tepat sesuai waktu yang telah ditentukan. Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing (Rimm, 2003:48). Sebagai orang tua, kita berkewajiban untuk mengarahkan tingkah laku anak kita supaya bersikap disiplin. Misalnya, disiplin ketika ia harus salat, mengaji, belajar, makan, mandi, gosok gigi, istirahat, bermain, dan sebagainya. Itu semua perlu diajarkan sejak dini sehingga kelak ketika mereka dewasa, hal itu menjadi kebisaan yang baik (Mustaqim, 2005:133).

(26)

10

kepada Allah Swt. untuk menumbuhkan rasa takut kepada-Nya, serta mengakui keagungan dan kesempurnaan-Nya (Hamid, 1995:111). Salat merupakan pokok dari segala ibadah badaniah dan merupakan ibadah yang mutlak ada dalam agama kita ini. Salat sebagai ibadah bersifat hablumminallah karena melalui salat, kita berkomunikasi dengan Allah..

Kedisiplinan salat yaitu mengerjakan salat wajib tepat pada waktunya. Jika waktunya salat tiba, maka segera mengambil air wudhu dan memenuhi panggilan Allah Swt.

F. Sistematika Penulisan

Rangkaian laporan penelitian disusun menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, pada bab ini akan dipaparkan mengenai peran orang tua, kedisiplinan salat, serta penelitian terdahulu yang mendukung penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

(27)

11

dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Peran Orang Tua

a. Pengertian Peran Orang Tua

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990:268).

Peran yang dimaksud peneliti yaitu, orang tua aktif dalam memberikan bimbingan mengenai pembinaan ibadah salat pada anak sehingga anak menjadi disiplin dalam melaksanakan salat. Orang tua terdiri dari seorang ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya atas kehidupan dan keluarganya sendiri.

a) Peranan Ayah

Di Indonesia, seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mantap. Sesuai dengan ajaran-ajaran tradisional, maka seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan yang baik, memberikan semangat sehingga pengikut itu kreatif dan membimbing. Sebagai seorang pemimpin di dalam rumah tangga, maka seorang ayah harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari keluarga yang dipimpinnya.

(29)

13

untuk menurunkan nilai atau norma yang memegang teguh prinsip tanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukan. Nilai kejujuran juga merupakan nilai yang harus diutamakan oleh seorang ayah, dan sikap untuk senantiasa tidak bergantung kepada orang lain.

Di dalam menanamkan rasa tanggung jawab di dalam diri si anak, bahwa apabila dia berbuat kesalahan, maka pengakuan harus datang dari dirinya. Artinya, jangan sampai menunggu bahwa kesalahan tersebut di tunjuk oleh orang-orang lain. Dari seorang ayah di harapkan suatu kewibawaan, dan semakin meningkat usia si anak, peranan tersebut berubah menjadi seorang kakak atau seorang sahabat (Soekanto, 115-116).

b) Peranan Ibu

Kiranya kenyataan menunjukkan, bahwa peranan ibu pada masa anak-anak adalah besar sekali. Sejak dilahirkan, peranan tersebut tampak dengan nyata sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang ibu mempunyai peranan yang besar sekali (bahkan lebih besar dari pada seorang ayah). Ibu yang harus mengambil keputusan-keputusan yang cepat dan tepat yang diperlukan pada periode itu. Bahkan sebagai ayah dia berfungsi untuk mengambil keputusan-keputusan penting, sedangkan istrinya berurusan dengan keputusan-keputusan yang kurang penting (Soekanto, 116-117).

b. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

Ada beberapa kewajiban yang harus diperhatikan dan dilakukan setelah kita mempunyai bayi atau anak, yaitu;

1) Bersyukur kepada Allah karena kita diberi anugerah dan amanah berupa anak.

2) Beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak laki-laki; dan atau satu ekor kambing apabila anak kita perempuan.

3) Memberi nama yang baik dan mulia. 4) Menyusuinya selama dua tahun. 5) Mengkhitannya sebelum baligh. 6) Mendidiknya dengan baik dan benar.

(30)

14

Sedangkan tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua menurut Daradjat (2011:38) sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:

a) Memelihara dan membesarkan anak merupakan bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

b) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

d) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

c. Kewajiban Anak terhadap Orang Tua

(31)

15 1) Menaati Perintah Orang Tua

2) Menghormati dan Berbuat Baik kepada Orang Tua 3) Mendahulukan dan Memenuhi Kebutuhan Orang Tua

4) Minta Izin dan Do‟a Restu Orang Tua

5) Membantu Tugas dan Pekerjaan Orang Tua 6) Menjaga Nama Baik dan Amanat Orang Tua 7) Mendoakan Orang Tua

8) Mengurus Orang Tua sampai Meninggal 9) Memenuhi Janji dan Kewajiban Orang Tua

10) Meneruskan Silaturahmi dengan Saudara dan Teman-teman Serta Sahabat Orang Tua (Muchtar, 2008:119).

d. Cara Orang Tua Membimbing Anak

Menurut Ulwah (1981:2-130) pedoman pendidikan anak dalam Islam terbagi menjadi lima cara (metode), yaitu sebagai berikut: 1) Metode Keteladanan

Keteladanan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral, spiritual dan sosial pada anak. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunya.

(32)

16

diharapkan akan berpengaruh juga terhadap tumbuhnya ketakwaan dalam diri sang anak yang di dalamnya terdapat kecerdasan emosi.

