• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Jaringan Inovasi IPTEK melalui IPTEKMAS

BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.2. ASPEK PENGEMBANGAN JARINGAN

4.2.1. Peranan Jaringan Inovasi IPTEK melalui IPTEKMAS

Peran litbang sangat dibutuhkan untuk memodifikasi mesin khusus penggiling garam yang dapat menghasilkan garam halus dengan ukuran yang diminta pasar. Inovasi melalui kegiatan Iptekmas telah

39 menghasilkan prototime mesin untuk meningkatkan kualitas garam menjadi kualitas garam konsumsi melalui proses pencucian. Alat dan mesin ini masih terus dalam penyempurnaan. Pengembangan alat pemurnian garam tersebut bekerja sama dengan Koperasi Pondok Pesantren Sunan Drajad di Kecamatan Paciran. Pada saat ini mesin tersebut telah mampu menghasilkan garam kualitas konsumsi sebanyak 1 ton per hari. Produksi garam konsumsi tersebut telah dipasarkan di beberapa lokasi pasar disekitar Lamongan dan Tuban. Arah pengembangan model peralatan tersebut bisa menjadi model yang diaplikasi dibeberapa sentra produksi garam.

Gambar 4 . Peningkatan kualitas garam melalui pencucian menjadi garam konsumsi (inovasi teknologi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang KP)

Demi megoptimalkan program bebantuan yang ada, KIMBis mensinergikan kegiatannya dengan kegiatan IPTEKMAS garan dan program PUGaR yaitu penerapan inovasi teknologi penjernihan/pemurnian garam. Di masyarakat petambak, Bpk. Arifin (petambak garam) merupakan petambak yang menerapkan TTG secara menyeluruh sehingga garam produksinya bisa mencapai 600 ton per hektar per musim. Dengan mensinergikan program-program KKP dan TTG petambak lokal, garam Lamongan yang biasanya hanya mampu berproduksi antara 60-80 ton perhektarnya, diharapkan dapat berproduksi 400-600 ton perhektar dan menjadi kabupaten swadaya garam. Nilai tambah yang diperoleh dari penerapan TTG ini adalah garam yang dihasilkan merupakan garam yang mendekati kualitas 1, padahal selama ini garam

40 yang diproduksi adalah garam kualitas 3. Dilihat dari besarnya kebutuhan agar untuk konsumsi pengolahan ikan (kebutuhan pasca penangkapan) selain industri yaitu TPI, nelayan, ikan kering dll di kabupaten Lamongan membutuhkan garam sebanyak ± 90.000 ton per tahun. Dengan penerapan TTG diseluruh tambak di Kab. Lamongan yaitu seluas ±350 ha maka produksi garam yang diperoleh adalah 280.000 ton per tahun. Jadi, 32,14% produksi garam petambak dapat memenuhi kebutuhan garam untuk konsumsi ikan di Lamongan. Peluang pasar garam yang belum tersentuh adalah industri perikanan seperti coldstorage, pabrik es dan surimi. Menurut informasi, perusahaan tersebut siap menggunakan garam produksi dengan penerapan TTG karena pasokannya dapat diandalkan.

Perhitungan :

Luas Lahan tambak garam : 350 ha

Produksi Garam non TTG : 350 ha x 80 ton x 2 musim/tahun = 56.000 ton/tahun Produksi Garam TTG : 350 ha x 400 ton x 2 musim/tahun = 280.000 ton/tahun Selisih Produksi : = 224.000 ton/tahun

Tabel 9. Asumsi modal awal (investasi) untuk penerapan TTG per ha (10.000 m2)

