• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Orang tua

Berbicara mengenai orang tua tidak terlepas dari membicarakan keluarga karena bagaimanapun juga orang tua terikat dalam satu wadah yang dinamakan keluarga. Pembentukan orang tua (keluarga) dalam Islam dimulai ketika ada hubungan antara laki-laki dan perempuan yang mana sudah terikat dalam pernikahan yang syar’i menurut Islam. Dari sinilah maka terbentuklah orang tua yang dapat bertanggung jawab terhadap keturunannya.

Menurut Muh. Shochib pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga yang besar dan keluarga inti.

Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Walapun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.5

Suatu keluarga diawali dari sepasang suami istri, kemudian lahir anak-anak memeka.6 Suami istri merupakan dua unsur utama dalam keluarga jadi keluarga dapat disimpulkan suatu unit yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau bisa dikatakan bahwa keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan perempuan yang berlangsung secara terus menerus di mana satu sama lain merasa tentram dan nyaman. Dan ketika mereka melahirkan seorang anak maka anak itu menjadi unsur utama ketiga setelah orang tua.

Dengan kata lain esensi keluarga (ibu dan ayah) adalah kesatu arahan dan kesatu tujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Jadi seperti kita ketahui dalam satu keluarga terdapat tiga unsur yaitu suami, istri dan anak yang mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, jadi ketika salah satu unsur itu hilang maka keluarga akan kehilangan

keseimbangannya.

5Muh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 17

°Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,

Islam memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu dimana ia berinteraksi. Dari interaksi dengan lingkungan pertama itu individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar dari kepribadiannya.7 * 9 Jelaslah bahwasanya orang tua (keluarga) tidak hanya berhubungan langsung dengan satu keluarga tetapi keluarga juga terus berinteraksi dengan orang lain karena keluarga juga makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain. Dan dari segi lain pula keluarga menjadi ukuran buat atau lemahnya masyarakat yaitu jika keluarga kuat maka masyarakat kuat, kalau lemah

o

masyarakat pun menjadi lemah. Dari sinilah kita mengetahui bahwa orang tua (keluarga) sangat penting baik bagi anggota keluarga itu sendiri maupun bagi masyarakat.

2. Fungsi Orang Tua

Keluarga adalah kelompok hidup yang paling kecil dari masyarakat di suatu negara. Letak di mana kedamaian dan ketentraman hidup ada pada keluarga. Mengingat hal tersebut dalam agama Islam keluarga dipandang sebagai wadah apakah keluarga tersebut selamat baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu keluarga harus mendapat pimpinan ayah sebagai kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab. Fungsi orang tua dapat dibedakan menjadi dua:

a. Orang Tua sebagai Pendidik

Tanggung jawab ini merupakan upaya untuk menjaga dan melindungi akal yang merupakan salah satu dari lima tujuan syariat islam,

7Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1989, him. 348

sehingga dalam hal ini membekali anak dengan ilmu pengetahuan adalah suatu kewajiban bagi orang tua agar anaknya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dimasa yang akan datang. Lebih baik memberikan kail daripada memberikan ikan, ituklah pepatah yang tepat untukpermasalahan ini karena dengan memberikan ikan hanya bisaa menghidupi sepanjang masa, artinya agar anak dapat mempetrtahankan kehidupanya dimasa yang akan datang makaperlu diberikan bekal, yaitu dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Berkaitan dengan orang tua sebagai pendidik, Al Ghazali berpendapat:

“Melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat penting sekai i, karena anak sebagai amanat orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia baik dan bahagia dunia akhirat, sedang ayah serta para pendidik-pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya. Tetapi bila ia dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan maka celaka dan rusaklah ia sedang wali serta pemeliharaannya mendapat beban dosanya. Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa dengan mendidik dan mengajar berakhlak mulia, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tak boleh membiasakan anak dengan bernikmat-nikmat

Adapun konsep anak sebagai amanah ditegaskan sebagaimana firman Allah, dalam QS. Al Anfal ayat 28 : 9 10