2) Metode Adat Kebiasaan

Pendidikan dengan membentuk kebiasaan harus dilakukan secara berulang-ulang, orang tua harus mampu memilih kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menjauhkan kebiasaan yang buruk untuk dilatih sejak dini pada anak-anaknya.

3) Metode Nasihat

Metode nasihat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip Islam.

Dalam menerapkan metode ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti: dilakukan dengan menyenangkan, penuh kelembutan, melalui cerita atau perumpamaan mengenai seputar salat melalui dialog yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak.

4) Metode Perhatian atau Pengawasan

(33)

17

Dengan perhatian atau pengawasan yang meliputi perhatian dalam pendidikan sosialnya, terutama praktik dalam pembelajaran, pendidikan spiritual, moral, konsep pendidikan yang berdasarkan pada nilai imbalan (reward) dan hukuman (punishment) terhadap anak.

5) Metode dengan Memberikan Hukuman

Untuk memelihara masalah tersebut, syari`at telah meletakkan berbagai hukuman yang mencegah bahkan setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Akan tetapi hukuman yang diterapkan para pendidik di rumah, atau di sekolah berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang umum. Adapun metode-metode yang dipakai Islam dalam upaya memberikan kepada anak :

a) Lemah lembut dan kasih sayang

b) Menjaga tabi`at anak yang salah dalam menggunakan hukuman.

(34)

18 2. Kedisiplinan Salat

a. Pengertian Kedisiplinan Salat 1) Kedisiplinan

Kedisipinan berasal dari kata disiplin berawalan ke- dan berakhiran -an, yang berarti “tata tertib ketaatan kepada peraturan”; “latihan batin dan watak dengan maksud supaya

segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib” (Purwadarminto: 1984, 54). Disiplin berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu discipline, yang berakar dari kata disciple, yang berarti murid,

pengikut, penganut, atau seorang yang menerima pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut. Disiplin yang berasal dari kata discipline dapat berarti peraturan yang harus di ikuti; bidang ilmu

(35)

19

Berdasarkan uraian tersebut, dapat di pahami bahwa disiplin adalah suatu sikap ketaatan secara sadar terhadap aturan, norma-norma, dan kaidah-kaidah yang berlaku agar terhindar dari hukuman dan dapat mencapai tujuan yang di harapkan.

Selanjutnya, istilah disiplin dijelaskan dalam Good‟s Dictionary of Education sebagai berikut:

a) Proses hasil pengarahan atau pengendalian keinginan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif. b) Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan. c) Pengendalian perilaku dengan langsung dan otoriter melalui

hukuman dan hadiah.

d) Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan (Putra, 2016:101).

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka aspek terpenting dari sikap disiplin adalah kekuatan serta kepatuhan terhadap aturan-aturan. Selain itu, juga menjalankan tata tertib dan ketundukan diri secara sadar demi mencapai tujuan yang diharapkan.

(36)

20 a) Jujur

Jujur berarti tulus ikhlas dalam menjalankan tugas sesuai dengan peraturan dan sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Seorang yang jujur selalu menepati janji, tidak cepat mengubah haluan, teliti dalam melaksanakan tugas, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri, serta selalu berusaha agar tindakannya tidak bertentangan dengan perkataannya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa jujur adalah sifat benar dan dapat dipercaya (shiddiq), baik dalam perkataan maupun perbuatan. Selain itu, jujur juga bermakna mampu menjaga kepercayaan dari orang lain yang di bebankan kepada kita.

b) Tepat waktu

Indikator ke dua adalah tepat waktu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tepat mengandung arti betul, lurus, kebetulan benar; kena benar, tidak ada selisih sedikit pun; betul, cocok; dan betul mengena. Dengan demikian yang dimaksud tepat waktu adalah suatu aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aturan.

c) Tegas

(37)

21

jelas. Seseorang yang tegas akan selalu mendorong dirinya pada perbuatan yang baik, dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan.

d) Tanggung jawab

Timbulnya rasa tanggung jawab pada diri seseorang, maka akan tumbuh pula rasa disiplin akan haknya.

2) Salat

Salat adalah suatu ibadah yang terdiri atas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbir (takbiratulihram) diakhiri dengan salam. Melaksnakan salat adalah fardhu „ain bagi setiap orang yang sudah mukallaf (terbebani kewajiban syari‟ah), baligh (telah dewasa), berakal (Al-Yadi, 2013:8).

Salat di syari‟atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepada Allah, untuk menghilankan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri dihadapan allah, menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan-kesalahannya yang terajarkan akan ketaatan dn ketundukan.

(38)

22

pribadi-pribadi yang memiliki disiplin tinggi (Musbikin, 2007:75). Kemampuan untuk melakukan salat tepat waktu, adalah sebuah jaminan bahwa orang tersebut, di samping bisa dipercaya juga memiliki kesadaran akan arti pentingnya sebuah waktu yang harus di tepati. Isi dari salat pun harus tertib dan teratur, dimulai dari wudhu, niat, takbiratul ihrom hingga salam. Semua dilakukan secara berurutan dan sangat teratur.

Fungsi salat dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu : rohani dan jasmani. Dari aspek rohani, salat berfungsi untuk mengingatkan manusia kepada Tuhannya, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Dari aspek jasmani, salat berfungsi untuk menimbulkan sifat suka kepada kebersihan, kerapian dan kerajinan (Azhar, 2001:51-55).

