• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Setelah PMA No. 24 Tahun 2014

TRUKTUR KUA KECAMATAN PINANG di Kecamatan Pinang

B. Peran Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) Setelah PMA No. 24 Tahun 2014

Di Indonesia regulasi pencatatan perkawinan telah ditetapkan tidak lama setelah Indonsia merdeka, yakni diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Pencatatan perkawinan akan menjadi salah satu upaya meningkatkan ketertiban dan kenyamanan setiap individu dalam melakukan hubungan hukum.84

Pelaksanaan pencatatan perkawinan di negara ini belum menjadi public serviceyakni sebagai pelayanan cuma-cuma yang diberikan pemerintah untuk masyarakat. Mungkin dikarenakan keterbatasan pemerintah khususnya dalam penyelenggaraan biaya sehingga dalam pelaksaannya belum bisa memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat.85

Dalam prakteknya, pencatatan perkawinan ini dilaksanakan oleh P3N. Untuk mengetahui peranan P3N dalam proses pencatatan nikah di Kecamatan Pinang, Tangerang. penulis akan menjelaskannya dengan bentuk tabulasi berdasarkan data wawancara dari masyarakat setempat. Dengan mengambil sampel 10 orang responden, yaitu pasangan suami isteri di kecamatan Pinang Tangerang yang baru melaksanakan perkawinan. disamping itu diperkuat dengan data peristiwa perkawinan di KUA Pinang serta hasil wawancara Kepala KUA dan P3N itu sendiri.

84

Ahmad Tholabi Kharlie,Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 188-189

85

1) Data peristiwa perkawinan di KUA Pinang kota Tangerang Tabel 3. 2

Peristiwa Perkawinan di KUA Pinang

No Bulan Nikah Tanpa

Melalui P3N Nikah Melalui P3N Jumlah 1 Agustus 37 44 81 2 September 28 38 66 3 Oktober 71 80 151 4 November 29 31 60 5 Desember 55 63 118 6 Januari 29 34 63 7 Februari 27 42 69 8 Maret 34 46 81

Sumber data: data statistik peristiwa perkawinan di KUA Pinang

Melihat tabel di atas bahwa peran pembantu pegawai pencatat nikah masih berperan aktif di kecamatan Pinang.

2) Latar Belakang Responden a. Latar Belakang Umur

Menurut undang-undang No. 7 tahun 1974 tentang pekawinan pasal 7 ayat 1, yang menerapkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita 16 tahun. Dalam pasal 6 dijelaskan bagi mereka yang belum mencapai umur 21 tahun harus terlebih dahulu mendapat izin orang tuanya (dengan mengisi formulir model N5).

Untuk mengetahui keadaan responden dari segi umur ini kita dapat melihat tabel berikut, sebagai acuan apakah responden dalam penelitian ini memenuhi syarat-syarat perkawinan sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam undang-undang.

Tabel 3.2

Jumlah responden bedasarkan kelompok umur

No Kelompok Umur Frekuensi Presentase

1 16 -

-2 16-20 -

-3 20 10 100%

Jumlah 10 100%

Tabel 3.3

Identitas responden berdasarkan latar belakang pendidikan No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tamat SD -

-2 Tamat SLTP -

-3 Tamat SLTA 9 90%

4 Tamat Perguruan Tinggi 1 10%

JUMLAH 10 100%

Sumber:Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

3) Sikap Responden

a. Sikap responden terhadap cara pengurusan pencatatan nikah

Dalam penelitian ini akan dibahas menyangkut bagaimana tata cara melaksanakan pencatatan pernikahan. Dalam hal ini dapat Sumber:Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

kita lihat awal mula seseorang mengurus administrasi perkawinan. Untuk lebih jelasnya kita akan lihat tabel berikut.

Tabel 3.4

Sikap responden terhadap cara pengurusan prosedur perkawinan.

