• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMODITAS JAGUNG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Peranan Komoditas Jagung dalam Stuktur Perekonomian Indonesia Berdasarkan analisis Tabel Input-Output (I-O) dapat dihasilkan gambaran mengenai struktur perekonomian di Indonesia. Alat analisis I-O merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat gambaran mengenai peranan komoditas jagung terhadap perekonomian Indonesia. Analisis ini menggunakan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 30

48

sektor. Gambaran menyeluruh mengenai keterkaitan komoditas jagung dalam suatu perekonomian meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga dan pemerintah, kontribusi terhadap investasi, kontribusi terhadap ekspor, serta struktur nilai tambah bruto.

Struktur Permintaan

Struktur Permintaan Total

Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 memberikan gambaran mengenai keseluruhan permintaan antara, permintaan akhir, dan permintaan total seluruh sektor dalam perekonomian Indonesia. Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input bagi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi.

Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008, total permintaan Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 11 944 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 5 336 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 6 608 triliun. Jumlah permintaan akhir memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan antara, hal ini menunjukan bahwa output di Indonesia cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung masyarakatnya (lihat Lampiran 2).

Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor sektor Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak (20) sebesar Rp 1 259 triliun atau 10.55% dari total permintaan dengan jumlah pembentukan permintaan antara dan akhir sebesar Rp 766.30 triliun atau sekitar 14.36% dari total permintaan antara dan Rp 493.55 triliun atau sekitar 7.47% dari total permintaan akhir. Sektor ini juga menempati urutan pertama dalam pembentukan permintaan antara sebesar Rp 766.30 triliun atau sekitar 14.36% dari total permintaan antara dan urutan keempat dalam pembentukan permintaan akhir sebesar Rp 493.55 triliun atau sekitar 7.47% dari total permintaan akhir. Sektor yang menempati urutan kedua dalam pembentukan permintaan antara yaitu sektor pertambangan dan penggalian (8) dengan kontribusi sebesar Rp 541.75 triliun atau sekitar 10.15% dari total permintaan antara. Urutan ketiga ditempati oleh sektor industri pengolahan lainnya (23) dengan kontribusi sebesar Rp 475,14 triliun atau sekitar 8,90% dari total permintaan antara (lihat Lampiran 2).

Dalam pembentukan permintaan akhir, sektor yang menempati urutan pertama yaitu sektor bangunan (25) sebesar Rp 1 144 triliun atau sekitar 17.31% dari total permintaan akhir. Sementara sektor jasa menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 729.07 triliun atau sekitar 11.03% dari total permintaan akhir. Urutan ketiga ditempati sektor industri pengolahan lainnya dengan kontribusi sebesar Rp 666.74 trilun atau sebesar 10.09 % dari total permintaan akhir.

49

Tabel 15 Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan antara Permintaan Akhir Total Permintaan Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen 1 268 365 332 61.28 169 557 847 38.72 437 923 179 100 2 38 042 715 50.27 37 634 340 49.73 75 677 055 100 3 185 710 494 85.20 32 247 086 14.80 217 957 580 100 4 88 131 130 53.82 75 612 049 46.18 163 743 179 100 5 52 880 019 48.69 55 714 767 51.31 108 594 786 100 6 46 150 304 84.41 8 523 109 15.59 54 673 413 100 7 72 894 805 39.62 111 078 374 60.38 1 839 73 179 100 8 541 750 578 63.03 317 799 261 36.97 859 549 839 100 9 38 048 949 24.90 114 749 486 75.10 152 798 435 100 10 57 923 857 27.62 151 818 176 72.38 209 742 033 100 11 41 199 568 37.17 69 654 514 62.83 110 854 082 100 12 14 193 274 46.29 16 467 838 53.71 30 661 112 100 13 4 312 738 22.59 14 775 518 77.41 19 088 256 100 14 14 542 943 11.90 107 644 583 88.10 122 187 526 100 15 110 051 602 64.01 61 889 744 35.99 171 941 346 100 16 65 980 915 83.06 13 460 035 16.94 79 440 950 100 17 137 907 514 32.30 289 024 661 67.70 426 932 175 100 18 103 229 642 32.41 215 268 546 67.59 318 498 188 100 19 99 718 112 55.73 79 201 527 44.27 178 919 639 100 20 766 301 859 60.82 493 555 230 39.18 1 259 857 089 100 21 79 048 528 81.68 17 726 718 18.32 96 775 246 100 22 350 933 856 69.83 151 652 666 30.17 502 586 522 100 23 475 137 005 41.61 666 737 341 58.39 1 141 874 346 100 24 85 440 795 68.63 39 049 910 31.37 124 490 705 100 25 99 869 565 8.03 1 144 105 970 91.97 1 243 975 535 100 26 425 000 993 42.54 574 121 752 57.46 999 122 745 100 27 72 422 764 20.01 289 474 070 79.99 361 896 834 100 28 354 651 201 48.03 383 799 715 51.97 738 450 916 100 29 449 994 760 71.73 177 325 950 28.27 627 320 710 100 30 195 873 602 21.18 729 068 739 78.82 924 942 341 100 Total 5 335 709 419 - 6 608 739 522 - 11 944448 941 - Keterangan :

