• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TAHAPAN PENGEMBANGAN SISTEM DAPODIKMEN

4.1. Perancangan Database

Ditjen Dikmen menaungi beberapa direktorat teknis yaitu Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Pembinaan PKLK, dan Direktorat Pembinaan PTK. Dari sudut pandang kebutuhan data, masing-masing direktorat tersebut memiliki fokus berbeda-beda, kondisi ini mengarahkan pihak sekretariat agar memperhatikan lebih detail kondisi masing-masing Direktorat Teknis.

Tahap awal perancangan database dimulai dengan mengembangkan formulir Sekolah, PTK, dan Peserta Didik. Ketiga formulir ini dirancang untuk menggambarkan kondisi yang akan dijaring oleh sistem pendataan menggunakan Aplikasi Dapodikmen. Formulir dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat penjaringan, tetapi untuk memastikan apakah database hasil rancangan nanti mampu melayani kebutuhan data seperti yang diharapkan.

Jika diamati, perbedaan mendasar antar jenjang di Ditjen Dikmen adalah masalah penjurusan dan peminatan. Jenjang SMA tidak terlalu banyak memiliki jenis jurusan jika dibandingkan dengan jenjang SMK. Sedangkan jenjang PKLK, penjurusannya ditentukan oleh ketunaannya. Cita-cita awal dibangunnya dapodikmen adalah penyatuan struktur database untuk seluruh jenjang dengan tambahan kekhususan jika diperlukan oleh masing-masing jenjang. Pada tahap ini, ditemukan beberapa ciri khusus dari masing-masing jenjang. Di Direktorat Pembinaan SMA, pengakuan sertifikasi ISO melekat pada satuan

pendidikan, sedangkan di Direktorat Pembinaan SMK, pengakuan sertifikat ISO melekat pada jurusan/program studi.

Tahap perancangan database juga melibatkan Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) karena unit kerja ini yang bertugas untuk menerbitkan seluruh referensi data yang akan digunakan oleh Aplikasi yang dikembangkan oleh unit utama.

Struktur database diinisiasi oleh tim yang terdiri dari unsur Unit Utama (Setditjen Dikdas dan Setditjen Dikmen), Pusat Data dan Statistik Pendidikan, dan Direktorat Teknis Terkait di seluruh Unit Utama.

Secara garis besar, database yang akan dibangun nanti harus mampu menjawab permasalahan-permasalahan berikut:

1. Dapat menyajikan data satuan pendidikan secara longitudinal dari awal penerapan Dapodikmen sampai tahun terakhir.

2. Dapat menyajikan data individu satuan pendidikan, data individu PTK yang terkait dengan satuan pendidikan, data individu Peserta Didik yang terkait dengan satuan pendidikan dan PTK.

3. Dapat menampung informasi pembelajaran masing-masing individu peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku.

4. Dapat menampung informasi nilai hasil belajar (rapor) masing-masing individu peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku.

5. Dapat disinkronisasi dengan database Pusat Data dan Statistik Pendidikan.

6. Dapat disinkronisasi dengan database Front End yang terdapat di Sekolah.

4.1.1. Rancangan Sistem

Desain atau perancangan merupakan suatu proses untuk mendefinisikan arsitektur, komponen-komponen, antarmuka, dan beberapa karakteristik suatu sistem. Dengan adanya desain, model

suatu sistem bisa dievaluasi dan dianalisa apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.

Secara umum, desain sistem ini ditujukan untuk menjadi pedoman (guideline) dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan upaya untuk menjadikan data pendidikan tersedia, bermanfaat dan dapat dipercaya.

Secara khusus, desain sistem ini dijabarkan dalam bentuk yang lebih praktis. Sesuai dengan kriteria data yang dikehendaki pada Bab Sebelumnya, desain sistem data pendidikan ini merupakan cara menata data pendidikan agar memenuhi kriteria:

a. Memenuhi persyaratan data individual, relasional dan longitudinal.

b. Memungkinkan untuk pemakaian data secara bersama. c. Tahan terhadap perubahan proses.

d. Mampu menangani volume yang sangat besar. e. Kualitas data selalu meningkat.

Untuk selanjutnya dalam bab ini akan dijelaskan lebih detail mengenai arsitektur sistem, rancangan struktur basisdata Dapodik, rancangan mekanisme, strategi pemenuhan kualitas data, serta strategi peningkatan kualitas sistem.