Pertayaan Jawaban N % Ya Tidak 1 Apakah mengurus dengan bantuan P3N? 9 0 9 90 2 Apakah mengurus sendiri ? 1 0 1 10 Jumlah 10 0 10 100

Sumber; Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari 10 responden hanya 1 orang yang mengurus sendiri pendaftaran pencatatan perkawinan. Menurut keterangan responden, mereka mengungkapkan bahwa mereka bisa saja mengurus sendiri tanpa bantuan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, akan tetapi kebiasaan dari masyarakat setempat setiap yang menikah menggunakan jasa P3N, maka saya menghormati kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat.86 1. Sikap responden terhadap syarat-syarat pencatatan perkawinan dan

penyuluhan perkawinan.

Dari tabel berikut, kita akan mengetahui apakah responden mengerti dengan syarat-syarat perkawinan dan penyuluhan

86

Wawancara dengan Puji Lestari warga kunciran Jaya Rt 004/ Rw 02,masyarakat yang memakai jasa P3N bapak Hasan

perkawinan. Hal ini akan mempengaruh pemahaman masyarakat terhadap undang-undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974

Tabel 3.5

Sikap responden terhadap syarat-syarat perkawinan

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak

1. Apakah mengetahui syarat-syarat pencatatan perkawinan

1 0 1 10

2 Apakah mengetahui syarat-syarat pencatatan perkawinan

0 9 9 90

Jumlah 1 9 10 100

Sumber: Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari 10 responden hanya 1 orang responden yang mengetahui syarat-syarat pencatatan perkawinan, sedangkan 9 responden tidak mengetahui syarat-syarat pendaftaran pencatatan perkawinan. Kurangnya sosialisasi dari pihak KUA Kecamatan Pinang kepada masyarakat setempat tentang prosedur pendaftaran perkawinan, sehingga masyarakat mencari informasi dari para tetangga saja87 dan kebanyakan masyarakat yang awam tidak terbiasa atau terlalu dingin terhadap pegawai KUA, sehingga mereka bertanya kepada Pembantu

87

Wawancara dengan Muinah Sri Rahayu warga Kelurahan Pinang Rt 006/ Rw 002,masyarakat yang memakai jasa P3N bapak Hasan

Pegawai Pencatat Nikah yang berada di daerah mereka masing-masing.

Tabel 3.6

Sikap responden terhadap penyuluhan perkawinan

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak 1. Apakah mengikuti penyuluhan perkawinan 9 0 9 90 2 Apakah mengikuti penyuluhan perkawinan 0 1 1 10 Jumlah 9 1 10 100

Sumber: Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 10 responden, yang mengikuti penyuluhan sebanyak 9 orang responden, yang tidak mengikuti penyuluhan perkawinan sebanyak 1 orang responden. Melihat tabel diatas bahwa kesadaran masyarakat kecamatan Pinang mengikuti penyuluhan perkawinan. Akan tetapi lebih mirisnya ketika salah 1 responden tidak mengikuti penyuluhan perkawinan, malah dimanfaatkan oleh P3N yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan keadaan tersebut meminta uang tambahan.88

2. Sikap responden terhadap penandatanganan berkas-berkas administrasi perkawinan.

88

Wawancara dengan Septiana kunciran Indah Rt 001/ Rw 08,masyarakat yang memakai jasa P3N bapak Amiruddin dan bapak Rw

Tabel 3.7

Sikap responden terhadap penandatanganan berkas-berkas administrasi perkawinan dan penerimaan kutipan akta nikah.

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak 1. Apakah menandatangani berkas-berkas administrasi perkawinan? 10 0 10 100 Jumlah 10 0 0 100

Sumber: Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari data diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden mendatangani berkas-berkas administrasi perkawinan. Hal ini menunjukan bahwa kecil kemungkinan adanya manipulasi data.

Tabel.3.8

Sikap responden terhadap penerimaan kutipan akta nikah, sebagai berikut :

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak

1. Apakah menerima

langsung kutipan akta nikah setelah akad nikah?

0 9 9 90

2. Apakah menerima

langsung kutipan akta nikah setelah akad nikah?

