• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERANAN KOMODITAS JAGUNG DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA

PRAMITA KURNIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Pramita Kurnia Permatasari

(4)

ABSTRAK

PRAMITA KURNIA PERMATASARI. Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI.

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki fungsi multiguna yaitu sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (food), sebagai bahan baku industri pangan dan industri pakan (feed), serta sebagai bahan baku untuk bahan bakar nabati (fuel). Dilihat dari sisi produksi, perkembangan jagung cenderung meningkat. Namun, disisi lain nilai impor jagung juga meningkat. Untuk mengatasinya diperlukan pengolahan jagung yang berkelanjutan agar mempunyai nilai tambah. Untuk itu harus dilihat sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang besar terhadap jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan komoditas jagung terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan struktur ekonomi, menganalisis keterkaitan komoditas jagung terhadap sektor perekonomian lainnya, dan menganalisis efek multiplier output dan multiplier pendapatan dalam perekonomian Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas jagung memiliki peranan yang cenderung kecil terhadap perekonomian Indonesia, namun sangat besar peranannya sebagai bahan baku pakan ternak di Indonesia. Komoditas jagung lebih mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan sektor hulunya. Komoditas jagung memberikan dampak multiplier yang positif baik output maupun pendapatan terhadap sektor perekonomian lainnya di Indonesia.

Kata kunci: analisis input-output, analisis keterkaitan, analisis multiplier, komoditas jagung

ABSTRACT

PRAMITA KURNIA PERMATASARI. Analysis of Corn Commodity Impact Toward The Economy of Indonesia. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI.

Corn is one of commodities which contribute benefits to food industry as the basic material. Carbohydrate and protein in corn are used widely besides those from the rice since its multifunctions support food productions, feed industries and also as material in biofuel.The production of corn shows improvement. However, the value of import of corn is also on the rise. To handle the necessary processing of corn that have added value. It must be seen to sectors that have great relevance to the corn. The purposes of this research are to analyze the relationship between corn commodity and the economic of Indonesia, to analyze the relation between the role of corns commodity and the other economic sectors, to analyze the effect spreeding of corn commodity in the economic of Indonesia, and also to analyze the effect of output multiplier and income multiplier in the economic of Indonesia. The method that used in the analysis is input-output analysis. Therefore, table of input-output data of Indonesia in 2008 is used through the secondary data provided by Statistic Indonesia. The result of this research shows that corn commodity has a little role to the economic of Indonesia. Corn commodity has more roles to increase the growth of its downstream sector than upstream sector. Corn commodity gives effect to output multiplier and positive income to the other economic sector in Indonesia.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PERANAN KOMODITAS JAGUNG DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA

PRAMITA KURNIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia

Nama : Pramita Kurnia Permatasari

NIM : H14070011

Disetujui oleh

Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ialah peranan jagung dalam perekonomian Indonesia, dengan judul Analisis Peranan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama, dan Ibu Laily Dwi Arsyianti selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, bantuan, kritik, serta saran yang menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Bapak H. Mardiyo S. B., Ibu Hj. Poedjiati, serta kakak-kakak dari penulis, yakni Pramadyo A. N, Dwi Wahyuni S., Fibrianty Puspitorini, Suryanansi, Nandang Ch, dan Marjan Nurcahya atas segala do’a, perhatian, dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu juga kepada keponakan-keponakan yang lucu dan pintar yaitu Zahra, Aufa, Malikah, Rafi, dan Divi yang selalu membuat keceriaan. Di samping itu, penulis hanturkan terima kasih kepada para dosen, staf, civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi, seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 44 terutama untuk Indah, Anggi, Nono, serta Zahra, Johana, dan Dani sebagai teman satu bimbingan atas bantuan dan perhatiannya, sahabat penulis Dimas Arini atas do’a, perhatian, dan bantuan yang diberikan, serta kepada semua pihak yang telah menyemangati, mendo’akan, dan membantu selama pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... . 5

Tujuan Penelitian ... . 6

Manfaat Penelitian ... . 7

Ruang Lingkup Penelitian ... . 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Pohon Industri Jagung dan Peranannya dalam Perekonomian Indonesia ... . 8

Pembangunan Sektoral dalam Pembangunan Ekonomi ... 13

Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 14

Model Input-Output sebagai Salah Satu Metode Menentukan Sektor Unggulan ... 15

Penelitian Terdahulu ... 22

Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

METODE PENELITIAN ... 26

Jenis dan Sumber Data ... 26

Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 27

PERKEMBANGAN KOMODITAS JAGUNG DI INDONESIA ... 36

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung ... 36

Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia ... 40

Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung di Indonesia ... 43

Perkembangan Industri Pengolahan Jagung dalam Perekonomian Indonesia... 44

PERANAN KOMODITAS JAGUNG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA ... 47

Peranan Komoditas Jagung dalam Struktur Perekonomian Indonesia ... 47

Analisis Keterkaitan Komoditas Jagung secara Total dan Sektoral ... 58

Analisis Dampak Ekonomi Pengembangan Komoditas Jagung Berdasarkan Efek Multiplier Terhadap Output dan Pendapatan ... 63

SIMPULAN DAN SARAN ... 66

Simpulan ... 66

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013 ... 2

2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011-2013 ... 3

3 Perkembangan Produksi dan Impor Jagung Tahun 2008-2012 ... 6

4 Kandungan Gizi dan Kalori Pada Jagung ... 10

5 Konversi Biomasa Menjadi Bioethanol ... 11

6 Beberapa Varietas Jagung Unggul ... 12

7 Kerangka Penyajian Tabel Input-Output ... 17

8 Ilustrasi Tabel Input-Output ... 18

9 Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ... 31

10 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 1991-2013 ... 36

11 Perkembangan Produksi Jagung di Provinsi Sentra di Indonesia Tahun 2008-2012 ... 38

12 Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia Tahun 1980-2010 ... 41