4.1.2. Arsitektur Sistem

Arsitektur sistem secara umum dapat didefinisikan sebagai cara membagi sistem menjadi subsistem-subsistem dan menetapkan cara interaksinya (antar subsistem), sedemikian rupa sehingga sistem secara keseluruhan layak untuk dibangun (feasible), dapat dikembangkan (developable), handal (reliable), aman (secure) dan berkinerja baik (high performance).

4.1.3. Penerapan Prinsip “Single Source of Data

Pengertian sederhana dari prinsip "Single Source of Data" ini adalah bahwa perubahan satu item data hanya dapat dilakukan di satu titik saja. Semua yang memakai item data tersebut tidak perlu melakukan pengetikan ulang data yang berubah tersebut. Dengan demikian satu titik tersebut merupakan sumber tunggal, tidak boleh ada titik lain yang dapat mengubah item data tersebut.

Prinsip "Single Source of Data" akan mengefisienkan pengelolaan data. Dengan menyatukan sumber data, tidak perlu lagi melakukan rekonsiliasi data melalui proses matching. Setiap rekonsiliasi data yang berasal dari sumber berbeda membutuhkan upaya yang besar. Sebagian dari data tersebut dapat ditemukan pasangannya melalui pemrosesan kriteria dalam basisdata, tetapi sebagian lagi membutuhkan upaya manual karena data tersebut awalnya diproduksi oleh operator yang tentunya ada ketidakkonsistenan.

Untuk jumlah data yang tidak besar, memelihara beberapa sumber data masih dalam batas kemampuan untuk direkonsiliasi. Namun data pendidikan yang berskala nasional merupakan data yang sangat besar. Rekonsiliasi akan sangat mahal.

Prinsip "Single Source of Data" harus diterapkan secara tegas. Mekanisme yang kurang tepat dapat berpotensi merusak prinsip tersebut, misalnya penyalinan (copy) data. Tampaknya penyalinan tersebut logis dan masuk akal dapat memenuhi prinsip "Single Source of Data", tetapi karena sifat data yang dapat berubah sewaktu-waktu, salinan data tersebut tidak sama lagi dengan data terbaru. Upaya untuk menjadikan sama kembali, bisa dengan menyalin ulang dari data terbaru. Tetapi data lain, misalnya ada transaksi, yang merujuk pada salinan lama akan kehilangan rujukan. Hal ini dikarenakan proses penyalinan ulang harus menghapus data lama terlebih dahulu. Alternatif lain untuk menyamakan kembali adalah dengan melakukan

editing pada salinan agar sesuai dengan data terbaru. Tetapi ini juga mengandung potensi menerima human error.

Salinan data yang sudah berbeda dengan sumbernya dapat dikategorikan data dengan sumber yang lain. Atau dengan kata lain, sudah melanggar prinsip "Single Source of Data".Basisdata yang mengikuti prinsip "Single Source of Data" harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:

1. Mampu menampung semua data yang berlingkup nasional.

2. Merupakan rujukan yang persisten, dimana perujuk tidak akan kehilangan rujukan yang dikarenakan perubahan pada sumber data.

3. Kelengkapan data dapat diterima semua pengguna. 4. Validitas data dapat diterima.

5. Operasi data sederhana dan berkinerja baik (responsif).

4.1.4. Ruang Lingkup Dapodikmen

Idealnya, prinsip “Single Source Of Data” menyatukan media

penyimpanan untuk menyimpan semua data hasil dari kegiatan transaksional maupun pendataan yang tersimpan pada basisdata masing-masing aplikasi, untuk membentuk sebuah basisdata yang terpusat. Masing-masing basisdata aplikasi hanya bersifat sebagai media penampung data sementara, karena semua data nantinya harus dikirimkan ke basisdata pusat baik dengan sistem batch maupun

incremental. Untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan oleh masing-masing aplikasi akan dapat dikonsolidasi pada basisdata pusat. Basisdata pusat perlu mengeluarkan data referensi yang yang dijadikan pedoman bagi semua format data yang berlaku pada basisdata-basisdata semua aplikasi. Selanjutnya semua kebutuhan dan pemanfataan data akan dilakukan atau dilayani melalui/oleh basisdata

pusat ini. Pada kenyataannya, penyatuan seluruh basisdata tersebut tidaklah mungkin, mengingat:

1. Volume data pendidikan sangatlah besar.

2. Setiap aplikasi merupakan perwujudan dari kebutuhan informasi yang spesifik (purpose-driven). Aplikasi akan selalu berubah, karena kebutuhan informasi selalu berkembang.

