• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PERAN DAN TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT

B. Peran Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi

Keberadaan wali amanat menjadi hal yang penting karena kreditor obligasi berjumlah sangat banyak. Apabila dimungkinkan akan diadakan pemecahan atau split atas obligasi tersebut. Sampai sejauh ini, belum pernah terjadi adanya pemecahan atau split atas obligasi di pasar modal Indonesia., sehingga jumlah pemegang obligasi biasanya tetap. Sekalipun demikian, dilihat dari jumlahnya pemegang obligasi adalah lebih besar dari perjanjian kredit sindikat sekalipun.

Pemegang obligasi sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah berhubungan langsung dengan emiten. Di sinilah fungsi dari wali amanat. Wali amanat memberikan manfaat yang cukup besar kepada pemegang obligasi. Adapun manfaat tersebut adalah :

1. Pemantauan Saksama

Wali amanat dapat melakukan pemantauan secara terus-menerus dan saksama.

2. Sumber Daya

Wali amanat bias mengecek apakah emiten dari waktu ke waktu selama jangka waktu obligasi telah memenuhi kewajiban-kewajiban, pernyataan-pernyataan dan larangan-larangan yang diatur di dalam perjanjian perwaliamanatan dan peraturan perundang-undangan.

Apabila hal-hal yang dilakukan oleh wali amanat tersebut semuanya dibebankan kepada pemegang obligasi, dikhawatirkan pemegang obligasi akan merasa kerepotan karena tidak semua pemegang obligasi memiliki peralatan yang canggih. Apabila yang menjadi pemegang obligasi adalah pihak bank, misalnya Bank Mega, maka hal tersebut dirasa tidak terlalu merepotkan. Namun apabila pemegang obligasi adalah seorang ibu rumah tangga yang kebetulan memperoleh warisan yang banyak dan hendak menginvestasikan warisannya tersebut ke dalam bentuk obligasi, tentu saja hal tersebut akan dirasa sangat merepotkan.

Wali amanat yang notabene adalah bank biasanya memiliki sumber daya yang jauh lebih dari cukup. Maka dari itu, biasanya yang bias menjadi wali

amanat adalah bank-bank besar, anatar lain Bank Mega, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Niaga, Bank Rakyat Indonesia, Bank Permata, ABN Amro Bnak, dan sebagainya. Hali ini berkaitan dengan unsure kepercayaan atau trust sehingga akan sulit bagi bank-bank kecil untuk dapat menjadi wali amanat karena belum memilki kepercayaan dari masyarakat.

3. Sentralisasi Upaya Penegakan Hukum

Sulit dibayangkan apabila terdapat 1000 pemegang obligasi yang 200 diantaranya, masing-masing mengajukan gugatan. Gigatan tersebut tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di luar negeri karena tidak ada larangan bagi orang asing untuk memiliki obligasi. Hal yang adalah adanya multi jurisdiction dispute. Dengan adanya wali amanat maka proses tersebut akan dapat disederhanakan.

Adapun manfaat lain dari wali amanat adalah dalam kasus kredit sindikat pada masa krisis moneter. Fenomena yang menarik adalah bahwa masing-masing kreditor berusaha untuk melupakan sifat sindikasinya, yaitu bersama-sama melakukan penagihan ke debotur. Tetapin yang terjadi adalah bahwa kreditur banyak yang berusaha menyelesaikan masalah utang-piutangnya secara sendiri-sendiri dengan debitur. Dengan demikian, bias jadi debitur memberikan kompensasi atau settlement yang lebih besar untuk kreditur tertentu. Dalam hal ini, fungsi wali amanat diperlukan untuk mengupayakan agar tidak ada pemegang obligasi yang diperlakukan secara diskriminatif.

4. Fungsi Negosiasi

Dalam hal negosiasi, wali amanat mempunyai peranan yang sangat sentral. Selain mempertemukan pemegang obligasi dengan emiten, wali amanat juga memiliki peranan dalam menyampaikan usulan-usulan layaknya seorang mediator. Selain sebagai mediator, wali amanat uga berperan sebagai negosiator. Wali amanat harus aktif terutama dalam menghadapi situasi sulit, antara lain ketika emiten melakukan default atau kelalaian.