13 Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Indonesia Tahun 2008-2012 ... 44

14 Produk Hasil Agroindustri Berbahan Baku Jagung ... 47

15 Struktur Permintaan Antara dan Akhir Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 sektor (Juta Rupiah) ... 49

16 Struktur Alokasi Permintaan Antara Sektor Jagung Klasifikasi 30 sektor (Juta Rupiah) ... 50

17 Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah) ... 52

18 Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah) ... 53

19 Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah) ... 54

20 Struktur Nilai Tambah Bruto Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 sektor (Juta Rupiah) ... 56

21 Distribusi Output Sektoral Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 Sektor (Juta Rupiah) ... 57

22 Keterkaitan Total Berdasarkan Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008... 59

23 Keterkaitan Total Berdasarkan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 ... 60

24 Keterkaitan Langsung Komoditas Jagung ke Sektor Lain ... 61

25 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Komoditas Jagung ke Sektor Lain ... 62

26 Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008... 64

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon Industri Jagung ... 9

2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

3 Jumlah Produksi Jagung Tahun 2004-2013 ... 37

4 Provinsi Sentra Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2008-2012 ... 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Indonesia berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 ... 70

2 Struktur Permintaan Antara dan Akhir Seluruh Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 30 sektor (Juta Rupiah) ... 73

3 Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 30 sektor ... 74

4 Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 30 sektor... 79

5 Backward Open Total Requirements Klasifikasi 30 sektor... 84

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di setiap negara umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan seluruh rakyatnya. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui proses kenaikan pendapatan total dan pedapatan perkapita. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah, dan antar sektor. Tujuan dari pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, serta tingkat pengangguran sehingga dapat terciptanya kesejahteraan.

Pembangunan ekonomi yang dipilih saat ini adalah dengan menerapkan

“Strategi Tiga Jalur” (Triple Tracks Strategy), yakni stabilitas ekonomi makro, pengembangan sektor riil, utamanya melalui pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan usaha mikro kecil; serta revitalisasi pertanian dan pedesaan (Krisnamurthi, 2009). Strategi tersebut telah dijadikan panduan dalam menggerakkan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah. Tiga jalur ini berasaskan pro-growth, pro-employment, dan pro-poor dalam setiap program pembangunan ekonomi (Daryanto, 2010).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja ekonomi diperlukan kajian yang komprehensif dalam menentukan sektor-sektor ekonomi yang dapat digunakan sebagai pemicu peningkatan kegiatan ekonomi. Identifikasi terhadap sektor ekonomi yang memiliki peranan penting sebagai leading sector dan

adjusting sector perlu dilakukan secara lebih mendalam guna mengatasi masalah perekonomian tersebut. Leading sector merupakan sektor yang memiliki kemampuan yang besar dalam mendorong pertumbuhan sektor lainnya sedangkan adjusting sector merupakan sektor-sektor yang memiliki potensi dan kemampuan tumbuh yang besar jika sektor lain yang terkait mengalami pertumbuhan (Hutabarat, 2009).

(14)

2

produk-produk sektor industri; (e) transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi; dan (f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain (a net outflow of capital for investment in other sectors); serta (g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan (Daryanto, 2010).

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang nyata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan masyarakat petani, serta peningkatan penerimaan devisa negara melalui ekspor. Kontribusi yang besar tersebut memberikan sinyal positif bahwa dengan membangun sektor pertanian berkelanjutan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013

Lapangan Usaha

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

(Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah)

1)Pertanian 284.6 295.9 304.7 315.0 328.3 339.9

Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen

(15)

3 penopang perekonomian Indonesia sehingga sudah selayaknya dijadikan sebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya.

Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja tersebut dapat melalui pendekatan agribisnis, sehingga dengan begitu mampu menjadi solusi terhadap masalah pengangguran yang tiap tahun semakin meningkat.

Tabel 2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Menurut Lapangan Pekerjaaan Utama Tahun 2011-2013

(16)

4

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai potensi untuk dikembangkan karena komoditas ini mempunyai fungsi multiguna yaitu sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (food), sebagai bahan baku industri pangan dan industri pakan (feed), serta perkembangan terbaru sebagai bahan bakar (fuel).

Perkembangan konsumsi jagung mengalami pergeseran yang cukup tajam dari penggunaan jagung untuk pangan menjadi penggunaan jagung untuk pakan. Sebelum tahun 1980, penggunaan jagung di Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung. Pada tahun 1980, penggunaan jagung yang digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung sebesar 94% dan 6% sisanya untuk industri pakan, sedangkan penggunaan jagung untuk industri pangan belum ada. Memasuki tahun 1990, penggunaan jagung untuk industri pangan sudah diatas industri pakan walaupun sebagian besar masih digunakan untuk konsumsi langsung. Sementara, periode tahun 2000-2002 penggunaan jagung untuk industri pakan ternak mulai meningkat tajam dibandingkan penggunaan jagung untuk industri pangan walaupun konsumsi langsung masih mendominasi. Sejak tahun 2003, penggunaan jagung mulai mengalami pergeseran konsumsi. Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun, dibandingkan dengan penggunaan jagung untuk industri pangan dan industri pakan. Namun, peningkatan penggunaan jagung untuk industri pakan masih lebih besar dibandingkan dengan industri pangan. Perubahan pola konsumsi inilah yang mengakibatkan berubahnya Indonesia dari net eksporter jagung menjadi net importer jagung.