3. Perubahan struktur data bagi aplikasi merupakan "perubahan besar" (major), penyatuan semua data hanya akan memperluas dampak perubahan struktur data.

Oleh karena itu, perlu pendekatan yang realistis untuk menerapkan prinsip "Single Source Of Data", yaitu dengan melakukan:

1. Membagi area data menjadi lapisan-lapisan diantaranya :

a. Data referensi. Merupakan rujukan format data, mutlak harus ditentukan dari satu titik saja.

b. Data pokok. Merupakan entitas utama pendidikan yang menerima "intervensi pembangunan", sehingga entitas ini merupakan unit (sasaran) manajemen terkecil. Data pokok dapat berasal dari banyak titik (misalnya sekolah), tetapi dikumpulkan dalam satu tempat, dan semua proses yang mempengaruhi perubahan data pokok serta status keberadaannya dilakukan di tempat tersebut.

c. Data Transaksional. Data transaksional meliputi catatan segala aktivitas yang terkait dengan entitas utama pendidikan; baik entitas utama tersebut sebagai subjek maupun objek.

2. Menetapkan lapisan data referensi dan lapisan data pokok untuk menerapkan prinsip "Single Source Of Data" secara ideal, yaitu diletakkan dalam satu basisdata terpusat.

3. Mengharuskan lapisan data transaksional agar mengacu pada lapisan data referensi dan lapisan data pokok. Data transaksional cukup disimpan di dalam basisdata lokal sistem transaksional

masing-masing. Apabila ada hasil transaksi yang penting untuk menjadi input bagi aplikasi-aplikasi lainnya, hasil transaksi tersebut sebaiknya disalin dalam basisdata terpusat tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa basisdata terpusat untuk data pendidikan adalah Data Pokok Pendidikan, yang didalamnya terdapat dua lapis data, yaitu:

1. Data referensi 2. Data pokok

4.1.5. Dapodik Sebagai Backbone Integrasi (Vertikal)

Pada konsep “Single Source Of Data”, semua kebutuhan dan

pemanfaatan data akan dilakukan atau dilayani oleh basisdata pusat. Dalam hal ini basisdata pusat tersebut adalah basisdata Dapodik. Dapodik sebagai basisdata pusat merupkan backbone dari integrasi. Sistem-sistem yang berada di dalam lingkungan Kemdikbud mengacu pada basisdata Dapodik sebagai backbone integrasi. Skema hubungan antara sistem-sistem yang berada di lingkungan Kemdikbud dengan basisdata Dapodik.

Komunikasi antara basisdata Dapodik dengan basisdata yang berada pada sistem-sistem di lingkungan Kemdikbud (sistem #1 sampai sistem #n) bersifat dua arah. Sistem-sistem di lingkungan Kemdikbud tersebut secara berkala melakukan sinkronisasi dengan basisdata Dapodik sehingga data yang ada di dalam sistem adalah data yang sudah terbaharui dan data yang berada di dalam Dapodik adalah data yang lengkap.

Gambar 33Hubungan Antara Data Dapodik dengan Sistem-Sistem diLingkungan Kemdikbud.

4.1.6. Integrasi Antar Jenjang Pendidikan (Horizontal) Sebelum basisdata Dapodik ada, data antar jenjang pendidikan terpisah, misal: data seorang siswa A ketika di SD terpisah dengan ketika siswa tersebut di SMP. Sehingga tidak terlihat adanya keterkaitan antar jenjang pendidikan. Padahal kenyataannya jenjang pendidikan yang lebih rendah menjadi prasyarat untuk jenjang pendidikan di atasnya. Misal, jenjang pendidikan SD menjadi prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan SMP, jenjang pendidikan SMP menjadi prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan SMA, dan seterusnya.

Agar hal tersebut tidak terjadi maka basisdata Dapodik harus bisa berperan sebagai sarana integrasi antar jenjang pendidikan. Untuk itu di dalam struktur basisdata Dapodik data seorang siswa hanya

disimpan sebagai satu data. Jika seorang siswa tersebut mengalami perubahan jenjang maka datanya akan dirubah melalui sistem transaksi. Di dalam Dapodik, seorang siswa hanya akan memiliki satu

identifier (ID). Identifier ini tidak akan berubah walaupun siswa tersebut pindah sekolah, naik jenjang ataupun yang lainnya. Dengan demikian histori dari seorang siswa akan selalu terekam walaupun sudah terjadi perubahan sekolah ataupun perubahan jenjang pendidikan.