9H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, him. 72

* y ' - , t A A *

^ <ss*J^«l Lijl

Artinya : Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.10

Dari ayat tersebut ditegaskan bahwa orang tua hendaknya mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah SWT dengan cara mengasuh, memelihara dan membimbing anak-anak mereka dengan keikhlasan dan kesungguhan semata-mata mengharap ridho Allah,

b. Tugas Orang Tua Sebagai Pelindung/Pemelihara

Tugas ini merupakan dorongan alami yang harus dilaksanakan oleh orang tua, karena orang tua harus memelihara keselamatan, kehidupan keluarganya baik moril maupun materiilnya.

Jaminan materiil bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain berupa nafkah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah QS. At Thalaq ayat

Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka, dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya."

Dari ayat di atas ditegaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia amat beragam dan kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Menurut Zakiah Daradjat membedakan kebutuhan pokok manusia menjadi dua golongan :

1) Kebutuhan Fisik Jasmani

Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer, seperti makan, minum, seks dan sebagainya, tidak dipelajari manusia, sudah fitrahnya sejak lahir. Jika kebutuhan- kebutuhan tersebut tidak dipenuhi akan hilanglah keseimbangan fisiknya. Dalam pandangan agama, kebutuhan-kebutuhan fisik jasmaniah ini diakui adanya, dan juga diakui bahwa semua makhluk akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya.11 12 Ilal ini ditegaskan dalam firman Allah QS. Hud ayat 6 :

l j i ej Cr? ^3

S CP*

11 Departemen RI, op.cit, him. 79

12 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, CV. Ruhama, Jakarta, him. 19-20

Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).13 Dari ayat di atas ditegaskan bahwa Allah menjamin tidak ada satu makhlukpun yang tidak dijamin rejekinya.

2) Kebutuhan Mental Rohaniah

Di samping manusia berusaha memenuhi kebutuhan fisik jasmaniahnya, dia juga harus memenuhi kebutuhan mental rohaniahnya. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Kebutuhan-kebutuhan rohaniah tersebut adalah:

(a) Kebutuhan akan agama

Bayi sejak lahir telah membutuhkan agama. Iman ditumbuh kembangkan melalui pengalaman hidup setelah seorang anak lahir. Perlu dikumandangkan adzan dekat telinganya, agar pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat- kalimat tauhid yang berintikan pengakuan akan keagungan Allah dan kerasulan Muhammad, ajakan kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah (shalat), diakhiri dengan pernyataan akan keagungan dan ke-Esaan Allah.

Bayi yang baru lahir itu memang belum mengerti arti kata­ kah tauhid dalam adzan tersebut. Namun demikian dasar-dasar

keimanan dan keislaman sudah masuk ke dalam hatinya. Ketika dia disusukan ibunya, dia mendengar ucapan basmallah dalam pangkuan ibu, dan kebutuhan fisik jasmaniahnya (minuman/makanan) terpenuhi setelah ia puas menyusu terdengar pula suara ibu mengucapkan hamdalah.

(b) Kebutuhan akan kasih sayang

Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam hidup manusia anak kecil yang merasa kurang disayangi oleh ibu bapaknya kaan menderita batinnya.

Kasing sayang yang paling utama dibutuhkan anak adalah dari ibu kandungnya. Kasih sayang yang timbul itu harus atas kesadaran bahwa si anak sangat membutuhkannya. Dan kasih sayang tersebut harus terpantul dalam sikap, tindakan, pelayanan, dan kata-kata yang belum yang membawa ketentraman batin bagi si anak.

(c) Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman mendorong orang untuk selalu berusaha mencari rezeki dan meningkatkan nilai-nilai kehidupan. Dalam perlakuan dan tindakan yang dilihat, didengar dan dirasakan anak yang sedang dalam pertumbuhannya hendaknya anak merasa aman, tidak terancam oleh tindakan keras seperti marah, membentak dan menyakitinya.

