VIII DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN
2.7. Studi Terdahulu Tentang Distribusi Pendapatan
Akita et al. (1999) menganalisis ditribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia menggunakan metoda Analisis Dekomposisi Theil dan Indeks Gini. Data yang digunakan
adalah data SUSENAS tahun 1987, 1990 dan tahun 1993. Berdasarkan indeks Theil,
kesenjangan penduduk di kota lebih besar daripada penduduk desa. Selama tiga titik waktu
tersebut kesenjangan pendapatan penduduk kota cenderung meningkat sebaliknya untuk
penduduk desa indeks distribusi cenderung menurun meskipun untuk tahun 1990 ke tahun
1993 terjadi peningkatan. Sedangkan distribusi pendapatan populasi rumah tangga secara
agregat mengalami peningkatan dalam tiga titik waktu tersebut yang diukur melalui indeks
Theil T-Total sebesar 0.241 tahun 1987 menjadi 0.257 tahun 1993. Artinya selama enam
tahun, indeks kemiskinan meningkat sebesar 0.16.
Dengan melakukan dekomposisi indeks Theil-T Total ke dalam indeks Theil-T
within dan Theil-T between kelompok diperoleh bahwa kesenjangan pendapatan yang terjadi antar rumah tangga desa dan kota lebih banyak disokong oleh kesenjangan yang
terjadi dalam kelompok yaitu sekitar 75 persen untuk tahun 1993. Sedangkan kesenjangan
antar kelompok hanya menyumbang sekitar 25 persen dari kesenjangan total yang terjadi.
Akita juga melakukan analisis distribusi pendapatan antar provinsi, dimana
kesenjangan pendapatan rumah tangga antar provinsi lebih besar dibandingkan
kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota. Akita juga membandingkan indeks
pendapatan rumah tangga perkotaan sebesar 0.373 yang tergolong ke dalam katagori tidak
merata dan perdesaan sebesar 0.304 yang tergolong ke dalam distribusi yang merata.
Etharina (2005) juga menggunakan indeks Theil untuk menganalisis distribusi
pendapatan rumah tangga antar provinsi yang dikelompokkan ke dalam pendapatan dengan
migas dan tanpa migas dengan menggunakan data nilai tambah PDB nasional per provinsi
selama tahun 1983 ke tahun 2001. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi PDB tanpa
migas lebih merata dibandingkan distribusi PDB dengan migas. Selama kurun waktu
tersebut perkembangan distribusi sangat fluktuatif. Dengan melakukan dekomposisi
indeks Theil ke dalam distribusi dalam kelompok dan antar kelompok kesenjangan
pendapatan PDB Jawa dan Luar Jawa lebih banyak disumbang oleh kesenjangan dalam
kelompok, sedangkan kesenjangan antar kelompok hanya menyumbang sekitar 0.18 dari
kesenjangan yang terjadi dengan besaran indeks tahun 2001 sebesar 0.00014. Dilihat
perkembangan selama 10 tahun terakhir, indeks kesenjangan total cenderung menurun
tatapi kesenjangan antar kelompok dan kesenjangan dalam kelompok Jawa cenderung
meningkat sedangkan kesenjangan dalam kelompok luar Jawa cenderung menurun.
Artinya penurunan kesenjangan total untuk penduduk Jawa dan luar Jawa lebih disebabkab
oleh penurunan kesenjangan PDB dalam kelompok luar Jawa.
Hafizrianda (2006) menggunakan indeks Theil untuk mengkaji dampak
peningkatan investasi daerah sebesar satu milyar ke masing-masing sektor ekonomi secara
terpisah terhadap distribusi pendapatan rumah tangga menggunakan data SNSE Papua
tahun 2003. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak peningkatan investasi tersebut
berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan, meskipun dampaknya sangat kecil.
Decaluweet al.(1998) melakukan kajian dampak goncangan perdagangan dan tarif terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan rumah tangga di negara-negara
berkembang. Analisis distribusi pendapatan menggunakan analisis parametrik Beta distribution function. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan meningkatkan harga
komoditas ekspor akan menurunkan pendapatan rumah tangga dan menurunkan garis
kemiskinan serta berdampak terhadap distribusi pendapatan yang lebih merata.