<#1: bila ada penambahan data -- simple append, tidak ETL / tambahan atribut>

<#3: struktur basisdata harus bisa dipakai untuk mengevaluasi kelengkapan data, meski terbatas>

<#4: struktur terbuka untuk melakukan validasi dengan partisipasi luas>

4.1.7. Desain Terdistribusi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kemdikbud tidaklah mungkin (dengan teknologi yang ada saat ini) memusatkan basisdata pendidikan, dimana semua data tentang pelaku, penerima dan proses pendidikan ada di dalam basisdata tersebut. Selalu ada keterbatasan; mulai dari keterbatasan teknis, misalnya kapasitas penyimpanan, sampai pada keterbatasan kemampuan unit organisasi dalam menggalang, memvalidasi, memverifikasi dan memelihara data. Karena itu perlu ada pembagian atau partisi basisdata, agar didapatkan kinerja aplikasi yang tinggi.

Dengan teknologi basisdata yang modern, upaya untuk menjaga integritas data dalam satu basisdata adalah mudah. Akan tetapi,

Gambar 34Prinsip “single source of data” diterapkan secara logis untuk merangkai kelima repository yang ada di unit utama dan PDSP.

Basisdata terdistribusi adalah basisdata yang secara logical adalah satu namun secara fisik tersimpan dalam piranti yang terpisah-pisah. Beberapa alasan dipilihnya desain terdistribusi dalam basisdata ini adalah sebagai berikut:

pengumpulan data telah dinyatakan Inmen nomor 2 tahun 2011 sebagai tanggungjawab unit utama. Artinya, basisdatanya tidak satu lagi.Padahal, prinsip “single source of data” mutlak diperlukan untuk

mendasari platform pemanfaatan data secara bersama (shareable).

Oleh karena itu, prinsip “Single Source Of Data” ditarik ke atas menjadi “Level Logis”, bukan “Level Fisik” lagi. Kelima repository di keempat unit utama dan data warehouse di PDSP harus dapat dilihat sebagai

satu “Single Source Of Data”. Gambar 34 menunjukkan skema penyelenggaraan basisdata terdistribusi untuk secara bersama-sama

mengimplementasikan prinsip “Single Source Of Data” secara logis.

Prinsip “ ” diterapkan secara logis untuk merangkai

s,

Prinsip “ ” diterapkan secara logis untuk merangkai

Secara fisik ada repositori terpisah (terdistribusi) Secara logis, semuanya konsisten dan sinkron membentuk satu basisdata.

1) Performanya tinggi: pemrosesan query lebih cepat.

2) Kehandalan: karena data disimpan diberbagai piranti atau node, jika satu node mengalami crash maka tidak menyebabkan node yang lain tidak bisa diakses.

3) Ekspansi mudah: dapat disesuaikan dengan mudah sesuai dengan berkembangnya ukuran basisdata.

4.1.8. Sinkronisasi Sebagai Metode Distribusi

Instruksi Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2011 telah memerintahkan masing-masing sekretariat direktorat jenderal untuk melaksanakan pendataan. Hal ini tidak lain karena direktorat jenderal mempunyai legitimasi yang sangat baik untuk meminta data yang benar ke satuan pendidikan-satuan pendidikan di bawah binaannya. Masing-masing ditjen mempunyai basisdata pendataannya sendiri. Untuk memenuhi presyaratan kondisi “Single Source” tersebut, mutlak

diperlukan adanya satu mekanisme sinkronisasi. Gambar 35

menunjukkan basisdata tunggal yang “berevolusi” menjadi lima

basisdata, tetapi secara logis harus dapat dianggap sebagai satu basisdata. Sinkronisasi dilakukan dalam skema terpusat dengan PDSP sebagai pusatnya. Tanpa menentukan pusat, sangatlah tidak efisien apabila direktorat jenderal melakukan sinkronisasi secara bilateral, karena akan butuh 6 kanal sinkronisasi antar Direktorat Jenderal.

Gambar 35Evolusi dari basisdata ideal, menjadi 5 basisdata yang tersinkronisasi melalui basisdata PDSP.