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 30 Sektor (diolah)

Berdasarkan Tabel 15, nilai permintaan total komoditas jagung (2) adalah sebesar Rp 75 677 055 juta, dengan nilai permintaan antara sebesar Rp 38 042 715 juta atau sekitar 50.27% dari total permintaan komoditas jagung dan nilai permintaan akhir sebesar Rp 37 634 340 juta atau sekitar 49.73% dari total

1 = Tanaman Bahan Makanan Lainnya 2 = Jagung

3 = Perkebunan 4 = Peternakan

5 = Unggas dan hasil-hasilnya 6 = Kehutanan

7 = Perikanan

8 = Pertambangan dan Penggalian

9 = Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan 10 = Industri Minyak dan lemak

11 = Industri Tepung, segala jenisnya 12 = Industri Gula

13 = Industri Minuman 14 = Industri Rokok

15 = Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Karton

16 = Industri Pupuk dan Pestisida 17 = Industri Makanan Lainnya

18 = Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki 19 = Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain

20 = Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak 21 = Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 22 = Industri Logam Dasar dan Baja

23 = Industri Pengolahan Lainnya 24 = Listrik, Gas dan Air Bersih 25 = Bangunan

26 = Perdagangan 27 = Hotel dan Restoran

28 = Pengangkutan dan Komunikasi

29 = Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 30 = Jasa-Jasa

50

permintaan komoditas jagung. Perubahan nilai dan presentase permintaan antara komoditas jagung lebih besar daripada permintaan akhirnya, disebabkan komoditas jagung cenderung lebih banyak digunakan sebagai input dalam proses produksi lanjutan bagi sektor-sektor lainnya dibandingkan dikonsumsi langsung oleh rumah tangga.

Struktur Permintaan Antara Komoditas Jagung

Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input bagi sektor lain. Permintaan antara komoditas jagung adalah jumlah permintaan output komoditas jagung yang akan digunakan sebagai input bagi sektor lain dalam proses produksinya dalam perekonomian.

Tabel 16 Struktur Alokasi Permintaan Antara Sektor Jagung Terhadap Sektor Lainnya (Juta Rupiah)

