• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANG DUNIA

Dalam dokumen Adolf Hitler (Halaman 161-176)

Di masa-masa liarku sebagai seorang anak berandalan, tak ada yang aku sesalkan kecuali dilahirkan pada masa-masa dimana penghargaan hanya diberikan kepada para pemilik toko dan pegawai pemerintah. Gelombang kejadian-kejadian yang bersejarah tampaknya telah hadir dengan sempurna sehingga untuk masa depan tampaknya hanya milik para peserta ‘kontes perdamaian Völker’ dalam arti sebuah pertandingan seni menipu yang aman tanpa melakukan metode pertahanan yang kejam. Berbagai negara mulai terlihat semakin mirip dengan perusahaan yang memotong anggaran satu sama lain, saling mencuri pesanan dan pelanggan, menghalalkan segala cara untuk lebih dulu jadi juara daripada yang lain dan merancang seluruh kejadian ini ditengah-tengah tampik sorak yang keras dan berbahaya.

Perkembangan ini tak hanya akan berlangsung terus menerus namun diharapkan pada masanya (layaknya direkomendasi secara umum) untuk me-model ulang seluruh dunia untuk menjadi satu swalayan besar, dimana ruang depan pasar itu hanya berisi para pengambil untung yang licik serta pegawai administrasi yang lemah yang akan dikumpulkan untuk selamanya. Inggris bisa menyediakan

pedagangnya, Jerman menyediakan pegawai administrasinya dan Yahudi tentunya harus menyerahkan diri mereka untuk menjadi pemiliknya. Menurut pengakuan mereka sendiri, mereka tak pernah mendapatkan uang, namun selalu ‘membayar’ tepat waktu, lagipula mereka berbicara dalam banyak bahasa daripada yang lainnya. Kenapa aku tak dilahirkan saja seratus tahun lebih awal? Katakanlah di masa

perang kemerdekaan, walaupun tanpa masalah tentu akan jauh lebih berharga! {Kehancuran yang mendekat}

Oleh karena itu aku mengikuti kemarahanku mengenai perjalanan dunia yang bagiku tampaknya terlambat di mulai dan menganggap periode ‘hukum dan aturan’ telah mendahuluiku sebagai tipu muslihat dari takdir yang kejam dan tak pantas. Bahkan ketika masih muda dulu, aku bukanlah seorang pasifis1 dan setiap usaha apapun untuk mendidikku ke arah ini hanya akan berakhir sia-sia. Bagiku perang Boer2 seperti petir di siang bolong. Setiap hari aku menunggu dengan tidak sabar hanya untuk membaca koran dan melahap berita-berita dan laporan-laporan yang

membahagiakan ketika menyaksikan perjuangan heroik walaupun dari jarak jauh. Perang Rusia-Jepang3 aku anggap lebih dewasa, namun lebih menarik perhatian, karena alasan nasionalisku mulai berpihak dan dalam suatu diskusi kecil aku berpihak pada Jepang. Dalam kekalahan Rusia aku sedang melihat keruntuhan Slav-Austria. Sejak waktu berlalu, apa yang ketika aku masih kecil terlihat seperti penyakit yang menahun. Sekarang aku sedang merasakan keheningan sebelum badai itu tiba. Pada awal periode aku tinggal di Wina, kaum Balkan berbaur dalam keadaan pucat kelabu kepengapan yang biasanya mendahului badai dari waktu ke

Mein Kampf volume I | 162 waktu, kini seberkas cahaya terang telah menyala hanya untuk kemudian

menghilang lagi di kegelapan.

Lalu terjadilah perang Balkan4 yang terdengar melalui tiupan angin dan Eropa menjadi gugup. Masa selanjutnya kini berada di dada para pemuda layaknya mimpi buruk. Hawa perang yang pengap seperti udara tropis yang hangat, sehingga karena kekhawatiran yang terus menerus rasa kehancuran yang semakin lama kini berubah menjadi sebuah gairah. Langit telah melepaskan kekangannya bagai takdir yang tak bisa dirintangi lagi. Lalu petir dahsyat itupun kini sedang menghunjam bumi. Badai sudah dihempaskan bersama petir dari langit dan bercampur raungan deretan bunyi Perang Dunia!

