SUASANA BELAJAR
(Studi Pada Siswa Kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah.
NIM: 111 01 087
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISLAM NEG ER I (ST A IN ) SALATIGA
D E K L A R A S I
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 22 Juni 2006
Pene iti
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
SKRIPSI Saudara : Ivan Syaiful Rusmadi dengan Nomor Induk Mahasiswa :
111 01 087 yang berjudul PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi pada Siswa MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 05 Agustus 2006 yang bertepatan
dengan tanggal 11 Rajab 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 05 Agustus 2006 11 Rajab 1427 II
Panitia Ujian
Ketna Sidang Sekretaris
NIP. 150 247 014
fy^guji II
Drs. Masykurminan, M .Ag NIP: 150 182 685
Dra. Nur Hasanah. M.Pd. NIP: 150 268 213
N I P . 1 5 0 1 7 0 1 3 4
NOTA PEMBIMBING
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudara
Nama : Ivan Syaiful Rusmadi
NIM : 11101087
Jurusan/ Program : Tarbiayh/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA
MENGEMBANGKAN MADRASAH
TERHADAP SUASANA BELAJAR
(Studi Pada Siswa Kelas I MTs Negeri Plupuh
Sragen Tahun Ajaran 2004/2005
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera
dimunaqosahkan.
Demikian harap maklum.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
SKRIPSI Saudara : Ivan Syaiful Rusmadi dengan Nomor Induk Mahasiswa :
111 01 087 yang beijudul PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi pada Siswa MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu 05 Agustus 2006 yang bertepatan
dengan tanggal 11 Rajab 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 05 Agustus 2006 11 Rajab 1427 H
Panitia Ujian
Drs. Masykurminan, M.Ag NIP: 150 182 685
Sekretaris
Dr. M uh. Saerozi. M.Ag NIP. 150 247 014
NIP: 150 268 213
N I P . 1 5 0 1 7 0 1 3 4
\ y u\3 y ^ j j ^ \ (j l * > t ^ j
(A • *LuJ\) \ Jo Jw-« ^ j f i Ij ^aJj
I Undaklah takut kepada Allah orang-orangyang seandainya meninggalkan di belakang
mere ku anak-anak yang lemafgyang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mere ku.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9)*
^Departemen R.I, Qur’an dan Terjemahannya, Toha Putra, Semarang, 1980, him. 116
Skripsi mi *k
upersem bahan kepa&*
tercinta
Jurusan Penfcibikan A ^m A Islam Fakultas T^rbivj^k
#
jjJlll J Uj^Sl
j^
a!
(jA
*JuuU
Ajj
j^
aII*]! L
-J
jjJi
A
a^JI
^Iujj Jj-«a #a5il Jj-^j j' Afrjuj' j <dil V' All V j'
,^XJ Lol 4 jlX A'j Al%.x.O ^ Ail J lOj Aa.^A ^1g<
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufiq dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi yang beijudul “PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA MENGEMBANGKAN MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun ajaran 2004/2005)”
ini dapat selesai. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, dan kepada orang-orang yang setia mengikuti jejaknya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
motivasi dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Badwan, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. H. M. Banany, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan dan penuh kesabaran, keikhlasan dan ketelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga
4. Bapak Drs. Axis Suparlan, M.Pd., selaku Kepala MTs Negeri Plupuh yang
berkenan memberikan ijin untuk penelitian ini.
yang telah memberikan dorongan moral, material, dan spiritual kepada penulis.
6. Adik tercinta (Atin) yang setia mendampingi penulis dan rekan-rekanku di Kost
Hendro Club, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan secara rinci.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal atas jasa-jasa mereka kepada penulis. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kemajuan perkembangan ilmu
pengetahuan. Amin.
Salatiga, 22 Juni 2004
Peneliti
Ivan Svaiful Rusmadi
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 3
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Kegunaan Penelitian... 6
F. Hipotesa Penelitian... 6
G. Metodologi Penelitian... 6
H. Teknik Analisa Data... 8
1. Pengertian Madrasah... 11
2. Perkembangan Madrasah... 12
3. Pembagian Madrasah... 14
B. Peran Serta Orang Tua Terhadap Madrasah 1. Pengertian Orang Tua... 15
2. Fungsi Orang T ua... 17
3. Tuj uan Orang Tua Menyekolahkan Anak ke Madrasah... 24
C. Tingkat Perhatian Orang Tua Terhadap Suanasana Belajar Siswa 1. Suasana Belajar Siswa... 32
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa.... 35
D. Hubungan Komitmen Orang Tua Mengembangkan Madrasah Terhadap Suasana Belajar Siswa... 37
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Negeri Plupuh Sragen 1. Letak Geografis MTs Negeri Plupuh Sragen... 39
2. Sejarah Singkat MTs Negeri Plupuh Sragen... 40
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Plupuh Sragen... 41
4. Struktur Organisasi MTs Negeri Plupuh Sragen ... 42
5. Keadaan Guru dan Murid MTs Negeri Plupuh Sragen... 44
6. Sarana dan Prasarana MTs Negeri Plupuh Sragen ... 49
3. Skor Jawaban Tiap Item... 60
4. Hasil Angket... 61
BAB IV ANALISA DATA
A. Analisa Pertama... 71
B. Analisa Kedua... 75
C. Analisa Lanjut... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran-saran... 85
C. Penutup ... 86
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR ANGKET
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TABEL I : Keadaan Guru Menurut Latar Belakang Pendidikan dan
Status Tahun 2005... 45
TABEL II : Kesesuaian Mengajar Guru Dengan Latar Belakang Guru
MTs Negeri Plupuh Sragen... 46
TABEL III : Keadaan Siswa MTs Negeri Plupuh Menurut Tingkat
Umur dan Jenis Kelamin... 47
TABEL IV : Keadaan Siswa MTs Negeri Plupuh Menurut Asal Sekolah 48
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga yaitu orang tua yang bertanggung jawab penuh atas
pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan dan bertanggung jawab
penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Dalam Islam konsep bertanggung
jawab itu terletak pada konsep amanah. Amanah adalah suatu sistem nilai yang
meletak pada diri manusia karena begitu kita hidup dan mengenyam kehidupan
yang merupakan pemberian Tuhan kita harus mempertanggung jawabkannya,
karena kehidupan manusia berbeda dengan makhluk lainnya.1 Oleh karena itu
orang tua menyerahkan anak-anaknya kepaa madrasah dengan maksud utama
agar di madrasah itu anak-anak menerima pelajaran-pelajaran (ilmu pengetahuan
dan keterampilan-keterampilan) yang dapat digunakan sebagai bekal hidupnya
kelak di dalam masyarakat. Madrasah berkewajiban dan bertanggung jawab atas
hasil pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada anak-anak yang umumnya
keluarga tidak mampu lagi memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang
telah diberikan di madrasah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh keluarga.