Sektor Sektor

Nilai Permintaan

Antara

Persen Peringkat

1 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0 0.00 -

2 Jagung 4 110 274 10.80 3

3 Perkebunan 158 085 0.42 11

4 Peternakan 1 196 990 3.15 6

5 Unggas dan hasil-hasilnya 1 472 471 3.87 5

6 Kehutanan 0 0.00 -

7 Perikanan 593 053 1.55 7

8 Pertambangan dan Penggalian 0 0.00 -

9 Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan 8 191 0.02 12a

10 Industri Minyak dan lemak 1 721 893 4.53 4

11 Industri Tepung, segala jenisnya 4 853 764 12.75 2

12 Industri Gula 7 151 0.02 12b

13 Industri Minuman 5 772 0.02 12c

14 Industri Rokok 181 983 0.48 10

15 Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Karton 0 0.00 -

16 Industri Pupuk dan Pestisida 0 0.00 -

17 Industri Makanan Lainnya 22 990 913 60.43 1

18 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki 0 0.00 -

19 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 0 0.00 -

20 Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak 0 0.00 -

21 Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0 0.00 -

22 Industri Logam Dasar dan Baja 0 0.00 -

23 Industri Pengolahan Lainnya 0 0.00 -

24 Listrik, Gas dan Air Bersih 0 0.00 -

25 Bangunan 0 0.00 -

26 Perdagangan 0 0.00 -

27 Hotel dan Restoran 405 752 1.07 8

28 Pengangkutan dan Komunikasi 0 0.00 -

29 Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0 0.00 -

30 Jasa-Jasa 336 423 0.89 9

Total 38 042 715 100 -

51 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat struktur distribusi permintaan antara komoditas jagung yang digunakan oleh sektor-sektor lain dalam perekonomian. Permintaan antara komoditas jagung yang terbesar digunakan oleh sektor industri makanan lainnya (17) yaitu sebesar Rp 22 990 913 juta atau 60.43% dari total permintaan antara komoditas jagung, peringkat kedua ditempati oleh sektor industri tepung, segala jenisnya (11) dengan permintaan antara sebesar Rp 4 853 764 juta atau 12.76% dari total permintaan antara komoditas jagung, dan urutan ketiga yang menggunakan komoditas jagung terbesar adalah komoditas jagung (2) itu sendiri yaitu sebesar Rp 4 110 274 juta atau sekitar 10.80% dari total permintaan antara komoditas jagung. Sementara untuk posisi keempat terbesar adalah sektor industri minyak dan lemak (10) yaitu sebesar Rp 1 721 893 juta atau sekitar 4.53% dari total permintaan antara komoditas jagung. Untuk urutan peringkat kelima adalah sektor unggas dan hasil-hasilnya (5) sebesar Rp 1 472 471 juta atau sekitar 3.87% dari total permintaan antara komoditas jagung.

Hal diatas dapat mengidentifikasikan bahwa komoditas jagung mempunyai keterkaitan ke depan yang besar terhadap kelima sektor tersebut, yaitu sektor industri makanan lainnya (17), sektor industri tepung, segala jenisnya (11), komoditas jagung (2) itu sendiri, sektor industri minyak dan lemak (10), dan sektor unggas dan hasil-hasilnya (5).

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah

Berdasarkan Tabel 17 konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2008 adalah sebesar Rp 3 195 triliun. Dari total tersebut konsumsi rumah tangga terbesar adalah sektor perdagangan (26) sebesar Rp 381.28 triliun atau sekitar 11.93 % dari total konsumsi rumah tangga. Kedua terbesar ditempati oleh sektor industri makanan lainnya (17) sebesar Rp 292.07 triliun atau sebesar 9.14% dari total konsumsi rumah tangga. Sedangkan terbesar ketiga adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar Rp 282.11 triliun atau sebesar 8.83% dari total konsumsi rumah tangga. Dapat dilihat juga untuk komoditas jagung memiliki nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp 40 374 358 juta atau sekitar 1.26 % dari total konsumsi rumah tangga.

Nilai total konsumsi pemerintah Indonesia tahun 2008 adalah sebesar Rp 416.87 triliun atau 100% dari total konsumsi pemeritah seluruh sektor perekonomian Indonesia hanya dialokasikan pada sektor jasa. Hal tersebut diduga karena pemerintah Indonesia berencana meningkatkan pelayanan dan pemenuhan akan barang publik bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu komoditas jagung, pada konsumsi pemerintahnya tidak memiliki nilai karena pemerintah tidak mengkonsumsi secara langsung untuk komoditas pertanian.

