BAB II KAJIAN TEORITIS
2.6 Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Perangkingan Webometrics
meraih (weight) berdasarkan kebaruan tahun mendapatkan penghargaan tersebut. Semakin lama mendapatkan penghargaan, semakin kecil bobot prosentase nilainya.
2. Award: Total jumlah staff saat ini yang mendapatkan penghargaan nobel serta merai sama dengan Alumni.
3. HiCi: jumlah peneliti (dosen) yang mendapatkan nilai citation tinggi (high cited researcher) alias penelitiannya banyak dikutip oleh peneliti lain, dalam 20 kategori subyek berdasarkan publikasi resmi dari
4. PUB: Jumlah artikel yang diindeks oleh Science Citation Index-Expanded dan Social Science Citation Index
5. TOP: Prosentase artikel yang dipublikasikan dalam top 20% journal internasional dari berbagai bidang ilmu. Penentuan top 20% journal adalah berdasarkan nilai impact factors dari Journal Citation Report
6. Fund: Jumlah total anggaran biaya penelitian dari sebuah universitas. Data didapatkan dari negara dimana universitas berada dan dari institusi-intitusi pemberi dana penelitian.
2.6 Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Perangkingan Webometrics Sesuai dengan tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang bertujuan untuk mendukung tujuan universitas yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat). Maka perpustakaan dapat berperan pula untuk mendukung keinginan universitas dalam menaikkan peringkatnya di webometrics.
Peranan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam webometrics berdasarkan seminar training Direktorat Sistem Informasi (2010: 1) sesuai dengan indikatornya yaitu:
1. Visibility/ keternampakan
1) Mengisi/meng-update main website dan subdomain-nya dengan materi yang dapat menjadi rujukan sehingga website lain membuat link ke website Universitas.
2) Membuat daftar link antar perguruan tinggi Nasional ataupun Internasional.
3) Mengusahakan agar civitas kampus membuat link ke website Universitas saat memberikan komentar di blog atau forum website lain.
4) Mengirimkan metadata koleksi yang dimiliki ke situs Garuda portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia. Garuda yang mencakup antara lain e-journal domestik, tugas akhir mahasiswa, dan laporan penelitian dikembangkan oleh Direktorat P2M-Dikti Depdiknas bekerjasama dengan PDII-LIPI serta berbagai perguruan tinggi dalam hal penyediaan konten.
2. Size/ ukuran
Indikator ini menghitung jumlah halaman yang tertangkap oleh mesin pencari seperti google, yahoo, live search dan exalead.
Peran yang dapat dilakukan perpustakaan, yaitu : 1) Membuat website perpustakaan sendiri.
2) Menyatukan semua domain yang terpisah-pisah menjadi satu domain.
3) Membuat blog untuk sivitas akademik. 4) Membuat Forum.
5) Mengaktifkan e-learning. 3. Rich Files/ kekayaan file
Indikator ini menghitung berapa banyak file jenis PDF (adobe acrobat), Adobe PostScript, Word Document, dan PPT (Presentation Document). Upaya yang dapat dilakukan perpustakaan, misalnya :
1) Upload file ke bentuk pdf, ps, doc dan ppt secara berimbang 2) Digitalisasi dan publikasi surat, bahan ajar, jadual dan lain lain.
3) Memasukkan publikasi ilmiah dari dosen/staff ke Institusional Repository.
4. Scholar (Sc)
Indikator ini diambil dari data situs google scholar terkait dengan tulisan-tulisan ilmiah dari perguruan tinggi bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu:
1) Digitalisasi dan publikasi hasil karya ilmiah, penelitian, tugas akhir dan sejenisnya.
2) Membentuk tim khusus ”webometric” (jika dipandang perlu).
Selain peranan di atas menurut Harmawan (2008: 1), agar perpustakaan dapat berperan dalam meningkatkan peringkat Webometric, perpustakaan harus mengembangkan perpustakaan digital. Pengembangan perpustakaan digital dapat
dilakukan melalui pengembangan book, Journal, Grey Literature dan E-Local Content.