4.1.9. Kodifikasi pada Primary Key

Nilai dari primary key pada basisdata Dapodik dibuat sesuai dengan aturan kodifikasi. Dimana kodifikasi primary key tersebut dibuat berdasarkan tingkat ketergantugan data dan laju perubahan data. Berdasarkan tingkat ketergantungan data dengan data lain serta laju perubahan data, data dibagi menjadi 4 kuadran.

1) Kuadran I: Data yang independen dan jarang berubah. Contoh: Agama, Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin.

2) Kuadran II: Data yang dependen dan jarang berubah. Contoh: Mata Pelajaran, Jenis Sarana, Kemampuan Ekonomi.

3) Kuadran III: Data yang independen dan laju perubahannya cepat. Contoh: Program Studi.

4) Kuadran IV: Data yang dependen dan laju perubahannya cepat. Contoh: Peserta Didik, PTK.

Untuk data yang jarang berubah, data yang berada pada kuadran I dan II, pembuatan primary key dengan menggunakan aturan sebagai berikut:

1) Kode sependek mungkin tetapi masih dapat menampung penambahan di kemudian hari.

2) Meaningful, agar memudahkan verifikasi semua perangkat lunak yang dibangun dengan mengacu data referensi.

3) Tertib urutan, agar memudahkan pencetakan atau pelaporan.

Contoh: primary key untuk Agama adalah berupa angka. “1” untuk agama Islam, ”2” untuk agama Kristen, ”3” untuk agama Katolik, dan seterusnya.

Untuk data yang laju perubahannya cepat, data yang berada pada kuadran III dan IV, pembuatan primary key dengan menggunakan aturan sebagai berikut:

1) Kode meaningless.

2) Verifikasi duplikasi menggunakan atribut-atribut selain kode.

Jenis primary key yang sesuai adalah dengan menggunakan GUID (Globally Unique Identifier). GUID adalah sebuah susunan angka yang bersifat pseudo-random (acak-semu) yang bisa digunakan untuk

primary key. GUID biasanya ditulis dalam bilangan heksadesimal dengan panjang hingga 128 bit (16-byte). Sehingga jumlah maksimum dari GUID yang dapat dibuat adalah 2128. Jumlah tersebut cukup banyak untuk dijadikan sebagai primary key. Contoh: primary key dari

peserta didik adalah “ID peserta didik” dengan tipe data GUID, maka

contoh nilainya “3F2504E0-4F89-11D3-9A0C-0305E82C3301”.

4.1.10. Topologi Relasional

Topologi basisdata yang digunakan dalam struktur basisdata Dapodik adalah topologi relasional. Topologi relasional ini menyimpan informasi mengenai data dan relasinya dalam tabel-tabel dua dimensi. Beberapa alasan penggunaan topologi relasional pada struktur basisdata Dapodik adalah:

1) Menghindari adanya redundansi karena struktur data sudah dinormalisasi sebelumnya.

2) Bisa mengeksekusi query yang sangat kompleks. Dengan basisdata relasional query yang melibatkan banyak tabel dapat dibuat dan dijalankan dengan mudah.

3) Tingkat kemanan meningkat. Dengan topologi relasional, data dapat disimpan ke dalam tabel yang terpisah. Tabel tertentu bisa

diakses dan tabel tertentu tidak bisa diakses. Contoh: tabel “PTK” dengan tabel “Tunjangan” dipisah. Tabel “Tunjangan” tidak bisa diakses oleh sembarang orang.

4) Memudahkan untuk melakukan manipulasi data, karena data disimpan di dalam tabel yang terpisah-pisah.

5) Hubungan antar data mudah untuk dipahami. Contoh hubungan relasional pada Dapodik ditunjukkan pada Gambar 36. Pada gambar tersebut tampak bahwa entitas PTK mempunyai relasi dengan Satuan Pendidikan dan Proses Belajar Mengajar. Entitas Satuan Pendidikan berelasi dengan PTK, Substansi Pembelajaran, dan Rombel.

Gambar 36Hubungan relasional Data Pokok Pendidikan.

4.1.11. Strong Reference

Hubungan antara data pokok dan data transaksi dengan data referensi di dalam struktur basisdata Dapodik bersifat kuat (strong). Tujuannya adalah untuk meningkatkan konsistensi data dan kevalidan data. Cara untuk membuat hubungan yang kuat tersebut adalah dengan melakukan standarisasi atribut dengan data referensi. Dengan kata lain, atribut-atribut pada suatu entitas yang nilainya bersifat konsisten dibuat melalui relasi entitas dengan data referensi dari pada berdiri sendiri sebagai atribut baru.