5. Pembayaran Pro Rata

Dalam hal ini wali amanat terpaksa melakukan eksekusi terhadap aset emiten, maka wali amanat harus dapat mendistribusikan penghasilan yang diterimanya secara pro rata kepada masing-masing pemegang obligasi.

1. Kegiatan Atau Tugas Wali Amanat

Wali Amanat sebagai pihak yang dituntut untuk bersikap netral dan independent dalam melakukan tugasnya sebagai perwakilan dari pemegang Efek yang bersifat utang (obligasi). Tugas pokok Wali Amanat adalah bertindak mewakili dan melindungi kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang, baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Yang dapat bertindak sebagai wali amanat adalah bank, lembaga keuangan bukan bank, atau lembaga lain yang mendapat persetujuan dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal).

Beberapa tugas yang harus dilakukan oleh wali amanat adalah sebagai berikut: (i) menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten,

(ii) menilai sebagian atau seluruh harta kekayaan emiten yang dijadikan jaminan kepadanya,

memberi nasihat yang diperlukan emiten,

mengawasi pelunasan bunga dan pinjaman sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan

bertindak sebagai pembayar utama.

Ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok Wali Amanat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas Emiten apakah secara operasional perusahaan (Emiten) mempunyai kesanggupan mengahsilkan dan membayar obligasi beserta bunganya.

b. Menilai kekayaan Emiten yang akan dijadikan jaminan Wali Amanat harus mengetahui dengan pasti apakah nilai kekayaan Emiten yang menjadi jaminan setara atau memadai disbanding nilai obligasi yanf diterbitkan.

c. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan Emiten. Apakah harta yang menjadi jaminan tadi dialihkan pemanfaatan atau pemilikannya haruslah sepengetahuan Wali Amanat.

d. Memantau dan mengikuti perkembangan secara terus menerus terhadap perkembangan perusahaan Emiten dan memberikan nasihat dan masukan kepada Emiten.

e. Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok obligasi yang menjadi hak pemodal. Tepat pada waktunya.

f. Bertindak sebagai agen utama pembayaran untuk menunjang kegiatan pengawasan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok, maka Wali Amanat semula bertindak sebagai agen utama pembayaran. Dengan telah dibentuknya PT KSEI, maka pada saat ini kegiatan agen opembayaran dilaksanakan oleh PT KSEI. Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep.02/PM/1998, Wali Amanat berperan juga sebagai pemimpin dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

Dasar wali amanat bertindak adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), yaitu dirinci dalam Pasal 50-5450, Pasal 8551 dan Pasal 88.

50

Pasal 50 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal: (1) Kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh:

a. Bank Umum, dan

b. Pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan Pemerintah.

(2) Persyaratan dan tata cara pendaftaran wali amanat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 51 Undang-undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal:

(1) Wali amanat dilarang mempunyai hubungan Afiliasi dengan emiten, kecuali hubungan afiliasi tersebut terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal Pemerintah.

(2) Wali amanat mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(3) Wali amanat dilarang mempunyai hubungan kredit dengan emiten dalam jumlah sesuai dengan ketentuan Bapepam yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan antara wali amanat sebagai kreditur dan wakil pemegang efek bersifat utang.

(4) Penggunaan jasa wali amanat ditentukan dalam peraturan Bapepam. Pasal 52 Undang-undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal:

Emiten dan wali amanat wajib membuat kontrak perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pasal 53 Undang-undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal:

Wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan.

Dilihat dari proses pembuatan surat utang, maka pertanyaannya adalah mengapa undang-undang menaruh focus bahwa untuk obligasi harus ada trustee atau perantara. Mengapa tidak dapat langsung atau direct saja sebagaimana utang-utang lainnya, di mana pihaknya hanya dua, yaitu kreditor dan debitur. Seperti pada bank yang merupakan pihak yang meminjamkan uang dan debiturnya adalah perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana tersebut.