Disamping orang tua dan madrasah bertanggung jawab terhadap anak
didiknya orang tua juga ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan 1
1 Achnmdi, Islam Sebagal Paradigma Ilmu Pengetahuan, Adilya Media, Yogyakarta, 1992,
him. 89
madrasah yang mana secara langsung ataupun tidak langsung hal ini berpengaruh
terhadap kualitas belajar anak.
Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat dan orang tua masih rendah.
Secara historis sebenarnya peran masyarakat dan orang tua dalam pembangunan
pendidikan di Tanah air sangat besar, tetapi strategi pemerintah dalam
pembangunan pendidikan selama ini belum mampu menggali potensi tersebut.
Masyarakat dan orang tua sudah seharusnya bagian dari madrasah dalam
mengambil keputusan.
Terciptanya suatu lingkungan madrasah yang lebih nyaman dan tenang,
setidaknya lingkungan madrasah yang seperti itu akan membuat siswa libih
senang. Iklim seperti ini akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien dan lebih menekankan belajar mengetahui (learning to know),
belajar menjadi diri sendiri (learning to do) dan belajar hidup bersama secara
harmonis (learning to live together).2
Masyarakat dan orang tua mempunyai hak dan kewajiban untuk
menghidupi, mengembangkan dan menjadikan madrasah sebagai tempat
pendidikan berkwalitas. Madrasah tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Namun
begitu, partisipasi aktif sebagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program-program
madrasah perlu dikembangkan dan dimaksimalkan. Sebab ada kecenderungan
keterlibatan masyarakat di madrasah selama ini hanya dalam bentuk bantuan
finansial saja.
Seharusnya ke depan, masyarakat dan orang tua harus disadarkan lagi
bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh
semua pihak. Prestasi keberhasilan madrasah harus menjadi kelembagaan
masyarakat dan lingkungannya.
Atas dasar itulah penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH KOMITMEN ORANG TUA MENGEMBANGKAN
MADRASAH TERHADAP SUASANA BELAJAR (Studi pada Siswa kelas I MTs Negeri Plupult Sragen Tahun Ajaran 2004/2005)”
Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran atau pemahaman yang beraneka
ragam, perlu kiranya penulis menjelaskan istilah judul di atas sebagai berikut:
1. Komitmen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komitmen berarti
“perjanjian (keterkaitan) untuk melakukan sesuatu”.3
2. Orang tua
Yaitu orang yang sudah dewasa dalam hal ini sepasang suami istri
yang memiliki anak.
3. Madrasah
Yang dimaksud dengan madrasah ialah : sekolah atau perguruan
tinggi biasanya yang berdasarkan agama islam.4
Yang dimaksud komitmen orang tua, mengembangkan madrasah
* .
dalam penelitian ini adalah keterikatan dan kesediaan untuk melakukan
sesuatu dalam mengembangkan madrasah. - '
Adapun indikator dari variabel komitmen orang tua mengembangkan
madrasah ialah:
a Menyekolahkan anak di madrasah,
b. Menyumbangkan dana untuk madrasah.
c Mensosialisasikan madrasah.
d. Menyumbangkan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
4. Suasana
Yang dimaksud suasana adalah keadaan sekitar, sesuatu atau
dukungan sesuatu.5
5. Belajar
Suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,
perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara.
6. Siswa
Yang dimaksud siswa murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan
menengah.6 Yang dimaksud dengan suasana belajar siswa adalah situasi atau
keadaan mengenai proses belajar siswa.
Adapun indikator dari variabel suasana belajar siswa ialah :
a. 1 ersedianva lingkungan yang nyaman dan tenang.
b. Tersedianya tempat yang menunjang untuk belajar.
c. Tersedianya kelengkapan alat-alat pelajaran.
d. Tersedianya fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan penegasan istilah di atas, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
L Bagaimana tingkat komitmen orang tua mengembangkan-Jnadrasah pada
MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005 ?
« -2. Bagaimana suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen
Tahun Ajaran 2004/2005 ?
3. Adakah pengaruh antara komitmen orang tua mengembangkan madrasah
dengan suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun
Ajaran 2004/2005 ?
D. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari persoalan pokok, maka tujuan penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat komitmen orang tua mengembangkan madrasah
pada MTs Negeri Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2004/2005.
2. Untuk mengetahui suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh
Sragen Tahun Ajaran 2004/2005.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara komitmen orang tua mengembangkan
madrasah dengan suasana belajar pada siswa kelas I MTs Negeri Plupuh
E. Kegunaan Penelitian
Dari aspek signifikansi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh komitmen orang tua
mengembangkan madrasah terhadap suasana belajar siswa. Apabila ada pengaruh
antara komitmen mengembangkan madrasah terhadap suasana belajar siswa-
penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi orang tua dapat memberikan
sumbangan bagi orang tua untuk lebih meningkatkan pengembangan madrasah.
F. Rumusan Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang di
identifikasikan.7
Adapun hipotesa yang dirumuskan adalah “ada pengaruh yang signifikan
antara komitmen orang tua mengembangkan madrasah dengan suasana belajar
siswa”.
G* Metodologi Penelitian
Agar diadakan hasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya
metodologi yang tepat.
Adapun metodologi itu adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi adalah sejumlah individu untuk siapa kenyataan yang di
peroleh dari sample yang di generalisasikan.8 Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 MTs Negeri Plupuh, Sragen Tahun
2004/2005, dengan jumlah populasi 225 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki.9 10 11Sedangkan besar
kecilnya sampel tidak ada ketentuanyang pasti atau baku. Sesuai dengan
pendapat Sutrisno Hadi sebagai berikut:
“Mengambil jumlah sampel sebenarnya tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak beberapa persen atau sampel harus diambil dari populasi,10
Sedangkan Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa :
“Untuk sekedar pedoman/patokan, maka apabila subyeknya kurang dari 100, Lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih sesuai dengan kemamuan peneliti dan sempit luasnya wilayah pengamatan”11
Adapun sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah 45
siswa atau 20% dari jumlah populasi sebanyak 225 siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode observasi
Obsrevasi atau yang di sebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera.12
9 Ibid, him. 70.
10 Ibid, him. 71
b. Metode Angket
Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan
tentang topik tertentu yang di berikan kepada subkek baik secara
individual maupun kelompok umtuk mendapatkan iformasi tertentu.13
Angket yang penulis gunakan adalah angket yang tertutup
jawabannya diberikan dengan membutuhkan tanda tertentu,14 atau
jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal menyilangkan.
c. Metode Interview
Interview yaitu metode mengumpulkan data dengan jalan tanya
jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian.15 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang
komitmen orang tua mengembangkan madrasah dan data tentang suasana
belajar.
H. Teknis Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut sehingga mengandung arti atau dapat diambil suatu kesimpulan
akhir dari hasil penelitian yang dilakukan.
