• Tidak ada hasil yang ditemukan

a.2. Perangkat Representasi Politik

Secara umum, eksistensi serta kinerja peraturan dan regulasi formal maupun non-formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan representasi politik cenderung diakui dan mendukung di empat daerah yang disurvei. Namun secara umum pula, cakupan geografis dan substansi peraturan dan regulasi formal dan non-formal yang mendukung instrumen/ institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan representasi politik tersebut cenderung dinilai kurang luas dan kurang mencakup keseluruhan aspek di empat daerah yang disurvei, kecuali beberapa institusi tertentu, seperti yang akan disampaikan lebih lanjut.

Sehubungan dengan eksistensi peraturan dan regulasi formal yang mendukung instrumen/ institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum keberadaannya diakui di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 12 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai relatif paling bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Batang, sementara yang cenderung

relatif kurang bagus dibanding daerah lainnya yakni di Kota Pontianak. Sebanyak 50%, atau lebih, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi eksistensi peraturan dan regulasi formal yang mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian hanya menyangkut institusi “kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik” dan “partai berdasar kontrol anggota, respon dan tanggung jawab partai dan para kandidatnya kepada konstituen” di Kota Pontianak yang diakui keberadaannya hanya oleh 48% dan 44% informan-ahli.

Sehubungan dengan kinerja peraturan dan regulasi formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum kinerja peraturan dan regulasi formal tersebut mendukung di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 13 dalam Lampiran). Keadaan yang secara umum cenderung dinilai relatif paling bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Batang, sementara yang cenderung relatif kurang bagus dibanding daerah lainnya yakni di Kabupaten Tangerang. Sebanyak 50%, atau lebih, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi kinerja peraturan dan regulasi formal mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian hanya menyangkut institusi “kebebasan mendirikan partai di tingkat lokal dan nasional (termasuk peluang bagi calon independen), merekrut anggota, dan berkampanye untuk menduduki jabatan-jabatan di pemerintah” di Kabupaten Batang yang kinerjanya diakui hanya oleh 42% informan-ahli, “kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik” di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang kinerjanya hanya diakui oleh 44% informan-ahli, dan “independensi partai politik

dan para kandidat dalam Pemilu dari politik uang dan kepentingan yang terselubung” di Kabupaten Tangerang yang kinerjanya hanya diakui oleh 48% informan-ahli.

Sehubungan dengan cakupan geografis penerapan peraturan dan regulasi formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum kinerja peraturan dan regulasi formal tersebut kurang mendukung/kurang luas di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 14 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai relatif paling bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Ogan Komering Ilir, sementara yang cenderung paling kurang bagus tampaknya di Kabupaten Batang. Kurang dari 50%, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi keluasan cakupan peraturan dan regulasi formal yang mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian hanya menyangkut institusi “Pemilu yang bebas dan adil di tingkat pusat dan regional” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (50%) dan Kabupaten Tangerang (52%), “kebebasan mendirikan partai di tingkat lokal dan nasional (termasuk peluang bagi calon independen), merekrut anggota, dan berkampanye untuk menduduki jabatan-jabatan di pemerintah” di Kota Pontianak (56%), “independensi partai politik dan para kandidat dalam Pemilu dari politik uang dan kepentingan yang terselubung” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (50%), dan “independensi partai politik dan para kandidat dalam Pemilu dari politik uang dan kepentingan yang terselubung” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (63%).

Sehubungan dengan cakupan substansi peraturan dan regulasi formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum cakupan substansi peraturan dan regulasi formal tersebut kurang mendukung/kurang mencakup keseluruhan aspek

di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 15 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai relatif paling kurang bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Tangerang. Kurang dari 50%, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi keluasan substansi peraturan dan regulasi formal yang mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian menyangkut institusi “Pemilu yang bebas dan adil di tingkat pusat dan regional” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (56%) dan kota Pontianak (57%), “kebebasan mendirikan partai di tingkat lokal dan nasional (termasuk peluang bagi calon independen), merekrut anggota, dan berkampanye untuk menduduki jabatan-jabatan di pemerintah” di Kota Pontianak (52%), “pencegahan penyalahgunaan sentimen, simbol, doktrin etnis dan agama oleh partai politik dan atau para kandidat” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (50%) dan Kota Pontianak (65%), serta “kemampuan partai dan para kandidat untuk membentuk dan menjalankan pemerintahan” di Ogan Komering Ilir (63%).