No Uraian Jumlah

1 10.000 m2 terpal, per m2 Rp 6000 Rp 60.000.000 2 Kayu untuk tiang pematang Rp 1.000.000 3 20 batang bambu @ Rp 25.000 Rp 500.000 4 Paku, jarum, dan benang Rp 200.000 5 2 unit mesin pompa air Rp 3.000.000 6 4 unit kereta dorong @ Rp 300.000 Rp 1.200.000 7 Silinder (pemadat tanah) Rp 1.000.000 8 4 unit pacul @ Rp 75.000 Rp 300.000 9 4 Unit sekrop @ Rp 75.000 Rp 300.000 10 Kayu bakar untuk arang Rp 1.000.000 11 Tapas aren untuk filter Rp 500.000 12 4 unit garuk @ Rp 50.000 Rp 200.000 13 Lain-lain Rp 1.000.000 Total Rp 70.200.000 Sumber: data primer diolah, 2013

Dari gambaran diatas, modal awal yang dikeluarkan petambak akan terlihat begitu besar dan akan dirasa sulit untuk pengaplikasiannya. Disinilah pentingnya peran KIMBis sebagai lembaga yang memfasilitasi penguatan kelembagaan usaha garam sehingga usaha garam dapat mendiri dengan

41 menggunakan teknologi tepat guna dan teknologi hasil IPTEKMAS. Untuk mendalami ini, KIMBis menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan para petambak garam dan instansi terkait (dinas, KP3K) di rumah Bpk. Arifin untuk percepatan penyebaran teknologi dengan melihat langsung praktek TTG di lahan tambak milik Bpk. Arifin. Hasil FGD menggambarkan bahwa untuk kebutuhan investasi dapat menggunakan dana bantuan PUGaR dan swadaya masing-masing petambak. Sistem penerapan TTG dilakukan secara bergilir di lahan masing-masing petambak secara mandiri. Awal penerapan TTG dilakukan pada sebagian lahan tambak, selanjutnya pendapatan yang diperoleh digunakan untuk modal penerapan TTG pada lahan tambak lainnya. Nilai tambah yang diperoleh petambak adalah efisiensi pemanfaatan sumberdaya dengan produksi yang berlipat, mutu produk lebih kompettitif dan harga produk yang tinggi.

Selama proses penerapan TTG, petambak belum bisa menikmati hasilnya karena digunakan sebagai modal lagi. Namun, setelah penerapan TTG, petambak garam dapat menikmati hasil upayanya dan diharapkan mampu mensejahterakan kehidupannya. Dengan demikian ketersediaan garam di Kab. Lamongan sudah sesuai dengan kebutuhan garam untuk industri. KIMBIs juga akan memfasilitasi pemasaran garam TTG dengan melakukan koordinasi dengan industri perikanan yang ada di Kab. Lamongan seperti coldstorage, pabrik es dan surimi.

Usaha pengolahan garam rakyat secara tradisional telah banyak dilakukan secara turun temurun di Desa Tunggul, Kecamatan Paciran. Potensi pengolahan garam rakyat sebagai salah satu alternative mata pencaharian menjadi perhatian dan salah satu focus kegiatan pengembangan ekonomi berbasis IPTEK di Kabupaten Lamongan. Selama ini potensi tersebut belum banyak mendapat perhatian baik secara perorangan maupun dari kelembagaan. Usaha ini banyak dilakukan oleh ibu-ibu, proses produksi dilakukan dengan cara memasak (merebus) garam krosok dengan air selama kurang lebih 3-4 jam. Setelah itu dihasilkan Kristal-kristal garam halus yang digunakan untuk konsumsi. Produksi garam dijual dipasar lokal tanpa menggunakan kemasan yang permanen. Kesulitan yang dihadapi sekarang adalah adanya persaingan dengan garam pabrik yang menguasai pasaran.

Dalam upaya peningkatan kapasitas pelaku usaha pengolahan garam rakyat, KIMBis Lamongan mengadakan pendampingan dan pelatihan penguatan kapasitas usaha bagi para pelaku usaha pengolahan garam trasisonal berstandar garam konsumsi. Pelaksnaaan pendampingan dilakukan bekerja sama dengan Pusat Peneitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang KP. Perhatian dan fokus KIMBis untuk meningkatkan kapasitas usaha pengolahan garam tradisional menjadi salah satu sumber mata pencaharian dilakukan dengan pendampingan dan pelatihan.

Dokumen terkait