• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha mewujudkan gagasan Santa Angela Merici tentang pendidikan dalam karya Ursulin di zaman ini melalui katekese - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Usaha mewujudkan gagasan Santa Angela Merici tentang pendidikan dalam karya Ursulin di zaman ini melalui katekese - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

USAHA MEWUJUDKAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA URSULIN DI ZAMAN INI

MELALUI KATEKESE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Maria Kristofora Bhoko

NIM: 011124001

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

(5)

v

MOTTO

“Semakin anda menghargai mereka, semakin anda mencintai mereka, semakin anda mencintai mereka, semakin besar kesanggupan anda

(6)
(7)

vii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah USAHA MEWUJUDKAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA URSULIN DI ZAMAN INI MELALUI KATEKESE. Penulis memilih judul ini untuk mendalami gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dan menggali perwujudannya dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini.

Persoalan mendasar skripsi ini adalah bagaimana usaha lembaga pendidikan Ursulin menanggapi keprihatinan dunia pendidikan di zaman ini yang diwarnai dengan pergeseran nilai-nilai hidup. Pendidikan nilai merupakan salah satu usaha yang penting dilakukan oleh para pendidik baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Yang menjadi ciri khas pendidikan Ursulin adalah adanya usaha menanamkan pendidikan nilai kepada anak didik. Penanaman Pendidikan nilai terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan yang tujuan utamanya adalah pembentukan pribadi anak didik. Bagi St. Angela Merici pendiri Ordo Santa Ursula, pendidikan itu harus memungkinkan perkembangan pribadi anak didik yang berorientasi pada manusia. Aktivitas pendidikan harus berpedoman pada intisari pendidikan yakni memanusiakan manusia yang tujuan utamanya adalah demi perkembangan pribadi utuh yang mencakup aspek intelektualitas, keterampilan, kepribadian dan kepekaan sosial.

Lembaga pendidikan Ursulin yang berpola pada St. Angela Merici ini terus berusaha mewujudkan gagasan-gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini.

(8)

viii

ABSTRACT

The title of this Thesis is that “An Effort to Realize the Concept of Saint Angela Merici on Education in Deeds of Ursulin on Education in this Era through Catechism. The writer has chosen this Title to go deep into the concept of St. Angela Merici on Education and to delve deep to realize this, in the Deeds of Ursuline on Education in this Era.

In this modern world, where the value of life has been deterioated in the world of education, the main discussion of this Thesis is as to how the person responsible of Ursulines education institute make an effort to achieve the values of life. Because value education is one of the main effort of the educators both in the family, schools and in the society. The distinctive feature of Ursulines education is that there is sincere effort to plant the value education on students. And implementation of value education is an integral part of the whole system of education, aim of which is to form the personality of the students. For St. Angela Merici, the Founder of the Congregation of St. Ursula, Education must make possible, the personal development of the student who is oriented towards humanity. Educational activities mustbe oriented towards the prime principle. To make man more human, the main aim of which is personal development as whole and covers all aspects of intellectual, skills, personality and social mind.

Ursuline Education institute which has the same aim of St. Angela Merici, must make continues effort to achieve this vision of St. Angela Merici on Education in the deeds of Ursuline on Education in this modern era.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya yang berlimpah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: USAHA MEWUJUDKAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA URSULIN DI ZAMAN INI MELALUI KATEKESE. Dalam proses penulisan dengan segala jerih payah, suka dan duka serta dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung memberi petunjuk, nasehat, kritikan dan saran, penulis terus terdorong untuk menyelesaikannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno W.W.S.J.,M.Ed., sebagai Kaprodi dan segenap staf dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang dengan caranya masing-masing telah mendidik, membimbing dan memberikan bekal pengetahuan yang sangat berharga dan berguna dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan setia membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat serta peneguhan dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., selaku dosen pembimbing akademik dan penguji II yang telah dengan setia memberikan bimbingan, saran, serta dukungan selama penulis menjalani studi dan yang telah bersedia menjadi dosen penguji II untuk skripsi ini.

4. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., yang telah bersedia sebagai dosen penguji III untuk skripsi ini.

5. Sr. Martini Suwitahartana, O.S.U., dan Para Suster sekomunitas yang dengan caranya masing-masing memberikan dukungan, semangat dan peneguhan selama penyusunan skripsi ini.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……… ………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ………. ii

PENGESAHAN ……….………. iii

PERSEMBAHAN ………..……… iv

MOTTO ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……… viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR SINGKATAN ……….. xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ….……….. 1

B. Rumusan Masalah …...………. 7

C. Tujuan Penulisan …..……… 7

D. Manfaat Penulisan ….. ……….. 8

E. Metode Penulisan …. ………. 9

(12)

xii

BAB II: GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN

A. Tinjauan Historis ….……… 12

1. Autobiografi Santa Angela Merici ……… 12

2. Angela Merici dan Misinya ………. 15

3. Angela Merici dan Persekutuan Santa Ursula ……… 16

B. Subyek Pendidikan Menurut St. Angela Merici ……….……. 18

1. Anak Didik: Anak Allah ……… 18

2. Pendidik ……… 19

C. Tuhan Adalah Pendidik Utama ……… ………. 23

D. Tujuan Pendidikan: Perkembangan Pribadi ………...……… 24

E. Prioritas Pendidikan Angela Merici: Gadis-Gadis ……….… 26

F. Aspek-Aspek Pendidikan Menurut St. Angela Merici ……… 27

1. Pembentukan Pribadi ……… 27

2. Pembentukan Keluarga ………. 27

3. Pembentukan Sikap Sosial yang Terlibat ………. 28

4. Membangun Relasi dengan Tuhan ………. 29

G. Sarana Pendidikan ……… ……….. 30

1. Teladan ……… 30

2. Kegembiraan ……….. 30

(13)

xiii

BAB III. KARYA PENDIDIKAN URSULIN DI INDONESIA A. Gagasan St. Angela Merici Tentang Pendidikan Menjadi Dasar

Pendidikan Ursulin ………. 34

B. Bentuk-Bentuk Pendidikan Ursulin ………….. ……….. 37

1. Pendidikan Formal ………... 37

2. Pendidikan Nonformal ……….. 38

C. Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Ursulin ……….. ……. 40

1. Subyek Pendidikan ……… 40

a. Anak Didik ………. 40

b. Pendidik ………. 41

2. Komunitas Pendidikan ……… 43

a. Keluarga ……….. 43

b. Sekolah ……… 45

c. Masyarakat ………. 46

3. Proses Pendidikan ………. 48

a. Konteks Anak Didik ……… 48

b. Pengalaman ……… 49

c. Refleksi ………. 49

d. Aksi ……….. 50

e. Evaluasi ………. 50

4. Sarana Pendidikan ……… 52

1). Perbuatan Pendidikan (Software) ……….. 53

(14)

xiv

5. Suasana Pendidikan ……… ……… 56

BAB IV. PERWUJUDAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA PENDIDIKAN URSULIN DI ZAMAN INI A. Dampak Arus Zaman ……… ……… 57

1. Perkembangan dalam Pelbagai Bidang Kehidupan ……….. 58

2. Dampak Positif dan Negatif ………. 1

B. Perwujudan Gagasan St. Angela Merici Tentang Pendidikan dalam Karya Pendidikan Ursulin di Zaman ini ………. 64

1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Ursulin ……… 64

2. Pembentukan yang Diupayakan dalam Pendidikan Ursulin ……….. 65

a. Pembentukan Pribadi ……… 65

b. Pembinaan Iman ………. 67

c. Pembentukan Keluarga ………. 68

d. Pembentukan Tanggung Jawab Sosial ……… 69

C. Tantangan dan Peluang Pendidikan Ursulin di Zaman ini …………... 70

1. Tantangan ……… 70

a. Situasi Persaingan dan Kerja Sama Global ……….. 70

b. SDM yang Kurang Memadai ………... 71

c. Kurikulum ………. 72

2. Peluang ………. 73

a. Pengakuan dan Kepercayaan Pemerintah dan Masyarakat ……... 73

(15)

xv

c. Sumber Daya Manusia Guru ..……… 76

c. Komunitas Peduli Pendidikan Ursulin ……….. 76

d. Penanaman Nilai ………. 77

BAB V. PERANAN KATEKESE DALAM USAHA MEWUJUDKAN TUJUAN PENDIDIKAN URSULIN DI ZAMAN INI A. Pengertian, Tujuan dan Model Katekese ……… ……… 76

1. Pengertian ……… 76

2. Tujuan ……… 77

3. Model – Model Katekese ……… 78

B. Peranan Katekese dalam Usaha Mewujudkan Tujuan Pendidikan Ursulin di Zaman ini ………. 82

1. Katekese Membantu Perkembangan Anak Didik ……… 82

2. Katekese Membantu Meningkatkan Relasi dengan Tuhan ………… . 83

3. Katekese Membantu Menumbuhkan Kepekaan Sosial ……….. . 84

4. Katekese Membantu Berkembangnya Komunitas Pendidikan ………. 85

5. Katekese Membantu Pendidik untuk Mencapai Kedewasaan dalam Iman dan Kepribadian ………. 86

C. Model Shared Christian Praxis adalah Model Katekese yang Cocok untuk Meningkatkan Pemahaman Pendidikan St. Angela Merici dalam Karya Pendidikan Ursulin di Zaman ini ……….. .…….. 87

