• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Shiffin

Dalam dokumen Riwayat Hidup Ahlul Bait as (Halaman 67-69)

Belum lagi sempat beristirahat untuk menghilangkan kepenatan akibat perang Jamal, Imam Ali as. telah mendapat ujian berat dari musuh pemakar yang tidak pernah memiliki satu pun nilai-nilai insani. Dia menggunakan taktik kemunafikan, tipu daya, dan khianat. Dia mahir dan terbiasa dengan karakrer buruk ini. Dia adalah Mu‗âwiyah bin Abu Sufyan yang dijuluki oleh para pendukungnya dengan sebutan Kisra Arab. Mereka menyerahkan kekuasaan Syam kepadanya, sedang mereka tidak memperhatikan lembaran-lembaran tingkah lakunya yang hitam. Mereka juga tidak memperhatikan

bahwa ia berasal dari pohon yang terkutuk seperti ditegaskan oleh Al-Qur‘an. Apakah

mereka tidak pernah mendengar tentang berbagai peperangan destruktif yang telah disulut oleh Abu Sufyân dan Bani Umayyah untuk menentang Rasulullah saw., padahal realita itu belum berlalu terlalu lama? Kemaslahatan apa yang diperoleh kaum muslimin dengan mengangkat srigala bodoh itu sebagai penguasa Syam sebagai daerah terpenting bagi negara Islam? Mengapa mereka tidak menyerahkan kedudukan yang berharga itu kepada putra-putra Rasulullah saw. atau kepada orang-orang pilihan dan terdidik dari putra-putra suku Aus dan Khazraj yang telah rela berjuang dengan baik untuk menegakkan ajaran Islam?

Ringkasnya, Mu‗âwiyah telah mengerahkan pasukannya menuju ke Shiffin untuk memerangi saudara dan pintu kota ilmu Rasulullah saw. Pasukan Mu‗âwiyah berhasil menguasai sungai Furat dan mencegah pasukan Imam Ali as. untuk mengambil sir minum. Pasukan Mu‗âwiyah menganggap hal ini sebagai sebuah prolog kemenangan.

Imam Ali as. mengerahkan pasukannya untuk membasmi musuh penipu yang telah mencabut ketaatan dan bergegas kepada fitnah itu. Pasukan Imam Ali as. percaya dan yakin betul bahwa mereka sedang memerangi musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.

Pasukan Imam Ali as. tiba di Shiffin. Mereka melihat sungai Furat telah dikelilingi dan dikuasai oleh pasukan Mu‗âwiyah. Pasukan Islam tidak memiliki jalan lain untuk memperoleh air minum. Sementara pasukan Mu‗âwiyah tetap menghalangi mereka untuk mengambil air minum. Seorang komandan pasukan Imam Ali bertekad untuk menyerang dan memporak-porandakan barisan pasukan Mu‗âwiyah. Sekelompok pasukan Imam Ali menyerang pasukan Mu‗âwiyah dengan ksatria. Pasukan Imam Ali berhasil menyingkirkan mereka dari sungai Furat dan menimpakan kerugian yang memalukan kepada mereka. Sebagian pasukan Imam Ali meminta supaya Imam Ali as. memperlakukan pasukan Mu‗âwiyah seperti itu pula. Imam Ali as. menolak permohonan pasukannya itu. Karena syariat Islam tidak membenarkan tindakan semacam itu. Sesungguhnya air itu diperbolehkan untuk diminum sekalipun kepada anjing dan babi.

Imam Ali as. mengutus beberapa orang kepada Mu‗âwiyah untuk melakukan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah. Tetapi Mu‗âwiyah menolak usulan itu. Dia tetap membangkang dan menentang. Api peperangan pun berkobar antara kedua pasukan dan berlangsung hingga dua tahun lamanya. Pertempuran yang paling dahsyat terjadi adalah pertempuran yang terjadi pada malam Al-Harîr. Pertempuran ini telah menelan korban sebanyak 70.000 prajurit dari kedua belah pihak. Dalam peperangan ini pasukan Mu‗âwiyah mengalami kekalahan telak. Pasukannya porak poranda dan ia hendak melarikan diri. Tetapi ia mengurungkan niatnya itu setelah ingat syair Ibn Ithnâbah.

Mempermainkan Mushhaf

Pasukan Imam Ali as. melakukan penyerangan di bawah komando Malik Al-Asytar. Ia hampir saja meraih kemenangan. Jarak antara mereka dengan kemenangan atas

Mu‗âwiyah hanyalah seukuran memerah susu kambing. Tetapi ‗Amr bin ‗Ash, sang penipu ulung, telah mengatur siasat untuk memporak-porandakan pasukan Imam Ali as. dan menggulingkan kepemimpinannya. Ibn ‗Ash telah menjalin hubungan dengan Asy‗ats bin Qais dan beberapa komandan pasukan Imam Ali as. secara rahasia.Dia telah berhasil menipu, mengiming-imingi, dan memberikan uang sogok kepada mereka. Mereka sepakat untuk mengangkat mushhaf Al-Qur‘an dan mengajak muslimin untuk tunduk kepada hukum Al-Qur‘an berkenaan dengan perkara yang sedang mereka perselisihkan itu. Pengangkatan mushhaf dimulai dan seruan pasukan Mu‗âwiyah untuk bertahkim kepada Al-Qur‘an terdengar nyaring. Tipu daya ini laksana halilintar bagi

pasukan Imam Ali as. Sebanyak lebih dari dua puluh ribu prajurit yang berteriak mengajak untuk bertahkim kepada Al-Qur‘an. Imam Ali as. memperingatkan dan

menasihati mereka bahwa semua itu hanyalah sebuah tipu daya belaka. Mu‗âwiyah

terpaksa melakukan siasat ini karena pasukannya telah lemah dan tidak dapat berdiri tegak lagi. Tetapi pasukan Imam Ali as. tidak mau mengerti. Bahkan mereka mengancam bila Imam Ali as. tidak mengabulkan permohonan mereka itu. Akhirnya Imam Ali as. terpaksa mengabulkan permintaan mereka. Pada saat-saat yang genting dan mengkhawatirkan itulah kekhalifahan Imam Ali as. berakhir dan tenggelam cahayanya.

Penentuan Abu Mûsâ Al-Asy‘arî

Setelah peristiwa itu, berbagai peristiwa besar berturut-turut menimpa Imam Ali as. Di antaranya adalah penentuan Abu Mûsâ Al-Asy‗arî sebagai wakil pasukan Irak (untuk menghadiri proses tahkim). Imam Ali as. menolak penentuan tersebut. Tetapi mereka memaksa Imam Ali as. untuk memilihnya sebagai wakil mereka. Pasukan Syam memilih ‗Amr bin ‗Ash sebagai wakil mereka. Ia berhasil menipu Al-Asy‗arî. Sebelumnya, ‗Amr dan Al-Asy‗arî telah sepakat untuk mencopot kekhalifahan Imam Ali as. dan Mu‗âwiyah, dan memilih Abudullah bin Umar sebagai pemimpin kaum muslimin. Al-Asy‗arî merasa gembira dengan keputusan ini. Ketika tiba waktu bertahkim, Al-Asy‗arî mencopot kekhalifahan Imam Ali as., tetapi ‗Amr bin ‗Ash menetapkan kekhalifahan Mu‗âwiyah.

Dalam dokumen Riwayat Hidup Ahlul Bait as (Halaman 67-69)

Dokumen terkait