1. Pengembangan E-Book
Pengembangan koleksi e-book dapat dilakukan dengan pembelian atau pengembangan buku hasil karya dari civitas akademika. Kalau kita mengembangkan koleksi e-book dari pembelian penulis tidak yakin bahwa hal itu akan berpengaruh secara langsung terhadap peringkat Webometric. Namun apabila pengembangan e-book berasal dari hasil karya civitas akademika akan sangat berpengaruh terhadap peringkat Webometric.
2. Pengembangan E-Journal
Sama halnya dengan e-book, pengembangan e-journal berlangganan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap Webometric. Namun pengembangan e-journal milik universitas akan dapat meningkatkan unsur–unsur dalam kriteria Webometric.
3. Pengembangan E-Grey Literature.
Grey literature atau literatur kelabu adalah koleksi yang tidak diterbitkan secara luas. Yang termasuk koleksi ini adalah skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Apabila perpustakaan perguruan tinggi sudah medigitalkan koleksi tersebut, potensi untuk meningkatkan peringkat Webometric sangat besar.
4. Pengembangan E-Local Content
Sama halnya e-grey literature, e-local content sangat pontensial untuk meningkatkan peringkat Webometric.
Sehubungan dengan local content di atas, Setiawati (2006: 2), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan local content adalah :
Segala sesuatu yang bermuatan sumber pengetahuan/ informasi yang asli dihasilkan oleh suatu institusi/ lembaga, perusahaan atau daerah sampai dengan negara, yang dapat dijadikan sumber pembelajaran (learning resources) dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam.
Potensi local content dapat berupa :
1. Potensi suatu daerah/ negara salah satunya kebudayaan, sejarah, pariwisata, perekonomian dan sebagainya, yang menjadi ciri khas dari suatu daerah/ negara.
2. Potensi local content perusahaan salah satunya sejarah perusahaan, perkembangan produk yang dihasilkan, dokumentasi suatu media. 3. Potensi local institusi pendidikan atau perguruan tinggi yang terdiri para
akademisi, reseachter, tenaga non edukatif sebagai pengguna informasi pengetahuan aktif yang menghasilkan riset penelitian, Skripsi, Tugas Akhir, Laporan Akhir, artikel ilmiah, materi kuliah, kumpulan kebijakan pimpinan perguruan tinggi, sejarah perguruan tinggi atau event-event yang dilaksanakan oleh institusi/perguruan tinggi yang didokumentasikan baik tercetak maupun terekam.
Dari pendapat Setiawati di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimakud dengan local content adalah segala sesuatu yang merupakan sumber pengetahuan/ informasi yang asli dihasilkan oleh suatu institusi/ lembaga, perusahaan atau daerah sampai dengan negara, yang dapat dijadikan sumber pembelajaran baik dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam. Misalnya Potensi suatu daerah/ negara yang menjadi ciri khas dari suatu daerah/ Negara, potensi local content perusahaan, potensi lokal institusi pendidikan atau perguruan tinggi serta potensi lokal lainnya yang dihasilkan oleh para professional.
Pengembangan perpustakaan digital tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pustakawan yang handal dan pustakawan yang menerima perkembangan teknologi. Untuk itu upaya-upaya pengembangan pustakawan agar selalu mengetahui perkembangan teknologi terus-menerus dilakukan. Pola pikir tradisional harus ditinggalkan menuju pola pikir terbuka dan mengikuti perkembangan teknologi. Kegiatan pustakawan tidak cukup hanya melakukan katalogisasi, klasifikasi, layanan sirkulasi, dan layanan referensi secara manual, tetapi harus lebih dari itu. Pustakawan harus mampu melakukan penelusuran informasi, pengembangan koleksi, pengolahan koleksi dan penyebarluasan informasi secara elektronik.