• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HAMBATAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN

B. Peranan Korban

Korban adalah, “mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Lebih lanjut maka dapat diklasifikasikan korban kejahatan ada yang sifatnya individual (individual victims) dan kolektif (collective victims), korban kejahatan bersifat langsung yaitu korban kejahatan itu sendiri dan tidak langsung (korban semu/abstrak) yaitu masyarakat, seseorang, kelompok masyarakat maupun masyarakat luas dan selain itu kerugian korban juga dapat bersifat materiil yang lazimnya dinilai dengan uang dan immateriil yakni perasaan takut, sakit, sedih, kejutan psikis dan lain sebagainya.113

Peran korban dalam terjadinya tindak pidana pencurian juga patut diperhatikan dan menjadi salah satu faktor yang penting dalam terjadinya tindak pidana pencurian. Seperti yang dijelaskan oleh penulis di muka, bahwa peran korban di sini diartikan sebagai keadaan korban yang memberikan peluang atau kesempatan agar pelaku dapat melaksanakan niatnya untuk melakukan tindak pencurian.114

Peran korban disini dapat berupa sifat korban yang gemar memamerkan harta kekayaanya, sering memakai perhiasan yang berlebihan walaupun hanya keluar di sekitar rumah. Menceritakan uangnya ia simpan di rumah dengan jumlah yang banyak, padahal orang yang diceritakan mungkin orang yang tidak dapat dipercaya. Informasi yang diceritakan oleh korban, maka dengan mudah pelaku

113

Gosita, Arif, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressido, 1983, hal. 41 114

Ibid

dapat masuk ke rumah korban dan mengambil barang yang sesuai seperti diceritakan oleh korban.115

Hambatan dalam peran korban di sini merupakan suatu tindakan bahwa korban tersbut lebih berhati-hati dan waspada kepada setiap orang yang mencurigakan berada di dekatnya. Korban lebih mengutamakan keselamatannya, sehingga tindak pidana pencurian dengan kekerasan itu tidak terjadi.116 Korban tidak mau memperlihatkan barang-barang yang dimiliki, dan memamerkannya di jalanan.117

Perlindungan korban kejahatan dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak korban kejahatan memperoleh pengaturan dalam perundang-undangan nasional. Adanya ketidak seimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945, sebagai landasan konstitusional. Selama ini muncul pandangan yang menyebutkan pada saat pelaku kejahatan telah diperiksa, diadili dan dijatuhi hukuman pidana, maka pada saat itulah perlindungan terhadap korban telah diberikan, padahal pendapat demikian tidak sepenuhnya benar.118

115

Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi. Denpasar: Djambatan, 2003, hal. 45

116

Hasil wawancara dengan Brigadir Dede Sofian, di Polsek Bagan Sinembah 117

Ibid 118

Drs Moh Hatta, Penegakkan Hukum Responsif Pada Sistem Peradilan Pidana Terpadu, Yogyakarta: Galang Press, 2005, hlm. 167

59

Korban kejahatan yang pada dasarnya merupakan pihak yang paling menderita dalam suatu tindak pidana, karena tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan oleh undang-undang kepada pelaku kejahatan. Akibatnya, pada saat pelaku kejahatan telah dijatuhi sanksi pidana oleh pengadilan, kondisi korban kejahatan seperti tidak dipedulikan sama sekali. Padahal, masalah keadilan dan penghormatan hak asasi manusia tidak hanya berlaku terhadap pelaku kejahatan saja tetapi juga korban kejahatan. Dalam setiap penanganan perkara pidana aparat penegak hukum (polisi, jaksa) seringkali diperhadapkan pada kewajiban untuk melindungi dua kepentingan yang terkesan saling berlawanan, yaitu kepentingan korban yang harus dilindungi untuk memulihkan penderitaannya karena telah menjadi korban kejahatan (secara mental, fisik, maupun material), dan kepentingan tertuduh/tersangka sekalipun dia bersalah tetapi dia tetap sebagai manusia yang memiliki hak asasi yang tidak boleh dilanggar. Terlebih apabila atas perbuatannya itu belum ada putusan hakim yang menyatakan bahwa pelaku bersalah. Maka dari itu pelaku harus dianggap sebagai orang yang tidak bersalah (asas praduga tidak bersalah).119

C. Peran Pelaku

Secara umum, faktor ini dikaitkan dengan pendidikan, keagamaan , rasa moral, lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Briptu R. Haloho bahwa seseorang yang berpendidikan rendah, kemungkinan akan mudah untuk melakukan suatu tindak pidana, termasuk pencurian dengan, dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi atau yang lebih tinggi.