Kedisiplinan salat yang dimaksud peneliti adalah melaksanakan ibadah salat lima waktu dengan tepat waktu, ketika waktu salat telah tiba maka bergegas ambil air wudhu dan melaksanakan salat.

b. Dalil yang Mewajibkan Salat

Ibadah salat diwajibkan berdasarkan ketetapan al-Qur‟an, al -Sunnah, dan Ijma‟ umat Islam. Ia diwajibkan kepada seluruh umat

(39)

23

1) Allah Swt. berfirman dalam (Q.S: Thaha:14)

يِنَّنِإ

َلِإ َلَ ُهَّللا اَنَأ

يِرْكِذِل َة َلََّصلا ِمِقَأَو يِنْدُبْعاَف اَنَأ َّلَِإ َه

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku” (Syafaat dkk, 2008:169).

Perintah Allah ini ditujukan untuk umatnya, khususnya para remaja, agar mengingat Allah dengan cara mendirikan salat. Dengan mengerjakan salat, seorang remaja akan membentuk watak atau pribadi Islami, yaitu remaja yang dapat bertanggung jawab terhadap Tuhannya, dirinya, dan kehidupannya dalam menegakkan agama Islam.

2) Allah Swt. berfirman dalam (Q.S. Al-Baqarah:43)

َنيِعِكاَّرلا َعَم اوُعَكْراَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصلا اوُميِقَأَو

Artinya: “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟ (berjamaah)”. (Syafii dkk, 2006:8).

3) Allah swt. berfirman dalam (Q.S. Thaha:132)

اَهْ يَلَع ْرِبَطْصاَو ِة َلََّصلاِب َكَلْهَأ ْرُمْأَو

(40)

24

4) Allah Swt. berfirman dalam (Q.S. an-Nisa ayat 103)

ْيِقَاَف

اًتْوُ قْوَم اًبَتِك َنْيِنِمْؤُملْا ىَلَع ْتَناَك َةولَّصلا َّنِا ،َةولَّصلا اوُم

Artinya: “Maka dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang telah di tentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Syafii dkk, 2006:9).

Dalil-dalil di atas menerangkan bahwasanya salat adalah suatu rukun atau azas Islam yang penting. Orang yang hendak mendirikan pembinaan Islam yang terpenting harus mendirikan salat.

c. Cara Menanamkan Kedisiplinan Salat pada Anak

Semua orang tua tentu mendambakan kelak anaknya menjadi orang yang berakhlak mulia, serta kuat dalam memegang teguh agamanya. Semua itu bisa di tanamkan sejak dini dengan membiasakan anak menjalankan ibadah setiap harinya.

Menurut Ananda (2011:130-131) beberapa tips mudah membiasakan anak salat di antaranya:

1) Kaitkan hati anak-anak dengan Allah Swt. dengan menanamkan prinsip-prinsip tauhid sejak dini dalam diri mereka.

2) Bangun keyakinan pada diri anak-anak anda bahwa hidup di dunia tidak selamanya. Ada kehidupan lain setelah di dunia yitu kehidupan akhirat. Semua itu akan dialami manusia setelah maut menjemputnya, jelaskan pula tentang husnul khotimah dan su‟ul khotimah.

3) Berikan penjelasan bahwa Allah selalu mengetahui segala tingkah laku dan perbuatan kita.

4) Dalam setiap kesempatan sebaiknya kita mengontrol anak-anak kita, apakah mereka sudah mengerjakan salat tepat waktu. 5) Beri tauladan untuk mendahulukan masalah akhirat atas

masalah-masalah dunia. Misalanya: menunaikan salat pada waktunya lebih penting sebelum melaksanakan tugas-tugas sekolah, memelihara waktu salat lebih penting daripada berbincang-bincang, bermain, nonton, dll.

(41)

25

7) Belikan beberapa buku bergambar/CD edukatif yang menjelaskan cara wudhu dan salat praktis dengan gambar , serta berisi sebagian dzikir.

8) Jangan mengandalkan salah satu pihak untuk mengajarkan anak-anak salat. Sang Ayah jangan hanya mengandalkan Sang Ibu, mendorong anak untuk salat dan beramal sholeh.

11) Jadilah teladan baik bagi anak-anak anda dengan menjadi pribadi yang paling memelihara salat dan orang pertama yang salat pada waktunya.

12) Manfaatkan pertemuan-pertemuan keluarga untuk membiasakan salat berjamaah.

13) Berbincang-bincanglah dengan anak anda dari hati ke hati dan jelaskan tentang pahala berupa surga bagi yang selalu menjalankan salat serta adzab neraka bagi mereka yang lalai atau tidak menjalankannya.

14) Katakan pada anak anda “salat membedakanmu dengan orang

-orang yang tidak beriman”.

15) Carilah teman-teman yang baik untuk anak-anak anda dengan sering-sering berkunjung ke saudara yang selalu mengajarkan putra-putrinya keutamaan salat.