Dalam menganalisa data pokok penelitian ini, penulis menggunakan
statistik dengan rumus product moment sebagai berikut:
13 Ibid, him. 134.
14 Sunapiah dan Guntur Wasesa, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1997, him. 178
x y
IXY -N
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
X : Variabel pengaruh
Y : Variabel terpengaruh
XY : Perkalian antara variabel X dan variabel Y
N : Jumlah sampel
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Memudahkan penyusunan dan pemecahan terhadap isi skripsi ini,maka
penulis dalam penulisan skripsi ini, mencantumkan lima bab dengan pokok tiap-
tiap bab sebagaimana tertulis di bawah ini Adapun sistematika penulisan skripsi
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang : latar belakang masalah,
penegasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, rumusan hipotesis, metodologi penelitian, metode
pengumpulan data, teknik analisa data, sistematika penulisan skripsi
BAB II : Landasan Teori
Pada landasan teori ini penulis mengemukakan kepada para pembaca
agar mengetahui dasar teori ini yang meliputi : madrasah sebagai
tingkat pendidikan dan perhatian orang tua terhadap komitmen
mengembangkan madrasah, kaitan antara orang tua dengan suasana
belajar siswa.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian ini berisikan gambaran umum MTs Negeri
Plupuh Sragen meliputi : letak geografis, sejarah singkat MTs Negeri
Plupuh Sragen, visi dan misi MTs Negeri Plupuh Sragen, keadaan
sarana dan prasarana, keadaaan guru dan karyawan, data tentang
responden.
BAB IV : Analisis Data
Bab ini berisikan analisis data tentang tingkat komitmen orang tua,
suasana belajar dan hubungan antara komitmen orang tua dan
suasana belajar. Analisa dilakukan melalui analisa tahap awal
ketahap lanjut.
BAB V : Penutup
Pada bab akhir ini berisi kesimpulan, saran-saran, penutup
DAFTAR PUSTAKA
A. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Madrasah
Madrasah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang
berkembang di Indonesia yang diusahakan di samping masjid dan pesantren.1
Seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya masyarakat
Islam, pendidikan Islam yang awalnya diselenggarakan di masjid, kemudian
berubah menjadi madrasah yang merupakan bentuk kelembagaan pendidikan
Islam secara formal. Dalam perkembangan berikutnya pelaksanaan dan
pembinaan madrasah dikelola dan berada di bawah tanggung jawab
Departemen Agama. Kemudian sistem pendidikan pada madrasah menjadi
bagian dari sistem pendidikan nasional yang mana kurikulum, ijazah dan
lulusannya setingkat dengan sekolah umum.
Adapun yang membedakan antara keduanya adalah madrasah
merupakan sekolah setingkat sekolah umum yang berciri khas agama Islam,
karena mata pelajaran agama lebih banyak sekurang-kurangnya 30%.
Menurut Dzakiah Daradjat suatu ciri pendidikan madrasah yang
terpenting adalah pembinaan jiwa agama dan akhlak anak didik. Pembinaan
jiwa dilakukan melalui berbagai segi kehidupan anak mulai dari tata krama,
sopan santun, cara bergaul, cara berpakaian dan cara bermain yang tidak *
'H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999, him. 7
bertentangan dengan ajaran Islam. Di samping pelaksanaan ibadah yang
ketat, serta pembinaan hidup yang cocok dengan ajaran Islam atau dengan
kata lain bahwa pendidikan ibadah, akhlak atau kepribadian menjadi
perhatian madrasah.2
Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam telah mempunyai identitas tersendiri yaitu pemahaman dan
penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pendidikan dan pengajaran madrasah telah memberikan kontribusi bagi kita
khususnya generasi muslim dalam membina keyakinan beragama dan hidup
dalam lingkup ajaran agama.
2. Perkembangan Madrasah
Madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abad ke
11 - 12 M (abad 5 H), khususnya ketika Wazir Bani Saljuk Nizam al Mulk
mendirikan madrasah Niza Miyyah di Baghdad. Kebanyakan penulis sejarah
Islam juga membuktikan bahwa lembaga pendidikan itu merupakan salah
satu bentuk khas dari tradisi pendidikan dalam Islam, terutama di kalangan
kaum sunni. Sebelum pertumbuhan madrasah, praktek-praktek pendidikan
Islam lebih banyak dilakukan di masjid-masjid dan kuttab-kuttab disamping
ada beberapa pusat studi seperti Dar Al Hikmah. Pada abad pertengahan
madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam pra exellence,
menjadi tren hampir di semua wilayah kekuasaan. Tentu saja, sejalan dengan
perkembangan masyarakat yang terus membawakan perubahan-perubahan
eksistensi madrasah di dunia Islam tidak lepas dari penyesuaian-penyesuaian,
dari yang semua bersifat eksklusif menjadi lembaga pendidikan yang lebih
terbuka, baik dari sudut kelembagaan metodologi maupun kurikulum dan
pengelolaannya.3
Sebagai saijana pendidikan berasumsi bahwa tradisi pendidikan Islam
di Indonesia tidak sepenuhnya khas Indonesia, kecuali hanya menambahkan
muatan dan corak keislaman terhadap tradisi pendidikan yang sudah ada,
terutama yang bermula dari agama Hindu. Atau ada anggapan bahwa
pertumbuhan madrasah di Indonesia sepenuhnya merupakan usaha
penyesuaian atas tradisi persekolahan yang dikembangkan oleh pemerintah
Hindia Belanda. Mengingat struktur dan mekanismenya yang hampir sama,
sekilas dapat diduga bahwa madrasah merupakan bentuk lain dari sekolah
yang hanya diberi muatan dan corak keislaman. Asumsi seperti itu agaknya
tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam ukuran tertentu tidak bisa diabaikan
bahwa pertumbuhan madrasah itu merupakan respon pendidikan Islam
terhadap sistem persekolahan yang sudah menjadi kebijakan pemerintah
Hindia Belanda dalam kerangka politik etisnya. Latar belakang lain yang
layak dipertimbangkan adalah bahwa pertumbuhan dan perkembangan
madrasah pada awal abad 20 ini merupakan bagian dari gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia yang memiliki kontak cukup intensif dengan
gerakan pembaharuan di Timur Tengah. Dalam kaitannya dengan
pertumbuhan madrasah di Indonesia aspek universal dari tradisi itu tidak bisa
dilepaskan karena memang dalam kenyataannya eksistensi lembaga madrasah
itu sudah berkembang sejak masa Islam klasik dan bahkan terus berkembang
hingga masa modem dengan segala bentuk penyesuaian dan
pembaharuannya.4
Perkembangan madrasah ada masa orde lama tidak lepas dari peran
Departemen Agama yang waktu itu resmi berdiri tanggal 3 Januari 1946.