D. Program Katekese sebagai Sarana Mendalami Gagasan Pendidikan St. Angela Merici dalam Karya Pendidikan Ursulin di Zaman ini … 91

(16)

xvi

2. Usulan Tema Katekese ……… 92

3. Pedoman Pelaksanaan Program Katekese ………. 93

4. Susunan Acara Sarasehan ……… 94

5. Usulan Program Sarasehan bagi Para Pendidik Ursulin ……….. 95

6. Contoh Katekese ………. 98

BAB VI: PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 111

B. Saran ………. 115

DAFTAR PUSTAKA ……… 117

LAMPIRAN Lambang dan Arti SERVIAM ……….. (1)

Mars “Serviam” ………. (2)

Lagu “Angela Doakan Kami ……….. (3)

Cuplikan Cerita Bergambar “Kisah Tentang St. Angela Merici” ……….. (4)

Kata-Kata St. Angela ……… (5)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru; dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (dipersembahkan kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1981/1982. halaman 8.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GE : Gravissimum Educationis, Dekrit tentang Pendidikan Katolik, 28 Oktober 1965.

PC : Perfectae Caritatis, Dekrit tentang Pembaharuan dan penyesuaian hidup religius, 28 Oktober 1965.

(18)

xviii C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

CSA : Congregatio Sancti Aloysii KB : Kelompok Bermain

Konst. : Konstitusi

NTT : Nusa Tenggara Timur OSU : Ordo Santa Ursula

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar SDM : Sumber Daya Manusia SJ : Serikat Yesus SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama

ST : Santa

STPM : Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat TK : Taman Kanak-Kanak

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(20)

2

pribadi yang sudah makin langka di miliki oleh generasi muda di zaman ini. Bertolak dari kenyataan ini, maka pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan semuanya ini bisa terjadi? Salah satu jawabannya adalah praktek pendidikan di Indonesia yang dirasa kurang mendukung untuk diadakannya penanaman nilai-nilai hidup pada anak didik.

Melihat kompleksitas dan pluralitas problem atau permasalahan yang mempengaruhi proses pendewasaan diri generasi muda, Gereja sadar bahwa pendidikan merupakan cara yang efektif untuk membantu dan mengarahkan generasi muda untuk menjadi pribadi yang dewasa, mandiri, bertanggungjawab atas pilihan dan masa depan hidupnya. Gereja secara tegas mengungkapkan bahwa generasi muda merupakan sosok harapan dan tulang punggung Gereja dan masyarakat. Darminta mengatakan bahwa, ada dua hal dalam hidup yang dapat diberikan oleh orang tua dan pendidik. Yang pertama: perlu membekali generasi muda dengan sebuah perangkat tata nilai, agar mampu berdiri tegak dan tak lapuk menghadapi topan kehidupan serta mampu membedakan realitas dan bayangan, membedakan mana yang tahan lama dan mana yang hanya sekadar “mode” belaka. Generasi muda perlu memiliki dasar yang kuat, kokoh dan benar, sehingga mereka memiliki arah dalam hidup dan mampu mengarungi perjalanan dalam dunia yang begitu cepat berubah tanpa terperangkap oleh segala bentuk modernitas. Sedangkan hal yang kedua adalah mengembangkan sayap sebagai dimensi kemerdekaan dalam hidup yang memampukan generasi muda untuk mengadakan pilihan-pilihan secara bertanggung jawab atas nilai-nilai (Darminta, 2006: 10-11).

(21)

3

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menciptakan kader-kader manusia yang mau membangun dunia ini dan mampu melihat ke depan dan mengarahkan anak didik untuk lebih bersikap kritis terhadap situasi yang dialaminya untuk sampai pada pilihan alternatif menyongsong masa depan. Pendidikan juga membantu anak didik untuk mampu menyesuaikan diri dengan arus dan pengaruh yang ada (Banawiratma, 1991: 13). Lebih lanjut Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda artinya pendidikan membantu seseorang agar tahu dan mau bertindak sebagai manusia: membantu seseorang untuk menangkap nilai-nilai hidup manusia dan mewartakannya (Driyarkara, 1980: 69).

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk membantu seseorang untuk menangkap nilai-nilai hidup manusia dan menciptakan kader-kader manusia yang mau membangun dunia dan mengarahkan seseorang untuk bersikap kritis terhadap situasi yang dialaminya sehingga mampu menyesuaikan diri dengan arus dan pengaruh yang ada.

(22)

4

memungkinkan dia menghayati hidup baru dalam Kristus dan membantunya memainkan peranan dengan setia dalam membangun Kerajaan Allah (GE, art. 2).

Santa Angela Merici sebagai pendiri Ordo Santa Ursula menyadari pendidikan sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia dan mempunyai dampak besar dalam pembentukan pribadi. Walaupun St. Angela Merici tidak mendapat kesempatan menikmati pendidikan, namun ia memahami bahwa pendidikan sangat penting bagi manusia khususnya dalam menghadapi situasi dan perubahan yang terjadi. Bagi Angela Merici, Pendidikan itu harus memungkinkan perkembangan pribadi anak didik yang berorientasi pada manusia dan aktivitas pendidikan harus berpedoman pada intisari pendidikan yakni memanusiakan manusia (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 20). Angela Merici adalah tokoh wanita pertama yang membuka tirai baru dalam sejarah Gereja dengan mendobrak sistem monastik. Ia mulai menghimpun gadis-gadis pada waktu-waktu tertentu untuk berdoa bersama dan membekali mereka dengan ajaran iman sebagai kegiatan utama, membaca, menulis dan menjahit (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 37).

(23)

5

menjadi saksi dan terang bagi sesamanya baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitarnya (Marie de Saint Jean Martin, 1946: 60).

Sesuai dengan semangat awal pendiri, Para Suster Ursulin menanggapi harapan Gereja dengan mendirikan sekolah sebagai kerasulan di bidang pendidikan yang memberi perhatian besar pada pembentukan hidup religius yaitu penanaman nilai-nilai Kristiani (Konst. Ordo, art. 96). Salah satu pola pendidikan yang digunakan adalah pola pendidikan St. Angela Merici sebagai sumber inspirasi sekaligus menjadi dasar dalam pendidikan Ursulin.

Karya kerasulan pendidikan Ursulin saat ini pada dasarnya menekankan apa yang telah menjadi cita-cita St. Angela Merici yakni terlibat aktif dalam mewartakan Injil Tuhan melalui karya pendidikan. Yang dimaksudkan di sini adalah pendidikan dalam arti umum, bukan hanya secara formal saja tetapi juga bidang nonformal dan informal. Hal ini ditekankan dalam Konstitusi Ordo, art. 5:

Misi yang dipercayakan Gereja kepada Ursulin untuk dilakukan adalah karya pendidikan dalam bentuknya yang bermacam ragam demi pewartaan Injil. Ursulin mau mewartakan Yesus Kristus dan setia pada tradisi misioner, meluaskan Kerajaan-Nya sampai ke ujung-ujung bumi supaya Kristus “dikenal, dicintai, dan disembah oleh semua bangsa (Konst. Ordo, art. 5).

(24)

6

terhadap sekelilingnya sudah seharusnya mewarnai karya pendidikan Ursulin (Francesco, 2002: 49).

(25)

7

dalam skripsi dengan judul: USAHA MEWUJUDKAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA URSULIN DI ZAMAN INI MELALUI KATEKESE.

Melalui skripsi ini penulis ingin mengajak para pengelola pendidikan Ursulin untuk semakin mengenal, memperdalam dan mewujudkan gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini. Dengan demikian dapat dijadikan inspirasi dalam menjalankan tugas dalam mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan bersedia mengabdi nusa dan bangsa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan pokok yang muncul dalam penulisan ini adalah “Bagaimana usaha para suster Ursulin menanggapi keprihatinan dunia pendidikan di zaman ini?” Pertanyaan ini kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penulisan sebagai berikut:

1. Bagaimana usaha mewujudkan gagasan-gagasan St. Angela Merici tentang Pendidikan dalam karya Ursulin di zaman ini?

2. Bagaimana peranan katekese dalam usaha mewujudkan gagasan-gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dalam karya Ursulin di zaman ini?

C. Tujuan Penulisan

(26)

8

3. Menggali usaha lembaga pendidikan Ursulin dalam mewujudkan gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan, tantangan dan peluang dalam karya pendidikan di zaman ini.

4. Menggali peranan katekese dalam usaha mewujudkan gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini. 5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata 1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Para Pengelola Pendidikan Ursulin

Menjadi salah satu pendorong bagi para pengelola pendidikan Ursulin agar semakin bersemangat dalam usaha mengenal, memperdalam, menghayati, dan mewujudkan gagasan St. Angela Merici mengenai pendidikan dalam karya pendidikan.