Sedangkan menurut Suwaid (1997:152-161) pembinaan Ibadah salat terdiri dari lima tahap :

a) Perintah melaksanakan salat

Pada tahap pertama ini, orang tua mulai mengenalkan bentuk kewajiban dalam syariat Islam, yaitu melaksanakan ibadah salat. Cara pembinaan yang baik adalah dengan mengajak anaknya untuk melaksanakan salat berjamaah.

b) Mengajarkan tata cara ibadah salat

(42)

26

praktik salat. Hal ini senada dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi

َلَع الله ََّلَص ِالله ُلٌُسَر َلاَق ِهِّدَج ْنَع ِوْيِبَأ ْنَع ٍبْيَعُش ِنْبًِرْمَع ْنَع

َمَّلَسًَ ِوْي

ُءاَنْبَأ ْمُىًَ اَيْيَلَع ْمُىٌُبِرْضاًَ َنْيِنِس ِعْبَس ُءاَنْبَأ ْمُىًَ ِةَلََّصل اِب ْمُكَدَلًََْأ اًُْرُم

ِعَجاَضَمْلا يِف ْمُيَنْيَب اٌُقِّرَفًٍَرْشَع

Artinya:“Dari „Amar bin Syu‟aib, dari ayahnya dari kakeknya ra, ia berkata: Rasulullah saw Bersabda: „Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki) dan (perempuan)” (Nawawi, 2010: 351).

Penjelasan hadits di atas ketika anak masih bandel dan tetap sulit untuk melakukan salat diusia sepuluh tahun, maka kita diizinkan untuk memukulnya. Tentunya dengan pukulan yang tidak menyakiti atau bahkan melukai. Ada waktu tiga tahun buat serius mendidik anak untuk membiasakan salat.

c) Perintah salat dan sanksi bagi yang meninggalkannya

Setelah anak berusia sepuluh tahun, maka dimulailah pembinaan ibadah anak yang lebih khusus lagi, sampai Rasulullah pun membolehkan orang tuanya untuk memukul anak tersebut apabila ternyata dia masih belum melaksanakan salat. Karena pada usia sepuluh tahun, pengaruh ajakan setan untuk tidak menaati perintah Allah sudah mulai dirasakan anak. Salat memiliki makna penting, karena dua hal: Pertama salat berfungsi sebagai sarana untuk mengikat hubungan batin antara seorang hamba dengan Sang Pencipta, dan juga sebagai penguat benteng pertahanan dari godaan setan yang tengah berupaya menanamkan sifat-sifat pembakangannya terhadap perintah Allah. Kedua fungsi salat juga sebagai bentuk syiar Islam yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada umatnya.

d) Membiasakan anak menghadiri salat Jum‟at

Imam Al-Kasani menjelaskan bahwa salat Jum‟atnya anak merupakan ibadah sunnah baginya. Beberapa manfaat yang dihasilkan dari membiasakan anak kecil untuk melaksanakan salat Jum‟at, antara lain:

(43)

27

2. Khutbah yang disampaikan dalam salat Jum‟at, dengan ayat -ayat dan hadis tentang keimanan atau sejarah hidup Rasulullah saw., akan dapat memberikan pengaruh yang sangat baik bagi perkembangan imannya.

3. Terdapat ikatan persaudaraan dengan masyarakat sekitar yang juga melaksanakan salat Jum‟at. Anak akan belajar untuk saling menghormati antar sesama umat Islam, dan juga memupuk persatuan di antara mereka.

4. Sebagian ulama berpendapat bahwa saat khutbah Jum‟at

merupakan saat yang berharga dimana seseorang yang berdoa pada waktu itu niscaya akan di kabulkan permintaanna.

5. Mengikuti ibadah salat Jum‟at juga berfungsi sebagai pembangkit nilai iman seseorang, dan akan menambah kekhusyukannya dalam salat lima waktu dan ketaatan pada Allah Swt.

6. Mengenal lebih dekat para ulama dan dai yang bertindak sebagai khatib Jum‟at. Dan hal ini akan membawa pengaruh yang baik dalam jiwannya ketika melihat sosok ulama tersebut. 7. Dengan salat Jum‟at akan dihasilkan pula pembentukan pribadi anak yang semakin sempurna dari segala unsur, baik dari sisi akidah, ibadah, kemasyarakatan, perasaan, pola pikir, pengaruh fisik, kesehatan, dan pengembangan kepribadian.

e) Mengikat Anak dengan Masjid

Sebaik-baiknya kalbu seseorang adalah ketika dia mampu mengendalikan jasadnya agar selalu melakukan banyak kegiatan, menjalankan segala bentuk syariat agama dengan penuh kesadaran dan penghayatan. Dengan adanya upaya orang tua untuk mengikat anak dengan masjid ini, maka semakin besarlah harapan masyarakat pada zaman ini untuk dapat melihat lahirnya sebuah generasi baru yang cemerlang. Al-Kasymiri berkata: “Masjid yang dahulunya telah melahirkan sebuah generasi yang cemerlang, yaitu anak-anak sahabat Nabi Saw. dan salaf saleh kini dapat pula menciptakan generasi baru yang serupa, seandainya para orang tua turut serta membimbing anak-anak mereka untuk selalu mengikatkan diri dengan masjid. Sehingga anak akan mulai menyukai masjid, bukan sebagai pelarian dari rumahnya. Tetapi berfungsi sebagai pembangkit semangat anak dalam menggali nilai-nilai ajaran kebenaran.”

(44)

28

Sedangkan cara menanamkan salat pada anak menurut Dindin Solahudin, yaitu sebagai berikut:

Dalam masa tiga tahun orang tua berkesempatan untuk melakukan banyak hal dalam rangka mendidik anak untuk menunaikan salat. Salah satunya dengan menggunakan tahapan persuasif (ta‟lifun), penyenangan (targhibun), pengenalan (ta‟rifun), dan pembiasaan (ta‟widun).

Pada tahap pertama, begitu anak memasuki usia tujuh tahun, orang tua melakukan upaya-upaya untuk mengambil hati anak dan mendekatkannya pada salat hati anak mesti di buat memiliki ketertarikan dan kecenderungan pada salat. Upaya ini berada pada tingkat hati, suasana batin, dan ruang emosional.