Sehubungan dengan kinerja peraturan dan regulasi non-formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum kinerja peraturan dan regulasi non-formal tersebut cenderung mendukung di daerah yang disurvei, kecuali Kabupaten Tangerang (lihat Tabel 16 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai relatif paling bagus di antara kelima daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Batang, sementara yang cenderung paling kurang bagus tampaknya di Kabupaten Tangerang. Sebanyak 50%, atau lebih, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi kinerja peraturan dan regulasi non-formal mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian hanya menyangkut institusi “kebebasan mendirikan partai di tingkat lokal

dan nasional (termasuk peluang bagi calon independen), merekrut anggota, dan berkampanye untuk menduduki jabatan-jabatan di pemerintah” di Kabupaten Tangerang (45%), “kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (44%) dan Kabupaten Tangerang (43%), “independensi partai politik dan para kandidat dalam Pemilu dari politik uang dan kepentingan yang terselubung” di Kabupaten Tangerang (35%), “partai berdasar atas kontrol anggota, respon dan tanggung jawab partai dan para kandidatnya kepada konstituen” di Kabupaten Tangerang (39%), dan “kemampuan partai dan para kandidat untuk membentuk dan menjalankan pemerintahan” di Kabupaten Tangerang (45%).

Sehubungan dengan cakupan geografis penerapan peraturan dan regulasi non-formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum cakupan peraturan dan regulasi non-formal tersebut cenderung kurang mendukung/kurang luas di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 17 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai relatif paling kurang bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kurang dari 50%, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi keluasan cakupan peraturan dan regulasi non-formal yang mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian hanya menyangkut institusi “Pemilu yang bebas dan adil di tingkat pusat dan regional” di Kabupaten Batang (65%) dan Kabupaten Tangerang (52%), “kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik” di Kabupaten Batang (54%) dan Kota Pontianak (52%), “pencegahan penyalahgunaan sentimen, simbol, dan doktrin etnis dan agama oleh partai politik dan atau para kandidat” di Kabupaten Tangerang (52%), dan “kemampuan partai dan para kandidat untuk

membentuk dan menjalankan pemerintahan” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (56%).

Sehubungan dengan cakupan substansi peraturan dan regulasi non-formal yang mendukung instrumen/institusi-institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik, secara umum cakupan substansi peraturan dan regulasi non-formal tersebut cenderung kurang mendukung/kurang mencakup keseluruhan aspek di semua daerah yang disurvei (lihat Tabel 18 dalam Lampiran). Keadaan yang cenderung dinilai paling kurang bagus di antara keempat daerah yang disurvei tampaknya berlangsung di Kabupaten Batang dan Kabupaten Tangerang. Kurang dari 50%, informan-ahli dari masing-masing daerah yang disurvei mengakui/mengkonfirmasi keluasan substansi peraturan dan regulasi non-formal yang mendukung institusi demokrasi berkenaan dengan perangkat representasi politik ini di daerahnya. Perkecualian menyangkut institusi “kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (50%), “independensi partai politik dan para kandidat dalam Pemilu dari politik uang dan kepentingan terselubung” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (50%), “partai berdasar kontrol anggota, respon dan tanggung jawab partai dan para kandidatnya kepada para konstituen” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (63%) dan Kota Pontianak (55%), serta “kemampuan partai dan para kandidat untuk membentuk dan menjalankan pemerintahan” di Kabupaten Ogan Komering Ilir (69%).

a.3. Perangkat Pemerintahan yang Demokratik dan