2. Bagi Penulis

(27)

9

3. Bagi Mahasiswa IPPAK

Membantu mahasiswa untuk mengenal gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan dan semakin diperkaya dalam usaha mewartakan Kerajaan Allah sebagai pendidik dan katekis.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analisis berdasarkan apa yang muncul dalam dokumen-dokumen Ordo Santa Ursula yaitu Konstitusi Ordo St. Ursula dan Kata-Kata St. Angela, mendialogkannya dengan studi pustaka, menginterpretasikannya dan kemudian mengambil maknanya untuk meningkatkan penghayatan nilai-nilai hidup dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini.

F. Sistematika Penulisan

USAHA MEWUJUDKAN GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KARYA URSULIN DI ZAMAN INI MELALUI KATEKESE adalah judul skripsi yang disusun penulis. Skripsi ini terbagi menjadi enam bagian yaitu:

(28)

10

Pada bab II menguraikan gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan yang terbagi menjadi enam bagian yakni, pertama, tentang tinjauan historis yang menguraikan tentang autobiografi St. Angela Merici, Angela Merici dan misinya, dan Angela Merici dan Persekutuan Santa Ursula. Yang ke dua, tentang subyek pendidikan menurut St. Angela Merici yang membahas tentang anak didik, pendidik, Yang ke tiga, tentang Tuhan sebagai pendidik utama dalam pendidikan. Yang ke empat membahas mengenai tujuan pendidikan: perkembangan pribadi anak didik. Pada bagian ke lima akan menguraikan tentang prioritas pendidikan Angela Merici yakni bagi gadis-gadis. Selanjutnya, akan diuraikan tentang aspek-aspek pendidikan Angela Merici yakni pembentukan kepribadian, pembentukan keluarga, pembentukan sikap sosial yang terlibat dan aspek membangun relasi dengan Tuhan. Pada bagian akhir dari bab ini akan diuraikan mengenai sarana pendidikan yakni teladan, kegembiraan, tanggung jawab sebagai gembala, ibu dan hamba.

Bab III menguraikan karya pendidikan Ursulin Indonesia di zaman ini yang membahas tiga hal yakni, pertama, tentang gagasan St. Angela Merici yang menjadi dasar pendidikan Ursulin, yang ke dua, tentang bentuk-bentuk pendidikan (formal dan nonformal dan yang ke tiga membahas tentang faktor-faktor yang mendukung pendidikan Ursulin yakni subyek pendidikan, komunitas pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan proses pendidikan Ursulin dan sarana pendidikan.

(29)

11

tentang pendidikan dalam karya pendidikan Ursulin di zaman ini yang terdiri dari visi, misi dan tujuan pendidikan Ursulin, macam-macam pembentukan yang diupayakan dalam pendidikan Ursulin dan yang terakhir menguraikan tentang tantangan dan peluang pendidikan Ursulin di zaman ini.

Salah satu upaya untuk membantu perkembangan anak didik dan untuk merefleksikan, mendalami dan mewujudkan gagasan St. Angela Merici tentang pendidikan bagi para pengelola pendidikan Ursulin di zaman ini adalah melalui katekese. Maka, dalam bab V ini akan diuraikan mengenai peranan katekese dalam pendidikan Ursulin. Bagian pertama yang diuraikan adalah mengenai pengertian, tujuan, model dalam katekese. Yang ke dua membahas tentang peranan katekese dalam usaha membantu perkembangan pribadi anak didik, meningkatkan relasi dengan Tuhan, membantu menumbuhkan kepekaan sosial, berkembangnya komunitas pendidikan dan membantu pendidik agar dewasa dalam iman dan kepribadian. Selanjutnya akan diuraikan mengenai model SCP sebagai model katekese yang dirasa cocok untuk meningkatkan pemahaman gagasan pendidikan St. Angela Merici tentang pendidikan, program katekese yang terdiri dari dasar pemilihan tema, usulan tema katekese, pedoman pelaksanaan program katekese, susunan acara, usulan program katekese bagi pendidik Ursulin dan contoh katekese.

(30)

12

BAB II

GAGASAN SANTA ANGELA MERICI TENTANG PENDIDIKAN

A. Tinjauan Historis

1. Autobiografi Santa Angela Merici

Angela Merici lahir pada tahun 1474 di Desenzano di tepi danau Garda. Ayahnya, Giovanni Merici adalah seorang petani, tidak kaya, tetapi cukup terdidik. Ibunya, Caterina Biancosi tergolong keluarga terpandang di kota kecil Desenzano, Italia Utara. Kendati cukup terpandang, ibunya tetap menanamkan kesederhanaan terhadap anak-anaknya. Berbagai keterampilan seperti pelajaran merenda, merajut dan pekerjaan tangan lainnya diajarkan kepada Angela. Angela dibesarkan dalam keluarga Kristen sejati. Orang tuanya sangat gigih menjaga keutuhan dan kesejahteraan keluarga mereka di tengah kemerosotan moral. Mereka selalu berusaha memberikan teladan dan nasehat yang baik kepada Angela dan adiknya (hingga kini belum diketahui secara jelas nama adik perempuan Angela ini). Bagi mereka, teladan merupakan faktor penting dalam pendidikan. Kesalehan orang tua sangat mempengaruhi penghayatan hidup rohani Angela. Sikap saleh juga ditanamkan ayahnya melalui cerita tentang para kudus yang diceritakan pada malam hari menjelang tidur (Luciana Mariani, 2004: 5).

(31)

13

tidak berlangsung lama. Wabah penyakit menular yang melanda kota Desenzano memusnahkan keluarganya, sehingga orang tua dan adiknya meninggal dunia. Angela akhirnya hidup sebagai yatim piatu. Ia kemudian pindah ke rumah pamannya Biancosi di Salo. Segala sesuatu yang dibutuhkannya selalu terjamin karena pamannya tergolong kaya. Namun, Angela tetap bersikap sederhana. Ia melakukan pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukannya sewaktu masih di Desenzano (Luciana Mariana, 2004: 16-17).

Di Salo, Angela memiliki banyak kesempatan untuk membina persatuan dengan Tuhan. Kehausan untuk menyambut Komuni Kudus setiap hari menggerakkan Angela untuk bergabung dengan anggota ordo ke tiga Fransiskan. Rahmat ini merupakan kesempatan bagi Angela untuk dapat meningkatkan hidup sederhana, tekun dalam doa, puasa dan matiraga yang menjadi dasar bagi Angela untuk menjadi saksi kebaikan Tuhan di mana pun dia berada. Hal itu nampak dalam iman dan sikap Angela yang menaruh perhatian besar kepada orang lain karena cinta, penghargaannya terhadap setiap pribadi dan keyakinannya yang kuat akan bimbingan dan kasih Allah (Luciana Mariana, 2004: 19-21).

(32)

14

Bagi Angela, keluarga adalah titik awal kehidupan bagi seseorang, maka para wanita yang menjadi anggota persekutuan Santa Ursula dibimbing dan disiapkan untuk dapat menjadi garam dan terang bagi keluarga. Sikap hidup Angela Merici yang selalu mendekatkan diri dengan Tuhan dalam doa dan cinta pada sesama, hidup sederhana dan matiraga, diajarkan kepada para puterinya. Kebersamaan, kegembiraan dan persatuan di antara para puteri Angela menjadi dasar bagi berkembangnya persekutuan ini. Angela yakin bahwa persekutuan ini akan bertumbuh dengan teguh dan berakar dalam masyarakat, sebab persekutuan ini berasal dari Tuhan. Keyakinan ini tertulis dalam wasiat terakhir kepada para puterinya yakni “Jika Tuhan sendiri yang menanam persekutuan ini, siapa gerangan yang dapat mencabutnya?” (Warisan terakhir, art. 8). Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah anggota. Pada tahun 1539 jumlah anggota persekutuan Santa Ursula sudah berjumlah 150 orang. Berkat kontak dengan para puteri Angela dan pelajaran yang diberikan, banyak orang bertobat bahkan menyadari keutuhan martabatnya sebagai anak Allah (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 52).

(33)

15

sebulan jenazah Angela dibaringkan di Gereja St. Afra, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda kerusakan (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 56).

Akhirnya, berkat perjuangan para pengikutnya, pada tanggal 30 April 1768 Angela dinyatakan menjadi “Beata”, dan pada tanggal 24 Mei 1807 melalui bulla “Aeterni Patres Sapientia”, Paus Pius VII menyatakan Angela menjadi “Santa” di Basilika Vatikan (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 57).

2. Angela Merici dan Misinya

Situasi masyarakat dan Gereja Brescia yang kacau, seperti pendidikan tidak merata, penyelewengan-penyelewengan dalam Gereja, pertentangan dalam keluarga, kemerosotan moral, menjadi latar belakang dan titik tolak dari seluruh karya dan misi Angela Merici. Keadaan tersebut semakin menantang Angela Merici untuk berani berbuat sesuatu, dengan menunjukkan kepeduliannya dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapinya (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 19).