(d) Kebutuhan akan rasa harga diri

Keluarga (Orang tua) kadang tidak menyadari bahwa anak kecil mempunyai harga diri. Padahal rasa harga diri tumbuh dan berkembang sejak kecil. Anak yang merasa disayangi dan dihargai oleh orang tua atau pengasuhnya akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira. Maka sikapnya terhadap dirinya dan rang lain di sekitarnya, akan positif dan menyenangkan.

(e) Kebutuhan akan rasa bebas

Kebutuhan akan rasa bebas, tidak terikat atau terhalang oleh kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu, juga salah satu kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup marusia. orang yang merasa tidak bebas mengeluarkan apa yang terasa dalam hatinya maka ia akan mencari jalan agar ia dapat merasa bebas dalam hidupnya. Kebebasan dalam batas yang wajar, tidak berbahaya dan perlu dikembangkan. Dia hendaknya mendapat kebebasan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. (f) Kebutuhan akan rasa sukses

Rasa sukses atau berhasil juga termasuk kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup. Orang harus merasa berhasil dalam hidupnya. Tetapi jika memang Tuhan mempunyai takdir lain maka manusia harus bisa menerimanya yang terpenting manusia telah berusaha dengan sungguh-sungguh.

(g) Kebutuhan pengenalan

Kebutuhan manusia akan mengenal inilah yang banyak mendorong orang untuk mengadakan penelitian dan riset ilmiah, yang menyebabkan orang mau bersusah payah mengorbankan waktu dan tenagannya. Kebutuhan inilah yang memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebutuhan ini pula yang menyebabkan anak-anak kecil suka bertanya dan mencari-cari jawab dari hal-hal yang meragukannya.14

3. Tujuan orang tua menyekolahkan anak ke madrasah

Setelah diuraikan tentang pengertian orang tua dan fungsi orang tua maka semakin jelaslah bahwa orang tua mempunyai tujuan terhadap anak dalam pendidikan. Di atas telah dikemukakan bahwa anak adalah amanah sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri dan perlu dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.

Pendidikan berarti suatu kegiatan yang disengaja dari orang tua kepada anak dengan cara yang sistematis yang berusaha untuk mendewasakan anak.15 Sedangkan dalam ajaran Islam bahwa tujuan dari pendidikan itu bukan semata-mata untuk mendewasakan anak, tetapi untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

14Zakiah Darajat, op.cit,, him. 22-23

15 Sutari Imam Bamadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Andi Offset, Yogyakarta, 1987, him. 13

Islam adalah agama yang selalu memberikan kewajiban bagi setiap umatnya untuk selalu mencari ilmu. Sebab dalam Islam sasaran pendidikan yang akan dicapai adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam pendidikan agama Islam usaha menciptakan manusia yang sejahtera lahir dan batin merupakan target utama jangka panjang. Tujuan akan dapat dicapai apabila manusia itu menjadi muslim yang sempurna. Allah SWT telah memberikan jaminan kepada manusia yang beriman dan bertaqwa, o'eh karena itu ketaatan menjalankan ajaran agama Islam merupakan jalan bagi tercapainya tujuan tersebut.

Anak adalah amanah sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri dan perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Oleh karena itu orang tua hendaknya senantiasa memberikan pendidikan kepada anak sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Lukman Hakim,

a. Materi keimanan

Iman sebagai unsur dalam Islam dan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Imanlah yang akan menentukan seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian pendidikan agama Islam yang paling menentukan dalam keluarga adalah masalah keimanan. Sedemikian pentingnya keimanan, maka sesolah-olah Nabi dan Rosul hanya mengajarkan masalah keimanan saja yaitu memperkukuh pondasi tauhid serta memberantas kemusyrikan.

Adapun didalam menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anak meliputi dua pokok, yaitu:

1) Jangan menyekutukan Allah SWT

Pendidikan keimanan ini hendaknya ditanamkan kepada anak sejak dini, karena naluri anak telah bisa menerima ajaran keimanan dari orang tuanya. Hal ini terbukti telah mendapatkan tempat pertama dalam QS. Al Lukman ayat 13:

*. -* s, ' * ,* ' J ,

t

Dokumen terkait