• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga

OUTPUT NILAI TAMBAH TENAGA KERJA MODAL

5.3. Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga

Berbeda dengan nilai pengganda output, nilai tambah maupun tenaga kerja yang

selalu lebih besar dari satu, pengganda pendapatan rumah tangga menghasilkan nilai lebih

kecil dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan produksi sektor

agroindustri akan menghasilkan dampak peningkatan pendapatan sektor produksi maupun

tenaga kerja lebih besar dibandingkan pengaruh yang ditransmisikan ke rumah tangga.

Dengan mengelompokkan rumah tangga ke dalam 6 golongan rumah tangga nilai

pengganda pendapatan rumah tangga berkisar 0.1 sampai 0.9 (Tabel 9). Nilai pengganda

rumah tangga untuk masing-masing sektor sektor secara rinci ditampilkan pada Lampiran

6. Sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan menghasilkan

pengganda lebih besar dibandingkan sektor lain secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan

bahwa pengembangan sektor agroindustri akan memberikan pendapatan rumah tangga

lebih besar dibandingkan pengembangan yang dilakukan ke sektor lain. Namun untuk

kelompok buruhtani dan petani, nilai pengganda terbesar adalah untuk sektor pertanian

Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga

Buruh Tani Petani Kecil Petani Luas NP Rendah

Desa NP Atas Desa

NP Rendah

Kota NP Atas Kota

SEKTOR

1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003

Pertanian Primer

Pertanian Tanaman angan 0.06 0.26 0.14 0.38 0.15 0.33 0.19 0.61 0.18 0.26 0.19 0.74 0.19 0.29 Peternakan dan Hasil-hasiln ya 0.05 0.22 0.13 0.28 0.14 0.25 0.19 0.55 0.19 0.22 0.21 0.80 0.21 0.31

Perikanan 0.04 0.03 0.10 0.03 0.12 0.03 0.17 0.06 0.17 0.02 0.22 0.10 0.23 0.04

Kehutanan dan Perburuan 0.03 0.16 0.08 0.18 0.10 0.17 0.15 0.43 0.17 0.16 0.23 0.67 0.26 0.26 Pertanian Tanaman Lainnya 0.04 0.23 0.10 0.32 0.12 0.28 0.16 0.59 0.17 0.24 0.23 0.79 0.24 0.31 Agroindustri Makanan

Ind mak sektor peternakan 0.02 0.18 0.06 0.22 0.07 0.20 0.11 0.48 0.12 0.18 0.16 0.74 0.18 0.28 Ind mak sektor tan pangan 0.03 0.18 0.06 0.22 0.08 0.21 0.12 0.50 0.13 0.19 0.18 0.77 0.20 0.29 Ind mak sektor perikanan 0.03 0.18 0.07 0.23 0.09 0.21 0.14 0.50 0.15 0.19 0.20 0.75 0.22 0.29 Ind mak sektor perkebunan 0.02 0.17 0.05 0.21 0.07 0.20 0.11 0.47 0.12 0.18 0.16 0.71 0.17 0.27 Industri minuman 0.03 0.18 0.07 0.22 0.09 0.20 0.14 0.52 0.16 0.19 0.21 0.82 0.23 0.31 Industri rokok 0.02 0.18 0.06 0.20 0.07 0.19 0.12 0.56 0.12 0.19 0.17 0.94 0.18 0.35 Agroindustri Non Makanan

Industri Kapuk 0.01 0.16 0.03 0.17 0.04 0.17 0.07 0.48 0.07 0.17 0.10 0.84 0.11 0.31 Industri kulit samakan dan olahan 0.01 0.16 0.03 0.18 0.03 0.18 0.05 0.49 0.05 0.17 0.08 0.86 0.08 0.32 Industri kayu lapis, bambu & rotan 0.02 0.18 0.04 0.19 0.05 0.19 0.08 0.53 0.08 0.19 0.12 0.94 0.1 3 0.35 Industri bubur kertas 0.01 0.16 0.03 0.18 0.04 0.18 0.06 0.49 0.06 0.17 0.09 0.86 0.09 0.32 Industri karet remah ,karet asap 0.01 0.18 0.02 0.20 0.02 0.19 0.04 0.57 0.04 0.19 0.06 1.05 0.06 0.39

Industri ringan dan lainnya 0.01 0.17 0.01 0.19 0.02 0.19 0.03 0.52 0.03 0.18 0.05 0.92 0.05 0.34

Industri berat 0.01 0.16 0.01 0.18 0.02 0.18 0.03 0.48 0.03 0.17 0.05 0.85 0.05 0.32

Agroindustri Makanan 0.03 0.18 0.06 0.22 0.08 0.20 0.12 0.50 0.13 0.19 0.18 0.79 0.20 0.30

Agroindustri non Makanan 0.01 0.17 0.03 0.19 0.04 0.18 0.06 0.51 0.06 0.18 0.09 0.91 0.09 0.34

Sektor Primer 0.05 0.18 0.11 0.24 0.13 0.21 0.17 0.45 0.18 0.18 0.22 0.62 0.23 0.24

Sektor Lain 0.03 0.20 0.07 0.20 0.08 0.23 0.14 0.41 0.14 0.14 0.23 0.80 0.23 0.30

Catatan: pengganda pendapatan untuk sektor lain secara rinci disajikan pada Lampiran 6.