Atas permintaan seorang imam Fransiskan, Angela datang ke Brescia untuk menghibur Catherine Patengola yang baru saja kehilangan suami dan ke dua anaknya karena diserang wabah penyakit. Di rumah Patengola, Angela menghibur dan membimbing Catherine Patengola dan juga menceritakan riwayat para kudus seperti yang pernah dialaminya waktu kecil kepada Isabel puteri Patengola (Luciana Mariani, 2004: 33).

(34)

16

dipenjarakan maupun dijatuhi hukuman mati. Perhimpunan Del Divino Amore ini juga mendirikan rumah sakit Incurabili yang diperuntukkan bagi para penderita penyakit siphilis. Disini Angela bekerja sama dengan Elisabeth Prato untuk membantu para korban yang mengalami penderitaan fisik dan moral. Gadis-gadis yang telah terjerumus dalam dunia pelacuran, ditampung dalam sebuah rumah yang didirikan oleh Divino Amore. Gadis-gadis itu akhirnya menggabungkan diri dalam karya amal, seperti menolong orang sakit, menampung anak yatim piatu, membantu orang yang telah terjerumus dalam ajaran sesat (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 27).

Pada waktu-waktu tertentu, Angela mulai menghimpun gadis-gadis untuk berdoa bersama. Ia membekali mereka dengan ajaran iman sebagai kegiatan utama, membaca, menulis dan berbagai macam keterampilan (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 37). Dalam hal pendidikan ternyata Angela memiliki kemampuan yang luar biasa. Pengertian yang mendalam tentang hakekat manusia dan penghargaannya terhadap setiap pribadi, tampak dalam cara mendidik yang digunakannya. Ia membimbing mereka dengan penuh perhatian, sabar, gembira dan tidak pernah memaksa kehendaknya. Kadang dia bersikap tegas, tetapi tidak mengurangi cintanya kepada mereka. Angela mendidik para gadis dengan teladan, baik dalam tindakan maupun dalam semangat doa (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 38).

3. Angela Merici dan Persekutuan Santa Ursula

(35)

17

Setelah Angela merasa mantap dengan panggilan hidupnya dan jumlah puteri-puteri pengikutnya bertambah banyak, maka pada tanggal 25 November 1535 secara resmi Angela mendirikan persekutuan yang diberi nama “Persekutuan Santa Ursula”, dengan jumlah anggota 28 orang. Acara dimulai dengan perayaan Ekaristi bersama, kemudian secara bergiliran, mereka membubuhkan tanda tangan dalam “Buku Persekutuan” (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 40).

Persekutuan ini diberi nama “Persekutuan Santa Ursula”. Angela memilih “Santa Ursula” sebagai pelindung persekutuan karena Santa Ursula adalah seorang perawan martir yang pada zaman itu menjadi orang yang diidolakan hampir di seluruh Eropa dan Angela sangat mengagumi sikap hidup Santa Ursula yang berani membela keperawanannya demi Tuhan di tengah-tengah dunia dan mampu membawa banyak gadis untuk membaktikan diri kepada Tuhan. Angela melihat ada kesamaan tujuan antara kehidupan persekutuan yang dibentuknya dengan kehidupan para martir, yang dipanggil untuk membaktikan diri kepada Tuhan di tengah-tengah keramaian dan kesibukan dunia. Agar para pengikutnya tetap setia akan martabat dan cita-cita mereka yang luhur yaitu menjadi pengantin yang setia dari Putera Allah, Angela memilih Santa Ursula sebagai lambang dan pelindung bagi Persekutuan yang didirikannya (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 40).

(36)

18

Pertama, Banyak gadis muda yang merasa terpanggil untuk membaktikan diri pada Tuhan dalam biara, namun banyak yang tidak dapat menanggapi panggilan luhur tersebut karena tidak cukup emas kawin sebagai persyaratan masuk biara (Teresa Ledochowska, 1967: 166). Bagi Angela, yang paling penting adalah memperjuangkan hak-hak Allah atas pribadi manusia dan tidak cukup hanya membangun suatu lembaga yang semata-mata bertujuan mengurangi kemiskinan atau penderitaan yang ada di tengah masyarakat (Luciana Mariani, 2004: 83).

Alasan ke dua, Angela berpedoman bahwa suatu masyarakat akan menjadi baik kalau keluarga-keluarga baik. Dengan demikian, puteri-puteri yang dibimbing Angela tetap tinggal di rumah mereka masing-masing, berada di tengah-tengah keluarga dan tetangga sekitarnya. Dengan cara ini, mereka diharapkan dapat menjadi garam dan cahaya kecil yang membawa terang dalam kegelapan bagi kehidupan masyarakat (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 44).

B. Subyek Pendidikan Menurut Santa Angela Merici

1. Anak Didik: Anak-Anak Allah

(37)

19

Penghargaan terhadap anak-anak Allah harus nyata dalam usaha untuk mengenal, memahami dan mencintai setiap pribadi anak didik. “Perhatikanlah dan bersungguh-sungguhlah mengerti dan memahami tingkah laku puteri-puteri anda. Hendaknya anda mengetahui seluk beluk kebutuhan mereka baik yang rohani maupun jasmani” (Nasehat 6, art. 1).

Anak didik sebagai subyek pendidikan adalah titipan Allah yang perlu ditanamkan kesadaran akan pemberian Allah dan mengembalikan pada kemuliaan Allah (Nasehat 8, art. 8–9).

2. Pendidik

Angela Merici menyadari bahwa menjadi seorang pendidik adalah suatu rahmat yang diberikan Tuhan. Menjadi seorang pendidik berarti, bersedia mengabdikan hidupnya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa. Untuk menjalankan tugas ini, para pendidik harus memiliki dasar hidup dalam dirinya. Dasar hidup inilah yang menjadi kekuatan dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

a. Dasar Seorang Pendidik

1). Iman dan Penyerahan kepada Tuhan

(38)

20

Tuhan. Penghayatan Angela ini dengan jelas dinasehatkan kepada para pengikutnya dalam Prakata Nasehat, art. 15 -16:

Yakinlah, percayalah sebulat-bulatnya bahwa Allah akan membantu anda dalam segala hal, berdoalah kepada-Nya dengan rendah hati percayakan dirimu kepada kekuasaan-Nya yang Maha Besar. Jangan ragu-ragu Dialah yang telah memilih anda untuk tugas yang berat ini, Dia jugalah yang memberi kekuatan untuk menyelesaikannya; asalkan dari pihak anda, anda tidak mengecewakan Dia (Prakata Nasehat, art.15 -16).

Bagi Angela, seorang pendidik harus hidup atas dasar iman ataupun penyerahan diri. Angela mengharapkan agar para pendidik dapat menjadi pribadi yang selalu yakin akan kehadiran Allah dalam tugas mulianya (Prakata Nasehat, art.18).

2). Panggilan Khusus

Menjadi pendidik adalah suatu panggilan. Itu berarti seorang pendidik mengemban suatu tugas yang agung dan mulia. Hal tersebut ditegaskan Angela Merici dalam Prakata Nasehatnya:

Tak ada tugas yang lebih mulia daripada menjadi seorang pembimbing dari anak-anak Allah. Maka camkanlah penghargaan yang harus anda berikan kepada mereka, semakin anda menghargai mereka, semakin anda mencintai mereka; semakin anda mencintai mereka, semakin besar kesanggupan anda untuk melayani mereka dan melindungi mereka (Prakata Nasehat, art. 8-10).

(39)

21

Hendaknya semua dilakukan berdasarkan cinta dan demi perkembangan anak didik (Nasehat 2, art. 2).

b. Sikap Seorang Pendidik 1). Ramah

Keramahan dan kelembutan adalah ciri khas pribadi Angela. Kekhasan ini diungkapkan dalam nasehatnya yang ke dua:

Bersikaplah ramah dan lemah lembut bila menghadapi putri-putri anda. Bila memperingatkan mereka, menasehati mereka, mendorong mereka berbuat baik dan menjauhkannya dari yang jahat, hendaklah anda terdorong hanya karena cinta kepada Allah dan kepada sesama. Dengan kelembutan dan keramahan anda akan lebih berhasil daripada dengan celaan ataupun kata-kata keras. Yang terakhir ini hanya digunakan bila benar-benar perlu pada saat dan tempat yang tepat dengan mempertimbangkan pribadi yang dihadapi. Bila menghadapi seorang yang lemah, takut dan mudah kecil hati, hiburlah dia, berikan kepadanya semangat baru, dan yakinlah dia akan kebaikan Allah (Nasehat 2, art. 1-8).

(40)

22

membangun… ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara (Pkh 3: 3-7).

2). Menghargai Keunikan Pribadi

Setiap pribadi membutuhkan pemahaman dan penghargaan akan pribadi dengan segala keunikannya. Dengan mengenal dan menghargai anak didik, pendidikan atau bimbingan akan lebih nyata dan menyentuh setiap pribadi. Dengan tegas dan jelas Angela mengatakan bahwa:

Kemudian saya mohon kepada anda supaya memperhatikan puteri-puteri anda, dengan mengenangkan mereka masing-masing sedalam-dalamnya di hati dan pikiran anda, bukan hanya nama mereka, melainkan latar belakang dan kepribadian mereka, dan setiap hal mengenai mereka. Ini tidak sukar apabila anda meliputi mereka dengan cinta sejati, anda dapat melihat bahwa ibu-ibu, meskipun mereka mempunyai seribu anak masih sanggup mengenangkan masing-masing di antara mereka dalam hatinya, karena demikian kerjanya cinta (Warisan 2, art. 1-6).