Cogneau dan Robilliard (2000) menggunakan kerangka CGE untuk mengkaji
pertumbuhan, distribusi pendapatan dan kemiskinan di Madagaskar. Model dalam kajian
ini lebih difokuskan pada pasar tenaga kerja dan alokasi tenaga kerja rumah tangga selain
memodelkan perilaku konsumsi. Analisis menggunakan data survey sebanyak 45 ribu
rumah tangga. KerangkaSocial Accounting Matrix diadopsi ke dalam model CGE untuk pengelompokan rumah tangga. Hasil analisis selanjutnya digunakan untuk menganalisis
distribusi pendapatan menggunakan indek Theil dan analisis kemiskinan menggunakan
indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT). Dalam menetapkan garis kemiskinan digunakan batasan yang sama dengan Indonesia oleh BPS, yaitu batasan kecukupan pangan sebesar
2100 kkalori/ kapita/ bulan dan kebutuhan minimum untuk pakaian dan perumahan.
Hasil analisis menunjukkan kebijakan menetapkan upah secara formal dan
meningkatkan deviden akan menurunkan indeks Theilbetweennamun indeks Theil within
cenderung meningkat. Artinya tidak ada kesamaan arah dampak skenario tersebut terhadap
distribusi antar kelompok dan dalam kelompok. Kebijakan tersebut juga secara total
menurunkan indeks Theil Total.
Sedangkan kebijakan meningkatkan upah formal dan deviden 10% akan berdampak
meningkatkan indeks kesenjangan tetapi dapat menurunkan indeks kemiskinan. Dengan
skenario ini perubahan indeks Theil antar dan dalam kelompok menunjukkan arah yang
sama.
Savard (2003) menganalisis distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan
menggunakan kerangka analisis CGE. Analisis Distribusi menggunakan analisis indeks
Gini sedangkan untuk mengukur kemiskinan menggunakan indeks FGT. Dalam kerangka
harga barang-barang makanan terhadap poverty line. Penelitian Savard menggunakan jumlah rumah tangga sebanyak 39 510 rumah tangga.
Savard membandingkan dua model untuk menghitung dampak simulasi kebijakan
terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Model pertama adalah mengendogenkan
fungsi konsumsi dan menggunakan sistem permintaan yang sama dalam model rumah
tangga, disebut sebagai Representative Agent CGE (RA-CGE). Model kedua melakukan perubahan pada sistem pengeluaran dimana fungsi pengeluaran yang diturunkan dari fungsi
utilitas Cob Douglass diganti dengan Non Lineaar Expenditure System disebut Top- down/Bottom-up (TO-BU CGE). Hasil analisis menunjukkan bahwa model pertama menghasilkan penurunan indeks Gini sebesar 0.11 sedangkan model kedua cenderung
meningkatkan indeks Gini sebesar 0.042.
Cockburn (2001) menggunakan kerangka CGE Micro Simulation Model yang
diterapkan di Nepal untuk mengetahui dampak kebijakan fiskal dan liberalisasi
perdagangan terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Analisis distribusi pendapatan
menggunakan indeks Atkinson dan indeks Gini sedangkan analisis kemiskinan
menggunakan indeks FGT. Data yang digunakan adalah data Survey Standard Hidup Nepal
(Nepalese Living Standard Survey) tahun 1995 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3373 rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak terhadap distribusi
pendapatan adalah menurunkan indeks Gini maupun indeks Atkinson yang berarti
mengarah pada distribusi pendapatan yang lebih merata. Indeks Gini data dasar (sebelum
simulasi) menujukkan besaran 0.2287 yang tergolong pada distribusi yang merata.
O’Ryan dan Sebastian (2003) mengkaji dampak peningkatan produkstivitas kapital
terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan menggunakan kerangka CGE.
Sektor produksi didisagregasi kedalam sektor pertanian primer, sektor primer lainnya,
sektor agroindustri, sektor industri dan sektor-sektor lainnya. Hasil analisis menunjukkan
pendapatan. Populasi rumah tangga kaya memperoleh peningkatan pendapatan yang jauh
lebih besar daripada golongan populsi miskin. Sebaliknya kebijakan di sektor pertanian
dan agroindustri akan memperbaiki distribusi pendapatan dan kelompok rumah tangga
miskin akan memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan
kelompok kaya.