52

Tabel 17 Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008

Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah)

No Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah

Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 171 674 232 5.37 0 0

2 Jagung 40 374 358 1.26 0 0

3 Perkebunan 13 007 571 0.41 0 0

4 Peternakan 75 851 965 2.37 0 0

5 Unggas dan hasil-hasilnya 62 350 608 1.95 0 0

6 Kehutanan 5 316 679 0.17 0 0

7 Perikanan 112 808 878 3.53 0 0

8 Pertambangan dan Penggalian 1 072 856 0.03 0 0

9 Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan 99 003 365 3.10 0 0

10 Industri Minyak dan lemak 30 681 468 0.96 0 0

11 Industri Tepung, segala jenisnya 66 182 784 2.07 0 0

12 Industri Gula 15 962 730 0.50 0 0

13 Industri Minuman 15 194 150 0.48 0 0

14 Industri Rokok 103 262 031 3.23 0 0

15 Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Karton 21 087 049 0.66 0 0

16 Industri Pupuk dan Pestisida 6 457 190 0.20 0 0

17 Industri Makanan Lainnya 292 067 620 9.14 0 0

18 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki 99 502 087 3.11 0 0 19 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 33 687 398 1.05 0 0 20 Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan

Minyak 246 526 628 7.71 0 0

21 Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 6 970 802 0.22 0 0

22 Industri Logam Dasar dan Baja 22 408 628 0.70 0 0

23 Industri Pengolahan Lainnya 272 683 145 8.53 0 0

24 Listrik, Gas dan Air Bersih 39 049 910 1.22 0 0

25 Bangunan 0 0.00 0 0

26 Perdagangan 381 289 505 11.93 0 0

27 Hotel dan Restoran 250 142 272 7.83 0 0

28 Pengangkutan dan Komunikasi 282 108 726 8.83 0 0

29 Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 157 148 959 4.92 0 0

30 Jasa-Jasa 271 930 837 8.51 416 866 669 100

Total 3 195 804 431 100 416 866 669 100

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 30 Sektor (diolah)

Struktur Investasi

Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input-Output merupakan gabungan antara pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok. Nilai investasi seluruh sektor perekonomian Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 1 517 triliun yang merupakan pengalokasian dari pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 1 405 triliun dan sisanya berasal dari perubahan stok sebesar Rp 111.85 triliun (lihat Tabel 18).

Untuk investasi terbesar dalam perekonomian Indonesia adalah sektor bangunan (25) yaitu sebesar Rp 1 144 triliun atau 75.40% dari total nilai investasi, tingginya investasi di sektor ini karena Indonesia memiliki nilai proyek bangunan yang tergolong tinggi. Perubahan stok pada sektor bangunan bernilai nol berarti tidak teridentifikasi adanya tambahan persediaan input untuk

53 produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun. Sementara, sektor listrik, gas dan air bersih (24) dan sektor hotel dan restoran (27) tidak memiliki kontribusi terhadap investasi di Indonesia. Pembentukan modal yang bernilai positif mengindikasikan bahwa adanya pengadaan pembuatan modal atau pembelian barang-barang modal baru baik di dalam negeri maupun impor dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri.

Tabel 18 Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Investasi

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 5 191 0.00 -2 604 165 -2.33 -2 598 974 -0.17 2 0 0.00 -2 921 799 -2.61 -2 921 799 -0.19 3 1 458 029 0.10 -800 432 -0.72 657 597 0.04 4 742 457 0.05 429 840 0.38 1 172 297 0.08 5 0 0.00 270 0.00 270 0.00 6 0 0.00 2 794 908 2.50 2 794 908 0.18 7 0 0.00 -4 584 661 -4.10 -4 584 661 -0.30 8 997 825 0.07 71 307 551 63.75 72 305 376 4.77 9 0 0.00 -3 151 966 -2.82 -3 151 966 -0.21 10 0 0.00 -10 073 630 -9.01 -10 073 630 -0.66 11 0 0.00 397 731 0.36 397 731 0.03 12 0 0.00 245 312 0.22 245 312 0.02 13 0 0.00 -692 049 -0.62 -692 049 -0.05 14 0 0.00 427 070 0.38 427 070 0.03 15 0 0.00 221 929 0.20 221 929 0.01 16 0 0.00 4 079 485 3.65 4 079 485 0.27 17 0 0.00 -12 345 852 -11.04 -12 345 852 -0.81 18 166 363 0.01 12 716 721 11.37 12 883 084 0.85 19 140 639 0.01 7 444 884 6.66 7 585 523 0.50 20 0 0.00 -58 186 717 -52.02 -58 186 717 -3.83 21 84 377 0.01 4 623 208 4.13 4 707 585 0.31 22 7 694 272 0.55 31 906 418 28.53 39 600 690 2.61 23 181 487 791 12.91 66 063 420 59.06 247 551 211 16.32 24 0 0.00 0 0.00 0 0.00 25 1 144 105 970 81.40 0 0.00 1 144 105 970 75.40 26 38 457 068 2.74 3 638 215 3.25 42 095 283 2.77 27 0 0.00 0 0.00 0 0.00 28 9 926 652 0.71 917 880 0.82 10 844 532 0.71 29 2 445 994 0.17 0 0.00 2 445 994 0.16 30 17 742 811 1.26 0 0.00 17 742 811 1.17 Total 1 405 455 439 100 111 853 571 100 1 517 309 010 100