Kedua, orang tua kemudian memasuki tahap targhib

ketika dia berupaya lebih jauh dengan membuat anak merasa berkeinginan untuk melakukan salat. Dia bukan hanya tertarik dengan kegiatan ibadah dan khususnya salat, melainkan dia merasa “bernafsu” dan “berselera” untuk melakukan salat. Pada tingkat ini, suasana batin tidak hanya kondusif secara parsial dan intern, melainkan segenap anggota badan anak akan segera terpengaruh oleh suasana hati dan tergerak ke arah penunaian salat.

Ketiga, dalam keadaan bergairah dan bernafsu untuk salat

(45)

29

menurut ilmu fiqih. Saat anak penuh gairah terhadap salat, orang tu tidak akan mengalami kesulitan untuk mengajarinya tata cara dan tata tertib salat, termasuk segala persyaratannya (syarat wajib dan syarat sah salat). Pengenalan tata cara ini terutama lebih efektif bila dilakukan secara praktikal, sekaligus sebagai lanjutan upaya percontohan (uswatun qudwatun) yang mesti ditampilkan jauh sebelum anak berusia tujuh tahun.

Keempat, pembiasaan merupakan tahap lanjutan yang

tidak sulit dilakukan bila anak sudah melalui tahap-tahap sebelumnya secara efektif. Sekali orang tua sudah menyajikan teladan bagus, sudah meraih hati anak, sudah membuat anak menyukai dan mengenal salat, tidak akan ada kesulitan bagi orang tua untuk mengajak anak membiasakan diri menunaikan salat. Dalam proses pembiasaan ini, anak di fasilitasi oleh orang tuanya agar dia melaksanakan salat secara sempurna dan teratur. Sempurna tata caranya dengan memenuhi syarat, rukun, dan sunnahnya. Teratur penunaiannya dengan melakukan setiap salat fardhu secara tepat pada waktunya.

(46)

30

akan mampu “menegakkan” salat dengan baik (Solahudin,

2012:113-115). d. Syarat Sah Salat

Syarat sah salat berarti hal yang harus dipenuhi seseorang yang hendak melaksanakan salat. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka salatnya tidak sah dan harus diulang. Ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan melaksanakan salat agar salatnya sah, sebagai berikut:

1) Islam. Hanya orang Islam yang berkewajiban melaksanakan salat. 2) Tamyis (berakal baligh), yaitu dewasa (15 tahun). Tidak wajib

salat bagi anak kecil yang belum baligh. Tapi untuk proses pembiasaan, anak kecil yang berusia 7 tahun harus mulai diajak salat walaupun belum wajib. Kalau sudah berusia 10 tahun ke atas, ia boleh di pukul jika tidak salat.

3) Menutup aurat, aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut. Aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapan tangan.

4) Menghadap ke kiblat, orang yang mengerjakan salat wajib menghadap kiblat yaitu menghadap ke arah Masjidil Haram. 5) Mengetahui masuknya waktunya salat, salat tidak wajib

(47)

31

6) Suci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil. Hadas kecil dapat dibersihkan setelah orang itu berwudhu. Sedangkan hadas besar baru dapat dibersihkan setelah dia mandi besar. Tidak wajib salat bagi seorang perempuan yang sedang haid dan nifas dan tidak pula wajib baginya untuk mengulang (mengqadha) salat-salat yang ditinggalkannya selama haid dan nifas.

7) Suci dari najis, baik badan, pakaian, maupun tempat salat.

8) Mengetahui tata cara salat. Maksudnya, mengerti dan bisa membedakan mana rukun dan mana sunah salat (Abdurahman dkk, 2006:56-57).

e. Rukun Salat

Salat itu mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya di tinggalkan maka tidak sah salatnya. Rukun-rukun tersebut adalah: 1)Berniat, niat di hati.

2)Takbiratul ihram, takbir yang pertama kali ducapkan oleh orang yang mengerjakan salat sebagai tanda mulai mengerjakan salat dengan lafazh (ucapan): “Allaahu Akbar”.

3)Berdiri bagi yang mampu. Bagi yang sedang sakit boleh sambil duduk atau berbaring.

(48)

32

5)Ruku‟ dengan thuma‟ninah. Bagi orang yng salat dengan berdiri minimal adalah menunduk kira-kira dua telapak tangannya sampai ke lutut dan yang sempurna yaitu betul-betul menunduk sampai datar/lurus antara tulang punggung dengan lehernya (90 derajat) serta meletakkan dua telapak tangan ke lutut.

6)I‟tidal dengan thuma‟ninah.artinya berdiri lurus seperti pada waktu membaca Fatihah.

7)Sujud dua kali dengan thuma‟ninah.

8)Duduk diantara dua sujud dengan thuma‟ninah.

9)Duduk dengan thuma‟ninah serta membaca “Tasyahud awal” dan “Tasyahud Akhir”serta Shalawat Nabi.

10) Membaca Salam.

11) Tertib, yang dimaksud tertib adalah melakukan rukun-rukun salat secara berurutan (Al-Yadi, 2013:13-18)

f. Hal-Hal yang Membatalkan Salat

Hal-hal yang membatalkan salat di antaranya yaitu: 1) Makan dan minum dengan sengaja.

2) Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan salat.