(41)

23

3). Tanggap Terhadap Kebutuhan Anak Didik

Suatu proses pendidikan akan lebih berhasil dan tepat guna apabila disesuaikan dengan kebutuhan anak didik. Hal ini sudah ditegaskan oleh Angela dalam nasehatnya yang ke empat: “Kembangkanlah perhatian anda, kepekaan anda dalam usaha mengerti dan memahami tingkah laku puteri-puteri anda, hendaknya anda mengetahui seluk beluk kebutuhan mereka baik yang rohani maupun yang jasmani (Nasehat 4, art.1).

Menanggapi kebutuhan setiap anak didik, para pendidik diharapkan agar sungguh mengenal dan memahami kelebihan dan kelemahan setiap anak didik. Setiap pribadi mempunyai kebutuhan yang berbeda, karena itu pendidik hendaknya memiliki kepekaan yang tajam dalam melihat dan memenuhi kebutuhan setiap anak didik tanpa pilih kasih.

C. Tuhan adalah Pendidik Utama

(42)

24

Cintailah semua puteri-puteri anda tanpa pilih kasih karena mereka semuanya Anak Allah dan anda tidak tahu apa yang Dia rencanakan bagi mereka. Bagaimana anda tahu bahwa mereka yang bagi anda tidak berharga dan tidak menarik justru sangat berbesar hati dan sangat berkenan bagi Allah yang Maha Agung? Janganlah berhenti memelihara pohon anggur yang telah dipercayakan kepadamu. Setelah itu serahkanlah selebihnya dalam tangan Tuhan supaya Dia berbuat mukjizat-Nya pada saat yang terbaik menurut Dia (Nasehat 8, art. 1-9).

Nasehat di atas mau menekankan bahwa pendidik hanyalah utusan, sedangkan yang menjadi pendidik utama adalah Tuhan sendiri. Anak didik yang didampingi adalah anak Allah. Kita tidak tahu rencana Allah terhadap puteri-puteri-Nya karena itu, pendidik harus menghargai setiap pribadi dan mengangkat martabatnya sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dan berharga. Penampilan seseorang tidak bisa diukur berdasarkan penampilan lahiriah saja, melainkan harus berusaha mengenal, memahami dan membimbingnya.

Dalam tugasnya, pendidik harus menimba pengetahuan dari Allah sendiri yang dihayati sebagai guru sejati, segala pengetahuan dan kebijaksanaan berasal dari Tuhan.

D. Tujuan Pendidikan: Perkembangan Pribadi

(43)

25

mengembangkan bakat dan profesinya: bertumbuh menjadi manusia yang lebih manusiawi (Konst. Ordo, art. 103).

Manusia dilihat dari kepentingan pendidikan memiliki beberapa prinsip yakni: manusia memiliki sejarah yang mampu melakukan self reflection untuk melihat atau merenungkan kembali pengalaman masa lalu sehingga dapat menemukan gagasan-gagasan baru untuk masa yang akan datang. Manusia juga harus dipandang sebagai pribadi yang memiliki kemerdekaan dan pengertian yang perlu dicintai dan mencintai sehingga bisa saling memperkaya. Manusia diharapkan untuk selalu saling membutuhkan yang terungkap dalam bentuk sosialisasi dengan sesamanya dan perlu sadar serta memahami bahwa ada hubungan dengan alam sekitar. Dengan demikian manusia diarahkan untuk berusaha keras dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dapat membantu manusia menjadi diri sendiri sebagai pribadi. Manusia juga dapat mendidik diri untuk mandiri, bertanggung jawab sehingga menghantar manusia untuk menyadari adanya Yang Transendental yakni menjalin hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta (Waidl, 2000: 22-23).

(44)

26

E. Prioritas Pendidikan Angela Merici: Gadis-Gadis

Angela Merici hidup dalam situasi zaman yang tidak menguntungkan, terutama menyangkut kedudukan wanita pada umumnya. Kaum wanita tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar terutama dalam mendapatkan pendidikan formal. Hanya kaum pria saja dan mereka yang memiliki status sosial “bangsawan” yang boleh mendapat kesempatan untuk menikmati pendidikan. Sementara itu, kaum wanita juga harus menanggung beban akibat perang yang diwarnai dengan kemerosotan moral. Seorang wanita yang hidup wadat di luar biara tanpa perlindungan seorang wali, akan dianggap hina dalam masyarakat. Oleh sebab itu, bagi kaum wanita hanya ada dua kemungkinan, menikah dan aman dalam perlindungan suami atau hidup membiara dan aman dalam tembok-tembok biara (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 25).

(45)

27

menjadi anggota masyarakat yang baik, dan terlibat dalam Gereja serta memiliki relasi yang dalam dengan Tuhan (Sasmita Maria Dolorosa, 1980: 44).

F. Aspek-Aspek Pendidikan Menurut St. Angela Merici

1. Pembentukan Pribadi

Angela Merici selalu menekankan agar pendidikan harus memungkinkan perkembangan pribadi anak didik. Dalam nasehat yang ke dua St. Angela Merici menulis dengan jelas bahwa dalam mendidik, hendaknya dilakukan berdasarkan dorongan cinta pada Tuhan dan sesama. Pertimbangan pribadi menjadi sangat penting dalam membantu pembentukan pribadi anak didik. Angela Merici menasehatkan bila menghadapi anak didik yang lemah, takut, dan mudah kecil hati, para pendidik hendaklah menghibur dan memberi semangat dan kekuatan baru, yakin bahwa Allah pasti akan membantu. Bila menghadapi anak didik yang menganggap diri tinggi, lebih besar, lebih pandai, pendidik harus berani memberi nasehat dengan penuh cinta (Nasehat 2, art. 8).

2. Pembentukan Keluarga

(46)

28

menanggapi panggilan Tuhan untuk mendirikan persekutuan. Ia menuntun, membina dan mendukung para gadis ke arah karya suci yang penuh kasih agar mereka di mana saja, khususnya di tengah-tengah keluarga, menjadi terang yang menghalau kegelapan. Angela Merici memiliki sikap yang demikian karena pendidikan yang ia rasakan dalam keluarga sangat bermanfaat. Pendidikan yang dilandasi cinta, saling percaya ini sangat membantu Angela Merici dalam perjuangan selanjutnya (Luciana Mariani, 2004: 88).

3. Pembentukan Sikap Sosial yang Terlibat

(47)

29

membutuhkan bantuan dan bimbingan mereka (Marie de Saint Jean Martin, 1946: 99).

4. Membangun Relasi Dengan Tuhan

Salah satu ciri Pendidikan menurut Santa Angela adalah mengarahkan segala-galanya pada penemuan kehendak Allah. Penemuan kehendak Allah akan tercapai apabila ada keterbukaan hati dari setiap pribadi. Peristiwa atau pengalaman yang dialami, diolah, direnungkan, direfleksikan dan diterima sebagai rahmat: Allah mempunyai kehendak yang baik dalam setiap peristiwa. Keutamaan ini tidak terlepas dari seluruh pengalaman hidup Angela Merici yang selalu menyandarkan diri pada Tuhan satu-satunya sumber kekuatan dalam hidup. Angela sendiri menuliskan, “Langkah Anda yang pertama senantiasa kembali ke Yesus Kristus”. Angela Merici menyerahkan hidupnya untuk melayani dan mengantar orang pada Tuhan (Warisan terakhir, art. 3).

(48)

30

G. Sarana Pendidikan

1. Teladan

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari perjuangan para pendidik, dalam memberikan teladan dan sikap hidup kepada anak didik. Pendidik diharapkan mampu memberi ciri khas Kristiani, yang bukan semata-mata menjalankan tugasnya berdasarkan profesi saja, tetapi juga perlu menyadari bahwa mereka bekerja dalam usaha pembentukan jiwa manusia. Dalam melaksanakan tugas itu mereka perlu memiliki dasar kehidupan religius yang kuat, kerendahan hati, kegembiraan dan disiplin dalam diri. Dengan demikian anak didik terbantu meneladan sikap hidup mereka. Angela Merici menegaskan dalam nasehatnya ke enam:

Bagi anda hiduplah sedemikian rupa hingga anda menjadi contoh bagi mereka; apa yang anda ingin mereka lakukan, lakukanlah sendiri itu lebih dahulu. Maka, berusahalah memimpin dan mendorong mereka dengan contoh anda sendiri sehingga mereka hidup lebih baik (Nasehat 6, art. 1-2).

Di sini dikatakan bahwa tindakan lebih penting daripada kata-kata. Kalau hal ini benar-benar terwujud, maka tercipta iklim kepercayaan anak didik terhadap pendidik, karena apa yang dikatakan oleh pendidik, itu juga yang dilakukan sehingga anak didik dapat mengikuti dan meneladani apa yang dikatakan dan dilakukan oleh pendidik.