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 30 Sektor (diolah)

Nilai investasi komoditas jagung (2) tahun 2008 bernilai negatif yaitu sebesar Rp 2 921 799 juta. Nilai investasi ini didapat dari perubahan stok yang bernilai negatif karena untuk pembentukan modal tetap tidak terdapat nilai, sehingga investasi bernilai negatif. Perubahan stok yang bernilai negatif ini menunjukkan tidak adanya tambahan persediaan baik input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun, bahkan terjadi penurunan. Pembentukan modal yang bernilai nol berarti tidak teridentifikasi adanya

54

pengadaan pembuatan modal atau pembelian barang-barang modal baru baik di dalam negeri maupun impor dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri.

Struktur Ekspor dan Impor

Berdasarkan Tabel 19 total ekspor di Indonesia pada tahun 2008 sebesar Rp 1 487 triliun. Sektor yang memegang kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai ekpor adalah sektor kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak (20) dengan nilai sebesar Rp 305.21 triliun atau sebesar 20.52% dari total nilai ekspor, yang memiliki peran terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih (24) dan sektor bangunan (25).

Tabel 19 Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah)

Sektor Ekspor (X) Impor (M)

Selisih X-M (Net Ekspor) Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen 1 482 589 0.03 40 789 558 2.88 -40 306 969 -55.34 2 181 781 0.01 860 019 0.06 - 678 238 -0.93 3 18 581 918 1.25 13 479 544 0.95 5 102 374 7.01 4 429 840 0.03 4 482 510 0.32 -4 052 670 -5.56 5 270 0.00 422 240 0.03 -421 970 -0.58 6 411 522 0.03 620 360 0.04 -208 838 -0.29 7 2 854 157 0.19 205 893 0.01 2 648 264 3.64 8 244 421 029 16.43 142 066 954 10.04 102354 075 140.54 9 18 898 087 1.27 17 882 555 1.26 1 015 532 1.39 10 131 210 338 8.82 13 115 908 0.93 118 094 430 162.15 11 3 073 999 0.21 7 165 680 0.51 -4 091 681 -5.62 12 259 796 0.02 7 617 461 0.54 -7 357 665 -10.10 13 273 417 0.02 1 212 765 0.09 -939 348 -1.29 14 3 955 482 0.27 4 347 015 0.31 -391 533 -0.54 15 40 580 766 2.73 25 152 889 1.78 15 427 877 21.18 16 2 923 360 0.20 30 209 761 2.14 -27 286 401 -37.47 17 9 302 893 0.63 16 250 784 1.15 -6 947 891 -9.54 18 102 883 375 6.92 22 405 150 1.58 80 478 225 110.50 19 37 928 606 2.55 4 138 979 0.29 33 789 627 46.40 20 305 215 319 20.52 336 242 693 23.77 -31 027 374 -42.60 21 6 048 331 0.41 8 250 206 0.58 -2 201 875 -3.02 22 89 643 348 6.03 150 511 600 10.64 -60 868 252 -83.58 23 146 502 985 9.85 378 495 037 26.76 -231 992 052 -318.54 24 0 0.00 0 0.00 0 0.00 25 0 0.00 0 0.00 0 0.00 26 150 736 964 10.14 0 0.00 150 736 964 206.97 27 39 331 798 2.64 24 797 593 1.75 14 534 205 19.96 28 90 846 457 6.11 78 349 293 5.54 12 497164 17.16 29 17 730 997 1.19 60 691 146 4.29 -42 960 149 -58.99 30 22 528 422 1.51 24 644 151 1.74 -2 115 729 -2.91 Total 1 487 237 846 100 1 414 407 744 100 72 830 102 100