(49)

33

4) Tidak berurutan dalam pelaksanaan salat. Seperti mengerjakan salat Isya‟ sebelum mengerjakan salat Maghrib, maka salat Isya‟

itu batal sehingga dia salat Maghrib dulu, karena berurutan dalam melaksanakan shlalat-salat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan salat itu.

5) Kelupaan yang fatal. Seperti menambah salat menjadi dua kali lipat, umpamanya salat isya‟ delapan rakaat, karena perbuatan

tersebut merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak khusyu‟ yang mana hal ini merupakan ruhnya salat (Al-Yadi, 2013:29-31).

g. Jenis-Jenis Salat

(50)

34

h. Perbedaan Laki-Laki dan Perempuan dalam Salat Laki-Laki:

1) Merenggangkan dua siku dari lambungnya.

2) Waktu ruku‟ dan sujud mengangkat perutnya dari pahanya. 3) Menyaringkan suara atau bacaan di waktu malam hari.

4) Apabila menderita sesuatu atau terpaksa memperingatkan imamnya karena kelupaan, maka membaca tasbih yakni membaca “subhanallah”.

5) Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. Perempuan:

1) Merapatkan anggota pada lainnya.

2) Meletakkan perutnya pada dua tangan atau sikunya ketika sujud. 3) Merendahkan suara dihadapan laki-laki lain atau bukan muhrim. 4) Dalam memperingatkan imam ketika lupa dilakukan dengan

menepuk punggung tangan kanan dengan telapak kiri.

5) Aurat tubuh adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan (Al-Yadi, 2013:31-32).

i. Manfaat Mendirikan Salat

Adapun manfaat salat dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:

1) Salat adalah cahaya, maksudnya salat akan membuka hati seseorang pada kebenaran.

(51)

35 3) Salat akan menghapus dosa.

4) Salat merupakan simbol ketenangan.

5) Salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (Supriatna dkk, 2013:10).

j. Makruh dalam Salat

Yang di maksud makruh yaitu: perbuatan yang apabila dikerjakan tidak membatalkan salat tetapi jika ditinggalkan akan mendatangkan pahala. Oleh karena itu sebaiknya ditinggalkan. Makruh dalam salat yaitu sebagai berikut:

1) Menengadahkan pandangan ke atas. 2) Meletakkan tangan di pinggang.

3) Menoleh atau melirik, terkecuali apabila di perlukan.

4) Melakukan pekerjaan yang sia-sia, serta segala yang membuat orang lalai dalam salatnya atau menghilangkan kekhusyu‟an salatnya.

5) Menaikkan rambut yang terurai atau melipatkan lengah baju yang terulur.

6) Menyapu kerikil yang ada di tempat sujud (dengan tangan) dan meratakan tanah lebih dari sekali.

7) Mengulurkan pakaian sampai mengenai lantai dan menutup mulut (tanpa alasan).

(52)

36

9) Salat sambil menahan buang air kecil atau besar, dan sebagainya yang mengganggu ketenangan hati.

10) Salat ketika sudah terlalu mengantuk (Al-Yadi, 2013:25-28). k. Pengaruh Salat bagi seorang Anak

1) Anak yang sudah terbiasa mengerjakan salat, akan berusaha menjauhi perbuatan keji dan munkar.

2) Membentuk pribadi yang kokoh. 3) Mendidik pribadi yang disiplin.

4) Mendidik anak agar berbudi pekerti luhur.

5) Menimbulkan perasaan tentram, jiwa yang tenang dan pikiran yang bebas dari beban.

6) Tidak akan melupakan Allah dalam keadaan apapun (Supriatna, 2013:10).

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi mengenai skripsi terdahulu yang relevan dengan skripsi yang penulis selesaikan. Kajian pustaka di sini berkaitan dengan pendidikan karakter yang terdapat dalam suatu program pendidikan. Adapun kajian pustaka tersebut sebagai berikut:

(53)

37

menunjukkan bahwa guru di MAN Tegalrejo bersinergi dalam mengembangkan keaktifan siswa agar menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Peran guru dengan cara ikut serta dalam pelaksanaan ibadah salat serta memberi uswah hasanah kepada siswa sehingga siswa mampu berkembang secara fisik maupun mental. Uswah hasanah guru dengan memberikan contoh keteladanan ikut bersama salat dengan siswa serta mendampinginya sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan salat jamaah dan sesuai dengan syari‟at agama.

2. Skripsi Dewi Aseh (106011000029) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011 tentang Peran Orang Tua Dalam Membina Pelaksanaan Ibadah Salat Siswa kelas VIII di SMP Islam Ruhama Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan. Dengan hasil penelitian bahwasanya peran orang tua dalam membina pelaksanaan ibadah salat siswa cukup baik. Orang tua sering memberikan contoh yang baik dalam pelaksanaan ibadah salat siswa, orang tua juga tidak lupa untuk mengawasi pelaksanaan ibadah salat siswa. Jika ada siswa yang lalai orang tua tidak lupa menasihatinya atau menegurnya. Selain itu dari hasil wawancara dengan guru fiqh sudah menunjukan adanya perhatian yang cukup dari pihak sekolah untuk membantu orang tua dalam membina pelaksanaan ibadah salat siswa.