119

Ibid, hal. 169

Pencurian dengan kekerasan ini tidak akan terjadi apabila tidak adanya niat dari si pelaku sendiri, kewaspadaan korban, tinggi nya tingkat keamanan di Bagan Sinembah, pergaulan pelaku yang baik, tidak adanya kesempatan sekecil apapun yang diberikan korban kepada si pelaku.120

D.Peranan Peraturan Perundang-undangan (KUHP)

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Polsek Bagan Sinembah mengalami suatu hambatan. Dari hambatan tersebut, pihak penegak hukum dapat belajar apakah yang diperlukan dalam mengatasi hambatan tersebut. Hambatan adalah suatu tantangan atau rintangan, atau kendala-kendala yang terdapat dalam suatu kejadian, sedangkan Undang-undang adalah ketentuan-ketentuan dan peraturan yg dibuat oleh pemerintah suatu negara, disusun oleh kabinet (menteri, badan eksekutif, dsb) dan disahkan oleh parlemen (dewan perwakilan rakyat, badan legeslatif, dsb) ditandatangani oleh kepala negara (Presiden, Kepala Pemerintah, Raja).121

Upaya dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Polsek Bagan Sinembah dihadapkan dengan kendala – kendala. Kendala yang dihadapi oleh Polsek Bagan Sinembah adalah hambatan dalam Undang-undang atau peraturan yang berkaitan, dalam masyarakatnya, dan dalam aparat/porsenil kepolisian nya sendiri122.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kapolsek Bagan Sinembah, hambatan dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan

120

Hasil wawancara dengan Briptu R. Haloho di Polsek Bagan Sinembah 121

Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : Pusat Bahasa, 2008 (online)

122

Skripsi (Online) Upaya Polri dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penadahan Kendaraan Bermotor hasil Pencurian (studi kasus di POLRES Malang), 2008

61

adalah bahwa sebenarnya hukuman yang tertera dalam Pasal 365 KUHP sudah tertera dengan jelas terhadap hukuman tersebut belum maksimal di berikan ke pada pelaku.123

Isi dari Pasal 365 KUHP adalah sebagai berikut:

Pasal 365 KUHP ayat (1) sampai dengan ayat (4) yaitu :124

Ayat (1) : “Hukuman penjara maksimal sembilan (9) tahun, apabila pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan ( terpergok ) agar dapat kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain/ kawannya yang turut melakukan kejahatan itu dengan melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya itu tetap berada ditangannya”. Ayat (2) : “Hukuman penjara selama-lamanya dua belas (12) tahun dijatuhkan : 1e : jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuat rumah atau

perkarangan yang tertutup, dijalan umum atau di dalam term yang sedang berjalan.

2e : jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama.

3e : jika si pelaku masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu atau pakaian jabatan palsu.

4e : jika perbutan itu menjadikan orang mendapat luka berat”.

Ayat (3) : “Hukuman penjara maksimal lima belas (15) tahun dijatuhkan jika karena perbuatannya itu mengakibatkan orang lain mati”.