Obligasi telah diproses sebelum pihak pemegang obligasi ada. Pemegang obligasi muncul setelah adanya perjanjian perwaliamanatan atau perikatannya telah ada. Pihak yang mewakili kepentingan pemegang obligasi, yaitu wali amanat itulah yang harus ada, karena:

1. Pemegang obligasi belum muncul.

2. Perputaran pemegang obligasi sangat cepat karena pemegang obligasi yang banyak jumlahnya, di mana biasanya obligasinya atas unjuk dan bias diperjualbelikan.

3. Untuk pemantauan dan pengurusan hak-hak investor kepada emiten. Rincian atau tugas wali amanat dibedakan dalam tiga proses: 1.Sebelum proses emisi

Sebelum diterbitkannya obligasi, wali amanat bersama lembaga-lembaga lainnya akan berhubungan dengan issuer atau emiten. Wali amanat akan

Wali amanat dilarang merangkap sebagai penanggung dalam emisi efek bersifat utang yang sama.)

51 Pasal 85 Undang-undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal: Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksadana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat, dan Pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam.

menganalisis keadaan keuangan emiten. Dari analisi tersebut akan terlihat bagaimana keadaan keuanagan emiten, apakah baik atau buruk, bagaimana proyeksi keuangannya, keadaannya saat ini, apakah emiten tersebut akan mampu melakukan pembayaran keajibannya atas obligasi tersebut. Kewajiban yang paling poko adalah melakukan pembayaran bunga yang telah diperjanjikan dan melakukan pembayaran pokok pada saat yang telah ditentukan.

2.Saat proses emisi

Wali amanat bersama lembaga lainnya antara lainunderwriter dan konsultan hokum akan menentukan hak-hal pemegang obligasi selaku kreditor. Hak-hak tersebut akan dibicarakan dengan emiten untuk kemudian dimasukkan ke dalam perjanjian perwaliamanatan. Hak-hak pemegang obligasi tersebut antara lain hak atas pembayaran bunga, hak atas pembayaran pokok utang, tanggal-tanggal pembayaran, dan hak untuk memperoleh jaminan, baik jaminan preferen maupun tidak. Pemegang obligasi diwajibkan untuk mengetahui rating dari obligasi yang diterbitkan. Rating tersebut dilakukan oleh lembaga rating dan dicantumkan dalam perjanjian perwaliamanatan. Hak pemegang obligasi lainnya adalah hak untuk memperoleh laporan-laporan selama jangka waktu obligasi mengenai bagaimana status obligasi yang telah dibelinya. Kesemuanya akan didiskusikan dengan issuer secara rinci dan akan dimasukkan ke dalam perjanjian perwaliamanatan sebagai dasar perikatan antara wali amanat, emiten, dan pemegang obligasi.

Tugas lainnya adalah membantu proses pengajuan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam agar obligasi diberikan izin efektif oleh Bapepam. Kegiatan ini

dilakukan bersama-sama dengan emiten, lembaga penunjang maupun lembaga profesi penunjang lainnya (seperti konsultan hukum, notaris, underwriter, appraisal). semuanya bersama-sama membantu dalam pengajuan pendaftaran ke Bapepam.

Wali amanat juga akan membantu dalam memasukkan data-data yang ada ke dalam perjanjian perwaliamanatan ke dalam prospektus. Tujuannya adalah agar apa saja yang telah diperjanjikan ke dalam perjanjian perwaliamanatan dapat diketahui oleh calon pembeli di mana para calon pembeli akan melakukan penelitian melalui prospektus tersebut. Selain mengenai hak-hak pemegang obligasi, wali amanat juga memasukkan data kualifikasi wali amanat dalam prospektus agar para pemegang obligasi yang akan melakukan pembelian dapat mengetahui siapa dan bagaimana wali amanat yang mewakili kepentingan para pemegang obligasi tersebut.

Wali amanat juga menyiapkan surat-surat yang diperlukan dari wali amanat itu sendiri. Antara lain membuat surat pernyataan tidak memiliki hubungan afiliasi dan akan bertindak independen dalam melakukan tindakan selaku wali amanat.

