• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Akhlak sebagai Pengendali terhadap Dampak N egatif

NEGATIF PERADABAN MODERN

C. Peranan Akhlak sebagai Pengendali terhadap Dampak N egatif

Peradaban Modern

Berdasarkan tabiat manusia yang selalu ingin maju dalam hidupnya, maka ia selalu mengadakan perubahan-perubahan terhadap alam sekitamya, agar mempunyai kegunaan dalam hidupnya. Berdasarkan tabiat manusia itu maka muncullah dalam dunia manusia bentuk-bentuk barn yang disebut dengan peradaban.

Peradaban dihadapkan pada diri manusia itu sendiri, dalam tingkah lakunya dan dalam dunia luar yang dibentuknya. Bentuk-bentuk peradaban yang melekat pada diri manusia sendiri adalah cara pergaulan yang sopan, halus, pakaian yang bagus, tingkah laku yang teratur dan lain sebagainya.

66Rahmat Jatmiko, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), him. 15.

Bentuk peradaban di luar diri manusia adalah dengan adanya perumahan dan pergedungan yang megah untuk bermacam-macam keperluan, peralatan sempurna, barang-barang konsumsi yang serba mewah dan lain sebagainya. Penemuan-penemuan dalam bidang teknologi, transportasi, komunikasi dan informasi telah mampu memperpendek jarak, memperdekat tempat dan mempersingkat waktu, suatu peradaban yang belum pernah

dimiliki oleh peradaban sebelunmya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengangkat manusia sebagai makhluk yang berkemampuan besar menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia-manusia semakin mampu mencari, menemukan dan menggunakan sumber-sumber

daya alam untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu perubahan yang sangat asasi dalam hubungan manusia yang disangga dan diw am ai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan dan penemuan-penemuan barn sebagai bentuk dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memperbanyak manusia

dengan alat-alat dan cara-cara yang makin mempermudah dan menyenangkan kehidupan manusia.

Namun di pihak lain, kemajuan dan penemuan-penemuan baru itupun jug a menghasilkan alat-alat dan cara-cara yang tidak kepalang tanggung kemampuannya dalam membahayakan bahkan memusnahkan umat manusia dan alam semesta. Hal ini berarti bahwa kemajuan ilmu dan teknologi

mempunyai kemungkinan ganda, bisa menyenangkan tapi bisa membahayakan, bisa menggembirakan tapi ju g a bisa menyengsarakan.

Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri walaupun dilihat dari segi positif saja sebagai penemuan yang menyenangkan

dan menyenangkan kehidupan manusia, terlepas dari segi negatif yang memungkinkan penggunaan ke arah hal-hal yang menyengsarakan dan membahayakan. ternyata belum menjawab tuntutan kodrati manusia, yakni kebebasan dari rasa takut dan duka cita .

Perkembangan dan kemajuan sepihak yang hanya bersifat kebendaan saja mau tidak mau akan menimbulkan kepincangan hidup manusia yang berat sebelah. M anusia akan mengalami kekosongan batin yang membuatnya asing

dan kesepian dalam kegaduhan dan kesemarakan dunia modern. M anusia memerlukan sesuatu yang bersifat maknawi yang mampu memberikan makna

sr%

pada hidup kekinian dan kedisiniannya dan ini hanya dimiliki oleh agama . M odemisasi memang telah membawa manusia pada kesejahteraan dan kebahagiaan di suatu sisi, tapi juga membawa kehancuran di sisi yang lain. Semakin meningkatnya angka kriminalitas yang disertai tindakan- tindakan kekerasan, pemerkosaan, peijuadian, penyalahgunaan narkotika, miras, kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiw a, dan sebagainya. 67 *

67A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: Rajawali Press, 1987), him. 204.

Di samping juga moralitas pragmatisme (budaya menyeberang) berupa korupsi, kolusi, dan manipulasi. Sebagai manifestasi kerusakan akhlak manusia modem. Semakin merosotnya akhlak warga negara telah menjadi salah satu keprihatinan para pemerhati pendidikan, terutama para pemerhati pendidikan Islam, globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebar kemerosotan akhlak tersebut. Memang kemajuan sains dan teknologi telah menghasilkan suatu kebudayaan yang maju, proses itu disebut

globalisasi kebudayaan. Namun, kebudayaan yang semakin mengglobal itu ternyata sangat berdampak terhadap aspek akhlak69.

Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam mengemban dan menegakkan akhlak seperti dikatakan oleh Abu A1 Maududi yang dikutip YunanNasution, sebagai berikut:

Islam memberikan kita ukuran dan nilai-nilai dasar akhlak untuk membimbing dan mengendalikan seluruh kehidupan manusia, Islam memberikan dasar akhlak yang dapat dipakai sebagai landasan dalam membangun masyarakat yang baik, yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia dari kekacauan dan anarki yang menimpa dunia saat ini70.

Terwujudnya keselarasan dan keseimbangan jasm ani dan rohani akan mendasari terbentuknya sikap sebagai pengendalian tindakan manusia yang berdasarkan pendirian sebagai buah pemikiran dan pengam atan serta penghayatan terhadap persoalan-persoalan hidup.

69A hm ad Tafsir, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), him . 1. 70Yunan Nasution, Islam dan Problem-Problem Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang,

Sebagai makhluk, budaya manusia tidak akan bisa lepas dari nilai- nilai akhlak yang mengatur hidupnya. Dalam hidupnya manusia akan selalu memberi tekanan kepada nilai-nilai akhlak yang akan dapat membentenginya

dari tekanan. Sekaligus sebagai pengendali dari dampak negatif peradaban modern. Oleh karena itu terwujudnya kebudayaan dan peradaban mestinya bertolak dari dan kepada nilai-nilai akhlak, apabila menginginkan kebudayaan dan peradaban itu benar-benar memberikan lahir batin bagi manusia.

Dalam mencapai keselarasan dan keseimbangan jasm ani dan rohani perlu adanya arahan dan bimbingan melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Melalui proses pendidikan, seseorang akan memperoleh nilai-nilai keutamaan yang sangat bermanfaat untuk mempercerdas, meluruhkan akhlak dan menyehatkan mental.

Berkaitan dengan akhlak pendidikan Ibnu Maskawaih membagi manusia ke dalam tiga tingkatan.

1) Manusia yang baik menurut tabiatnya. Golongan ini merupakan kelompok minoritas. Manusia yang baik menurut tabiatnya tidak akan berubah menjadi manusia yang jahat

2) Manusia yang jahat menurut tabiatnya. Golongan ini merupakan kelompok mayoritas, orang ini tidak akan menjadi baik karena memang tabiatnya sebagai pembawaan sudah jahat

3) Manusia yang tidak termasuk golongan pertama dan kedua dapat berubah menjadi baik dan menjadi jahat karena faktor pendidikan yang diterima atau karena faktor lingkungan pergaulan71.

A d a n y y tingkatan-tingkatan tersebut, maka manusia kemungkinan mengalami perubahan-perubahan tingkah laku dan dari segi inilah maka

diperlukan aturan-aturan syariat, nasehat-nasehat dan berbagai macam ajaran tentang adab sopan santun. Sedangkan jaminan agar tetap terpeliharanya nilai- nilai akhlak dalam kehidupan manusia amat ditentukan oleh sektor pendidikan. Di sini arti penting pendidikan akhlak, karena di dalam pendidikan akhlak, terkandung nilai-nilai akhlak mulia yang dapat dijadikan benteng terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari peradaban modern.

Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, maka tidak bisa terlepas dari institusi-institusi pendidikan yang merupakan salah satu komponen sistem yang memungkinkan proses pendidikan akhlak berlangsung secara konsisten

dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan akhlak. Ahmad D. Marimba menyebutkan lembaga institusi pendidikan ini dengan badan pendidikan dan mengartikannya dengan organisasi atau kelompok manusia yang karena suatu dan lain hal memikul tanggung jaw ab atas terlaksananya pendidikan72. Menurut fungsinya dan keadaan tugas dari lembaga-lembaga pendidikan tersebut, maka lembaga pendidikan itu

7lIbnu M askawaih, M enuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1994), him. 37. 72Ahmad D. M arimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: A1 M a’arif, 1986), him. 57.

digolongkan menjadi tiga73. Yang oleh Ki Hajar Dewantara dalam buku Hasbullah, disebut dengan Tri Pusat Pendidikan74, yaitu:

1) Lembaga Pendidikan Keluarga

Sebagai suatu hidup bersama, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan persahabatan, cinta kasih, hubungan anlar pribadi, kerjasama, disiplin, dan tingkah laku yang baik.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah pertama-pertama anak mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan sebagai lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterim a oleh anak-anak adalah dalam keluarga75.

Di sepanjang masa dan waktu, orang tua harus selalu bertanggung jaw ab atas pendidikan anak-anaknya. Dalam Islam sendiri diakui ba’nwa pengaruh orang tua adalah besar sekali atas anak-anaknya, baik pengaruh psikis atau pengaruh psikologis. Sabda Nabi Muhammad SAW:

13Ibid., him. 59

74Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1999), him.