Ayat (4) : “Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua belas (20) tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan orang mendapat luka berat atau mati yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula oleh salah satu orang yang tertera dalam No.1 dan 3.125

Pelaku kejahatan misalnya melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan luka berat ataupun mati, tetapi hukuman yang didapat pelaku kurang dari lima belas tahun, bahkan hanya mendapat hukuman tiga tahun saja, sehingga banyak pelaku kejahatan tersebut merupakan residivis,

123

Wawancara dengan Bapak Kapolsek Bagan Sinembah, di Polsek Bagan Sinembah 124

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP), Bogor : Politeia, 1994, hlm. 253

125

R. Soesilo, Ibid, hlm. 254

tetapi hanya ditempat yang berbeda. Oleh karena itu, banyak pelaku kejahatan yang beranggapan bahwa hukumannya masih terlalu ringan sehingga pelaku dapat mengulang perbuatannya lagi.126

Pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan merupakan hambatan bagi si pelaku melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut. Pihak kepolisian mengatakan bahwa sanksi yang diberikan kepada setiap pelaku kejahatan tidak sesuai dengan bentuk tindak pidananya, padahal didalam KUHP sudah tertera dengan jelas mengenai lamanya waktu hukumannya.127

Pelaksanaan terhadap perturan tindak pidana pencurian dengan kekerasan harus menjadi prioritas dalam suatu peradilan pidana, karena pelaku kejahatan dapat mengulang perbuatannya atau tidak tergantung kepada hukumannya, apakah hukuman nya sudah dapat memberikan efek jera atau tidak. Namun, di Polsek Bagan Sinembah, pelaku kejahatan merupakan residivis, hanya saja di tempat yang berbeda.128

E.Peranan Porsenil/ Anggota Kepolisian

Menurut Pembantu Penyidik di Polsek Bagan Sinembah, yang menjadi hambatan dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan adalah adanya koordinasi antara para anggota/ porsenil Kring Serse di Polsek Bagan Sinembah. Anggota/ porsenil di Polsek melakukan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab sehingga beliau mengatakan bahwa pekerjaan porsenil/ anggota di Polsek

126

Wawancara dengan Kapolsek Bagan Sinembah, Senin 9 april 2012 127

Hasil wawancara dengan Aiptu Edgar Hutabarat, Rabu 9 Mei 2012 128

63

tersebut cukup maksimal memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakatnya.129

Menurut Bapak Kapolsek Bagan Sinembah, beliau membenarkan pernyataan dari Penyidik Pembantu tersebut. Bapak Kapolsek juga menambahkan bahwa untuk menjadi Anggota Kring Serse harus mempunyai pengalaman yang lama dan kecepatan dalam melakukan penyelidikan, sehingga tidak semua anggota polisi di Polsek tersebut dapat menjadi anggota Kring Serse. Menurut Bapak Kapolsek, hal tersebutlah yang menjadi kendala dalam keanggotaan/ porsenilnya.130

Hambatan yang dialami oleh pihak Polsek Bagan Sinembah terdapat pada kurangnya peranan masyaraka, dalam penanggulangan tindak pencurian dengan kekerasan, baik sebelum terjadinya suaatu tindak pidana maupun setelah terjadinya suatu tindak pidna. Hambatan yang lain yaitu terdapat pada jumlah anggota/ porsenil polisinya. Kurangnya anggota Kring Serse di Polsek tersebut menyulitkan pihak Polsek memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.131

Polisi harus dilihat sebagai bagian dari warga setempat dan bukan sebagai Polisi yang dipanggil untuk menangani situasi darurat. Tugas Polisi justru untuk membuat warga tidak memerlukan bantuan petugas Polisi dari luar. Polisi harus dilihat sebagai dokter umum dalam pemolisian. Polisi berkonsentrasi melakukan konsultasi dengan warga yang menghadapi masalah dan membantu warga setelah

129

Hasil Wawancara dengan Brigadir Daniel Napitupulu, Penyidik Pembantu di Polsek Bagan Sinembah

130

Hasil Wawancara dengan Kapolsek Bagan Sinembah 131

Hasil Wawancara dengan Kapolsek bagan Sinembah, 29 April 2012

kejahatan ditangani. Polisi seharusnya tinggal dan berkantor di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sehingga warga dapat menemuinya dengan mudah.132