55 Dilihat dari sisi impor terhadap barang dan jasa, nilai impor di Indonesia secara keseluruhan sebesar Rp 1 414 triliun dengan nilai impor terbesar yaitu sektor industri pengolahan lainnya (23) sebesar Rp 378.49 triliun atau sebesar 26.76% dari total nilai impor, yang terdiri dari sektor sektor industri mesin, alat- alat dan perlengkapan listrik; sektor industri alat pengangkutan dan perbaikannya; dan sektor industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun. Sektor yang memiliki peran terkecil terhadap impor adalah sektor sektor listrik, gas, dan air bersih (24), sektor bangunan (25), dan sektor perdagangan (26).

Nilai total ekspor komoditas jagung yaitu sebesar Rp 181 781 juta atau sebesar 0,01% dari total nilai ekspor. Dilihat segi impor, komoditas jagung memiliki nilai sebesar Rp 860 019 triliun atau 0.06% dari total nilai impor. Berdasarkan nilai ekspor dan nilai impor komoditas jagung, dapat dilihat bahwa nilai impor lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya, ini terjadi karena sebagian besar komoditas ini masih tergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama untuk bahan baku pakan ternak, sehingga mengakibatkan neraca perdagangan untuk sektor ini bernilai negatif/defisit.

Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta p ajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dikurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output domestik yang dihasilkan serta nilai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubungan negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total nilai tambah bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total nilai tambah bruto/iput primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya.

Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa besarnya total nilai tambah bruto Indonesia sebesar Rp 5 394 triliun yang berasal dari upah dan gaji total sebesar Rp 1 606 triliun, penyusutan sebesar Rp 538.54 trilun, surplus usaha sebesar Rp 3 049 triliun dan pajak tak langsung sebesar Rp 199.64 triliun. Komponen pembentukan nilai tambah bruto komoditas jagung sebesar Rp 57 251 039 juta atau sebesar 1.06% dari nilai tambah bruto total, yang terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp 7 731 414 juta, surplus usaha sebesar Rp 48 705 108 juta, penyusutan sebesar Rp 211 001 juta, dan pajak tidak langsung sebesar Rp 603 516 juta.

56

Tabel 20 Struktur Nilai Tambah Bruto Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 sektor (Juta Rupiah)