Proporsi penggunaan jagung untuk industri pakan lebih besar jika dibandingkan dengan industri pangan dan konsumsi rumah tangga yaitu hampir mencapai 50%. Hal itu terjadi sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan tingkat pengetahuannya, sehingga protein hewani khususnya daging ayam dan telor juga mengalami peningkatan. Hal tersebut, mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor.

(17)

5 Berdasarkan pemaparan diatas terlihat peranan komoditas jagung yang mencakup 3F (food, feed, dan fuel) menunjukkan bahwa jagung memiliki rantai nilai bisnis yang memiliki keterkaitan antara sektor hulu dan sektor hilirnya. Sehingga, pertumbuhan komoditas jagung ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian nasional yang nantinya dapat mewujudkan pembangunan secara komprehensif sehingga diharapkan pada akhirnya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi, mengurangi tingkat kemiskinan, dan menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk itu diperluan kajian atau penelitian untuk membahas peranan komoditas jagung dan seberapa besar keterkaitan komoditas jagung terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.

Perumusan Masalah

Jagung merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional yaitu mencakup 3F (food, feed, dan fuel). Penggunaan jagung yang sebelumnya hanya sebagai bahan pangan, berkembang menjadi bahan baku pakan untuk ternak, dan bahan bakar nabati. Industri pakan ternak merupakan pengguna jagung terbesar bahkan hampir 50% dari konsumsi jagung nasional.

Perkembangan jagung dilihat dari sisi produksi dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2008-2012) mengalami perkembangan yang fluktuatif, namun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2008 (Tabel 3), produksi jagung nasional sebesar 16.32 juta ton dan tahun 2012 menjadi 19.39 juta ton. Terjadi peningkatan sebesar 3.07 juta ton selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Akan tetapi, selama kurun waktu tersebut impor jagung Indonesia juga memiliki kecenderungan meningkat secara fluktuatif. Hal itu terlihat dari jumlah impor jagung yang juga mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar 393.3 ribu ton menjadi 1 888.9 ribu ton di tahun 2012, walaupun tahun sebelumnya di tahun 2011 terjadi peningkatan impor yang lebih besar yaitu sebesar 3.31 juta ton. Menurut Bayu Krisnamurthi (2010), masih adanya impor jagung karena ada beberapa jenis jagung untuk pakan ternak yang belum bisa dipenuhi produksinya di dalam negeri.

Mengingat industri pakan merupakan pengguna jagung terbesar di dalam negeri dan jenis jagung yang digunakan sebagai bahan baku pakan belum banyak diproduksi oleh petani jagung dalam negeri, maka kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan dipenuhi melalui impor. Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan kontinuitas pasokan jagung gigi kuda (Zea mays indentata) yang digunakan sebagai bahan baku industri pakan. Peningkatan impor jagung juga berdampak negatif pada terkurasnya devisa negara dan neraca perdagangan ekspor-impor jagung Indonesia yang semakin defisit (Timor, 2008).

(18)

6

Tabel 3 Perkembangan Produksi dan Impor Jagung Tahun 2008-2012

Tahun Produksi

(ton)

Impor (ton)

2008 16 317 252 393 305

2009 17 592 309 421 231

2010 18 327 636 1 786 811

2011 17 643 250 3 310 984

2012 19 387 022 1 889 431

Sumber : Departemen Pertanian, 2014 dan BPS, 2013

Permintaan jagung dunia juga mengalami peningkatan seiring penggunaan jagung sebagai bahan baku pembuatan etanol (biofuel). Konsumsi jagung yang meningkat untuk pengembangan biofuel sebagai salah satu alternatif bahan bakar di negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) akan mengurangi pasokan jagung untuk pakan ternak. Hal serupa dilakukan oleh Cina. Kecenderungan penggunan jagung sebagai sumber energi akan terus meningkat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kecenderungan permintaan jagung yang meningkat baik untuk pemenuhan industri pakan ternak maupun pengembangan energi alternatif bahan bakar (biofuel) akan diikuti oleh naiknya harga jagung di pasar dunia. Dalam jangka panjang, kenaikan harga jagung yang tinggi mendorong re-alokasi penggunaan lahan untuk memproduksi jagung sehingga produksi bahan makanan lainnya menurun. Akibatnya harga bahan pokok akan meningkat.

Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi oleh pertanian jagung Indonesia, terlihat peranan jagung yang cukup besar terutama dalam memenuhi kebutuhan untuk pangan, pakan, dan bahan bakar nabati (biofuel). Untuk itu, diperlukan penelitian untuk melihat seberapa besar peranan dan keterkaitan jagung terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Sehingga, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan komoditas jagung di Indonesia?

2. Bagaimana peranan komoditas jagung dalam struktur perekonomian Indonesia?

3. Bagaimana keterkaitan komoditas jagung terhadap sektor-sektor lain di Indonesia?

4. Berapa besar dampak ekonomi pengembangan komoditas jagung berdasarkan efek multiplier terhadap output dan pendapatan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji perkembangan komoditas jagung di Indonesia.

2. Menganalisis peranan komoditas jagung dalam perekonomian Indonesia. 3. Menganalisis keterkaitan komoditas jagung terhadap sektor-sektor lainnya

(19)

7 4. Menganalisis dampak ekonomi pengembangan komoditas jagung

berdasarkan efek multiplier terhadap output dan pendapatan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pemerintah, akademisi, masyarakat, dan penulis yaitu:

1. Bagi pengambil kebijakan di bidang pertanian, khususnya pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif informasi untuk merumuskan kebijakan yang terkait dengan pengembangan komoditas jagung di Indonesia.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan minat terhadap peluang dan potensi jagung sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan sektor pertanian serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya sehingga dapat terinspirasi untuk membuat usaha dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan produksi jagung atau menanam jagung lebih intensif. 4. Sedangkan bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

aplikasi nyata dari ilmu yang didapat selama penulis menuntut ilmu di IPB, serta dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pohon Industri Jagung dan Peranannya dalam Perekonomian Indonesia

Pohon Industri Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16, orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.

