• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PERANAN KATEKESE DALAM USAHA MEWUJUDKAN

B. Peranan Katekese dalam Usaha Mewujudkan Tujuan Pendidikan

Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan Ursulin di zaman ini. Adapun peranan-peranan katekese dalam pendidikan Ursulin adalah sebagai berikut:

1. Katekese Membantu Perkembangan Pribadi Anak Didik

Katekese sebagai pendidikan iman, dalam proses pendidikan mengarahkan anak didik untuk mencapai perkembangan iman baik secara pribadi maupun kelompok. Katekese yang diselenggarakan ini diharapkan dapat membantu, mendorong, dan memperkembangkan iman anak didik untuk mampu bertahan dan sadar dalam mengarungi arus zaman ini (Adisusanto, 2000: 1).

Demikian juga dalam pendidikan Ursulin, katekese diharapkan mampu mengarahkan anak didik dalam prosesnya senantiasa memperkembangkan imannya sehingga mampu menjalin relasi dengan sesama dan terutama dengan Tuhan. Selain itu, anak didik juga dapat diarahkan untuk menghayati iman dalam sikap dan tingkah laku sehingga lebih bertanggung jawab, mandiri dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman ini. Dalam proses pendidikan, anak didik diarahkan untuk mencapai

83 perkembangan sikap hidup yang baik dan berguna bagi hidup selanjutnya (Konst. Ordo, art. 100). Suatu pendidikan akan mampu menghantar anak didik pada kedewasaan apabila dalam proses pendidikan sudah terangkum segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Adisusanto, 2000: 10).

Peranan Katekese sebagai pendidikan iman mempunyai kedudukan yang sama dengan pola pendidikan St. Angela Merici, yaitu, mulai dari pertobatan dan mengarah pada perkembangan iman yang dewasa. Maka katekese harus mampu mengusahakan pendampingan secara pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Katekese Membantu Meningkatkan Relasi dengan Tuhan

Katekese sebagai proses pendidikan iman selalu mengarahkan anak didik pada Kristus yang menjadi pusat hidup manusia. Dapat dikatakan bahwa jantung katekese pada hakekatnya ialah pribadi Yesus Kristus. Teladan Yesus sebagai guru hendaknya menjadi acuan bagi para pendidik dan anak didik untuk mampu meneladani sikap serta nilai pendidikan iman yang diperjuangkan-Nya. Pendidik dalam proses pendampingan hendaknya mampu memberi kesaksian hidup akan apa yang diimaninya berdasarkan pada hidup imannya yang mendalam sehingga Kerajaan Allah semakin nyata dan dialami oleh setiap orang yang dijumpai (CT, art. 18).

Dalam proses pendidikan Ursulin hendaknya mengarahkan anak didik untuk semakin berkembang dalam imannya. Dengan demikian, mampu menjalin relasi secara pribadi dengan Tuhan dan memungkinkan anak didik untuk menyadari dirinya sebagai anak Allah yang dicintai. St. Angela juga menegaskan agar para pendidik

84 mendorong anak didik untuk senantiasa meletakkan harapan pada sukacita dan harta surgawi. Yang terakhir mereka menyadarkan kekuatan pada Yesus Kristus satu-satunya harta yang tidak akan pernah habis. Hal ini ditegaskan dalam nasehat St. Angela bahwa para pendidik hendaklah memberi contoh, teladan yang tulus dan saleh terutama dalam sikap lahiriah (Nasehat 6, art.1).

3. Katekese Membantu Menumbuhkan Kepekaan Sosial

Katekese yang sungguh-sungguh berfungsi sebagai pewartaaan dan pendidikan iman juga akan mampu melaksanakan peranannya dalam menumbuhkan kepekaan sosial. Bila dilihat dari tujuannya katekese membantu orang beriman untuk semakin sadar akan kewajibannya sebagai orang beriman. Dengan kata lain, katekese yang dilaksanakan perlu membina orang beriman, terutama kaum awam agar mereka aktif melibatkan diri dalam persoalan-persoalan sosial, politis, ekonomis, demi perkembangan dan kemajuan masyarakat terutama mereka yang sangat membutuhkan bantuan. Semua itu sesuai dengan dinamika iman yang bergerak, berjalan dalam cakrawala pengharapan pemenuhan ekskatologis (Adisusanto, 2000: 12).