Apabila surat pernyataan tersebut sudah disampaikan kepada Bapepam, maka Bapepam akan memberikan izin efektif. Jika izin efektif tersebut diberikan, barulah obligasi dapat dijual kepada masyarakat. setelah terjadi semua, maka dimulailah tanggal emisi di mana emiten sudah benar-benar berutang kepada pemegang obligasi.

3.Setelah emisi obligasi

Pada saat obligasi sudah berjalan dan sudah dipegang oleh pemegang obligasi, wali amanat akan melakukan pemantauan atas pemenuhan kewajiban-kewajiban kepada emiten sebagaimana telah diperjanjikan dalam perjanjian perwaliamanatan. Atas dasar pemantauan tersebut, wali amanat akan memberitahukan hal-hal penting dari hasil pemantauan yang ditemukannya kepada pemegang obligasi. Namun tidak semua laporan akan disampaikan. Hanya laporan yang penting sekali sajalah yang akan disampaikan kepada pemegang obligasi. Apabila dari pemantauan dirasakan perlu untuk diadakan pertemuan antara emiten dengan pemegang obligasi atau apabila ada hal-hal yang penting untuk diadakan pertemuan dengan pemegang obligasi, maka wali amanat akan melakukan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

Disamping kegiatan tersebut, wali amanat juga membantu emiten sehubungan permasalahan yang timbul pada saat emisi obligasi, baik kepada pemegang obligasi, Bapepam, maupun lembaga lain. Bantuan tersebut dilakukan misalnya dengan memberikan klarifikasi atau penjelasan atas masalah-masalah yang harus diutarakan kepda pihak-[ihak tersebut. Dalam meberikan bantuan tersebut, wali amanat akan berpihak kepada ppemegang obligasi sebagai pihak yang diwakilinya sehingga jangan sampai ada hak-hak pemegang obligasi yang dirugikan oleh pihak-pihak lain.

Penentuan bunga dilakukan oleh emiten dengan underwriter, karena pihak underwriter yang akan menjual kepada masyarakat atas obligasi yang diterbitkan. wali amanat akan memantau negosiasi atas besarnya bunga yang akan disepakati

oleh kedua belah pihak, kemudian akan memasukkannya secara jelas dan tegas ke dalam perjanjian perwaliamanatan, sebab hal itulah yang harus dipenuhi oleh emiten selama jangka waktu obligasi. Setelah dilakukannya negosiasi mengenai besarnya bunga beserta tanggal pembayarannya dan tanggal pemabayaran dari pokok obligasi itu sendiri, wali amanat akan menanyakan kepada emiten tentang bagaimana sarana atau cara penyediaan dana untuk melakukan pembayaran tersebut. Wali amanat akan melakukan negosiasi apakah emiten akan langsung menyediakan sinking fund setiap saat atau langsung menyediakan dana pada saat tanggal pembayaran. Di situ wali amanat kan memproteksi pemegang obligasi. Sebisa mungkin, jauh hari sebelum tanggal pembayaran bunga maupun pokok obligasi penerbit obligasi sudah menyediakan dananya, sehingga pemegang obligasi akan merasa aman dan yakin bahwa bunga maupun pokok obligasi yang akan dibayarkan tersebut sudah tersedia dananya.

Wali amanat juga melakukan negosiasi dengan emiten agar sebisa mungkin obligasi tersebut memiliki jaminan yang preferen. Apabila jaminannya tidak preferen dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka wali amanat akan pari pasu dengan kreditor lainnya dan wali amanat tidak dapat mengeksekusi sendiri apabila terjadi kelalaian yang dilakukan oleh emiten. Memang tidak diatur dengan jelas bahwa setiap emisi obligasi harus ada jaminan. Dalam hal ini wali amanat akan melihat dari keuangan pihak emiten dan rating emiten apakah bagus atau kurang bagus. Apabila emiten tersebut memang bagus maka bias jadi emiten tidak bersedia memberikan jaminan yang preferen. Selain itu, alas an emiten tidak bersedia memberikan jaminan yang preferen adalah karena sudah ada perikatan

dengan kreditor lainnya yang menentukan tidak diperbolehkannya memberikan jaminan preferen. Jadi, telah terikat dengan perjanjian yang menyatakan bahwa setiap utang yang timbul berikutnya harus pari pasu dengan kreditor yang lain. Wali amanat akan mengupayakan semaksimal mungkin bahwa pemegang obligasi akan aman. Namun, semuanya sebatas keadaan emiten yang menerbitkan obligasi tersebut.