Lembaga ini secara, intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di
Indonesia. Dalam kaitannya dengan perkembangan madrasah departemen ini
menjadi andalan atau pegangan yang dapat mengangkat posisi madrasah
sehingga mendapatkan perhatian yang terus menerus dikalangan pengambil
kebijakan sampai sekarang ini.
3. Pembagian Madrasah
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki beberapa jenis
dan tingkatan, yaitu:
a. Madrasah Ibtidaiyah (MI).
b. Madrasah Tsanawiyah (MTs).
c. Madrasah Aliyah (MA).
Madrasah jenis ini berbeda dengan Madrasah Diniyah. Madrasah diniyah
dahulu di desa-desa lebih dikenal dengan sekolah Arab yang terdiri dari
madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustho dan Madrasah
Diniyah Ulya. Idealnya madrasah Diniyah disediakan untuk memperdalam
agama para siswa yang pagi harinya belajar di sekolah umum.
4. Macam-macam Lembaga Pendidikan Madrasah
Lembaga pendidikan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
yang berada dalam sistem pendidikan nasional dan ditempatkan di bawah
pembinaan Departemen Agama. Selain madrasah, pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam tetapi madrasah relatif terorganisasi dengan baik
dalam hal tujuan, kurikulum, kepemimpinan, dan proses belajar mengajarnya.
Lembaga pendidikan madrasah adalah :
1. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
2. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
3. Madrasah Aliyah (MA)
B. Peran Serta Orang Tua terhadap Madrasah
1. Pengertian Orang tua
Berbicara mengenai orang tua tidak terlepas dari membicarakan
keluarga karena bagaimanapun juga orang tua terikat dalam satu wadah yang
dinamakan keluarga. Pembentukan orang tua (keluarga) dalam Islam dimulai
ketika ada hubungan antara laki-laki dan perempuan yang mana sudah terikat
dalam pernikahan yang syar’i menurut Islam. Dari sinilah maka terbentuklah
orang tua yang dapat bertanggung jawab terhadap keturunannya.
Menurut Muh. Shochib pengertian keluarga dapat ditinjau dari
dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi
hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan
darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu
kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan
saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Walapun diantara mereka
tidak terdapat hubungan darah.5
Suatu keluarga diawali dari sepasang suami istri, kemudian lahir
anak-anak memeka.6 Suami istri merupakan dua unsur utama dalam keluarga
jadi keluarga dapat disimpulkan suatu unit yang terdiri dari seorang suami
dan seorang istri atau bisa dikatakan bahwa keluarga adalah perkumpulan
yang halal antara seorang laki-laki dan perempuan yang berlangsung secara
terus menerus di mana satu sama lain merasa tentram dan nyaman. Dan ketika
mereka melahirkan seorang anak maka anak itu menjadi unsur utama ketiga
setelah orang tua.
Dengan kata lain esensi keluarga (ibu dan ayah) adalah kesatu arahan
dan kesatu tujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki
dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Keutuhan orang tua (ayah dan
ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan potensi diri dengan baik. Jadi seperti kita
ketahui dalam satu keluarga terdapat tiga unsur yaitu suami, istri dan anak
yang mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga,
jadi ketika salah satu unsur itu hilang maka keluarga akan kehilangan
keseimbangannya.
5Muh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 17
°Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,
Islam memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu
dimana ia berinteraksi. Dari interaksi dengan lingkungan pertama itu individu
memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar dari kepribadiannya.7 * 9 Jelaslah
bahwasanya orang tua (keluarga) tidak hanya berhubungan langsung dengan
satu keluarga tetapi keluarga juga terus berinteraksi dengan orang lain karena
keluarga juga makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain.
Dan dari segi lain pula keluarga menjadi ukuran buat atau lemahnya
masyarakat yaitu jika keluarga kuat maka masyarakat kuat, kalau lemah
o
masyarakat pun menjadi lemah. Dari sinilah kita mengetahui bahwa orang
tua (keluarga) sangat penting baik bagi anggota keluarga itu sendiri maupun
bagi masyarakat.
2. Fungsi Orang Tua
Keluarga adalah kelompok hidup yang paling kecil dari masyarakat di
suatu negara. Letak di mana kedamaian dan ketentraman hidup ada pada
keluarga. Mengingat hal tersebut dalam agama Islam keluarga dipandang
sebagai wadah apakah keluarga tersebut selamat baik di dunia maupun di
akhirat. Oleh karena itu keluarga harus mendapat pimpinan ayah sebagai kepala
keluarga yang mempunyai tanggung jawab. Fungsi orang tua dapat dibedakan
menjadi dua:
a. Orang Tua sebagai Pendidik
Tanggung jawab ini merupakan upaya untuk menjaga dan
melindungi akal yang merupakan salah satu dari lima tujuan syariat islam,
7Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1989, him. 348
sehingga dalam hal ini membekali anak dengan ilmu pengetahuan adalah
suatu kewajiban bagi orang tua agar anaknya mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan dimasa yang akan datang. Lebih baik
memberikan kail daripada memberikan ikan, ituklah pepatah yang tepat
untukpermasalahan ini karena dengan memberikan ikan hanya bisaa
menghidupi sepanjang masa, artinya agar anak dapat mempetrtahankan
kehidupanya dimasa yang akan datang makaperlu diberikan bekal, yaitu
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia baik dan bahagia dunia akhirat, sedang ayah serta para pendidik-pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya. Tetapi bila ia dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan maka celaka dan rusaklah ia sedang wali serta pemeliharaannya mendapat beban dosanya. Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa dengan mendidik dan mengajar berakhlak mulia, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tak boleh membiasakan anak dengan bernikmat-nikmat
Adapun konsep anak sebagai amanah ditegaskan sebagaimana
firman Allah, dalam QS. Al Anfal ayat 28 : 9 10
9H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, him. 72
* y ' - , t A A *
^ <ss*J^«l Lijl
Artinya : Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.10
Dari ayat tersebut ditegaskan bahwa orang tua hendaknya
mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah SWT dengan cara mengasuh,
memelihara dan membimbing anak-anak mereka dengan keikhlasan dan
kesungguhan semata-mata mengharap ridho Allah,
b. Tugas Orang Tua Sebagai Pelindung/Pemelihara
Tugas ini merupakan dorongan alami yang harus dilaksanakan
oleh orang tua, karena orang tua harus memelihara keselamatan,
kehidupan keluarganya baik moril maupun materiilnya.
Jaminan materiil bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain
berupa nafkah. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah QS. At Thalaq ayat
Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka, dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya."