Dalam pendidikan Ursulin proses dan tujuan yang akan dicapai ialah bahwa pada akhirnya anak didik semakin bebas secara jasmani maupun rohani untuk menentukan jalan hidupnya dan dalam mengembangkan dirinya. Anak didik diberi hak secara bebas dan bertanggung jawab yang dilandasi cinta yang mendalam untuk menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Segala sesuatu yang dilakukan oleh pendidik hendaknya dilandasi adanya kesadaran yang direfleksikan dan dilakukan dengan penuh pertimbangan, menghargai setiap pribadi sebagai pribadi yang bermartabat.

85 Dengan demikian anak didik mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, Tuhan, sesama dan alam, bahkan mampu mengolah, mengembangkan dan melestarikannya (Konst. Ordo, art. 101).

4. Katekese Membantu Berkembangnya Komunitas Pendidikan

Katekese sejauh merupakan rangsangan dan pembinaan kedewasaan iman, mengandaikan dan mengusahakan proses pengembangan dan kedewasaan manusiawi pada umumnya. Artinya pentingnya seorang pendidik menyadari panggilannya sebagai pendidik dalam arti seutuhnya (Adisusanto, 2000: 20).

Katekese dalam kaitannya dengan komunitas pendidikan membantu komunitas pendidik untuk menyadari pentingnya komunikasi dan kerja sama antar pendidik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Dengan adanya katekese, komunitas pendidikan diharapkan dapat menyadari perannya dan bekerja sama dengan saling menopang, mendukung dan melengkapi dalam usaha memperkembangkan pribadi utuh anak didik (Adisusanto, 2000: 20).

Usaha yang perlu dilakukan adalah perlu adanya kerja sama dan komunikasi yang baik antara komunitas pendidikan. Pendidikan akan mencapai tujuannya apabila adanya persatuan dan kerja sama antara orang tua, guru dan orang dewasa lainnya dalam lingkungan masyarakat (Konst. Ordo art. 101). Untuk itu perlu terciptanya persaudaraan dan persatuan, sehati dan sepikiran dalam mendidik anak didik yang dipercayakan. St. Angela Merici amat menekankan kesatuan, kebersamaan, dan keserasian dalam karya pendidikan karena Angela melihat bahwa tugas bimbingan itu merupakan suatu tugas luhur dan tidak mudah. “Lihatlah betapa pentingnya persatuan dan keserasian; maka dambakanlah, carilah, peluklah,

86 pertahankanlah hal itu sekuat tenaga, karena saya berkata kepadamu jika Anda semua hidup bersatu hati Anda seperti benteng yang kuat, menara yang tak tergoyahkan” (Nasehat terakhir, art. 10-15).

Katekese yang mengarah pada pengembangan semangat persaudaraan dan persatuan diharapkan dapat membantu terciptanya paguyuban Kristiani yang didasari semangat cinta dan persaudaraan, yang saling menghargai, membantu, mendukung, melengkapi dan dapat bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan bersama (Adisusanto, 2000: 12).

5. Katekese Membantu Pendidik Mencapai Kedewasaan dalam Iman dan Kepribadian

Katekese mengarahkan pendidik untuk terus menerus mengembangkan iman dan kepribadian menuju kedewasaan dengan tetap terbuka pada nilai-nilai luhur dan mampu mengadakan penegasan secara kritis (Adisusanto, 2000: 5).

Dalam karya pendidikan Ursulin, katekese diharapkan membantu para pendidik untuk terus menerus mengembangkan imannya menuju kedewasaan. Iman yang dewasa adalah iman yang menyadari tugasnya sebagai panggilan. Menurut St. Angela Merici, pendidik utama dalam pendidikan adalah Allah sendiri, oleh karena itu dalam melaksanakan tugas pendidikan, para pendidik harus sadar bahwa mereka dipanggil sebagai pendidik. Kesadaran ini membantu pendidik untuk semakin dewasa dalam iman dan mengandalkan Allah dalam setiap tugas yang diembannya. St. Angela Merici dalam Prakata Nasehat, art. 18 mengatakan bahwa “Anda tentu akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila anda mengarahkan segalanya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa (Prakata Nasehat, art. 18).

87 Iman yang dewasa menggerakkan pendidik untuk melayani, membimbing dan melindungi anak didik yang dipercayakan sebagaimana seorang ibu yang mencintai anak-anaknya. Dengan cinta keibuan seorang pendidik akan berusaha mengenal setiap orang yang diserahkan ke dalam bimbingannya. Dia akan menghadapi mereka masing-masing dengan penuh kasih sayang, kelembutan, keramahan, kesabaran dan kebijaksanaan.

C. Model Shared Christian Praxis adalah Model Katekese yang Cocok untuk

Dokumen terkait