75Ibid., him. 38.

Tiap-tiap orang dilahirkan ibunya atas dasar fitroh beragama Islam, maka tergantung ayah dan ibunya yang mendidik dia menjadi orang-orang bergama Yahudi, Nasrani atau Majusi, maka bila keduanya muslim jadilah ia muslim76.

Jelas bahwa mendidik anak itu merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang tua terhadap anaknya.

2) Lembaga Pendidikan Sekolah

Dalam konsepsi Islam fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah, serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai dengan fitrahnya, sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan77.

3) Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikuti oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuan serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupan78.

Ketiga lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah, masyarakat) mempunyai hubungan yang sangat erat. Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak tersebut harus bisa diteruskan atau disempurnakan oleh

76Imam Muslim, Shohih Muslim Juz II, him. 429.

77Abdurahman An Nahlani, Pendidikan Islam d i Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1995), him. 152. 78Hasbullah, op.cit., him. 55.

sekolah. Sedangkan masyarakat hams bisa menciptakan lingkurlgan yang mendukung bagi terlaksananya pendidikan akhlak, karena bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada.

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dampak negatif peradaban modem dilihat dari gejala krisis manusia modern dengan segala kehidupan masyarakat, yang menggambarkan kemunduran sebagai lawan dari kemajuan, sebagai kenyataan sosial yang tidak bertambah. Terdapat kerusakan dalam jalinan struktur perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat. Pertama-tama, langsung dalam individu yang berkaitan dengan m otif dan persepsi, termasuk di dalam konflik status dan peranan. Kedua, berkenaan dengan norma yang berkaitan dengan rusaknya kaidah-kaidah yang harus menjadi patokan- patokan kehidupan perilaku, yang disebut dengan kehidupan tanpa acuan norma. Pemikiran masyarakat m odem didasarkan pada rasionalis dan bertujuan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.

Gejala ini terlihat dengan semakin meningkatnya angka kriminalistas yang

disertai dengan tindakan-tindakan kekerasan, penyalahgunaan obat, narkotika, minuman keras, pemerkosaan, bunuh diri, gangguan jiwa, dan lain sebagainya. Globalisasi mempakan faktor yang tidak bisa dikesampingkan karena globalisasi kebudayaan ini sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak.

Kemerosotan akhlak itu sebenarnya terjadi dalam semua lapisan masyarakat, meskipun demikian pada lapisan remaja kemerosotan akhlak itu lebih nyata terlihat. Kemerosotan akhlak di kalangan remaja itu dikenal dengan kenakalan remaja yang kadang-kadang akan meningkat menjadi kejahatan remaja yang berupa perampokan, pemerkosaan, pembunuhan

dan lain sebagainya.

2. Peranan peradaban akhlak dalam mengatasi dampak negatif peradaban modern. Pengendalian dalam diri itu tidak lain adalah nilai-nilai akhlak yang selalu hidup dalam jiw a rohani manusia, sedangkan tingkah laku yang ditampilkan secara jasmaniyah menggambarkan rohani manusia. Di sinilah arti penting pendidikan akhlak. Karena di dalam pendidikan akhlak terkandung nilai-nilai akhlak mulia, yang apabila seseorang dapat mengendalikan dirinya dari dampak negatif peradaban modem. Dengan pendidikan akhlak seseorang dibimbing dan diarahkan terwujud dalam pribadinya. Nilai-nilai akhlak yang akan menuntunnya kepada perbuatan baik dan menjauhkannya dari perbuatan buruk. Terpatrinya nilai-nilai akhlak melalui pendidikan akhlak tersebut akan menyebabkan seseorang sanggup menyahut panggilan Ilahi dan jiw anya akan terbuka untuk menerima petunjuk sehingga raganya akan mampu bertindak menumt nilai-nilai akhlak dan norma-norma agama. Dan pada akhimya ia akan sanggup memberikan makna hidup dan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi hidup dan kehidupan ini.

Dalam pendidikan akhlak terkandung nilai-nilai akhlak mulia yang apabila seseorang dapat mengendalikan dirinya terhadap pengaruh-pengaruh negatif peradaban modern.