{Sahabat Slav terbesar yang mati terbunuh }

Ketika berita pembunuhan pangeran Franz Ferdinand sampai ke München

(kebetulan aku sedang duduk santai di tempat tinggalku dan mendengar berita itu samar-samar), aku langsung geram bahwa ternyata peluru yang menewaskannya ditembakan dari pistol seorang mahasiswa Jerman yang ingin membebaskan Volk Jerman dari musuh bebuyutannya, walau sang pangeran tetap berusaha

men-Slavisasikan Eropa. Akibat dari hal ini mudah dibayangkan: gelombang pembantaian itu kini akan ‘dibenarkan’ dan ‘dijelaskan’ di depan mata dunia! Namun ketika aku mendengar seorang tersangka pembunuhnya, karena aku membacanya sekali lagi bahwa ternyata dia orang Serbia. Rasa ngeri mulai menjalari diriku dari pembalasan takdir yang tak dapat dipahami ini.

Sahabat Slav telah ditembak oleh tangan seorang fanatik Slav. Siapapun yang selama beberapa tahun ini selalu mengamati hubungan Austria-Serbia akan merasa yakin bahwa sebuah batu besar telah digelindingkan tanpa bisa dihentikan lagi. Mereka yang sekarang mencaci maki pemerintah Wina mengenai bentuk dan isi ultimatum, akan menerima sebuah ketidakadilan. Tak ada kekuasaan lagi di dunia yang dapat bersikap berbeda dalam situasi dan posisi yang sama.

Di perbatasan tenggara Austria terdapat musuh bebuyutan yang setiap saat

menantang monarki dan tak akan berhenti sampai waktu yang diinginkannya untuk menghantam monarki itu tiba. Ada alasan bahwa hal ini akan terjadi dengan

kematian Kaisar tua. Pada saat itu mungkin monarki tak bisa melawannya dengan cermat. Tahun-tahun belakangan ini negara telah begitu menyatu dengan Franz Joseph sebagai seorang manusia sehingga kematiannya sebagai perwujudan Kekaisaran ini akan dirasakan oleh masyarakat yang serupa dengan kematian kekaisaran itu sendiri.

{Ultimatum Austria}

Memang ini adalah salah satu kelicikan politik Slav, yaitu dengan menciptakan gambaran bahwa negara Austria tidak dapat berdiri kecuali dengan mukjizat dan keunikan dari sebuah monarki. Pujian ini lebih disambut di Hofburg5, karena hal ini sama sekali tidak cocok dengan wibawa besar sang Kaisar. Duri yang tersembunyi dibalik puji-pujian ini tetap tidak bisa ditemukan. Para penguasa tidak melihat atau mungkin tak ingin melihat, karena semakin tergantungnya monarki kepada

Mein Kampf volume I | 163 semakin hancur situasinya jika takdir telah datang mengetuk pintu untuk meminta janji. Apakah Austria tua akan mungkin ada tanpa seorang Kaisar? Bukankah tragedi yang pernah menimpa Maria Theresa6 dapat terulang kembali?

Tidak, ini tidak adil bagi elit politik Wina yang mencela mereka untuk terburu-buru terlibat dalam perang yang sebenarnya dapat dihindari. Memang tak dapat lagi dihindari, namun bisa ditunda selama satu atau dua tahun kedepan. Namun inilah kutukan diplomasi Jerman dan Austria yang selalu berjuang untuk menunda

pembalasan yang pasti sampai suatu saat ketika harus menyerang pada waktu yang tidak tepat. Kita dapat diyakinkan bahwa usaha lebih lanjut untuk menyelamatkan perdamaian dapat membawa perang pada saat yang tidak tepat.