No Upah dan Gaji Surplus Usaha

Rasio Upah Gaji dan Surplus

Usaha

Penyusutan Pajak Tak Langsung

Nilai Tambah Bruto

Jumlah Persen 1 56 819 187 260 289 057 0.22 3 363 451 4 374 341 324 846 036 6.02 2 7 731 414 48 705 108 0.16 211 001 603 516 57 251 039 1.06 3 41 463 526 81 734 967 0.51 5 584 011 2 251 486 131 033 990 2.43 4 22 272 726 57 566 417 0.39 1 804 432 1 873 610 83 517 185 1.55 5 21 128 788 24 861 472 0.85 1 634 687 945 553 48 570 500 0.90 6 8 856 268 29 157 999 0.30 2 119 506 1 771 078 41 904 851 0.78 7 26 451 265 103 612 613 0.26 3 740 188 1 641 146 135 445 212 2.51 8 83 499 069 435 498 137 0.19 31 742 700 23 714 044 574 453 950 10.65 9 10 541 107 27 065 667 0.39 1 529 837 3 217 359 42 353 970 0.79 10 23 538 741 40 558 500 0.58 3 385 074 1 902 070 69 384 385 1.29 11 9 417 451 18 589 287 0.51 1 402 618 1 311 010 30 720 366 0.57 12 1 957 179 3 051 800 0.64 659 197 505 102 6 173 278 0.11 13 2 024 185 2 383 389 0.85 460 234 1 882 722 6 750 530 0.13 14 8 758 060 16 863 493 0.52 3 367 660 44 219 147 73 208 360 1.36 15 15 752 330 30 971 731 0.51 5 350 296 1 421 778 53 496 135 0.99 16 11 994 192 17 506 004 0.69 1 765 917 249 148 31 515 261 0.58 17 27 705 306 64 651 379 0.43 14 579 148 3 338 635 110 274 468 2.04 18 35 930 754 60 834 954 0.59 12 553 359 3 115 170 112 434 237 2.08 19 20 355 385 43 404 760 0.47 7 805 464 2 174 816 73 740 425 1.37 20 109 139 456 311 629 090 0.35 49 115 936 11 304 948 481 189 430 8.92 21 12 819 731 18 040 439 0.71 6 879 848 2 680 139 40 420 157 0.75 22 46 933 485 70 567 452 0.67 18 753 959 5 772 739 142 027 635 2.63 23 76 241 805 127 837 769 0.60 36 256 485 10 380 197 250 716 256 4.65 24 31 570 710 49 068 989 0.64 43 839 834 5 461 928 129 941 461 2.41 25 167 855 903 226 568 876 0.74 40 876 002 16 340 909 451 641 690 8.37 26 151 338 617 322 167 917 0.47 40 318 687 19 720 935 533 546 156 9.89 27 53 632 134 74 547 400 0.72 17 055 631 6 827 266 152 062 431 2.82 28 107 177 215 122 416 179 0.88 102 460 452 5 565 536 337 619 382 6.26 29 85 309 160 264 819 221 0.32 26 677 423 8 181 599 384 987 403 7.14 30 328 035 097 94 630 967 3.47 53 244 811 6 896 699 482 807 574 8.95 Total 1 606 250 246 3 049 601 033 0.53 538 537 848 199 644 626 5 394 03 3753 100.00

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 30 Sektor (diolah)

Struktur Output Sektoral

Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing-masing output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan.

Berdasarkan Tabel 21, struktur output perekonomian Indonesia sebesar Rp 10 530 triliun, dimana sektor bangunan (25) sebagai sektor yang memiliki nilai output terbesar yaitu sebesar Rp 1 243 triliun atau sekitar 11.81% dari total

57 nilai output seluruh sektor perekonomian. Peringkat kedua adalah sektor perdagangan (26) yang mencapai nilai output sebesar Rp 999.12 triliun atau 9.49% dari total nilai output. Nilai output ini kemudian diikuti oleh sektor industri kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak (20) sebesar Rp 9 236 triliun atau 8.77% dari total nilai output.

Komoditas jagung (2) memberikan kontribusi sebesar Rp 74 817 036 juta atau sebesar 0.71% dari total nilai output seluruh sektor perekonomian, output komoditas jagung masih tergolong rendah karena output yang dihasilkan masih berupa komoditas pertanian yang belum mempunyai nilai tambah dan belum menggunakan teknologi yang canggih sehingga hasilnya masih cenderung kecil.

Tabel 21 Distribusi Output Sektoral Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah)

No. Sektor Nilai Output Sektoral Persentase

1 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 397 133 621 3.77

2 Jagung 74 817 036 0.71

3 Perkebunan 204 478 036 1.94

4 Peternakan 159 260 669 1.51

5 Unggas dan hasil-hasilnya 108 172 546 1.03

6 Kehutanan 54 053 053 0.51

7 Perikanan 183 767 286 1.75

8 Pertambangan dan Penggalian 717 482 885 6.81

9 Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan 134 915 880 1.28

10 Industri Minyak dan lemak 196 626 125 1.87

11 Industri Tepung, segala jenisnya 103 688 402 0.98

12 Industri Gula 23 043 651 0.22

13 Industri Minuman 17 875 491 0.17

14 Industri Rokok 117 840 511 1.12

15 Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Karton 146 788 457 1.39

16 Industri Pupuk dan Pestisida 49 231 189 0.47

17 Industri Makanan Lainnya 410 681 391 3.90

18 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki 296 093 038 2.81 19 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 174 780 660 1.66 20 Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak 923 614 396 8.77 21 Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 88 525 040 0.84