Keberadaan Polisi ditengah-tengah masyarakat dapat dijadikan sebagai Strategi Pencegahan Kejahatan. Sebagaimana yang dituliskan oleh John Graham dalam bukunya yang berjudul Crime Prevention Strategis in Europe and North America menjelaskan mengenai strategi pencegahan kejahatan sebagai : “Sesuatu usaha yang meliputi segala tindakan yang mempunyai tujuan yang khusus untuk memperkecil luas lingkup dan kekerasan suatu pelanggaran, baik melalui pengurangan kesempatan-kesempatan untuk melakukan kejahatan atau pun melalui usaha-usaha pemberian pengaruh kepada orang-orang yang secara potensial dapat menjadi pelanggar serta kepada masyarakat umum lainnya”. Untuk itu Strategi Pencegahan Kejahatan dalam masyarakat harus lebih mengharuskan kepedulian dan tingkat pro aktif pihak kepolisian yang lebih besar, yang mana pihak kepolisian telah mempunyai nilai keprofesionalan dalam melakukan pencegahan kejahatan.133

F. Peranan Agama Dalam Masyarakat

Agama yang hadir dalam sejarah peradaban manusia tidak hanya berorientasi kepada Tuhan (spiritual) namun juga berorientasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dr.Th. Kobong mengatakan “bahwa agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah pencipta, dengan sesama dan dengan seluruh ciptaan lainnya”.134

132 http://www.yehu.or.id/new/Berita-Kepolisian/pos-polisi-sebagai-strategi-pencegahan-kejahatan.html 133 Ibid 134 http://jonaagatos.weebly.com/bab-v-fungsi-dan-peran-agama-dalam-masyarakat.html

65

Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa tindak kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, umat manusia senantiasa berusaha keras menyelidiki faktor-faktor yang mendorong timbulnya kejahatan serta mencari solusi penanggulangannya. Perhatian besar dalam masalah ini juga diberikan oleh agama samawi dan orang-orang pilihan Tuhan. Islam sebagai agama terakhir dan paling sempurna serta sangat memperhatikan kehidupan manusia, memberikan solusi untuk mencegah kejahatan dan perbuatan dosa.135

Adapun fungsi dan peran agama sebagai mana dimaksud diatas adalah sebagai berikut:

1. Agar kita dapat selalu ingat akan Tuhan, petunjuk bagaimana cara kita melayani Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Artinya jika kita melakukan sesuatu yang tidak baik, dengan kita punya agama kita bisa disadarkan oleh ajaran dan agama yang kita anut untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik.

3. Penyelaras hidup dalam masyarakat.

4. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.

Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini

135

Artikel Peran Agama Dalam Mencegah Timbulnya Kejahatan (Bagian Pertama) Rabu, 16 Mei 2012 15:35

sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.

Manusia melalui agama telah masuk ke jaringan besar ketika kontrol lebih ketat dimiliki oleh orang-orang beragama. Hal ini dapat memainkan peran penting dalam menjaga seseorang dari tindak kejahatan atau terjerumus ke perbuatan dosa. Talibani, seorang peneliti Iran saat meneliti hubungan antara agama dan kejahatan di antara pelajar negara ini menyimpulkan bahwa meningkatnya keimanan seseorang dapat mengurangi aksi kejahatan. Hasil riset ini menunjukkan pemuda yang taat beragama memiliki ketahanan lebih untuk tidak terjerumus ke perbuatan maksiat.136

Riset lainnya menunjukkan bahwa mayoritas penjahat dan pendosa adalah mereka yang jauh dari agama serta tumbuh besar di lingkungan keluarga yang minim tingkat religiusnya. Sosiolog dan psikiater meyakini bahwa akar kejahatan adalah ketidakseimbangan mental dan besarnya penyakit kejiwaan yang menimpa seseorang. Kejahatan dilakukan seseorang ketika ia tidak mampu menemukan solusi tepat dari kesulitan hidup yang dialaminya. Akibat minimnya ketahanannya dalam menghadapi setiap kesulitan ia akhirnya memilih perilaku tak benar termasuk melakukan kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kapolsek Bagan Sinembah, kasus pencurian dengan kekerasan sangat sedikit di bandingkan dengan pencurian dengan pemberatan, karena pelaku pencurian dengan kekerasan merupakan manusia yang taat beragama.137