Tanaman jagung merupakan varietas unggul yang memiliki sifat, yaitu berproduksi tinggi, berumur pendek, tahan serangan penyakit. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam waktu 80-150 hari. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang maupun panas dan merupakan makanan pokok penduduk setempat serta sebagai pakan ternak. Sebagai bahan makanan, jagung memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama karbohidrat. Selain itu, jagung mengandung zat-zat gula, kalsium, asam jagung, dan minyak lemak. Buah yang masih muda banyak mengandung zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, B6, C, dan K. Rambutnya mengandung minyak lemak, dammar, gula, asam maisenat, dan garam-garam mineral. Disamping itu juga buah jagung biasanya dibuat tepung jagung atau maizena.

Sebagai bahan pangan yang mengandung 70% pati, 10% protein, dan 5% lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas jagung (Gambar 1), antara lain:

a. Batang dan daun muda: pakan ternak.

b. Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos. c. Batang dan daun kering: kayu bakar.

d. Batang jagung: lanjaran (turus).

e. Batang jagung: pulp (bahan kertas) dan bahan bakar. f. Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran.

g. Kulit kelobot: pakan ternak, kompos, dan industri rokok.

h. Buah jagung dalam bentuk pipilan: (1) grit, digunakan untuk pakan, pangan,

pop corn, dan puff corn, (2) tepung, digunakan untuk pakan, pangan, dan bahan baku industri, (3) pati, digunakan untuk pakan, pangan, bahan baku industri, gula rendah kalori, dan sirup, (4) tongkol, digunakan untuk minyak, dan (5) kulit ari, digunakan untuk bahan baku industri.

i. Tongkol jagung: kaya akan pentosa sehingga yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural, pakan, kompos, bahan bakar, pulp, arang, dan tepung.

Produk olahan jagung tersebut umumnya berasal dari industri skala rumah tangga hingga industri besar. Secara garis besar, beberapa industri yang mengolah jagung menjadi produk sebagai berikut:

(21)

9 b. Industri giling basah, yaitu menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak,

dan dextrin;

c. Industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil alcohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain‐lain.

Penggunaan jagung selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, sari pati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Jenis jagung yang banyak digunakan adalah jenis dental corn dan sweet corn. Dental corn biasa dipakai utamanya untuk pakan, sementara sweet corn

digunakan untuk pangan. Dental corn digunakan untuk produk dari pakan sampai corn syrup dan pemanis sampai produksi etanol dan produk industri lainnya.

(22)

10

Peran Jagung sebagai Pangan Pokok

Jagung sebagai salah satu komoditas substitusi beras dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional lain yang berasal dari jagung. Sebelum tahun 1975, pola konsumsi jagung pada kelompok berpendapatan rendah berkorelasi positif dengan pendapatan rumah tangga serta terjadi substitusi pangan dari ubi kayu ke jagung. Namun pada tahun 1978 terjadi kebalikannya; semakin tinggi pendapatan semakin rendah tingkat konsumsi jagung pada kelompok tersebut (Timmer, 1987). Sebagai pangan pokok, jagung memang memperlihatkan sifat barang inferior, baik di pedesaan maupun di perkotaan, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Namun komoditas ini masih tetap merupakan penyumbang karbohidrat penting bagi penduduk pedesaan pada kelompok berpendapatan rendah (Suryana

et al., 1990 dalam Siregar, 2009). Berikut Tabel kandungan gizi pada jagung :

Tabel 4 Kandungan Gizi dan Kalori Pada Jagung Kandungan Zat Gizi (Tiap 100 gr bahan)

Zat Gizi Nilai

Energi (cal) 355

Protein (gr) 9.2

Lemak (gr) 3.9

Karbohidrat (gr) 73.7

Kalsium (mg) 10

Fosfor (mg) 256

Ferrum (mg) 2.4

Vitamin A (SI) 510

Vitamin B1 (mg) 0.38

Air (gr) 12

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1992

Peran Jagung sebagai Pakan Ternak

(23)

11

Peran Jagung sebagai Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku hayati. Sutarman (2006) dalam Kusumaningrum (c2008), menyatakan bahwa bioetanol yang dapat digunakan sebagai pengganti/campuran premium, dapat dihasilkan dari tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, jagung, ketela pohon, ketela rambat, sagu, dan lain-lain. Bahan baku unggulan untuk bioetanol adalah jagung, karena bioetanol yang dihasilkannya besar, yaitu satu ton jagung bisa menghasilkan 400 liter bioetanol dan mampu menghasilkan etanol 99.5 % (full grade ethanol) yang bisa digunakan untuk campuran bensin (gasoline) dan kemudian disebut gasohol BE-10. Artinya setiap satuan volume bahan bakar yang digunakan, kandungan premiumnya 90% dan bioetanol 10 %.

Keuntungan penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi adalah tidak memberikan tambahan netto karbondioksida pada lingkungan karena CO2 yang dihasilkan dari pembakaran

etanol diserap kembali oleh tumbuhan dan dengan bantuan sinar matahari CO2

digunakan dalam proses fotosintesis. Di samping itu, bahan bakar bioetanol memiliki nilai oktan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan peningkat oktan (octane enhancer) menggantikan senyawa eter dan logam berat seperti Pb sebagai anti-knocking agent yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan nilai oktan yang tinggi, maka proses pembakaran menjadi lebih sempurna dan emisi gas buang hasil pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor lebih baik.

Bioetanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran bahan bakar gasolin (bensin). Dibanding bensin, etanol lebih baik karena memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7, angka tersebut melampaui nilai maksimum yang mungkin dicapai oleh gasolin, yaitu research octane 88.

Tabel 5 Konversi Biomasa Menjadi Bioethanol Biomasa

Sumber : Purwanto, 2007 dalam Siregar, 2009

Varietas Jagung Unggul

(24)

12

biasanya akan menghasilkan produksi lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan dengan varietas bersari bebas. Kelemahan tersebut antara lain harga benihnya yang lebih mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua keturunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. Varietas lain yang dapat meningkatkan produktivitas yaitu dengan menggunakan jagung transgenik. Jagung transgenik adalah benih jagung hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism) dengan produktivitas yang bisa mencapai 15 ton/ha jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi jagung hibrida yang hanya berkisar 9 ton/ha atau komposit yang hanya berkisar 3 ton/ha. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih sebagai benih dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6 Beberapa Varietas Jagung Unggul

No. Nama Varietas Tahun 4 BIMA-15 SAYANG 2011 13.2 100 Agak Toleran Protein bermutu tinggi 5 BIMA-14 BATARA 2011 12.9 95 Toleran Toleran kekeringan

6 Bima-13Q 2011 9.8 103 Rendah Protein bermutu tinggi 20 Hibrida DK-3 2004 11.94 98 Toleran Tahan terhadap kekeringan

21 Hibrida NK-33 2003 10.12 100 Agak toleran Tahan terhadap penyakit hawar daun, dan karat 22 Hibrida NK-22 2003 10.48 98 Rentan Agak tahan terhadap hawar daun, dan karat 23 Pioneer-11 1999 10-12 124 Rentan Tahan terhdap penyakit karat daun

24 Pioneer-21 2003 13.3 117 Agak rentan Potensi hasil tinggi dan bijimya berkualitas baik 25 Hibrida C-7 1997 10-12.4 95-105 Agak toleran Tahan terhadap kekeringan

26 Hibrida C-9 2001 10-11.8 101 Toleran Warna biji lebih tua

27 Hibrida Bisi-2 1995 13 103 Toleran Toleran terhadap penyakit karat daun

Komposit/Bersari Bebas

28 Lamuru 2000 7.6 95 Agak Toleran Toleran kekeringan

29 Kresna 2000 7 90 Agak Toleran Umur sedang

30 Srikandi 2001 8 97 Toleran Stay green

31 Palakka 2003 8 95-100 Rendah Umur sedang

32 Sukmaraga 2003 8.5 105 Toleran Toleran kemasaman tanah

33 Srikandi-Putih-1 2004 8.1 110 Rendah Protein bermutu tinggi 34 Srikandi-Kuning-1 2004 7.9 110 Rendah Protein bermutu tinggi

35 Provit-A1 2011 7.4 96 Rendah Protein bermutu tinggi

36 Provit-A2 2011 8.8 98 Rendah Cocok di dataran rendah

37 Pulut Uri-1 2013 9.4 85 Agak Toleran Dapat ditanam di daerah kering berhujan sedang

(25)

13 Beberapa jenis varietas jagung yang beredar di pasaran adalah varietas jagung hibrida yakni Pioneer-11 (P11), Pioneer-21 (P21) yang dikeluarkan oleh PT Dupond; NK-33 dan NK-22 yang dikeluarkan oleh PT Syngenta; C-7, C-9, DK-3, DK-979, DK-9910 yang dikeluarkan oleh PT Monsanto; dan Bisi-2 dikeluarkan oleh PT Bisi. Semua perusahaan tersebut merupakan perusahaan multinasional yang menghasilkan benih jagung atau sebagai produsen benih jagung (Kriswantriyono A et.al. 2010).

Pembangunan Sektoral dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, institusi-institusi nasional serta melihat dampak dari adanya perubahan pembangunan itu sendiri seperti pertumbuhan ekonomi, pengangguran, ketimpangan dan kemiskinan serta masalah lain yang timbul karena adanya pembangunan. Pembangunan setiap daerah-daerah memiliki perbedaan masing-masing, karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga terkadang ada daerah maju, daerah berkembang, dan ada daerah tertinggal. Pada dasarnya, pembangunan seharusnya mencerminkan perubahan total suatu masyarakat yang bergerak maju menuju kondisi yang lebih baik baik secara material maupun spiritual (Todaro dan Smith, 2006).

Pembangunan suatu daerah dapat berupa pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut dan pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan daerah dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut dan dilihat sektor mana di daerah tersebut yang merupakan sektor unggulan sehingga apabila sektor unggulan yang dikembangkan maka anggaran pemerintah yang terbatas akan lebih efisien. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral, keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun.

Keterbatasan dana pembangunan menuntut suatu perencanaan yang tepat dan efisien, sehingga dapat teralokasi pada sektor yang jika dikembangkan akan memberi dampak yang besar terhadap perekonomian wilayah tersebut secara menyeluruh. Tidak hanya berpengaruh positif pada satu sektor itu saja, namun dapat mendorong pertumbuhan sektor lain yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, baik berupa peningkatan penyerapan tenagakerja maupun peningkatan pendapatan. Kemampuan suatu sektor menjadi penggerak utama bagi sektor-sektor lainnya dan memacu pembangunan ekonomi, menjadikannya sebagai sektor unggulan atau disebut juga leading sector atau

(26)

14

efektif dan efisien, sehingga dengan keterbatasan yang ada tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai.

Pembangunan suatu wilayah adalah fungsi dari pembangunan nasional. Perencanaan wilayah merupakan sarana dalam proses pembangunan. Dalam ruang lingkup pembangunan nasional, terdapat ketergantungan (pembangunan) wilayah dengan tujuan pembangunan nasional. Perubahan hubungan yang semula tergantung menjadi saling ketergantungan ini membutuhkan adanya perubahan struktural di bidang politik dan ekonomi, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat wilayah hingga lokal.

Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi

Sektor unggulan adalah sektor yang dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors), artinya sektor tersebut dapat berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (BPS, 2010), diantaranya :

1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, yang artinya harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran.

2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.

3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan lain ataupun dengan sektor ekonomi lainnya.

4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. 5. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah

lain di pasar nasional maupun internasional, baik dalam harga produk sektor tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.

Metode yang biasa dipakai dalam menentukan sektor unggulan ialah metode metode Location Quotient (LQ), shift share dan Input-Output. Location Quotient (LQ) merupakan suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional, jika LQi>1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B), sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB).

Sedangkan Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional), bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Analisis Shift Share melihat nilai

(27)

15 sektor yang sama di daerah lain atau memiliki keuntungan lokasional yang baik, sedangkan jika PS dan DS negatif menunjukkan bahwa sektor ekonomi tersebut memiliki kontribusi yang sedikit bagi pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

Dalam model Input-Output yang merupakan sektor unggulan ialah sektor yang memiliki nilai keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan, mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi, dan memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Dalam teori ekonomi, pertumbuhan ekonomi sebenarnya biasa didefinisikan sebagai peningkatan kapasitas suatu bangsa dalam jangka panjang untuk memproduksi berbagai barang dan jasa. Dengan mengetahui sektor unggulan suatu daerah, maka dapat diketahui sektor yang mampu memberikan nilai tambah bagi penciptaan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Sehingga, alokasi investasi bagi sektor unggulan dapat lebih diperhatikan agar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk daerah tersebut.

Model Input-Output sebagai Salah Satu Metode Menentukan Sektor Unggulan

Analisis model Tabel Input Output (Tabel I-O) digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian secara keseluruhan. Tabel Input-Output (I-O) digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian, tetapi juga mencakup bagaimana cara mendeskripsikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson 1977). Tujuan utama dari model I-O adalah untuk menjelaskan besarnya arus industri atau intersektor sehubungan dengan tingkat produksi masing-masing sektor. Dalam aplikasinya, model ini didasarkan atas model keseimbangan umum.

(28)

16

ekonomi. Dengan kata lain, tidak akan mungkin suatu sektor ekonomi akan terus dapat berkembang dengan mengandalkan kekuatan sektor itu sendiri. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya keterkaitan yang baik antara setiap sektor yang ada sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif.

Model input-output (I-O) merupakan salah satu model yang dapat memaparkan dengan jelas bagaimana interaksi antara pelaku ekonomi. Model ini diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Melalui model ini dapat ditunjukan seberapa besar keterkaitan antarsektor dalam perekonomian. Sistem ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan berupa sistem suatu bangsa atau dunia. Model I-O juga digunakan dalam analisis hubungan antarsektor di dalam suatu wilayah. Dalam model I-O pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, (3) pengaruh total. Pengaruh langsung ialah pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan.

Tabel I-O sebagai alat analisis kuantitatif dalam perekonomian, mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Tabel I-O merupakan tabel yang menyajikan gambaran informasi dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Tabel I-O dalam memberikan gambaran menyeluruh antara lain terkait dengan beberapa hal berikut:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Penggunaan model I-O telah dikembangkan scara luas dan sangat berguna dalam meneliti keadaan ekonomi suatu wilayah. Beberapa kegunaan analisis I-O dalam penelitian perekonomian suatu wilayah antara lain:

1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor. 2. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

(29)

17 3. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan

karakteristik struktur perekonomian suatu wilayah.

4. Analisis perubahan harga yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

5. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuan impor dan kemungkinan subsitusinya.

Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-Output

Model Input-Output didasarkan atas beberapa asumsi dalam penyusunannya. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah :

1. Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subsitusi output diantara berbagai sektor.

2. Linearitas, yaitu fungsi produksi bersifat linear dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional.

3. Aditivitas, ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.

Model Input-Output memiliki beberapa keterbatasan dalam penggunaanya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain :

1. Memerlukan biaya yang besar dalam penyusunannya

2. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada maka semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap 3. Koefisien teknis diasumsikan tetap selama periode analisis sehingga

teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam kegiatan produksinya dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Struktur Tabel Input-Output

Menurut Glasson (1977), format dari tabel Input-Output terdiri dari suatu

kerangka matriks berukuran “n x n”dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu.

Tabel 7 Kerangka Penyajian Tabel Input-Output Kuandran I

(n x n)

Kuadran II (n x m) Kuadran III

(p x n)

(30)

18

Berdasarkan di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel Input-Output diberi nama kuadran I, II, III, dan IV. Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.

Kuadran pertama (Intermediate Quadrant) menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output, kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menujukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

Kuadran kedua (Final Demand Quadrant) menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.

Kuadran ketiga (Primary Input Quadrant) memperlihatkan pembelian input yang dihasikan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto (nilai tambah bruto) yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

Kuadran keempat (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel Input-Output seringkali diabaikan.

Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 8.

(31)

19 Pada Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa untuk menghasilkan output X1,sektor

(1) membutuhkan input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar X11, X21, dan X31. Input primer yang dibutuhkan sebesar V1. Gambaran Tabel 8

menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait diantara beberapa sektor. Isian angka sepanjang baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir.

Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Dalam tabel Input-Output terdapat suatu patokan yang sangat penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya.