2. Kegembiraan

(49)

31

merupakan sarana bagi anak didik untuk mampu menerima setiap bentuk pendidikan. Kegembiraan ini membutuhkan suasana bathin dan sikap hati seorang pendidik dalam mendidik yang memungkinkan terciptanya rasa nyaman bagi anak didik. Untuk sarana ini Angela Merici menasehati para pendidik dalam prakata nasehatnya yang ke-12, “Jangan sampai tugas ini menjadi suatu beban tetapi sebaliknya berterima kasihlah kepada Allah dengan sepenuh hati, karena Dia telah berkenan memilih anda, untuk membaktikan seluruh diri anda, untuk memelihara dan menjaga harta miliki-Nya” (Prakata Nasehat, art.12). Kalimat ini mau mengatakan kepada para pendidik untuk menyadari rahmat yang diberikan Tuhan dan bersyukur atas panggilan menjadi pendidik.

3. Tanggung jawab: Sebagai Gembala, Ibu, Hamba

(50)

32

seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-nyawa-Ku (Yohanes 10: 14-15).

Pendidik sebagai gembala harus meneladani Yesus Kristus, Sang Gembala yang baik. Dalam usahanya tersebut pendidik haruslah senantiasa mohon kekuatan dan bantuan dari Yesus Kristus. Dengan demikian sesuatu yang dilakukannya sungguh sesuai dengan harapan anak didik yakni memperjuangkan demi kebahagiaan anak didik yang dipercayakan kepadanya. Berkaitan dengan pendidik sebagai Ibu, Angela Merici menegaskan bahwa “Memang pantas dan layak bahwa seorang ibu menjadi contoh dan cermin hidup bagi puteri-puteri mereka, terutama dalam kesederhanaan, tingkah laku dan sopan santun” (Nasehat 6, art. 8).

Bagi Angela Merici, seorang ibu adalah sosok yang penuh kelembutan, perhatian dan cinta, setia dalam setiap tugas yang kecil maupun besar yang pantas menjadi contoh dan cermin hidup bagi puteri-puteri mereka, terutama dalam kesederhanaan, tingkah laku dan sopan santun.

(51)

33

besar daripada kebutuhan mereka untuk dibantu dan dibimbing oleh anda” (Prakata Nasehat, art. 13)..

(52)

34

BAB III

KARYA PENDIDIKAN URSULIN DI INDONESIA

A. Gagasan Santa Angela Merici tentang Pendidikan menjadi Dasar Pendidikan Ursulin

St. Angela Merici mendirikan Persekutuan Santa Ursula pada tahun 1535 di Brescia, Italia dengan tujuan menyehatkan keadaan masyarakat yang bobrok waktu itu. Ia lalu mengumpulkan sejumlah gadis yang mempunyai keprihatinan yang sama dengan mendidik dan mempersiapkan mereka untuk menangani berbagai masalah dalam lingkungannya. Usaha St. Angela Merici ini terus berkembang sampai di bumi pertiwi Indonesia hingga abad 21 ini. Meski zaman dan kebutuhan berbeda, tetapi gagasan St. Angela tentang pendidikan masih dijadikan dasar dalam karya pendidikan. Dan dalam melakukan kiprahnya dalam bidang pendidikan, Ursulin berpedoman teguh pada semboyan Serviam yang berarti “Saya Mengabdi”. Semboyan inilah yang kemudian menjadi karakter khas sekolah-sekolah Ursulin di seluruh penjuru dunia (Francesco, 2002: 49).

Karya pendidikan Ursulin di zaman ini pada dasarnya menekankan apa yang sudah menjadi cita-cita St. Angela Merici yakni ikut terlibat aktif dalam mewartakan Injil Tuhan dengan mendidik dan mempersiapkan generasi muda untuk dapat mewujudkan citranya sebagai generasi muda yang aktif dan bertanggung jawab bagi generasinya. Hal ini ditekankan juga dalam Konstitusi Ordo, art. 5 yakni:

(53)

35

demi pewartaan Injil. Ursulin mau mewartakan Yesus Kristus dan setia pada tradisi misioner, meluaskan Kerajaan-Nya sampai ke ujung-ujung bumi supaya Kristus dikenal, dicintai, dan disembah oleh semua bangsa (Konst. Ordo, art. 5).

Karya pendidikan yang dikelola para suster Ursulin ini berada di

bawah beberapa yayasan pendidikan yang pengelolaannya tidak tergantung dari yayasan pusat. Yayasan-yayasan ini berusaha berdiri sendiri, agar bisa dengan bebas mengelola dan mengembangkan pendidikan sesuai dengan keadaan dan situasi setempat. Adapun yayasan-yayasan yang dibentuk oleh suster-suster Ursulin untuk mengelola karya pendidikan, antara lain:

1. Yayasan Adi Bhakti: Jl. Otto Iskandardinata 76 Jakarta Timur. Yayasan ini mengelola: KB, TK, SD, SMP, Panti Asuhan Vincentius Puteri dan Panti Asuhan Pondok Damai Kampung Sawah, Bekasi.

2. Yayasan Ananta Bhakti: Jl. H. Agus. Salim 75 Jakarta Pusat. Yayasan ini mengelola: TK, SD, SMP, SMA, SMK St. Theresia dan TK, SD St. Angela Atambua-Timor serta 1 unit asrama puteri Timika - Papua.

3. Yayasan Nitya Bhakti: Jl. Ir. H. Juanda 29 Jakarta Pusat. Yayasan ini mengelola: KB, TK, SD, SMP, SMK, dan 1 unit asrama Santa Maria Juanda. 4. Yayasan Satya Bhakti: Jl. Pos 2 Jakarta Pusat. Yayasan ini mengelola:

(54)

36

5. Yayasan Widya Bhakti: Jl. Merdeka 24 Bandung. Yayasan ini mengelola: TK, SD, SMP, dan SMA St. Angela.

6. Yayasan Winaya Bhakti: Jl. Adisucipto Solo. Yayasan ini mengelola: SMP, SMA Regina Pacis Solo dan TK, SD, SMP Maria Asumpta Klaten.

7. Yayasan Dhira Bhakti : Jl. Suprapto 55 Malang. Yayasan ini mengelola: TK, SD, SMP, SMA, SMK dan 2 unit asrama puteri Cor Jesu.

8. Yayasan Paratha Bhakti : Jl. Raya Darmo 49 Surabaya. Yayasan ini mengelola: TK, SD, SMP, SMA Santa Maria I; KB, TK, SD, SMP Santa Maria II; SMP St. Yusuf Mojokerto dan Rumah Retret Pacet-Mojokerto.

9. Yayasan Nusa Taruni Bhakti: Jl. Wirajaya 3 Ende. Yayasan ini mengelola sekolah-sekolah dan asrama yang ada di daerah Flores Seperti di Ende: SD, SMP, STPM dan 2 unit asrama St. Ursula. Di Ruteng: mengelola 2 unit asrama St. Angela, di Borong mengelola 1 unit asrama Bintang Laut Borong di Labuan Bajo mengelola TK Stella Maris.

10. Yayasan Prasama Bhakti: Jl. Supratman 1 Bandung. Yayasan ini mengelola: KB, TK, SD St. Ursula, SMP Providentia, dan 2 unit asrama mahasiswi (Pondok Angela Yogyakarta dan Providentia Bandung).

11. Yayasan Yuwati Bhakti: Jl. Suryakencana 43 Sukabumi. Yayasan ini mengelola: TK, SD dan SMP Yuwati Bhakti.

(55)

37

B. Bentuk-Bentuk Pendidikan

Berdasarkan bentuk pengelolaan pendidikan, pendidikan dibagi menjadi 3 bagian yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal (Tanlain, 1996: 43). Dari ke tiga bentuk pendidikan tersebut, bentuk pendidikan yang dikelola Ursulin adalah pendidikan formal dan nonformal (Konst. Ordo, art. 5).

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal yang dikenal dengan pendidikan sekolah ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, berjenjang, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi (Tanlain, 1996: 43).

(56)

38

Berdasarkan data statistik yang dibuat Komdik Ursulin, usaha yang dilakukan dalam pendidikan formal dimulai dari Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Perguruan Tinggi. Karya ini tersebar di seluruh pelosok tanah air Indonesia yakni di Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Sukabumi, Bandung, Klaten, Solo, Madiun, Malang, Surabaya); NTT (Atambua, Ende, Labuan Bajo); dan Sulawesi (Kotamobagu).

Secara kuantitas jumlah sekolah yang dikelola oleh Ursulin adalah sebagai berikut:

NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1. Kelompok Bermain 5

2. Taman Kanak-Kanak 13

3. Sekolah Dasar 15

4. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 17

5. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 8

6. Sekolah Menengah Kejuruan 3

7. Perguruan Tinggi 1

2. Pendidikan Nonformal

(57)

39

dan keterampilan kerja anak didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka (Tanlain, 1996: 43).