Dari ayat di atas ditegaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia
amat beragam dan kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Menurut Zakiah
Daradjat membedakan kebutuhan pokok manusia menjadi dua golongan :
1) Kebutuhan Fisik Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan pertama atau disebut
juga kebutuhan primer, seperti makan, minum, seks dan sebagainya,
tidak dipelajari manusia, sudah fitrahnya sejak lahir. Jika kebutuhan-
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi akan hilanglah keseimbangan
fisiknya. Dalam pandangan agama, kebutuhan-kebutuhan fisik
jasmaniah ini diakui adanya, dan juga diakui bahwa semua makhluk
akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya.11 12 Ilal ini ditegaskan
dalam firman Allah QS. Hud ayat 6 :
l j i ej Cr? ^3
S CP*
11 Departemen RI, op.cit, him. 79
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).13
Dari ayat di atas ditegaskan bahwa Allah menjamin tidak ada satu
makhlukpun yang tidak dijamin rejekinya.
2) Kebutuhan Mental Rohaniah
Di samping manusia berusaha memenuhi kebutuhan fisik
jasmaniahnya, dia juga harus memenuhi kebutuhan mental
rohaniahnya. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk Allah lainnya. Kebutuhan-kebutuhan
rohaniah tersebut adalah:
(a) Kebutuhan akan agama
Bayi sejak lahir telah membutuhkan agama. Iman
ditumbuh kembangkan melalui pengalaman hidup setelah seorang
anak lahir. Perlu dikumandangkan adzan dekat telinganya, agar
pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat-
kalimat tauhid yang berintikan pengakuan akan keagungan Allah
dan kerasulan Muhammad, ajakan kepada kemenangan dan seruan
untuk beribadah (shalat), diakhiri dengan pernyataan akan
keagungan dan ke-Esaan Allah.
Bayi yang baru lahir itu memang belum mengerti arti kata
kah tauhid dalam adzan tersebut. Namun demikian dasar-dasar
keimanan dan keislaman sudah masuk ke dalam hatinya. Ketika
dia disusukan ibunya, dia mendengar ucapan basmallah dalam
pangkuan ibu, dan kebutuhan fisik jasmaniahnya
(minuman/makanan) terpenuhi setelah ia puas menyusu terdengar
pula suara ibu mengucapkan hamdalah.
(b) Kebutuhan akan kasih sayang
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling
pokok dalam hidup manusia anak kecil yang merasa kurang
disayangi oleh ibu bapaknya kaan menderita batinnya.
Kasing sayang yang paling utama dibutuhkan anak adalah
dari ibu kandungnya. Kasih sayang yang timbul itu harus atas
kesadaran bahwa si anak sangat membutuhkannya. Dan kasih
sayang tersebut harus terpantul dalam sikap, tindakan, pelayanan,
dan kata-kata yang belum yang membawa ketentraman batin bagi
si anak.
(c) Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman mendorong orang untuk selalu
berusaha mencari rezeki dan meningkatkan nilai-nilai kehidupan.
Dalam perlakuan dan tindakan yang dilihat, didengar dan
dirasakan anak yang sedang dalam pertumbuhannya hendaknya
anak merasa aman, tidak terancam oleh tindakan keras seperti
(d) Kebutuhan akan rasa harga diri
Keluarga (Orang tua) kadang tidak menyadari bahwa anak
kecil mempunyai harga diri. Padahal rasa harga diri tumbuh dan
berkembang sejak kecil. Anak yang merasa disayangi dan dihargai
oleh orang tua atau pengasuhnya akan merasa bangga dengan
dirinya dan gembira. Maka sikapnya terhadap dirinya dan rang
lain di sekitarnya, akan positif dan menyenangkan.
(e) Kebutuhan akan rasa bebas
Kebutuhan akan rasa bebas, tidak terikat atau terhalang
oleh kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu, juga
salah satu kebutuhan jiwa yang terpokok dalam hidup marusia.
orang yang merasa tidak bebas mengeluarkan apa yang terasa
dalam hatinya maka ia akan mencari jalan agar ia dapat merasa
bebas dalam hidupnya. Kebebasan dalam batas yang wajar, tidak
berbahaya dan perlu dikembangkan. Dia hendaknya mendapat
kebebasan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya.
(f) Kebutuhan akan rasa sukses
Rasa sukses atau berhasil juga termasuk kebutuhan jiwa
yang terpokok dalam hidup. Orang harus merasa berhasil dalam
hidupnya. Tetapi jika memang Tuhan mempunyai takdir lain
maka manusia harus bisa menerimanya yang terpenting manusia
(g) Kebutuhan pengenalan
Kebutuhan manusia akan mengenal inilah yang banyak
mendorong orang untuk mengadakan penelitian dan riset ilmiah,
yang menyebabkan orang mau bersusah payah mengorbankan
waktu dan tenagannya. Kebutuhan inilah yang memungkinkan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebutuhan ini pula yang
menyebabkan anak-anak kecil suka bertanya dan mencari-cari
jawab dari hal-hal yang meragukannya.14
3. Tujuan orang tua menyekolahkan anak ke madrasah
Setelah diuraikan tentang pengertian orang tua dan fungsi orang tua
maka semakin jelaslah bahwa orang tua mempunyai tujuan terhadap anak
dalam pendidikan. Di atas telah dikemukakan bahwa anak adalah amanah
sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri dan perlu dipertanggung
jawabkan kepada Allah SWT.
Pendidikan berarti suatu kegiatan yang disengaja dari orang tua
kepada anak dengan cara yang sistematis yang berusaha untuk
mendewasakan anak.15 Sedangkan dalam ajaran Islam bahwa tujuan dari
pendidikan itu bukan semata-mata untuk mendewasakan anak, tetapi untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
14Zakiah Darajat, op.cit,, him. 22-23
Islam adalah agama yang selalu memberikan kewajiban bagi setiap
umatnya untuk selalu mencari ilmu. Sebab dalam Islam sasaran pendidikan
yang akan dicapai adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam pendidikan agama Islam usaha menciptakan manusia yang
sejahtera lahir dan batin merupakan target utama jangka panjang. Tujuan
akan dapat dicapai apabila manusia itu menjadi muslim yang sempurna. Allah
SWT telah memberikan jaminan kepada manusia yang beriman dan
bertaqwa, o'eh karena itu ketaatan menjalankan ajaran agama Islam
merupakan jalan bagi tercapainya tujuan tersebut.
Anak adalah amanah sekaligus sebagai anugerah yang patut disyukuri
dan perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Oleh karena itu orang
tua hendaknya senantiasa memberikan pendidikan kepada anak sebagaimana
yang pernah dilakukan oleh Lukman Hakim,
a. Materi keimanan
Iman sebagai unsur dalam Islam dan merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi kehidupan seseorang. Imanlah yang akan
menentukan seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan demikian pendidikan agama Islam yang paling menentukan
dalam keluarga adalah masalah keimanan. Sedemikian pentingnya
keimanan, maka sesolah-olah Nabi dan Rosul hanya mengajarkan
masalah keimanan saja yaitu memperkukuh pondasi tauhid serta
Adapun didalam menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada
anak meliputi dua pokok, yaitu:
1) Jangan menyekutukan Allah SWT
Pendidikan keimanan ini hendaknya ditanamkan kepada anak
sejak dini, karena naluri anak telah bisa menerima ajaran keimanan
dari orang tuanya. Hal ini terbukti telah mendapatkan tempat
pertama dalam QS. Al Lukman ayat 13:
*.