Tidak, siapapun yang tak menginginkan perang ini harus berani menanggung

akibatnya yang hanya bisa terdiri dari mengorbankan Austria. Bahkan ketika perang sudah datang, bukan dalam perjuangan melawan diri kita sendiri, namun dalam bentuk pemisahan monarki Habsburg. Lalu mereka yang mencela perang harus memutuskan apakah akan bergabung atau hanya menonton dengan berpangku tangan dan membiarkan takdir yang membawanya. Orangorang itu yang sekarang berteriak paling keras dalam mengutuk awal peperangan dan menawarkan pendapat paling bijak adalah mereka yang dengan fatalnya menyeret kita menuju perang. Selama bertahun-tahun kaum Sosial Demokrat telah dengan kejinya menghasut perang untuk melawan Rusia dengan alasan agama sangat aktif dengan menjadikan negara Austria sebagai tumpuan kebijakan Jerman. Sekarang kita terpaksa harus menderita akibat kegilaan ini. Apa yang sudah datang harus dihadapi dan tak bisa lagi kita hindari. Kesalahan dari pemerintahan Jerman adalah ketika dalam waktu damai selalu kehilangan waktu yang tepat untuk menyerang dan terjerat dalam persekutuan untuk perdamaian dunia, lalu menjadi korban koalisi dunia yang saling berlawanan dengan kepastian untuk perang dunia.

Jika pemerintah Wina memberikan ultimatum yang lebih ringan, ini tak akan merubah situasi kecuali satu hal yaitu bahwa pemerintahan akan tersapu bersih akibat kemarahan Volk. Karena di mata rakyat jelata, bunyi ultimatum akan terdengar terlalu lembut tapi brutal. Siapapun yang sekarang hendak

mempermasalahkannya bisa jadi orang itu bodoh atau pembohong bahkan penipu yang licik. Perjuangan tahun 1914 bukan perjuangan yang dipaksakan oleh masalah waktu, -tidak demi Tuhan!- tapi perjuangan itu diinginkan oleh seluruh Volk. Rakyat ingin mengakhiri seluruh ketidakpastian, dimana ketidakpastian ini hanya dapat diakhiri dengan mengorbankan dua juta lebih pemuda Jerman untuk maju dalam perjuangan ini. Mereka siap membela Tanah Air-nya sampai titik darah

penghabisan!

{Perjuangan kebebasan Jerman}

Bagiku masa-masa seperti itu adalah sebuah kondisi pelampiasan perasaan yang menyakitkan dari masa mudaku. Bahkan sekarang aku tidak malu untuk

mengatakan bahwa antusiasme yang menggebu-gebu telah menyergapku. Aku bersujud dan berterimakasih kepada surga yang datang dari jantung yang berdetak ini karena telah memberikan keberuntungan bagiku untuk hidup pada masa ini. Perjuangan untuk sebuah kebebasan kini telah dimulai. Dia lebih besar dari apa

Mein Kampf volume I | 164 yang bumi pernah lihat, karena sekarang guratan takdir telah dimulai dan keyakinan itu muncul pada rakyat jelata bahwa saat ini bukan nasib Serbia atau Austria, namun apakah bangsa Jerman akan terlibat atau tidak!

Untuk terakhir kalinya dalam beberapa tahun, Volk telah memiliki ramalan atas masa depannya. Maka dari itu tepat setelah permulaan pergulatan yang besar nada-nada lembut menjadi sebuah kenikmatan dari antusiasme yang berlebihan, karena

pengetahuan mengenai hal ini saja menyebabkan pemberontakan nasional seolah tampak kecil. Kesungguhan sangat perlu karena pada masa itu rakyat pada

umumnya tak memiliki pemikiran sedikitpun mengenai panjang atau lamanya pergulatan yang baru ini akan dimulai ini. Mereka berkhayal akan segera pulang kembali pada musim dingin itu untuk melanjutkan hidup dan memperbaiki kerja dengan damai.

Apa yang manusia inginkan sebenarnya adalah apa yang sudah dia harapkan dan percaya akan terwujud. Mayoritas yang mengagumkan dari bangsa ini sedang cemas dengan urusan negara yang tak pasti. Maka dari itu dapat dipahami pula bahwa mereka tidak lagi percaya pada penyelesaian damai atas konflik Austria-Serbia, namun berharap pada penyelesaian terakhir, yaitu perang! Aku merupakan salah satu diantara yang sejuta ini. Berita tentang pembunuhan ini tak begitu diketahui di München sehingga dalam sekali dua kali pikiranku bergetar. Akhirnya perang tak bisa dihindari lagi, dan lebih lagi sekarang negara Habsburg terpaksa harus menjaga perjanjian mereka. Yang paling aku takutkan adalah adanya

kemungkinan bahwa Jerman suatu hari akan terlibat dalam konflik yang tidak secara langsung disebabkan oleh Austria ini. Mungkin sebab dari persekutuan ini, sehingga negara Austria dengan alasan kebijakan domestik tak akan mengerahkan

kekuatannya untuk berdiri di balik sekutunya: Jerman. {Tujuan perjuangan kebebasan}