22 Industri Logam Dasar dan Baja 352 074 922 3.34

23 Industri Pengolahan Lainnya 763 379 309 7.25

24 Listrik, Gas dan Air Bersih 124 490 705 1.18

25 Bangunan 1 243 975 535 11.81

26 Perdagangan 999 122 745 9.49

27 Hotel dan Restoran 337 099 241 3.20

28 Pengangkutan dan Komunikasi 660 101 623 6.27

29 Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 566 629 564 5.38

30 Jasa-Jasa 900 298 190 8.55

Total 10 530 041 197 100.00

58

Analisis Keterkaitan Komoditas Jagung secara Total dan Sektoral

Analisis Keterkaitan Komoditas Jagung secara Total

Analisis keterkaitan total yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analasis dampak penyebaran. Salah satu keunggulan analisis dengan menggunakan model Input-Output adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antara sektor produksi. Besarnya tingkat keterkaitan ke depan (forwardlinkage) atau dalam hal ini disebut dengan derajat kepekaan. Sedangkan keterkaitan ke belakang (backward linkage) disebut sebagai daya penyebaran. Kemudian dari derajat kepekaan dan daya penyebaran ini dapat diturunkan pula yang dinamakan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan ini oleh banyak ahli digunakan untuk menganalisis dan menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) dalam perekonomian suatu daerah. Untuk mengetahui sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilir baik melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input, dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.

Analisis Keterkaitan Total Berdasarkan Koefisien Penyebaran

Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan seluruh sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Hal ini dapat diartikan bahwa koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (sektor hulu). Koefisien penyebaran biasa disebut juga sebagai daya penyebaran ke belakang.

Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian Indonesia tahun 2008. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa komoditas jagung memiliki koefisien penyebaran yang kurang dari satu yaitu sebesar 0.47465. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sementara nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Hal ini berarti komoditas jagung kurang memiliki keterkaitan yang erat terhadap sektor-sektor hulunya atau sektor-sektor yang secara langsung maupun tidak langsung berperan sebagai pamasok input komoditas jagung.

59 Tabel 22 Keterkaitan Total BerdasarkanKoefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008

Sektor Koefisien Penyebaran

1. Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.36721

2. Jagung 0.47465

3. Perkebunan 0.71919

4. Peternakan 0.95229

5. Unggas dan hasil-hasilnya 1.10305

6. Kehutanan 0.45001

7. Perikanan 0.52730

8. Pertambangan dan Penggalian 0.39916

9. Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan 1.37373

10. Industri Minyak dan lemak 1.29575

11. Industri Tepung, segala jenisnya 1.40908

12. Industri Gula 1.46590

13. Industri Minuman 1.24616

14. Industri Rokok 0.75838

15. Industri Kertas, Barang dari Kertas dan Karton 1.27258

16. Industri Pupuk dan Pestisida 1.02237

17. Industri Makanan Lainnya 1.46466

18. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki 1.24198 19. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 1.15753 20. Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak 1.05913 21. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 1.08807

22. Industri Logam Dasar dan Baja 1.19458

23. Industri Pengolahan Lainnya 1.34470

24. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.75382

25. Bangunan 1.27535

26. Perdagangan 0.93305

27. Hotel dan Restoran 1.09909

28. Pengangkutan dan Komunikasi 0.98081

29. Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0.64187

30. Jasa-Jasa 0.92857

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 30 Sektor (diolah)

Analisis Keterkaitan Total Berdasarkan Kepekaan Penyebaran

Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor- sektor tersebut (sektor hilir).

Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa kepekaan penyebaran komoditas jagung sebesar 0.94692. Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor yang lebih dari satu mengindikasikan bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sementara nilai kepekaan penyebaran yang kurang dari satu mengindikasikan bahwa sektor tersebut kurang mampu mendorong

Dokumen terkait