NP Rendah Desa = Non Pertanian golongan rendah di desa; NP Atas Desa = Non Pertanian golongan atas di desa; NP Rendah Kota = Non Pertanian golongan rendah di kota; NP Atas Kota = Non Pertanian golongan atas di kota.

1

4

Artinya bagi buruh tani dan petani pengembangan sektor pertanian primer yang akan

menghasilkan pendapatan bagi buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan

pengembangan sektor lain.

Jika diperhatikan lebih lanjut, bagi rumah tangga buruh tani, petani kecil dan petani

luas, stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri makanan akan memberikan

peningkatan pendapatan bagi mereka lebih besar dibandingkan jika pengembangan

dilakukan ke agroindustri non makanan. Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non

pertanian stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri non makanan akan

menghasilkan peningkatan pendapatan lebih besar meskipun perbedaaannya tidak

terlampau besar. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri makanan lebih banyak

berorientasi di sektor pertanian dan perdesaan sehingga memberikan manfaat yang lebih

besar kepada petani dan buruh tani, sementara agroindustri non makanan lebih banyak

berorientasi di sektor non pertanian dan di kota sehingga manfaat yang dihasilkan lebih

banyak dinikmati oleh rumah tangga non pertanian.

Dilihat perkembangan dua titik waktu, peran sektor agroindustri terhadap

pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan. Nilai pengganda pendapatan rumah

tangga untuk agroindustri non makanan meningkat sangat nyata antar dua titik waktu

tersebut. Hal ini disebabkan pada masa krisis peran agroindustri non makanan sangat

menurun sehingga pada kondisi ekonomi normal dewasa ini peran agroindustri terlihat

meningkat sangat nyata relatif terhadap kondisi masa krisis ekonomi.

Hasil analisis juga menunjukkan jika diberikan stimulus ekonomi di sektor

agroindustri, terutama agroindustri non makanan, maka pendapatan terbesar diterima oleh

rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di kota dan di desa, misalnya para

pedagang, buruh angkut serta rumah tangga pekerja jasa golongan rendah lain. Sebaliknya

rumah tangga buruh tani dan petani adalah golongan yang memperoleh pengganda

banyak melibatkan sektor non pertanian khususnya sektor jasa dengan pelaku rumah

tangga non pertanian golongan rendah yang terlibat dalam proses industri. Sedangkan

buruh tani maupun petani yang berperan dalam penyediaan bahan baku tidak banyak

terlibat. Kondisi ini bisa terjadi dengan adanya pengembangan agroindustri yang bersifat

vertikal atau penggunaan bahan baku sebagian besar dari impor. Alasan perusahaan

melakukan pengembangan vertikal adalah terkait dengan jaminan kualitas dan kontinyuitas

pasokan yang tidak terpenuhi pleh usahatani petani sekitar. Dengan demikian manfaat

pengembangan agroindustri tidak mengalir ke rumah tangga petani dan buruh tani.

Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa strategi ADLI di Indonesia belum

terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Strategi ADLI yang bertujuan meningkatkan

pendapatan rumah tangga petani, terutama buruh tani dan petani kecil, belum mencapai

sasaran. Manfaat pengembangan sektor pertanian primer dan agroindustri belum sampai

secara maksimal ke rumah tangga pertanian. Buruh tani menerima manfaat paling kecil

dibandingkan kelompok rumah tangga lain, bahkan rumah tangga golongan atas di kota

menerima pendapatan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga buruh tani.

Kajian yang dilakukan oleh Bautista et al. (1999) dengan menggunakan SAM Indonesia 1995 menghasilkan kesimpulan yang sama. Pengembangan sektor pertanian

menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga petani yang lebih rendah dibandingkan

dengan golongan rumah tangga lain. Namun strategi ADLI yang diterapkan di beberapa

negara (Vietnam, Mozambique, Srilanka, Kenya, China, India) disamping berhasil

meningkatkan output dan pendapatan, juga mampu menghasilkan pendapatan bagi rumah

tangga pertanian yang lebih besar dibanding golongan rumah tangga lain (Bautista, 1999;

Jensen dan Trap, 2004, Adelmanet al., 1989).

Kurang berhasilnya strategi ADLI di Indonesia dalam menghasilkan pendapatan

rumah tangga petani dan buruh tani yang lebih baik juga dapat disebabkan oleh

pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Modal yang terbatas, informasi pasar

yang terbatas, ketrampilan dan pendidikan (sumberdaya manusia) yang terbatas menjadi

salah satu sebab rumah tangga petani dan buruh tani sebagai kelompok yang tertinggal

dalam mengambil manfaat kemajuan teknologi dan pengembangan sektor pertanian dan

agroindustri.

Hal ini berimplikasi bahwa pembangunan agroindustri tidak bisa dilakukan sepihak

melalui pengembangan dari sisi industrinya saja melainkan harus dilakukan simultan

melalui pembangunan sektor pertanian primer, baik pembangunan fisik, pembangunan

sumberdaya manusia, maupun kelembagaan sehingga sektor pertanian primer dapat

menjamin tuntutan kualitas dan kontinuitas pasokan yang dibutuhkan bagi pengembangan

sektor agroindustri dan manfaat pengembangan sektor agroindustri dapat mengalir lebih

banyak ke rumah tangga buruh tani dan petani. Pembangunan agroindustri tidak akan

menghasilkan dampak optimal tanpa didukung oleh sektor pertanian yang berkualitas.