Mayoritas Slav di kekaisaran ini mungkin dengan segera memulai untuk

mensabotase maksud-maksud seperti itu atas nama negara, dan lebih memilih untuk menghancurkan seluruh negeri menjadi berkeping-keping daripada

mengabulkan permintaan tolong sekutunya. Bahaya itu kini telah hilang. Negara tua ini harus memilih untuk bertempur, suka atau tidak suka. Posisiku sendiri dalam konflik ini sangat sederhana dan jelas, ialah bagiku bukan berarti Austria bertempur demi kepuasan Serbia, namun Jerman berjuang demi keberadaan Austria. Bangsa Jerman untuk kematian dan kebebasan masa depan.

Waktu pertarungan telah tiba untuk karya Bismarck ini. Apa yang pendahulu itu telah menangkan di pertempuran Weissenburg sampai Sedan dan Paris7, Jerman yang masih muda kini harus lebih mudah dicapai. Jika perjuangan sampai memperoleh kemenangan, Volk kita akan memasuki lingkaran dalam negeri-negeri hebat yang dilihat dari sudut pandang kekuatan luar, dan barulah Reich Jerman dapat menjaga harga dirinya sendiri dalam kedamaian tanpa harus membuat anak-anak bangsanya kelaparan.

Sebagai pemuda aku seringkali merasakan adanya keinginan untuk bisa

membuktikan setidaknya untuk sekali ini saja dengan membuktikan bahwa bagiku antusiasme nasional bukan omong kosong. Adalah sebuah dosa bagiku untuk

Mein Kampf volume I | 165 berteriak ‘horee’ tanpa ada hak untuk meneriakannya. Karena siapa yang pantas

meneriakan kata ini tanpa membuktikannya dimana semua permainan telah berakhir dan tangan Dewi Nasib mulai menimbang Volk dan manusia menurut kebenaran dan keteguhan keyakinan mereka?

{Memasuki resimen Bayern}

Kemudian layaknya jutaan orang lainnya, hatiku meluapkan rasa bahagia yang amat sangat sehingga akhirnya aku mampu menebus diriku dengan hal-hal yang

menghanyutkan ini. Aku seringkali menyanyikan ‘Deutschland über Alles’ dan

meneriakan ‘Heil8’ dengan sepenuh nafasku, sehingga tampaknya nyanyian dan

teriakan tersebut merupakan perbuatan anggun yang terlambat untuk berdiri sebagai saksi dalam pengadilan akhir dari hakim abadi lalu memproklamirkan ketulusan keyakinan ini. Karena dari saat pertama aku merasa yakin bahwa dalam hal perang -yang tampaknya sudah pasti bagiku- dalam satu hal aku harus segera meninggalkan semua buku-buku kesayanganku. Demikian juga aku tahu bahwa tempatku

sekarang adalah dimana kata hatiku akan mengarahkannya. Aku telah

meninggalkan Austria untuk sebuah alasan politis. Apalagi yang lebih alami dari itu? Sekarang perjuangan telah dimulai dan aku harus mulai bertanggung jawab akan keyakinanku ini! Aku tidak ingin bertempur hanya untuk satu negeri Habsburg, namun aku sudah siap kapan saja untuk seluruh Volk dan Reich.

Tanggal tiga Agustus aku mengirimkan sebuah petisi pribadi pada Yang Mulia Ludwig III dengan satu permintaan untuk bisa memasuki resimen Bayern. Kantor Kabinet tentunya punya banyak setumpuk pekerjaan pada saat itu dan begitu