136

Ibid 137

67 BAB IV

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI POLSEK BAGAN SINEMBAH-RIAU A.Gambaran Umum Mengenai Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Kota Bagan Batu merupakan Ibu Kota dari Kecamatan Bagan Sinembah yang termasuk kedalam Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten Rokan Hilir merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Bengkalis. Dibentuk pada tanggal 4 Oktober 1999 berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 53 tahun 1999. Kabupaten Rokan Hilir melingkupi wilayah seluas 8.881,59 km2, terletak pada koordinat 1014 - 2o45 LU dan 100o17 - 101o21 BT.138

Wilayah Rokan Hilir terdiri dari:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Propinsi Sumatera Utara b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hulu d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Labuhan Batu (propinsi Sumatera Utara).

Rokan Hilir memiliki wilayah perkebunan yang luas yang berpotensi bagi pengembangan agro industri dan agrowisata. Bagan Batu merupakan kota agroindustri di Rokan Hilir dan ada beberapa perusahaan pengolah CPO. Hasil perkebunan lain adalah karet dan kelapa. Rokan hilir juga menghasilkan komoditas lain seperti cengkeh dan kopi. Untuk lahan persawahan dan tanaman pangan, umumnya terletak di sepanjang DAS Sungai Rokan hingga ke muaranya.

138

http://www.rohilkab.go.id/?tampil=mainmenu&id=1

Beberapa kota nelayan di Rokan Hilir seperti Panipahan, Pulau Halang dan Sinabol merupakan penghasil ikan terbesar di Rokan Hilir.139

Rokan hilir juga memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan antara lain Pulau Berkey, Pulau Padamaran, Pulau Halang, Pulau Sinabol dan Pulau jemur. Rokan Hilir terbagi atas 13 Kecamatan, yaitu:

TABEL II

Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan

NO Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Persentasi Luas (%)

1 Tanah Putih 1.915.23 21,77

2 Pujud 984.90 11,09

3 Tanah Putih Tanjung Melawan 198.39 2,23

4 Rantau Kopar 213.13 2,40

5 Bagan Sinembah 847.35 9,54

6 Simpang Kanan 445.55 5,02

7 Kubu 1.001.00 11,95

8 Pasir Limau Kapas 669.63 7,54

9 Bangko 940.66 10,59 10 Sinaboi 335.48 3,78 11 Batu Hampar 284.31 3,20 12 Rimaba Melintang 235.48 2,05 13 Bangko Pusako 732.52 8,24 JUMLAH 8.881.59 100%

Sumber: Data Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hilir (online)

139

69

Kota Bagan Batu mempunyai wilayah seluas 847,35 Km2 dengan bentuk topografi tanah berbentuk daratan. Kota Bagan Batu berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Simpang Kanan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pujud

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatra Utara 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bangko Pusako

Kecamatan Bagan Sinembah memiliki 14 Desa yaitu, Desa Bagan Sinembah, Bagan Batu, Bahtera Makmur, Pasir Putih, Balai Jaya, Balam Sempurna, Pelita, Gelora, Kencana, Bagan Bakti, Lubuk Jawi, Panca Mukti, Harapan Makmur, Salak.

2. Demografis

Penduduk kota Bagan Batu pada akhir tahun 2011 berjumlah sebanyak 24.849 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 5.830 jiwa. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.

TABEL II

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelaminnya

NO Jenis Kelamin Besar Frekuensi Persentasi

1 Laki-laki 12.968 52,19%

2 Perempuan 11.881 47,81%

Jumlah 24.849 100%

Sumber : Kantor Penghuluan Bagan Batu, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Bagan Sinembah adalah laki-laki sebanyak 12.968 Jiwa atau 52,19 %, Sedangkan

perempuan sebanyak 11.881 Jiwa atau 47.81%, jadi penduduk Kecamatan Bagan Sinembah dilihat dari jenis kelaminnya masih banyak laki-laki dari pada perempuan.