Sedangkan jaminan tetap hidup dan terpeliharanya nilai-nilai akhlak dalam kehidupan manusia tersebut amatlah ditentukan oleh sektor pendidikan. Terdapat tiga lembaga pendidikan (Ki Hajar Dewantara menyebut dengan Tri Pusat Pendidikan) yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada ketiga lembaga tersebut, pendidikan akhlak perlu lebih diintensifkan, sehingga nilai-nilai akhlak akan benar-benar bisa tertanam dalam jiw a anak didik.

B. S aran

Penulis ingin menyampaikan saran kepada: 1) Keluarga

Mengingat keluarga merupakan pembentuk kepribadian anak, maka hendaknya keluarga memiliki akhlak al karimah dalam rangka membentuk kepribadian anak serta mempersiapkannya menjadi manusia yang dapat bermanfaat dalam kehidupan berbangsa dan beragama..

2) Sekolah

Setelah dalam lingkungan keluarga ditanamkan nilai-nilai akhlak al karimah, maka lembaga pendidikan sekolah haras melanjutkan dan memupuk nilai-nilai yang sudah masuk dalam pribadi anak. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara orang tua dan sekolah.

3) Masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi terlaksananya pendidikan akhlak, caranya antara lain dengan menjalankan majlis-majlis ta’lim, organisasi-organisasi keagamaan, dan lain sebagainya.

C . K a ta P en u tu p

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan ridlo-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jau h dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Agustian, Ary Ginanjar, ESO POWER, Jakarta: penerbit arya, 2003 A1 Ghazali, Ihya ’ Ulumuddin, Semarang: Asy Syifa, 1992

Al-Absori, M. Athiya, Dasar-Dasar Pokok Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970 Al-Djamali, Fadhi, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, Jakarta: Golden

Terayon Press, 1993

Ali, A. Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, Jakarta: Rajawali Press, 1997

Ali, M., Penelitian Kependidikan; Prosedur dan Strategi, Bandung: PN. Angkasa, 1987

Amin, Ahmad, Ilmu Akhlak (etika), terj, Farid Ma ’arif, Jakarta: Bulan Bintang, 1992

An Nahlani, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Anwar, Wajiz, Islam dan Modernisasi, Jakarta: Ratu Ibu, 1980 Arifin. HM, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Arifin, M.D.. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III. 1993

Arifin, Syamsul, dkk, Spiritual Islam dan Peradaban M asa Depan, Yogyakarta:

Sipress, Cet. I, 1996

AS. Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada, 1992

Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II Bahreisy, Salim, Terjemah Riyadhus Sholihin, Bandung: A1 M a’arif, 1987

Bin Nabi, Malik, Mengembangkan Dunia Baru Islam (Terj.), Bandung: Mizan, Cet. I, 1994

_____________ , Membina Nilai-nilai M oral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1977

Depag, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1982

Dikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976 Fajar, Malik, Orientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999

Fatah, Rohadi, Abdul, Ilmu Teknologi dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1990 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990

Hawari, Dadang, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiw a, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, Cet. Ill, 1997

Hizbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rajawali Grafmdo Persada, 1999

Jatmiko, Rahmat, Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996

Karim, M. Rush, Agama dan M asyarakat Industri Modern, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994

_______________ , Agama, M odernisasi dan Sekulerisasi Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994

Koentjaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan,

Jakarta: Gramedia, 1948

Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004

Maskawaih, Ibnu, M enuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan, 1994)

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Serasih, 1999

Nurdin. Muslih, dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV. Alfabeta, 1993 Poerwodarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1976

Qutb, Muhammad, Jahiliyah A bad Dua Puluh, terj. Muh. Tohir, Bandung: Mizan, 1993

Rifai, Muhammad, A l Qur'an dan Terjemah, Semarang: PT. Aksara Indah, 1994 Suhaini, Al Hafid Mussah, Riyadlussholihin, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1994 Surahmadi, Winamo, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1982

Tafsir, Ahmad, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja Resada Karya, 1996

Tauhid, Abu, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sekretariat Ketua Jurusan Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990

Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991

Nama

Tempat, Tanggal Lahir NIM

Alamat Asal

Pendidikan Formal

Pendidikan In Formal Pengalaman Organisasi

: Nur Aini Aisah

: Magelang, 27 Januari 1984 : 111 02 036

: Ponggol, Tamanagung, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah

: SDN Tamanagung IV (1990-1996)

MTs M a’arif 2 Muntilan (1996-1999)

SMU Takhassus A1 Qur'an Wonosobo (1999-2002)

STAIN Salatiga (2002-2007)

: Madin Awaliyah Gunungpring (1993-1996) : Divisi Bakat & Minat PAC IPPNU Kecamatan

Dokumen terkait