Apabila Tabel 8 dilihat secara baris maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut:

X11 + X12+ … + X1n + F1 = X1 X21 + X22+ … + X2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Xn1 + Xn2+ … + Xnn + Fn = Xn ... (2.1)

dan secara umum persamaan (2.1) dapat dirumuskan kembali menjadi:

i

Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya ... (2.2) j =i

Dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai

input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi

adalah jumlah output sektor i.

Sebaliknya jika Tabel 8 tersebut dibaca secara kolom, terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:

X11 + X21+ … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22+ … + Xn2 + V2 = X2

. . . . . .

. . . . . . . . . . . .

(32)

20

secara ringkas dapat ditulis menjadi:

i

Xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya ... (2.4) i =i

Keterangan :

Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j

Fi = permintaan akhir terhadap sektor i

Xi = total output sektor i

Vj = input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j

Xj = total input sektor j

Berdasarkan persamaan (2.1) di atas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, aij sebagai berikut:

j ij ij

X x

a  ... (2.5)

dan jika persamaan (2.3) disubstitusikan ke persamaan (2.5) maka didapat persamaan (2.6) sebagai berikut :

α11X1 + α12X2 + … + α1nXn + F1 = X1 α21X1 + α22X2 + … + α2nXn + F2 = X2 . . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

αn1X1 + αn2X2 + … + αnnXn + Fn = Xn ... (2.6)

Jika ditulis dalam bentuk persamaan matrik, persamaan (2.6) akan menjadi persamaan sebagai berikut :

a11 a12 .... a1n X1

+ F1

= X1

a21 a21 .... a2n X2 F2 X2 .... .... .... .... .... .... ....

an1 an2 .... ann Xn Fn Xn

A X + F = X

AX + F = X atau (I – A) X = F atau X = (I – A)-1F ... (2.7)

dimana :

I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola diagonalnya dan nol pada selainnya

(33)

21 (I-A)-1= Matriks kebalikan Leontief terbuka

Persamaan (2.7) diatas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan merupakan suatu konsep yang biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi melalui adanya peninjauan terhadap keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Terdapat dua jenis konsep keterkaitan dalam yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukan hubungan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan.

Dengan menggunakan konsep keterkaitan ini maka dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Koefisien langsung dalam model I-O dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara. Sedangkan matriks kebalikan Leontief atau yang disebut juga koefisien keterkaitan dapat menunjukkan adanya keterkaitan langsung dan tidak langsung. Matriks ini mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian suatu wilayah.

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan matriks kebalikan. Analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor. Hal tersebut perlu dilakukan karena indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang yang telah diuraikan belum memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua bagian yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

Analisis Pengganda (Multiplier)

Dalam Model Input-Output terdapat tiga jenis analisis multiplier yang menggunakan koefisien teknis sebagai dasar perhitungannya, yaitu :

1. Multiplier output

(34)

22

2. Multiplier pendapatan

Penggandaan ini mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian.

3. Multiplier tenaga kerja

Penggandaan ini menunjukan adanya perubahan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output.

Multiplier Tipe I dan II dapat mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat diklasifikan sebagai berikut:

1) Dampak awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja.

2) Efek Putaran Pertama (First Round Effect)

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung. Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

3) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri (Industrial Support Effect) dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

4) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

5) Efek Lanjutan (Flow-on Effect)

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Timor (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis

(35)

23 analisis mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Model Persamaan Simultan (Two-Stages Least Squares (2SLS)). Hasil penelitian menunjukkan untuk persamaan luas areal panen, variabel yang berpengaruh nyata adalah harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil kedelai, tingkat suku bunga kredit, dan luas areal panen tahun sebelumnya; sedangkan untuk produktivitas jagung hanya variabel produktivitas tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata. Variabel harga riil jagung di tingkat produsen, tingkat inflasi, dan harga riil jagung lokal tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung lokal, sementara variabel harga impor jagung dan jumlah impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, jumlah impor jagung, tarif impor jagung dan harga impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga impor jagung Indonesia. Terdapat beberapa variabel yang berpengaruh nyata tetapi tidak sesuai dengan teori ekonomi/hipotesis, yaitu tingkat suku bunga kredit, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan tarif impor jagung.

Penelitian Siregar (2009) dalam skripsinya berjudul “Analisis Respon Penawaran Komoditas Jagung Dalam Rangka Mencapai Swasembada Jagung Di

(36)

24

produktivitas jagung ada empat yaitu masalah pada setiap agroekosistem, teknik budidaya yang diterapkan oleh petani, faktor insentif harga jagung, serta pemasaran dan distribusi hasil.

Penelitian Fernando (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia Di

Pasar Malaysia Pra Dan Pasca Krisis Ekonomi” menganalisis daya saing komoditi jagung di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan kinerja ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi. Metode yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan pada saat sebelum terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1990 hingga 1998, jagung Indonesia yang diperdagangkan di pasar Malaysia dengan jenis jagung 1005 memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993, 1995, dan 1998 dengan masing-masing perolehan nilai RCA sebesar 6.427, 1.050, 5.314, 1.803, dan 7.934. Keunggulan komparatif jagung yang diperoleh berdasarkan meningkatnya perolehan nilai ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dan menurunnya nilai ekspor jagung dunia di pasar Malaysia. Pada saat setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1999 hingga 2008, jagung Indonesia yang diperdagangkan di pasar Malaysia dengan jenis jagung 1005 memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing hanya pada tahun 1999 dengan perolehan nilai RCA sebesar 1 065. Akan tetapi, pada tahun 2007 nilai indeks RCA sebesar 13.352 yang menunjukkan bahwa jagung Indonesia telah terjadi peningkatan pangsa pasar di Malaysia.Variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh yang nyata terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada saat sebelum terjadinya krisis ekonomi. Namun, variabel yang sesuai dengan hipotesis adalah variabel volume produksi, harga jagung domestik, volume impor jagung Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. 105 Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1999 hingga 2008, variabel yang digunakan dalam penelitian yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia adalah nilai tukar rupiah terhadap US$, sehingga mempengaruhi penurunan ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk relatif besar, yaitu keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Sehingga hal ini berimplikasi terhadap jumlah kebutuhan pangan yang meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Kebutuhan pangan harus mencukupi agar terciptanya ketahanan pangan. Hal tersebut mengharuskan ada tanaman pangan lain selain beras agar ketahanan pangan dapat terwujud dan tidak bergantung pada beras, tanaman pangan itu adalah jagung.