Berdasarkan kondisi emiten dan rating obligasi yang dikeluarkan, wali amanat akan menetapkan covenant-covenant atau pembatasan-pembatasan yang harus diindahkan dan harus ditaati oleh emiten selama jangka waktu obligasi yang bersangkutan. Dalam menentukan pembatasan-pembatasan tersebut, wali amanat harus melihat struktur obligasi, kinerja, proyeksi keuangan maupun struktur jaminan. Dari situlah wali amanat dapat memperlunak atau memperketat pembatasan-pembatasan yang akan dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan. Beberapa hal itulah merupakan perlindungan-perlindungan yang diberikan selama proses obligasi.

Pemantauan dilakukan terhadap pemenuhan pembayaran, covenant-covenant, jaminan, penggunaan dana, dan sebagainya. Pemantauan tersebut akan dilaporkan kepada pemegang obligasi, Bapepam dan bursa efek agar semua pihak mengetahui kondisi obligasi. Apabila dari hasil pemantauan ternyata semua berjalan sesuai dengan yang diperjanjikan, maka tidak akan dilakukan pelaporan kepada pemegang obligasi. Akan tetapi, jika ternyata dari pemantauan tersebut ada hal-hal yang dilanggar atau tidak sesuai dengan perjanjian perwaliamanatan, maka wali amanat akan memberitahukan hasil pemantauan kepada emiten terlebih

dahulu. Dalam hal ini wali amanat melakukan pencocokan terlebih dahulu dengan emiten. Apabila emiten mengatakan sesuai dan mengakui kondisinya atau bahkan diam saja, maka wali amanat akan melakukan peneguran atau memberikan peringatan untuk memperbaikinya dan mengembalikan kepada kondisi sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian perwaliamanatan. Apabila sudah dilakukan peneguran, baik lisan maupun tulisan, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian, tetapi emiten tidak melakukan perbaikan maka wali amanat akan memberitahukan kepada pemegang obligasi dengan mengumumkan dalam surat kabar harian. Biasanya wali amanat memiliki daftar pemegang obligasi, maka selain diiklankan wali amanat juga dapat menghubungi pemegang obligasi untuk memberitahu kondisi obligasi yang mereka pegang. Wali amanat memberitahukan seandainya emiten tidak menyediakan dana untuk pembayaran. Apabila wali amanat sudah melakukan peneguran dan mengumumkan dalam surat kabar, tetapi emiten tidak juga memenuhi kewajibannya, maka wali amanat akan memanggil pemegang obligasi untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO). Dalam melakukan ini semua, wali amanat mengacu pada ketentuan yang telah disepakati.

Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

Bagaimana cara wali amanat bertemu atau mengadakan komuniksi dengan pemegang obligasi? Secara formal adalah melalui forum RUPO. RUPO dapat diselanggarakan setiap waktu sebagaimana dicantumkan dalam perjanjian, tujuannya antara lain untuk menyampaikan pemberitahuan kepada emiten atau

untuk menyetujui suatu kelonggaran waktu yang telah diperjanjikan di dalam perjanjian apabila terjadi kelalaian atau pelanggaran. Jadi, apabila terjadi sesuatu yang menyimpang dari perjanjian perwaliamanatan, maka akan segera diberitahukan kepada pemegang obligasi dan penyelesaiannya akan diambil berdasarkan keputusan RUPO.

Tujuan lain dari RUPO adalah untuk mengambil tindakan yang dikuasakan pemegang obligasi kepada wali amanat. RUPO juga diadakan untuk menyampaikan usulan-usulan emiten atau usulan-usulan pemegang obligasi dalam jumlah tertentu yang telah disepakati, untuk mengubah perjanjian. Biasanya pemegang obligasi boleh menyampaikan usulan tersebut apabila mereka berjumlah minimal 20-30. Apabila jumlahnya sesuai dengan ketentuan perjanjian perwaliamanatan, maka wali amanat baru akan mengadakan RUPO.