3. Perekonomian dan Usaha Masyarakat

Kegiatan mata pencarian masyarakat Kecamatan Bagan Sinembah terbagi beberapa bagian seperti petani, pegawai, pedagang, buruh dan lain-lainya. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL III

Jumlah Rumah Tangga Yang Berusaha Menurut Jenis Lapangan Usaha Di

Kecamatan Bagan Batu

NO Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Petani 9.940 40% 2 Pedagang 5.715 23% 3 Pegawai/Karyawan 1.739 7% 4 Polri/TNI 621 2,50% 5 Buruh 3.851 15,50% 6 Lain-lainnya 2.983 12% Jumlah 24.849 100% Sumber: www.rohilkab.go.id

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usaha masyarakat Bagan Batu adalah sebagai Petani menempati urutan pertama yaitu sebanyak 93940 jiwa atau sebesar 40%, urutan kedua adalah Pedagang yaitu sebanyak 5.715 jiwa atau sebesar 23%, urutan ke tiga adalah Buruh yaitu sebanyak 3.851 jiwa atau sebesar 15.50 %, urutan ke empat adalah lain-lainnya sebanyak 2.983 atau sebesar 12 %, ke lima adalah Pegawai/Karyawan sebanyak 1.739 atau sebesar 7%, dan yang

71

terakhir Polri/TNI sebanyak 621 atau sebesar 2,50%. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, rata-rata pencarian masyarakat Bagan Batu adalah Pedagang dan Petani.

Kota Bagan Batu merupakan wilayah yang cukup strategis dan menjadi salah satu terjadinya transaksi jual beli kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak heran menimbulkan banyak kriminalitas di daerah tersebut. Dalam pengungkapan tindak pidana, Penyidik dalam hal ini Kepolisian sulit untuk melakukan indentifikasi terhadap pelaku tindak pidana.

B.Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pencurian Dengan Kekerasan 1. Faktor Internal

a. Faktor Biologis dan Psikologi

Tokoh yang terkenal sebagai seorang yang mengungkap sebab-sebab munculnya kejahatan dari perspektif biologis adalah Cesare Lambroso (1835-1909). Beliau dikenal sebagai bapak Kriminologi Moderen dan menandai lahirnya aliran positif dalam Kriminologi. Aliran positif lahir pada abad ke-19 yang dipelopori oleh Cesare Lambroso (1835-1909), Enrico Ferri (1856-1928), dan Raffaele Garufalo (1852-1934).140

Mereka menggunakan pendekatan metode ilmiah untuk mnegkaji karakter pelaku dari sudut pandang ilmu biologi, psikologi dan sosiologi, dan objek analisis nya adalah kepada pelaku, bukan kejahatannya. Aliran posotif ini berkembang pada abad ke-19 yang dihasilkan oleh perkembangan Filsafat Empiris di Inggris yang ditemukan dalam ajaran Locke dan Hume. Teori Darwin tentang

140

Mahmud, Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan: Bangsa Press, 2008, hlm. 101

“biological determinisme”, teori sociological positivism dari Comte, dan teori ekonomi dari Karl Marx141.

Menurut Cesare Lombroso (1835-1909), kejahatan merupakan bakat manusia yang dibawa sejak lahir (born criminal). Teori Lambroso dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu, (a) Hipotesa-hipotesa tentang sebab-sebab kejahatan yang dikenal dengan hipotesa “atavisme” yang menjelaskan bahwa kehidupan manusia menurut hukum-hukum evolusi yaitu berkembang dari manusia purba yang primitif, kasar, dan brutal menuju manusia yang memiliki kepribadian dan watak yang baik, (b) Orang-orang yang menerima warisan sifat-sifat nenek moyangnya yang telah lama pudar dan menjadi jahat, memiliki tipe-tipe lahiriah yang khas yang dinamakan tipe penjahat dan memiliki tipe-tipe lahiriah yang khas seperti nampak pada tengkoraknya yang asimetris, dagu yang memanjang, hidung pesek, mudah merasa sakit dan sebagainya.142

Aliran positif melihat kejahatan secara empiris dengan menggunakan

Dokumen terkait