-* s,
' * ,* ' J ,
tjL ih i iiiJ ii>LjT
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 16
Kepercayaan bertauhid telah diajarkan oleh para Nabi dan
Rosul sejak zaman Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW.
Hukuman sangat berat bagi orang yang berbuat syirik, karena syirik
berakibat bercabangnya kecintaan kepada Allah SWT, terbaginya
pengabdian atau ibadah, berkhianatnya hati yang mendua dan
selanjutnya penghinaan yang tiada ampun terhadap Allah SWT. 17
Syirik merupakan kezaliman yang amat besar, oleh karena itu
penanaman keimanan kepada anak harus dimulai sedini mungkin,
16 Departemen RI, op.cit, him. 371.
pada masa awal pertumbuhannya dengan latihan dan pembiasaan
dari orang tuanya.
Berbakti kepada orang tua adalah wajib, meskipun berlainan
kepercayaan atau agamanya. Kita hanyalah mengajak namun tidak
bisa memaksakan kehendak kita kepada orang tua. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Lukman ayat 14-15:
j *k**i5 p i j J *
d j J 0> c»*lc- (J
p lf ^ ^ ^ g . o ' -UJI j ^ l>- oj3
Cr4
<4 U $1>-Ug>j Ll
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.18
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.18
Meskipun orang tua berlainan aqidah dengan kita, hendaknya
kita tetap memperlakukan mereka secara baik dalam batas tertentu,
artinya kita tetap taat dan patuh atas perintah mereka asalkan masih
ada batas tertentu antara urusan dunia dan akhirat. Dalam hal ini
ditegaskan dalam firman Allah QS. Al Mumtahanah ayat 7 :
M JI» f r £.y '
^}) j y - ^
Artinya: Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka, dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 19
Seringkah terjadi dalam satu keluarga yang mana antara anak
dan orang tua berlainan aqidah, sehingga teijadi permasalahan-
permasalahan yang menyangkut keyakinan dan akhirnya dapat
menimbulakn perpecahan daam keluarga itu sendiri. Perlu disadari
bahwa masalah keimanan adalah masalah yang sangat pribadi bagi
individu sehingga siapapun tidak boleh memaksa untuk menganut
agamanya.
Dengan demikian, urusan agama tidak boleh mengikuti orang
tua yang ternyata kehendak dan perintahnya tidak sesuai dengan
agama atau keyakinan yang dianut. Meskipun urusan agama
berlainan, hendanya masih tetap bergaul dan musyawarah dengan
orang tua perkara keduniawian sebagaimana biasa. Masalah ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT, QS Al Lukman ayat 16:
Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.20
2) Balasan akhirat
Balasan akhirat adalah suatu kepercayaan yang harus
ditanamkan sejak masih kecil. Hari akhirat yang isinya adalah
kepercayaan gaib, termasuk balasan baik dan buruk, padang
Mashyar, hisab, sirothol mustaqim, surga dan neraka, dan semua
peristiwa akhirat lainnya.21
Karena kepercayaan kepada Allah SWT pasti mencakup para
Rosul-Nya, sedangkan akhirat mencakup segala isi kepercayaan
yang gaib yang berhubungan dengan akibat amalan di dunia.
Dalam hal ini Allah SWT menjelaskan pada firman-Nya
yaitu surat Al Lukman ayat 17:
f f
r > Jr* Oj i L ' U l n
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan vsuruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 22
Manusia datang dari Allah SWT, dan akan kembali kepada
Allah SWT, maka Aliahlah yang berhak menilai tingkah laku
perbuatan kita dan penilaian Allah SWT itu tidak ada yang tertinggal
meskipun satu biji sawi sekalipun.2''
Dengan demikian, maka orang tua perlu mengajari tentang
pendidikan tersebut sebab segala tingkah laku manusia yang baik
maupun yang buruk semuanya dinilai oleh Allah SWT dan akan
dibalas sesuai dengan amalan yang telah dilakukan ketika di dunia.
b. Akhlakul karimah
Pada QS. Al Lukman ayat 18-19:
hs dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya scburuk-buruk suara ialah suara keledai.24
Dari dua ayat di atas menggambarkan tentang perilaku sombong
yang antara lain:
1) Memalingkan muka dari manusia.
2) Bila berjalan kelihatan angkuh.
3) Berlebihan ketika berjalan.
4) Bila berkata selalu keras dengan gaya yang angkuh.
Untuk menghindari anak dari sifat sombong maka wajib bagi
orang tua untuk mengasuh dan mendidiknya supaya menjadi anak yang
sholeh dan sholehah.
Bila sikap-sikap tersebut sudah diajarkan pada anak sejak dini,
maka bukan tidak mungkin dalam pendidikan formal akan menjadi
landasan kepribadian yang kokoh. Orang tua tentunya menginginkan
anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dengan
dilandasi budi pekerti yang terpuji.
Madrasah baik itu Madrasah Ibtidaiyah yang setingkat dengan
Sekolah Dasar (SD), sampai IAIN Institut Agama Islam Neeri yang
sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri memiliki frekuensi lebih tinggi
mengenai pengajaran pendidikan agama, dibandingkan dengan sekolah
umum. Dalam hal ini orang tua mengharapkan anak-anaknya dapat
mengenal lebih jauh lagi tentang pendidikan agama pada khususnya dan
pendidikan lain pada umumnya. Selain tujuan tersebut di atas orang tua
juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan madrasah yakni
menyekolahkan anaknya di madrasah dan tentunya bertanggung jawab
terhadap perkembangan madrasah itu sendiri sehingga proses belajar
mengajar dapat terlaksana secara maksimal.
C. Tingkat Perhatian Orang tua Terhadap Suasana Belajar Siswa
1. Suasana Belajar Siswa
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya suasana ataupun keadaan tertentu
dapat mempengaruhi proses belajar siswa apakah siswa tersebut mampu
menangkap pelajaran dengan baik ataupun tidak. Siswa dengan sifat dan pola
pikiran yang berbagai macam memiliki cara berfikir yang berbeda ada siswa
yang bisa belajar hanya dengan lingkungan atau suasana yang sepi ada pula
belajar yang lain yang dimaksudkan mereka dapat menyerap ilmu
pengetahuan yang mereka pelajari.