Wali amanat tidak langsung mengabulkan permintaan untuk diadakannya RUPO. Wali amanat harus melihat terlebih dahulu usulan-usulannya dan bagian perjanjian manakah yang akan diubah. Misalnya, untuk pengubahan bunga atau perjanjian pokok tentunya akan sulit sekali. Biasanya dalam perjanjian wali amanat, ketentuan pengubahan untuk bunga , pokok dan jangka waktu harus ada kuorum yang ebsar dan harus dibicarakan juga dengan emiten. Dalam kurun waktu terakhir, wali amanat telah membuka kemungkinan 75 kuorum kehadiran dan 75 suara yang memutuskan barulah dapat diputuskan hal-hal yang prinsip dari perjanjian wali amanat.

RUPO diadakan sesuai dengan tata cara yang diatur dalam perjanjian perwaliamanatan. Biasanya diadakan di tempat kedudukan emiten atau tempatnya

disesuaikan dengan mayoritas investor. Misalnya mayoritas investor ada di Jakarta, maka RUPO dilaksanakan di Jakarta, dengan harapan agar pemegang obligasi dapat mudah untuk menghadirinya, sehingga kuorum dan apa yang diharapkan dapat tercapai.

RUPO dapat diadakan apabila dihadiri oleh pemegang obligasi atau kuasanya yang sah yang mewakili jumlah persentase tertentu sebagaimana telah diperjanjikan dalam perjanjian perwaliamanatan dan dapat mengambil keputusan apabila diputuskan oleh jumlah persentase tertentu sebagaimana telah diperjanjikan dalam perjanjian perwaliamanatan.

RUPO merupakan sarana komunikasi wali amanat dengan pemegang obligasi apabila ada hal-hal yang penting untuk disampaikan guna mencari jalan keluar. Wali amanat akan melaksanakan apa pun yang diputuskan dalam RUPO asalkan tidak menyimpang dari ketentuan perjanjian perwaliamanatan dan ketentuan undang-undang.

2. Kewajiban-kewajiban Wali Amanat

Wali Amanat memiliki berbagai macam kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan olehnya, khususnya yang terkait dengan kegiatan penerbitan Efek yang bersifat utang (obligasi), yaitu:

a. Wali Amanat wajib bersikap netral dan independent serta tidak memihak kepada Emiten, melainkan mewakili dan melindungi kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang (Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UUPM);

b. Wali Amanat wajib membuat kontrak perwaliamanatan dengan Emiten sesuai dengan ketetapan yang ditetapkan oleh Bapepam (Pasal 52UUPM); c. Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang Efek yang

bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam undang-undang pasar modal dan/ atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwaliamanatan (Pasal 53 UUPM);

d. Wali Amanat wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam dalam rangkap 4 yang meliputi;(Lihat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep.77/PM/1996 tentang Laporan wali Amanat (Peraturan No. X.I.1). 1) laporan tengan tahunan dan tahunan mengenai kegiatan Wali Amanat yang antara lain memuat:

a) jumlah dan jenis Efek bersifat utang yang masih beredar; b) pembayaran pokok dan/atau bunga Efek yang bersifat utang;

c) jumlah Efek yang bersifat utang yang telah dikonversikan menjadi saham

d) pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan oleh Wali Amanat terhadap Emiten.

Laporan tengah tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam paling lambat 30 hari setelah periode laporan yang bersangkutan dan laporan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam paling lambat 60 hari setelah periode laporan tahunan yang bersangkutan.

2) laporan peristiwa penting yang menyangkut kegiatan perwaliamanatan yang

Wajib disampaikan kepada Bapepam paling lambat 2 hari setelah terjadinya peristiwa atau sejak diketahuinya peristiwa tersebut, berupa: a) pembayaran pokok dan bunga Efek yang bersifat utang sebelum jatuh

Dokumen terkait