bahagianya aku menerima jawaban atas permintaanku pada hari kemudian. Dengan tangan yang bergetar aku membuka amplop dokumen tersebut, dan permintaanku disetujui yang kemudian aku dipanggil untuk melaporkannya pada resimen Bayern. Kebahagiaan dan rasa terimakasihku tak terhingga. Beberapa hari kemudian aku sudah memakai seragam dan lencana yang tidak akan pernah kulepaskan sampai enam tahun lagi kedepan! Bagiku layaknya bagi setiap pemuda Jerman, sekarang telah dimulailah sebuah keberadaan duniawi yang terbesar dan tak bisa dilupakan. Dibandingkan dengan kejadian pertempuran maha dahsyat ini, semua kejadian-kejadian dimasa lalu itu kini terasa menjadi kecil. Persisnya pada hari ini, dengan peringatan ke sepuluh kejadian besar ini semakin mendekati, aku menerawang kembali dengan penuh rasa bangga sekaligus terharu pada minggu-minggu awal perjuangan heroik dari Volk kami, dimana takdir telah mengizinkanku untuk ambil bagian.

{Api pembaptisan}

Seperti pada hari kemarin, gambaran demi gambaran tentang masa laluku mulai teringat kembali. Kini aku melihat diriku memakai seragam diantara kawan-kawanku, lalu kami keluar pertama kali untuk latihan dan lain-lain. Sampai suatu hari datang bagi kami kesempatan untuk latihan berbaris. Kekhawatiran menghantuiku saat itu, mungkin begitu pula dengan kawan-kawanku yang lain: Akankah kami tiba terlambat di garis depan? Sesaat demi sesaat hal ini membuatku merasa menjadi tidak

nyaman. Maka dari itu aku membayangkan tentang segala hal yang

Mein Kampf volume I | 166 Setetes kepahitan masih bisa sedikit tersembunyikan, karena setiap kemenangan baru akan meningkatkan bahaya jika kami terlambat.

Akhirnya datang juga hari dimana kami meninggalkan München untuk memulai sebuah pemenuhan tugas baru kami. Untuk pertama kalinya aku melihat sungai Rhein ketika kami bergerak menuju barat untuk membelanya melalui sungai yang tenang ini. Inilah sungainya sungai Jerman yang harus kami rebut dari keserakahan musuh. Ketika melalui cadar pagi hari yang lembut di monumen Niederwald, tampak di bawah sinar matahari yang syahdu, seorang pengawas Rhein telah mengaumkan bunyi kereta api dibalik cerahnya langit pagi. Aku merasa jantungku seakan

meledak!

Lalu datanglah malam yang lembab dan dingin di Flanders9. Kami melaluinya dengan suasana hening. Lalu ketika matahari mulai muncul lagi dari balik kabut, tiba-tiba sambutan desingan peluru memecah ketenangan pagi kami. Di atas kepala dengan letusannya yang tajam, peluru-peluru itu berseliweran menuju kami dan merobek-robek tanah yang masih basah. Namun sebelum kabut tipis itu mulai

menghilang, dari dua ratus tenggorokan prajurit terdengar teriakan ‘horeee!’ pertama terdengar untuk menyambut malaikat maut!

{Dari sukarelawan perang menjadi prajurit senior}

Suara gemuruh dan letusan, nyanyian dan deru senapan mesin telah dimulai. Dengan mata yang nanar, setiap dari kami maju ke depan dengan cepat sampai melewati perkebunan lobak dan tanam-tanaman lalu pertempuran pun di mulai. Pertempuran laki-laki melawan lakilaki sejati! Dari kejauhan samar-samar sebait lagu sedang mencapai telinga kami, dan lagu itu semakin mendekat. Dari setiap kompi ke kompi lainnya, ketika ajal kematian sedang sibuk mengaduk-aduk pasukan kami, lagu itu sudah tiba dan kami meneruskannya: ‘Deutschland, Deutschland über Alles,

über Alles in der Welt!‘ Empat hari lagi kami akan kembali. Derap langkah sepatu

lars kami bahkan kini telah berubah. Pemuda-pemuda yang masih berumur tujuh belas tahun itu kini sudah terlihat seperti laki-laki dewasa!