Dalam hal ini penulis memfokuskan pada suaana belajar siswa di
sekolah selain siswa belajar di rumah. Berbicara mengenai proses belajar
mengajar di sekolah tentunya hal ini bergantung pula pada mutu sarana dan
prasarana sekolah itu sendiri termasuk juga pengajar dan tentunya tidak
terlepas dari perhatian orang tua.
Anak sebagai pelaku pendidikan bertugas belajar dengan baik dan
orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendukung proses belajar
dengan memberikan perhatian yang penuh terhadap lingkungan belajar
tempat anak mereka menggali ilmu.
Suasana atau lingkungan dalam arti yang luas mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam
dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat
dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.13 Dari pengertian itu
dapat diketahui sejauh manakah seseorang berhubungan dengan
lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pendidikan
kepadanya akan tetapi pengaruh dari lingkungan itu tidak selamanya bernilai
positif bahkan bisa juga sebaliknya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 15
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku. Sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.16 Dalam
pengertian yang lain belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan.
Individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.17
Kedua hal tersebut (suasana belajar) tidak dapat beijalan beriringan
apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dari sekolah
dan yang menjadi tanggung jawab orang tua sebagai wali murid agar proses
belajar mengajar itu berhasil.
Dalam proses pendidikan di sekolah siswa membutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai seperti tersedianya tempat yang sesuai untuk
belajar, peralatan pendidikan seperti meja, kursi, buku, almari dan sebagainya
dan hal-hal lain yang mendukung proses belajar. Dalam pengertian yang luas,
peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam
proses pendidikan ini mencakup perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras misalnya gedung sekolah dan alat laboratorium dan
perangkat lunak misalnya kurikulum, metode dan administrasi pendidikan.18
Dalam pengadaan sarana dan prasarana tersebut orang tua dapat bekerja sama
l6Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, him. 2
11 Ibid., him. 2
dalam badan perkumpulan orang tua untuk bersama-sama memajukan
sekolah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern yakni faktor
yang ada dalam diri individu itu sendiri dan faktor ekstern adalah faktor yang
ada di luar individu,
a. Faktor intern
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.
b) Cacat tubuh
Adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat
berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah
tangan, lumpuh dan lain-lain.
2) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar yakni:
a) Intelegensi
c) Minat
d) Bakat
e) Motif
f) Kematangan
g) Kesiapan
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik siswa
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat
dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahakan variasi dalam belajar
d) Rekreasi yang teratur
f) Memenuhi makanan empat sehat lima sempurna
g) Jangan terlalu lelah
b. Faktor-faktor ekstern
1) Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
b) Relasi antar anggota keluarga
c) Suasana rumah
d) Keadaan ekonomi keluarga
e) Pengertian orang tua
f) Latar belakang kebudayaan.19
D. Hubungan Komitmen Orang Tua Mengembangkan Madrasah Terhadap
Suasana Belajar Siswa
Pengaruh orang tua (keluarga) terhadap pendidikan anak sangat penting
karena anak akan lebih semangat dalam belajar baik itu dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekolah.
Karena orang tua (keluarga) memiliki peran yang penting dalam
pengembangan madrasah, pengaruh orang tua, saudara dan anggota keluarga
lainnya terhadap tingkah laku anak ataupun situasi belajar anak dimadrasah
menjadi sangat kuat. Aspek penting sehubungan dengan bantuan orang tua
terhadap anak dalam mempersiapkannya untuk beradaptasi dengan kehidupan
madrasah ialah mendidiknya untuk menghargai peran peraturan di dalam
kehidupan komunitas, serta memberi sikap dan respons yang sesuai terhadap
kekuasaan, baik di dalam maupun di luar keluarga. Sebab peran siswa akan
dipengaruhi oleh sikap tersebut.
Peran orang tua dewasa ini tampak semakin bertambah dengan membantu
anak dalam menyelesaikan tugas-tugas madrasah di rumah serta memberi
pengalaman dan pengetahuan yang melengkapi fungsi pengajaran di sekolah. Hal
itu disebabkan kemampuan orang tua untuk andil dalam proses dari suasana
belajar siswa semakin bertambah karena adanya peningkatan intelektualitas
keluarga. Atas dasar itu, latar belakang, sosial anak bisa menjadi penyebab
A. GAMBARAN UMUM MTs NEGERI PLUPUH SRAGEN
Untuk mendapatkan gambaran umum lokasi penelitian, yakni MTs Negeri
Plupuh Sragen, berikut dikemukakan tentang letak geografis MTs Negeri Plupuh,
sejarah berdirinya MTs Negeri Plupuh, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi,
keadaan guru murid, dan sarana prasarana.
1. Letak Geografis MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
Secara geografis MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen, tepatnya
terletak di Dusun Pedak, Desa Karangwaru, Kecamatan Plupuh, Kabupaten
Sragen, kurang lebih 18 KM sebelah barat daya kota Sragen dan kurang lebih
10 KM utara Sangiran, atau kurang lebih 20 KM sebelah utara Perumnas
Mojosongo.
Letak MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen meskipun berada
dipinggir jalan antar kecamatan, tetapi termasuk daerah yang kurang ramai,
karena Kecamatan Plupuh tidak mejadi jalur transportasi utama.
Transportasi umum tidak dapat diandalkan sehingga sebagian besar
siswa bersepeda meskipun ada yang jarak tempuhnya 8 KM lebih. Sedangka
bila dihubungkan dengan pendidikan yang terkait dengan lingkungan, MTs
Negeri Plupuh Kabupaten Sragen berada pada lingkungan pedesaan yang
kondusif untuk pelaksanaan KBM karena jauh dari keramaian industri atau
pasar. Keberadaan MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen dikelilingi 8 MI
dan 30 SD yang menjadi sumber input siswa meskipun keberadaannya
berdekatan dengan 2 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta. 1
2. Sejarah Singkat MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen merupakan salah satu Sekolah
menengah yang berciri khas agama Islam dan berada dibawah Departemen
Agama. Madrasah ini berdiri pada tahun 1960, yang dulunya merupakan
madrasah swasta, sebagaimana dituturkan oleh H. Asjhuri yang merupakan
salah satu pendiri dan pernah menjabat sebagai Kepala Madrasah yang
pertama kali. Adanya keinginan dan kebutuhan pendidikan Islam bagi
masyarakat dan untuk menampung lulusan MWB yang telah berdiri sejak
tahun 1950, maka atas inisiatif Bapak Jaidi didirikanlah MTs swasta dan
kemudian diubah menjadi MTs Muhammadiyah dengan menempati sebagian
ruangan Sekolah Rakyat (SR) Plupuh. Adanya perubahan situasi dan kondisi
beberapa tahun kemudian MTs tersebut pada tahun 1969 MTs Negeri Plupuh
mengalami pembahan menjadi MTs Agama Islam Persiapan Negeri. Pada
tahun 1970 berubah menjadi MTsAIN , dan selanjutnya pada tahun 1974 ada
penertiban madrasah dan MTsAIN berubah nama, atas dasar Keputusan
Menteri Agama No. 16 tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978, MTsAIN berubah
menjadi MTs Negeri Plupuh.1 2
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
a. Visi MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
“TERDIDIK, TRAMPIL, BERAKHLAK MULIA”
b. Misi MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga
setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
2) Menumbuhkan semangat unggulan secara intensif kepada seluruh
komponen MTs Negeri Plupuh.