Pendidikan nonformal juga merupakan pendidikan orang dewasa yang berorientasi praktis demi pengembangan masyarakat yang mempunyai logika dan metode tersendiri. Untuk itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan mengelola usaha keterampilan, kemantapan berorganisasi, kesempatan-kesempatan berkembang yang memadai, tersedianya informasi dan tercukupinya penunjang-penunjang lain (Ambroise, 1987: 2).

Pada tataran pendidikan nonformal, tekanan utama terletak pada aspek psikomotorik. Ini berarti masyarakat melalui lembaga-lembaga kursus dan pelatihan memikul tanggung jawab untuk menjadikan anak didik profesional di bidangnya, sesuai dengan kemampuan yang sudah dibina baik di sekolah maupun di rumah (Kewuel, Educare. No. 03/III/Juni 2006: 20).

(58)

40

pendidikan nonformal yang dikelola Ursulin adalah asrama-asrama yang ada di beberapa tempat seperti di Ruteng, Borong, dan Ende-Flores (masing-masing terdiri dari 2 unit), Timika, Atambua, Malang, Solo, Madiun, Yogyakarta, Bandung, Kotamobagu dan Juanda-Jakarta (masing-masing 1 unit). Selain kursus keterampilan dan asrama-asrama, Ursulin juga megelola beberapa panti asuhan yakni panti asuhan (Pondok Damai Kampung Sawah, Vincentius Putri Bidaracina dan St. Angela Amurang Sulawesi). Karya pendidikan nonformal lainnya adalah kursus Bahasa Inggris di daerah Ruteng Flores dan Jln. Pos 2 Jakarta (masing-masing 1 unit).

Secara kuantitas, jumlah karya pendidikan nonformal di Indonesia adalah sebagai berikut:

NO. JENIS KEGIATAN JUMLAH

1. Asrama 11 unit

2. Kursus Bahasa Inggris 2 unit

3. Kursus Keterampilan 1 unit

4. Panti Asuhan 3 unit

C. Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Ursulin

1. Subyek Pendidikan

a. Anak Didik

(59)

41

dikatakan sebagai orang yang belum dewasa yang masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Setiap anak didik dikatakan sebagai individu yang unik, karena masing-masing individu memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga (Seto, 2000: 86).

Anak didik juga dikatakan sebagai manusia dalam perjalanan menuju kemanusiaannya (Driyakara, 1980: 79). Anak didik, dalam arti umum, setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Hal ini ditegaskan dalam Konstitusi Ordo bahwa setiap orang yang dijumpai dalam tugas kerasulan harus dihargai dan dibantu agar melalui hubungan pribadi memungkinkan pendidik mengerti dan menolong mereka dengan menghormati panggilan Allah bagi hidup mereka. Apapun bentuk karya pendidikan, Ursulin berusaha mengarahkan anak didik untuk mencapai perkembangan sejati dan utuh pribadi manusia untuk mampu bekerja dengan aktif bagi pembangunan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi (Konst. Ordo, art. 96 dan 103).

b. Pendidik

(60)

42

dari status kodrati, orang tualah yang berperan sebagai pendidik. Sedangkan dari status sosial, orang dewasa yang ada di masyarakat di luar lingkungan keluarga seperti guru, konselor, pemimpin agama, pemimpin organisasi (Tanlain, 1996: 29). Ursulin yang berkarya di bidang pendidikan juga memaknai pendidik sebagai

orang yang bertanggung jawab untuk memanusiakan manusia yakni anak didik. Sebagai pengikut St. Angela Merici, seorang pendidik hendaknya mempunyai hasrat dan keinginan yang besar untuk membaktikan seluruh diri dalam usaha memelihara dan menjaga harta milik Tuhan (Prakata Nasehat, art. 12). Hal ini ditegaskan dalam visi pendidikan Ursulin, yakni membawa anak didiknya pada suatu keutuhan manusia, dewasa, religius, peka terhadap lingkungan, sehingga anak didiknya mampu mengembangkan diri dan berpartisipasi membangun masyarakat sesuai peran mereka (Francesco, 2003:19).

Sebagai pendidik diharapkan untuk memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mendidik, mengajar, mendampingi, memiliki wawasan yang luas maupun kreativitasnya. Singkatnya pendidik diharapkan memiliki kualitas sebagai pendidik. Untuk menjadi pendidik yang berkualitas diharapkan memiliki SDM yang memadai. Peningkatan SDM akan terjadi kalau ada kemauan dan keterbukaan dari pendidik untuk terus menerus belajar.

(61)

43

2. Komunitas Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 455) dikatakan bahwa komunitas adalah suatu tempat di mana orang bisa berinteraksi satu sama lain. Komunitas pendidikan adalah tempat di mana terjadinya proses pendidikan. Proses itu tidak berhenti pada satu jenjang tertentu, tetapi berlangsung seumur hidup. Agar pendidikan dapat dimiliki sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing individu perlu ada yang harus bertanggung jawab. Dalam hal ini yang bertanggung jawab dalam pendidikan seorang anak adalah orang dewasa yang ada dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Suwarso, 1982: 65). Penulis akan memaparkan tanggung jawab dari ke tiga komunitas pendidikan tersebut dalam proses pendidikan seseorang.

a. Komunitas Keluarga

(62)

44

sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kerukunan, kebersihan yang memupuk berkembangnya benih-benih kesadaran sosial pada anak (Suwarso, 1982: 66-67).

Memang harus diakui, bahwa di zaman ini, anak tidak hanya diasuh oleh orang tua. Ada kecenderungan bahwa orang tua “menyerahkan” perannya dalam mendidik anak kepada orang lain seperti baby sitter, pembantu rumah tangga ataupun kerabat dekat yang bisa dipercaya. Meskipun tugas mengasuh dan mendidik anak tidak sepenuhnya dijalankan secara langsung oleh orang tua, tanggung jawab akan pendidikan anak tetap terletak di tangan orang tua. Orang tualah yang “mengupayakan dan mengatur segala sesuatu “agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berguna dalam hidup bermasyarakat (Sumargi, 2005: 48).

Keluarga adalah basis tumbuh-kembang seorang anak didik. Jelas fenomena ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua karena merekalah sumber belajar utama dan pertama bagi seorang anak. Perlakuan orang tua terhadap anak akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter kepribadian anak itu, karena itu menanamkan nilai-nilai kemandirian, inisiatif membantu orang lain, harus dilakukan sejak kecil (Francesco, 2002: 22).

(63)

45

b. Komunitas Sekolah

Sekolah atau lembaga pendidikan adalah komunitas pendidikan yang ke dua yang sering dimintai bantuan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Apabila dilihat prosesnya, dapat dibayangkan bahwa para orang tua, ketika “menitipkan” anak-anaknya ke sekolah tertentu, mereka menaruh harapan agar anak-anaknya “dididik” mengenai berbagai hal.

Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan berdasarkan UU negara sebagai tempat/lingkungan pendidikan. Di dalam kehidupan bersekolah anak meneruskan pendidikan yang sudah diterima olehnya dalam keluarga dan berusaha mengembangkan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pandangan hidup bangsa-bangsa (Tanlain, 1996: 41).

Peran utama komunitas sekolah bagi seorang anak adalah mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan. Sebagai komunitas yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, pelaksanaan pendidikan akan lebih efisien karena sekolah dapat membantu orang tua untuk mendidik anak-anaknya di saat orang tua sibuk dengan pekerjaan. Sekolah juga membantu anak untuk belajar bersosialisasi dengan orang lain dan memberi kesempatan untuk melatih hidup mandiri dan bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum terjun ke masyarakat (Suwarso, 1982: 71).

(64)

46

diperlakukan secara jujur dan adil, tempat semua orang ditantang, didorong dan didukung untuk mencapai perkembangan pribadi yang utuh, bantu membantu dan bekerja sama dengan bersemangat dan bermurah hati, guna menyatakan secara konkret lewat kata dan tindakan cita-cita yang dituntut kepada anak didik (Drost, 2001: 5).

c. Komunitas Masyarakat

(65)

47

akan digunakan untuk live-in. Tempat itu harus sungguh dapat memberikan banyak pengalaman kepada anak didik dalam melatih kepekaan dan kecintaan kepada masyarakat lain (Suparno, 1999: 38).

St. Angela Merici selalu menekankan pada prinsip kebersamaan, solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain. Salah satu nilai kehidupan yang diperlukan bagi anak didik untuk mampu hidup berdampingan dengan orang lain di masa yang akan datang, adalah kemampuan untuk mempedulikan sesamanya. Karena kapanpun dan dimanapun anak didik nantinya akan hidup bersama orang lain, dia akan belajar dari orang lain, namun juga dapat menolong orang lain. Hidup di sini adalah hidup yang peduli, hidup yang memperhatikan sesama, bukan hidup untuk diri sendiri. Inilah peran komunitas masyarakat yang diharapkan dapat membantu anak didik untuk menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya (Eklas, Educare. No.04/III/Juli 2006: 30).

(66)

48

sekolah Ursulin di daerah Danan-Wonogiri, Gunung Kidul, dan daerah Bantul Pasca Gempa tanggal 27 Mei 2006 yang lalu (Francesco, 2002: 50-51).