Sebagai contoh, Agama merupakan atribut dari Peserta Didik. Namun informasi dari Agama ini bersifat konsisten (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu). Oleh karena itu Agama tidak dijadikan sebagai atribut dari Peserta Didik melainkan dijadikan sebagai data referensi yang direlasikan dengan entitas Peserta Didik. Dengan demikian isi dari informasi Agama harus berada pada data referensi Agama. Struktur dari basisdata Dapodik yang bersifat strong reference

Gambar 37Contoh Struktur Basisdata Dapodik yang Bersifat Strong Reference. Gambar 37Contoh Struktur Basisdata Dapodik yang Bersifat Strong Reference.

4.1.12. Skala Nasional

Salah satu tujuan dibuatnya sistem basisdata Dapodik adalah terkumpulnya data pokok pendidikan dalam skala nasional dan lengkap sesuai dengan entitasnya. Selain itu, data Dapodik ini juga bisa dimanfaatkan oleh seluruh organisasi di lingkunagn Kemdikbud dalam skala nasional. Oleh karena itu, struktur dalam basisdata Dapodik dibuat supaya memenuhi berbagai kriteria berikut:

1) Scalable

Struktur basisdata dari Dapodik harus bisa menampung data yang laju pertumbuhannya besar karena data Dapodik ini menampung

data skala nasional. Mengenai kisaran laju pertumbuhan ukuran data Dapodik sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.

2) Simetris

Struktur basisdata yang berada di kementerian sama dengan struktur basisdata yang ada di satuan pendidikan-satuan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses sinkronisasi data antara data yang ada di satuan pendidikan dengan data di Kemdikbud.

3) Object approach

Primary key merupakan object id suatu entitas. Oleh karena itu sedapat mungkin suatu entitas menggunakan single primary key dari pada composite primary key. Hal ini akan memudahkan pengembang dalam mengembangkan suatu aplikasi. Selain itu untuk mengefisiensikan penyimpanan data, relasi dependen antar atribut diminimalkan.

4.1.13. Longitudinal

Struktur basisdata Dapodik dibuat untuk dapat menyimpan data longitudinal. Data longitudinal adalah data yang mempunyai banyak nilai karena berjalannya waktu. Data ini bersifat dinamis namun data yang lampau tidak hilang. Adapun tujuan penyimpanan data dalam bentuk longitudinal adalah data dapat digunakan untuk menelusuri riwayat objek yang diamati. Selain itu, data longitudinal juga bisa digunakan untuk membaca trend yang terjadi pada suatu objek.

Pada skema yang ada pada Gambar 38 selain terdapat Entitas Prasarana juga terdapat Entitas Prasarana Longitudinal. Entitas Prasarana Longitudinal tersebut berelasi dependen terhadap entitas Tahun Ajaran. Pada kenyataanya tingkat kerusakan suatu prasarana pada suatu sekolah untuk tahun ajaran yang berbeda terus berubah.

Gambar 38Contoh struktur basisdata Dapodik untuk menyimpan data longitudinal.

Dalam desain tersebut, tingkat kerusakan suatu prasarana disimpan dalam entitas Prasarana Longitudinal. Dimana data kerusakan prasarana ditambahkan ke dalam entitas Prasarana Longitudinal tanpa menghapus data kerusakan prasarana pada tahun ajaran sebelumnya. Data ini akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya tahun ajaran. Dengan mekanisme penyimpan tersebut maka organisasi dapat melihat trend kerusakan prasarana suatu sekolah dari tahun ke tahun.

4.1.14. Rujukan Persisten

Data yang berada pada basisdata Dapodik adalah data referensi dan data pokok. Data referensi dijadikan sebagai acuan data pokok dan data pokok dijadikan sebagai acuan data transaksi. Data referensi ini sangat jarang sekali berubah namun bukan berarti data referensi tidak pernah berubah. Jika suatu saat terjadi perubahan data referensi misal data referensi sudah tidak berlaku maka data referensi tidak boleh dihapus. Data referensi yang sudah tidak dipakai di-expired-kan (soft delete). Oleh karena itu dibuatlah skema expiration control seperti yang ditunjukkan pada Gambar 39.

Adapun tujuan diberlakukannya soft delete terhadap data referensi adalah untuk menyimpan histori dari data referensi serta menjaga

Dokumen terkait