1 0 1 10

Jumlah 1 9 10 100

Sumber: Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 10 Responden, 1orang responden atau sekitar 10% menerima langsung kutipan akta nikah setelah akad, dan 9 orang responden atau sekitar 90% tidak menerima secara langsung. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala KUA kecamatan Pinang yang menjelaskan bahwasanya kutipan akta nikah itu diserahkan secara langsung ketika setelah akad nikah, kecuali ada persyaratan yang belum dipenuhi seperti photo, atau kesalahan penulisan identitas.89Namun masih ada saja akta nikah yang ditahan meski sudah memenuhi syarat.90

3. Sikap responden terhadap biaya pencatatan nikah

Adapun biaya pencatatan perkawinan ini, berdasarkan penelitian penulis berada pada sekitar antara Rp 1.200.000-1.700.000. untuk mengetahui keadaan sebenarnya tentang biaya pencatatan nikah, apakah memberatkan atau tidak dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 3.9

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak

1. Apakah merasakan

keberatan dengan biaya nikah?

9 0 9 90

89

Wawancara dengan Bapak Lukman Hakim, M.Ag, Selaku Kepala KUA Pinang pada hari selasa tanggal 21 April 2015

90

Wawancara dengan Megawati warga Nerogtok Rt 001/ Rw 06,masyarakat yang memakai jasa P3N bapak Mansur Suryadi

2 Apakah merasakan keberatan dengan biaya nikah?

0 1 1 10

Jumlah 9 1 10 100

Sumber:Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari table di atas diketahui, bahwa 9 responden merasa keberatan dengan biaya tersebut, karena Mereka mayoritas dari keluarga ekonomi menegah bahkan ada yang dari ekonomi bawah, mengungkapkan karena kebutuhan yang lainnya juga masih banyak bukan hanya mendaftarkan nikah saja. 1 orang respon tidak merasa keberatan karena dia mengurus sendiri.

4. Sikap responden terhadap kinerja Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N)

Berdasarkan jawaban dari wawancara yang telah penulis serahkan kepada responden mengenai sikap responden terhadap kinerja P3N ini. Dapat kita lihat tabel dibawah ini.

Tabel. 3.10

No. Pertayaan Jawaban N %

Ya Tidak

1. Puaskah dengan kinerja P3N?

9 0 9 90

2 Puaskah dengan kinerja P3N?

Jumlah 9 1 10 100 Sumber:Data Primer yang diolah berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang responden

Dari table diatas dapat diketahui bahwa, 90% persen responden merasa puas dengan kinerja Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N), sedangkan 10% tidak puas dengan kinerja P3N karena mereka yang tidak menggunakan jasa P3N.

Penulis berkesimpulan bahwa kurangnya sosialisasi tentang prosedur yang harus dilalui masyarakat untuk mengurus sendiri ditambah ketidak percayaan diri masyarakat untuk sekedar mengurus langsung proses persyaratan administrasinya sehingga lebih mempercayakan kepada pihak ketiga dalam hal ini amil atau P3N. Jika hal ini terus menerus dilakukan sebenarnya sangat merugikan bagi masyarakat, dengan begitu masyarakat sampai kapanpun tidak akan tahu bagaimana prosedur sebernarnya yang harus dijalani ketika ingin melangsungkan pernikahan.

Berdasarkan hasil wawancara masyarakat sekitar, sibuknya aktifitas pada jam kerja, sehingga sulit untuk mengurusi proses pendaftaran pernikahan maka dari itu responden tidak mau repot dan terdapat sebagian responden yang merasa takut atau cangung berhadapan dengan penjabat kelurahan dan KUA. Oleh karena itu peran pembantu pegawai pencatat nikah masih dibutuhkan. Akan tetapi ketika penulis mewawancarai Kepala KUA Kecamatan Pinang, bahwa mengenai peran amil atau P3N setelah Peraturan Menteri

Agama No 24 Tahun 2014, sebenarnya saat tahun 2007 SK mereka sudah dicabut maka dari itu peran mereka dalam administrasi pernikahan hanya mitra usaha. Karena menurut keputusan kemenag mereka para P3N sudah tidak dibutuhkan lagi dalam administrasi pernikahan, sehingga mereka hanya bertugas dalam masalah agama, seperti mengurus jenazah.

C. Biaya Pernikahan Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 24

Dokumen terkait