Akhirnya, dapat dikatakan bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan tempat belajar seorang anak menuju dewasa. Namun dari ketiganya, yang menjadi fondasi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotorik adalah pendidikan keluarga. Diharapkan ke tiga komunitas ini dapat menjadi satu kesatuan yang harus saling mengisi dan menopang satu sama lain.

3. Proses Pendidikan

Salah satu syarat suksesnya sebuah sekolah adalah kemampuan sumber daya manusianya untuk selalu melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pelaksanaan program kegiatan sekolah. Paulo Freire mengatakan bahwa Pendidikan mendorong manusia untuk bertindak. Setiap aksi atau tindakannya, direfleksikan sehingga muncul gagasan untuk dikembangkan dalam tindakan selanjutnya. Dengan begitu, manusia senantiasa belajar mengenali realitas dirinya yang unik dan realitas dunia yang bisa dipelajari, dunia yang sangat indah dan menarik untuk dihuni, dijaga dan dilindungi kelestariannya. Bila manusia sudah mencapai tahapan aksi dan refleksi, dapat dikatakan dia terus menerus belajar mengenali realitas dirinya dan realitas sosial yang dibangun bersama dalam keberagaman (Freire, 1985: 125).

Ada 5 langkah besar dalam proses pendidikan adalah: a. Konteks Anak Didik

(67)

49

pengajaran, politik, ekonomi, suasana kebudayaan, keadaan Gereja, media, musik dan kenyataan-kenyataan hidup lain. Konteks lain adalah lingkungan kelembagaan dari sekolah atau pusat belajar yaitu pengertian-pengertian yang dibawa seorang anak didik ketika memulai proses belajar, pendapat-pendapat dan pemahaman-pemahaman yang mereka peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka (Drost, 2001: 5-7).

b. Pengalaman

Dari konteks di atas, langkah selanjutnya adalah melihat pengalaman, dengan merancang segala kegiatan yang menyentuh pemahaman kognitif maupun unsur afektif yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengalaman, orang dapat merasakan reaksi atas fakta itu. Untuk melibatkan anak didik lebih mendalam dalam pengalaman belajar sebagai kegiatan manusiawi, anak didik ditantang dengan rangsangan terhadap imajinasi dan indera mereka agar dapat dengan sungguh-sungguh memasuki kenyataan yang sedang dipelajari. Situasi historis, nilai-nilai masa kini, faktor-faktor kebudayaan, sosial, politik dan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan orang harus diperhitungkan (Drost, 2001: 7-9).

c. Refleksi

(68)

50

kebenaran atau pemutarbalikkan kebenaran dan memulai mengerti siapa dirinya kini dan bagaimana seharusnya sikap yang harus dilakukan terhadap orang lain. Kalau keadaan mengizinkan, refleksi harus diperluas sehingga anak didik dan para pendidik dapat saling berbagi refleksi. Berbagi refleksi dapat memperkuat, menantang, mendorong, menyimak kembali dan akhirnya memberi lebih banyak kepastian bahwa apa yang akan dilaksanakan (sendiri atau bersama) lebih menyeluruh dan lebih cocok dengan apa yang dimaksud dengan menjadi orang demi sesama (Drost, 2001: 9-10).

d. Aksi

Istilah aksi mengacu kepada pertumbuhan batin manusia berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan, dan mengacu pada yang ditampilkan. Aksi ini mencakup dua langkah yakni pertama, pilihan-pilihan dalam batin. Makna yang ditangkap dan dinilai mengedepankan pilihan yang harus diambil dan ini bisa dalam bentuk makin jelasnya prioritas-prioritas dalam hidup anak didik. Langkah yang ke dua, pilihan yang dinyatakan secara lahir. Makna-makna hidup, sikap dan nilai-nilai yang telah dimiliki akan mendorong anak didik untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinannya yang baru (Drost, 2001: 11-12).

e. Evaluasi

(69)

51

kemampuan dan tingkat perkembangan dari masing-masing anak didik. Suasana percaya mempercayai dan harga menghargai antara anak didik dan pendidik harus dipertahankan, karena menentukan suasana diskusi tentang pertumbuhan. Penilaian ini dapat menjadi saat yang sangat baik bagi pendidik untuk mengucapkan selamat dan memberi semangat kepada anak didik karena kemajuannya. Juga merupakan kesempatan untuk mendorongnya mengadakan refleksi. Lebih lanjut, karena kekurangan-kekurangan dalam diri anak didik, pendidik dapat mendorong penyimakkan kembali. Misalnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bijaksana, mengusulkan sudut-sudut pandangan tambahan, memberikan informasi yang dibutuhkan, dan mengajak memandang masalah dari sudut pandang yang lain (Drost, 2001: 13).

Sejak awal, anak didik Ursulin sudah diperkenalkan dengan refleksi, aksi, dan evaluasi melalui serangkaian pelatihan pengayaan diri seperti Reading and Writing, Jurnalistik, Komunikasi dengan Orang Tua, Penemuan Jati Diri, Pemecahan Masalah, Pemahaman Seksualitas, dan Pemahaman Gender. Dari hasil pelatihan

Reading and Writing, lahirlah beberapa buku seperti Potret-Potret Tak Berbingkai:

(70)

52

punya keinginan terpendam. “Lihat orang lain cakep, kita juga kepingin cakep,” katanya. Misalnya saja, ketika sedang trend sepatu Spotec, Ani terus merongrong ibunya untuk membelikan sepatu Spotec sehingga ibunya marah. Akhirnya ia mengambil jalan pintas “jual diri” di Monas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dari kisah pertemuan mereka dengan Ani, para murid lalu menuliskan hasil analisa dan refleksinya. Ternyata, para remaja berusia muda ini mampu melakukan analisa yang cukup tajam, seperti yang dituangkan berikut ini: sebelum kami berdialog dengan para pelacur, kami “memoles” kehidupan mereka dengan warna hitam putih. Namun sekarang, rasa simpatilah yang muncul. Sebagai pelajar, sebaiknya kita tidak terlalu memikirkan mode, atau iri melihat orang lain yang lebih keren. Hal itu mendorong kita memaksakan diri untuk memenuhi keinginan tersebut, walau kita harus melakukan hal-hal yang menyakitkan dan merugikan kita. Jika sedang mengalami kesulitan, lari dari kenyataan dan mudah putus asa (Francesco, 2002: 129 - 131).

Pengalaman di atas mendatangkan sebuah kesadaran baru dalam diri anak didik, misalnya tentang pengaruh materi dalam kehidupan seseorang. Di sini sekolah berusaha memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengalami peristiwa sehari-hari anak didik. Dari pengalaman itulah, anak didik belajar tentang masyarakat, yang amat berguna untuk proses pendewasaan diri.

4. Sarana Pendidikan

(71)

53

Ditinjau dari segi wujudnya, sarana pendidikan terdiri dari dua yakni perbuatan pendidik yang sering disebut software dan benda-benda sebagai alat bantu yang sering disebut hardware (Tanlain, 1989: 52).

a. Perbuatan Pendidik (Software) 1). Teladan

Teladan adalah tindakan pendidik yang disengaja untuk ditiru oleh anak didik. Teladan merupakan sarana pendidikan yang utama, sebab keteladanan terkait erat dalam pergaulan dan berlangsung secara wajar (Tanlain, 1989: 55-55). Dalam pendidikan Ursulin, sarana pendidikan ini merupakan gagasan St. Angela yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Bagi St. Angela, teladan dan kesaksian hidup merupakan hal yang penting. Tidak ada gunanya mengajarkan suatu kebajikan jika dari pihak pendidik tidak ada usaha untuk menghayati kebajikan itu. Seorang pendidik harus menjadi “cermin” bagi yang dididiknya (Nasehat 6, art. 1-6).

2). Disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Sniffing pada jaringan wifi universitas semarang membahas penggunaan Aplikasi Cain and Abel, yang digunakan untuk mengintai lalu lintas pada jaringan wifi

pertanggungan. Sumatera Madya Jaya dengan pihak asuransi ini didasarkan kepada suatu keadaan bahwa pihak pengangkut PT. Sumatera Madya Jaya) memberikan jaminan apabila timbul

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petani miskin memiliki karakteristik sosial ekonomi tertentu dalam mengelola usaha mikro tourism suvenir goods di

Dengan ketebalan kurang dari 3 mm, Dengan ketebalan kurang dari 2 mm, Mengandung karbon 0.6%atau lebih menurut beratnya Tidak dengan pola relief, dalam gulungan,

Taantuvasti kasvaneet sonnit saivat alussa runsaasti väkirehua, jolloin ne söivät selvästi vähemmän karkearehua kuin tasaisesti kasvaneet ja niiden ruuansulatuskanavan kasvu

This seriesof studieswas undertaken to determine the prophylacticeffectof systemic antibiotics on the development of full-thickness burn wound sepsis,and the mechanisms of

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima (H5) diketahui bahwa variabel capital intensity memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perusahaan

Hasil penelitian Farook dkk (2012), menunjukan bahwa proporsi pembiayaan non investasi berpengaruh secara positif terhadap profit distribution management penelitian ini