Para sukarelawan dari resimen terdaftar ini mungkin belum mempelajari bagaimana caranya bertempur dengan benar dan pantas, namun mereka akan segera tahu bagaimana rasanya tewas seperti prajurit-prajurit senior. Ini adalah sebuah

permulaan baru. Begitulah kami dari tahun ke tahun, namun romansa pertempuran itu telah digantikan oleh situasi horor yang menakutkan. Semangat tempur jadi mengkerut dan kebanggaan yang meluap-luap itu kini tergantikan oleh ketakutan yang paling mematikan. Waktunya telah tiba ketika setiap laki-laki harus berjuang demi naluri bertahan hidup dan pengabdian pada tugas. Aku juga mengalami pergulatan yang hebat ini. Selalu ketika kematian sedang membayangi, sesuatu yang samarsamar dalam diri ingin berontak keluar dan mencoba untuk

memunculkan dirinya pada tubuh yang sedang lemah ini sebagai sebuah alasan. Namun itu hanyalah sikap kepengecutan yang sedang mencoba menjerat individu. Sebuah peringatan menakutkan sedang menyentak, dan seringkali nurani

terakhirlah yang akan menentukan setiap permasalahan. Semakin suara itu

memperingatkan akan adanya bahaya, semakin keras dan kukuh pula nuraniku itu menggoda. Perlawanan yang tegas tumbuh sampai akhirnya setelah pergulatan

Mein Kampf volume I | 167 batin yang lama, kesadaran terhadap tugas itulah menjadi pemenangnya. Pada musim dingin 1915-1916 perjuangan ini telah diakhiri. Keinginan akhirnya menjadi penguasa atas diriku. Jika dalam hari-hari pertama pertempuran itu aku berbahagia dan banyak tertawa, sekarang aku menjadi lebih tenang dan yakin. Aku menjadi tahan banting.

Sekarang tanpa ketakutan atau akal menjadi runtuh, takdir tetap saja masih mengujiku. Sukarelawan muda itu kini telah menjadi seorang prajurit senior! {Monumen keabadian}

Transformasi ini telah menyeluruh di seluruh angkatan bersenjata. Transformasi ini telah mengeluarkan kekerasan dan kebijakan dari pertempuran abadi dan bagi mereka yang tak tahan badai mereka akan patah. Sekarang adalah waktunya untuk menilai sebuah Angkatan Bersenjata. Sekarang setelah dua atau tiga tahun, dimana pada waktu itu aku terlempar dari satu pertempuran ke pertempuran lainnya,

selamanya aku harus bertempur melawan kehebatan musuh dalam jumlah dan senjata, kelaparan dan hidup melarat. Sekaranglah waktunya bagiku untuk menguji kualitas dari prajurit-prajurit yang unik ini. Seribu tahun boleh berlalu, namun tak mungkin memperbincangkan heroisme tanpa menyebutkan Angkatan Bersenjata Jerman dan Perang Dunia. Lalu dari kabut masa lalu, wajah dari helm berwarna abu-abu itu akan muncul dengan gagah berani dan sigap untuk menjadi monumen abadi.

Selama masih ada orang Jerman yang hidup, mereka akan mengingat bahwa laki-laki ini adalah putra-putra Volk mereka. Waktu itu aku seorang prajurit dan tak ingin membincangkan urusan politik. Sebenarnya, waktunyalah yang tidak tepat. Bahkan sekarang aku yakin bahwa pengemudi kereta yang rendah hati lebih berjasa pada Tanah Air daripada yang lainnya, katakan saja para anggota parlementer. Aku membenci mulut-mulut besar ini ketika setiap lakilaki yang berdarah merah itu mengatakan sesuatu sambil berteriak-teriak ke arah wajah musuh dan

meninggalkan lidahnya di rumah atau melakukan tugasnya dengan hening di tempat lain.

Ya, pada masa itu aku membenci semua politisi. Kalau terserah padaku, batalyon berlambang sekop dan beliung akan terbentuk dari anggota parlemen ini, kemudian mereka dapat mengunyah lemak dari hati mereka sendiri tanpa saling mengganggu, bahkan mereka sangat membahayakan bagi masyarakat yang jujur dan sopan. Maka pada saat itu aku tak ingin sekali mendengar urusan-urusan politik, namun aku tak kuasa juga ingin berpendapat mengenai perwujudan tentang hal-hal tertentu yang tentunya mempengaruhi seluruh bangsa dan khususnya yang berhubungan dengan kami, para prajurit.

{Seni mematikan semangat }

Ada dua hal yang membuatku sangat marah dan aku anggap berbahaya. Setelah

Dalam dokumen Adolf Hitler (Halaman 161-176)

Dokumen terkait