(37)

25 karbohidrat dan protein setelah beras (food), sebagai bahan baku industri pakan (feed), dan perkembangan terbaru sebgai bahan bakar (fuel). Seiring dengan perkembangannya, jagung bukan hanya menjadi salah satu tanaman pangan utama tetapi juga menjadi bahan baku dalam pakan ternak, hal tersebut terlihat dari jumlah konsumsi jagung untuk pakan ternak yang terus meningkat bahkan hampir 50% terserap untuk pakan. Konsumsi jagung untuk pakan ternak tersebut membuat pabrik pakan terus meningkat, sehingga secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan baru mengingat jumlah penggangguran di Indonesia yang cukup tinggi. Hal tersebut merupakan salah satu peranan yang sangat strategis karena selain untuk meningkatkan devisa negara dengan ekspornya, juga dapat membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi penggangguran. Selain itu, jagung juga mempunyai peranan sebagai bahan baku bakar nabati yang biasa disebut biofuel. Bahkan, dibeberapa negara di dunia yang merupakan pemasok jagung terbesar di dunia seperti Amerika dan Cina sudah mulai mengurangi pasokan jagung di pasar dunia untuk memenuhi bahan baku industri dalam negeri.

Untuk melakukan analisis mengenai keterkaitan peranan jagung dalam perekonomian Indonesia digunakan suatu metode analisis Input-Output (I-O). Analisis model Tabel Input Output (Tabel I-O) digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian secara keseluruhan. Terjadinya integrasi ekonomi yang kuat, menyeluruh, dan berkelanjutan diantara seluruh sektor ekonomi menjadi kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, tidak akan mungkin suatu sektor ekonomi akan terus dapat berkembang dengan mengandalkan kekuatan sektor itu sendiri. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya keterkaitan yang baik antara setiap sektor yang ada sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif.

(38)

26

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 30 sektor. Data Tabel Input-Output yang digunakan merupakan data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Pusat, Departemen Pertanian, dan dari berbagai sumber pendukung lainnya seperti buku, jurnal, maupun informasi dari media elektronik yang terkait dengan tema penelitian.

Kondisi Perekonomian Indonesia

Peranan Komoditas Jagung

Analisis Input-Output

Struktur Ekonomi

Analisis Keterkaitan

Analisis Multiplier

Saran dan Implikasi Kebijakan Komoditas Jagung dalam Perekonomian Indonesia

Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor, dan Impor

(39)

27

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah Analisis Model Input-Output (I-O). Analisis Input-Output adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena dapat melihat keterkaitan antar sektor ekonomi secara keseluruhan. Dari hasil analisis I-O dapat diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat berganda. Dampak yang ditimbulkan komoditas ini dapat di analisa berdasarkan analisis pengganda (output serta pendapatan) dan juga keterkaitan antar sektor. Dalam melakukan pengolahan data, penelitian ini didukung oleh program Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) dan Microsoft Excel 2007. Dengan menggunakan model I-O terdapat beberapa analisis yang dilakukan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

Koefisien Input

Pada tabel Input-Output, koefisien input tersebut dilihat secara baris (bagian horizontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut:

X1 = X11 + X12+ … + X1n + F1 = X1

X2 = X21 + X22+ … + X2n + F2 = X2 . . . . . . .

. . . . . . .

. . . . . . .

Xn = Xn1 + Xn2+ … + Xnn + Fn = Xn ...(3.1)

Jika diketahui matrik koefisien teknis :

=

X ... (3.2) Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2) maka didapat persamaan (3.3) sebagai berikut :

α11X1 + α12X2 + … + α1nXn + F1 = X1 α21X1 + α22X2 + … + α2nXn + F2 = X2 . . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

Gambar

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 ...............................................
Tabel 1  Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Tabel 2  Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Menurut Lapangan Pekerjaaan                    Utama Tahun 2011-2013
Tabel 3  Perkembangan Produksi dan Impor Jagung Tahun 2008-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kepentingan (nilai penbobot) parameter pemilihan pasca panen jagung.. Sepuluh urutan !;o.nbinasi unit pasangan pengering dan pe,nipil yang mempunyai nilai -rioritss

Demikian pula harga beda kala beras berpengaruh positlf terhadap areal panen jagung serta permintaan jagung untuk bahan pangan.. Kedua harga komoditas pangan ini memainkan peranan

F hitung (0,065) ≥ 0,05, maka H o diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada pengaruh nyata antara harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung,

Ada pengaruh harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja terhadap ketersediaan beras di Provinsi

Analisis faktor produksi pada taraf nyata lima persen berdasarkan variabel utama yang mempengaruhi produksi, yaitu luas areal panen dan produktivitas jagung, memberikan

Berbagai kebijakan telah diterapkan oleh pemerintah guna meningkatkan produksi jagung, akan tetapi hingga saat ini Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan jagung

Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Deli Serdang.. Badan Pusat Stastik Kabupaten Deli

Variabel independen yang berpengaruh dalam estimasi produksi jagung di Indonesia pada tahun 2010 dengan metode robust estimasi-S adalah luas panen