(54)

38

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011 tentang Peranan Keluarga Dalam Pembiasaan Ibadah Salat Anak Usia 7-10 Tahun (Studi Kasus di Lingkungan Rt 07/01 Cilincing Jakarta Utara). Dengan hasil penelitian bahwa orang tua cukup berperan dalam pelaksanaan pendidikan ibadah salat anak. Hal ini berdasarkan hasil jawaban responden sebanyak 81.1% orang tua menjawab mulai membiasakan anak salat sejak berusia 7 tahun, 54.1% orang tua sering melatih anak salat, 49.5 % orang tua mengajarkan tata cara salat pada anak, 45.9% orang tua selalu menegur anak apabila tidak salat, dan 91.8% orang tua memarahi anak sebagai hukuman apabila meninggalkan salat. Mengenai usaha yang dilakukan orang tua dalam membiasakan anak salat adalah dengan memerintah anak untuk melaksanakan salat apabila waktu salat tiba, membangunkan anak pada waktu subuh, mengajak anak salat berjamaah dan menyekolahkan anak di yayasan yang ada di lingkungan Rt 07/01 Cilincing. Sedangkan kesulitan yang dialami orang tua dalam membiasakan salat adalah anak terlalu banyak bermain sehingga sulit dan tidak mau bila diperintahkan salat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Peranan Keluarga dalam Pembiasaan Ibadah Salat Anak Usia 7-10 tahun dapat dikategorikan cukup baik.

(55)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang berarti data yang dikumpulkan adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati (Moleong, 2008:3).

Adapun penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara rinci tentang peran orang tua dalam menanamkan perilaku disiplin salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

B. Kehadiran Peneliti

(56)

40

Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek penelitian atau responden dengan menggunakan bahasa sesuai objek yang diwawancarai, peneliti tidak menggunakan satu bahasa namun peneliti memakai bahasa sesuai tingkat pemahaman objek penelitian agar memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dan responden.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian atau tempat dimisalkan seperti penelitian di suatu perusahaan, lembaga, organisasi, program studi. Peneliti tidak sulit mencari, menetapkan dan mengidentifikasikan responden yang memenuhi kriteria (Hamidi, 2010:78). Lokasi yang di gunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data adalah di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Peneliti melakukan penelitian di dusun tersebut karena banyak anak-anak yang sudah melakukan salat dengan tepat waktu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai peran orang tua dalam menanamkan perilaku disiplin salat pada anak. D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua macam, yaitu :

1. Sumber Data Utama (Primer)

(57)

41

penelitian. Sumber data primer merupakan data yang di kumpulkan, diolah dan diajikan yang diperoleh dari sumber utama.

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2008:157).

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu hasil wawancara pada orang tua dan anak yang sudah disiplin salat, hasil pengamatan.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu berupa data tertulis dan dokumen yang relevan dengan data yang diperlukan. Sumber data ini berupa buku-buku, makalah, jurnal penelitian, foto, dan lainnya yang dapat memberikan informasi tambahan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpukan melalui wawancara langsung dengan narasumber.

Sedangkan data sekunder yang di gunakan adalah dokumentasi cara orang tua dalam mendidik salat, jurnal maupun buku yang menunjang penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

(58)

42 1. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasar diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2016:72).

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara :

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

(59)

43

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti merekamnya dengan dilakukan face to face kepada informan.

2. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2016:64) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati anak yang melaksanakan disiplin salat. Dari pengamatan tersebut, peneliti gunakan untuk mengetahui peran orang tua yang menanamkan perilaku disiplin salat pada anak.

3. Dokumentasi

(60)

44

Dalam penelitin ini, peneliti menggunakan dokumen resmi dari pihak Balai Desa Ujung-Ujung, tape recorder, dan foto-foto yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, serta jurnal yang mendukung. F. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya penuh (Sugiyono, 2015:87).

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

2. Data Display (Penyajian Data)

(61)

45

(1984) menyatakan yang paling seing digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(62)

46 G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang telah diamati dan diteliti penulis sesuai atau relevan dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan yang sebenarya memang terjadi. Hal ini dilakukan penulis untuk memelihara dan menjamin bahwa data maupun informasi yang berhasil dihimpun dan dikumpulkan itu benar, baik bagi pembaca maupun subjek yang diteliti.

Untuk menguji keabsahan data, penulis berpedoman pada pendapat Moleong dalam buku metodologi penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009:330).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2016:125). Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1. Triangulasi Sumber

(63)

47 2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulng sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap penelitian tentang peran orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dibagi menjadi tiga tahapan. Adapun yang pertama tahapan perencanaan, kedua persiapan, dan tahap ketiga pelaksanaan.

1. Tahap Perencanaan

(64)

48 2. Tahap Persiapan

Peneliti mengajukan judul skripsi peran orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang ke ketua jurusan pendidikan agama Islam, kemudian menyusun proposal penelitian untuk diseminarkan pada dosen pembimbing.

3. Tahap Pelaksanaan

Merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian. Karena pada tahap pelaksanaan ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan.

4. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang telah terkumpul secara sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain secara jelas.

5. Tahap Penyelesaian

(65)

49 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Dusun Baok a. Profil Dusun Baok

Baok merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Ujung-Ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Secara administratif dusun Baok terdiri dari 01 RW (Rukun Warga) dan 04 RT (Rukun Tetangga) dengan jumlah peduduk 624 Jiwa, dengan permukaan tanah berbentuk daratan (Monografi Bulan Juli 2018).

Batas-batas wilayah dusun Baok desa Ujung-Ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Kalangan Sebelaah Selatan berbatasan dengan Dusun Karang Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Tembelangan Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Mukus b. Keadaan Penduduk

(66)

50

sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 298 Jiwa (Monografi Bulan Juli 2018).