3) Mendorong dan membantu segenap siswa untuk dapat
mengembangkan potensinya sehingga dapat mandiri.
4) Menumbuhkan penghayatan ajaran agama Islam untuk dijadikan
dasar kearifan dalam bertindak.
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan memperdayakan semua
komponen madrasah dan staff holder madrasah.3
c. Tujuan MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
1) Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama 369/93 pasal 2 disebutkan
MTs Negeri bertujuan memberikan bekal komponen dasar sebagai
perluasan dan peningkatan pengetahuan agama dan ketrampilan
yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga negara serta
mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah atau
mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat.
2) Tujuan jangka menengah selama 5 tahun kedepan siswa ditargetkan
sebagi berikut:
a) Tahun 2005 semua siswa MTs Negeri Plupuh telah mempunyai
wawasan keunggulan.
b) Tahun pertama kelas 1 MTs Negeri Plupuh mampu membaca Al
Qur’an dengan fasih dan mampu mengamalkan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Tahun ketiga, siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa asing
(Arab dan Inggris).
d) Lulusan MTs Negeri Plupuh mempunyai ketrampilan yang
memadai dibidang komputer, menjahit dan pertanian.
e) Meningkatnya perolehan prestasi siswa dalam bidang akademik,
sehingga dapat berkompetisi masuk SMU/SMK.4
4. Struktur Organisasi MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
Dalam lembaga pendidikan diperlukan adanya organisasi, yaitu sistem
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian ini diwujudkan melalui perencanaan dan menetapkan
fungsi-fungsi atau bidang-bidang yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang
akan diselenggarakan oleh suatu kelompok kerjasama yang bergerak kearah
satu tujuan. Pembagian atau pembidangan kerja itu disusun dalam suatu
struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas agar yang satu akan
melengkapi yang lain dalam rangka mencapai tujuan.
Struktur organisasi merupakan kerangka yang terdiri dari satuan-satuan
kerja yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang bersifat hierarki.
Adapun struktur organisasi yang ada di MTs Negeri Plupuh Kabupaten
Sragen yaitu:
Struktur Organisasi Tata Kerja MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen5
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
a. Kepala Madrasah Drs. Aris Suparlan, M.Pd.
b. Kepala Tata Usaha Sarmi
c. Waka Kesiswaan Muhsin, S.Ag.
d. Waka Kurikulum Sumanto, S.Pd.
e. Waka Sarana dan Prasarana : Drs. Sunarto
f. Waka Humas Sri Prihatin, S.Ag.
g. Bimbingan dan Penyuluhan : Hj. Siti Thoyibatun, A.Md. 5
5. Keadaan Guru dan Murid MTs Negeri Plupuh Kabupaten Sragen
Guru dan murid sebagai penggerak proses pembelajaran dan merupakan
pelaksana kurikulum untuk mencapai tujuan, masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda, tetapi pada hakekatnya menuju satu tujuan,
a. Guru Sebagai Tenaga Edukatif
Salah satu aspek dalam pendidikan yang keberadaannya tidak dapat
diabaikan adalah adanya guru yang berfungsi sebagai tenaga edukatif
yang akan mempertanggungjawabkan hasil pendidikan siswanya.
Pada tahun 2005 keadaan guru MTs Negeri Plupuh berjumlah 45
Tabel I
Keadaan Guru Menurut Latar Belakang Pendidikan dan Status Tahun 20056
mengelola rombongan kelas belajar sejumlah 18 SKB dengan alokasi
waktu 45 jam perminggu dan kewajiban mengajar setiap guru 18
jam/minggu, maka dapat diperhitungkan bahwa kebutuhan guru MTs
Negeri Plupuh secara kuantitatif masih ada kekurangan, sehingga
mengangkat GTT sejumlah 9 orang.
Disamping masih adanya kekurangan guru, MTs Negeri Plupuh
masih mengahadapi tantangan lain yang berupa banyaknya guru yang
tidak sesuai dengan spesifikasi profesionalnya. Hal ini dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel II
Kesesuaian Mengajar Guru dengan Latar Belakang Guru pada MTs Negeri Plupuh7
No Mata Pelajaran
orang guru, sementara 18 orang guru lainnya merupakan kekurangan,
karena tidak sesuai dengan spesifikasi profesionalitasnya.
b. Keadaan Siswa MTs Negeri Plupuh
Berdasarkan data dokumen Mts Negeri Plupuh pada tahun
2004/2005, keadaan siswa dapat dilihat pada table berikut:
Tabel III
Keadaan Siswa Mts Negeri Plupuh Menurut Tingkat Umur dan Jenis Kelamin
Tahun Ajaran 2004/2005.8
No Klp
Umur
Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah Total
L P J L P J L P J L P J
1 13 th 30 54 84 - 5 5 - - - 30 59 89
2 14 th 56 51 107 16 29 45 - 5 5 72 85 157
3 15 th 22 6 28 63 72 135 19 48 67 104 126 230
4 16 th 4 2 6 44 17 61 59 73 132 107 92 199
5 17 th - - - 2 1 3 14 11 25 16 12 28
Jumlah 112 113 225 125 124 249 92 137 229 329 372 703
Input siswa Mts Negeri Plupuh berasal dari lulusan SD dan MI yang
ada didaerah sekitarnya. Jumlah perbandingan input siswa yang berasal
dari SD dan MI dapat dilihat pada table berikut:
Tabel IV
Keadaan Siswa MTs Negeri Plupuh Menurut Asal Sekolah
Jumlah 76 88 164 253 293 546 703
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya Tahun Ajaran 2004/2005
ini jumlah Mts Negeri Plupuh lebih sedikit. Ledakan jumlah siswa
terbesar di Mts Negeri Plupuh terjadi pada tahun 1995/1996, yakni
berjumlah 1425 anak.
Jumlah siswa ini kemudian semakin surut ari tahun ketahun, hingga
pada Tahun Ajaran 2004/2005 ini. Pada awal tahun ajaran ini, siswa
berjumlah 710 anak, namun karena ada siswa yang drop out, maka pada
akhir tahun tinggal 701 anak. Penurunan jumlah siswa ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:10
a. Faktor ekonomi orang tua yang tidak mampu.
b. Siswa mengkuti kepindahan orang tua kedaerah lain.
c. Karena faktor akademik, yaitu siswa tidak naik kelas kemudian putus
sekolah.