Berdasarkan data kependudukan antara jenis laki-laki dan jenis perempuan adalah lebih banyak jenis kelamin laki-laki. Di bawah ini adalah deskripsi penduduk dusun Baok Desa Ujung-Ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten semarang berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Ujung-ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04 Berdasarkan Jenis Kelamin

NO NO RT

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 RT. 001 91, 77, 168,

2 RT. 002 103, 91, 194,

3 RT. 003 70, 59, 129,

4 RT. 004 62, 71, 133,

JUMLAH RW :

004 326, 298, 624,

JUMLAH

TOTAL 326, 298, 624,

(Sumber: Monografi Bulan Juli 2018 Desa Ujung-Ujung)

(67)

51

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04 Berdasarkan Pekerjaan

(Sumber: Monografi Bulan Juli 2018 Desa Ujung-Ujung)

Tabel 4.3 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04 Berdasarkan Agama

No Kelompok Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Islam 321 293 614

2. Kristen 4 5 9

3. Khatholik 1 - 1

(68)

52

Mayoritas penduduk di Dusun Baok beragama Islam yaitu 614 jiwa. Kristen dan Katholik menempati diurutan kedua dan ketiga dengan jumlah Kristen 9 dan Katholik 1.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04 Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Tidak/Belum

Sekolah

66 60 126

2. Belum Tamat SD 22 13 35

3. Tamat SD 126 135 261

4. SLTP 50 49 99

5. SLTA 52 30 82

6. Diploma I/II 1 2 3

7. Diploma III 2 - 2

8. Diploma IV/Strata I 7 9 16

Jumlah Total 624

(Sumber: Monografi Bulan Juli 2018 Desa Ujung-Ujung)

(69)

53

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan

No Jenis Sarana Jumlah

1. Masjid 2

2. Mushola 2

3. TPA 1

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sarana peribadatan di Dusun Baok hanya ada masjid, mushola, dan TPA karena mayoritas masyarakatnya beragama Islam.

c. Kondisi Keagamaan Masyarakat Dusun Baok Ujung-Ujung

Masyarakat dusun Baok mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini terlihat seperti aktifitas rutin yang dilakukan oleh masyarakatnya. Di dusun Baok ini rata-rata masyarakatnya netral dalam hal keagamaan. Tetapi ada beberapa orang yang menganut ajaran NU dan Muhammadiyah. Dalam menyikapi hal ini mereka sangat toleransi dan memahami satu sama lain.

Adapun usaha yang dilakukan para orang tua yang tinggal di Dusun Baok dalam memberikan pendidikan agama pada anak-anak ke TPA, yang dilakukan pada sore hari, yaitu mulai jam 16.00-17.00. Untuk libur TPA yaitu pada hari Kamis dan Jum‟at.

(70)

54

dilaksanakan di masjid, mushola, ataupun rumah warga dengan cara berkeliling. Dan pengajian Muslimat dilakukan setiap sebulan sekali yaitu pada hari Minggu Pon.

2. Data Responden

Tabel 4.6 Daftar Keluarga sebagai Subyek Penelitian No Nama Orang Tua Nama Anak Usia Anak Pekerjaan

1 Ibu YN DF 10 Tahun Guru

2 Bapak NH SE 11 Tahun Buruh

3 Ibu SY DE 10 Tahun Buruh

4 Ibu SC DI 11 Tahun Petani

5 Ibu NK FE 10 Tahun Buruh

6 Ibu JU ZR 10 Tahun Pedagang

Dari tabel di atas dapat diketahui, penulis mengambil 6 keluarga sebagai subyek penelitian dari keluarga yang memiliki anak disiplin salat.

3. Profil Subjek Penelitian

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa orang tua tersebut tinggal di Dusun Baok. Adapun gambaran profil subjek penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Keluarga IbuYN

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04
Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Dusun Baok RW 04
Tabel 4.5 Sarana Peribadatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini mengungkapkan tentang strategi yang digunakan Orang- tua dalam menanamkan akhlak yang terpuji kepada anak-anaknya, kendala-kendala yang dihadapi Orang-tua

1 Populasi perempuan menopause di Indonesia akan meningkat, dengan seegala dampak akibat penurunan hormon estrogen berupa keluhan klimaterik dan peningkatan risiko

Menurut Putri (2010), pengorganisasian tampilan bahan ajar menjadi hal yang penting untuk diperhatikan diantaranya peletakan tampilan peta/ bagan; urutan dan susunan

Icten ve Sayman [3] taraf ı ndan yap ı lan çal ı şmada, tek pim bağlant ı l ı çekme yüküne maruz alüminyum-cam lifi-epoksi sandvich kompozit plaklarda meydana gelen

Tämän tutkimuksen perusteella Taysissa neoadjuvanttihoidettujen potilaiden leikkaustulokset olivat parempia kuin ensisijaisesti operoitujen potilaiden, ja neoadjuvantilla

EFEKTIVITAS KONSELING SPIRITUAL TEISTIK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL MAHASISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Mahasiswa STKIP Singkawang Tahun Akademik

menyelesaikan soal-soal kemampuan generalisasi pada perkuliahan Kapita Selekta Matematika SMA. Peneliti memberikan tiga buah soal terkait dengan kemampuan generalisasi

Berdasarkan pasal 3 ayat (1) Undang-undang No..13 tahun 1968 tentang Bank Indonesia, maka Bank Indonesia berkedudukan serta berpuusat di ibukota Republik Indonesia dan