BAB III PERJUDIAN DALAM HUKUM PIDANA POSITIF
C. Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa perjudian diatur dalam pasal 303
KUHP sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling
banyak enam ribu rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin:
Ke- 1 Dengan menawarkan atau memberi kesempatan untuk bermain judi dan
menjadikan sebagai pencaharian atau dengan sengaja turut serta dalam
suatu perusahaan untuk itu.
Ke- 2 Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak
ramai untuk permainan judi atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau
dipenuhinya sesuatu tata cara.
Ke- 3 Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian.
(2) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.
(3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan dimana pada umumnya
kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga
karena pemainnya lebih terlatih atau mahir. Di situ termasuk segala peraturan
antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala
peraturan lainnya. 34
Selain perjudian itu diatur didalam pasal 303 KUHP, perjudian juga diatur di
dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian yang
menyebutkan bahwa:
Pasal 1: menyatakan bahwa semua perbuatan pidana perjudian sebagai kejahatan.
Pasal 2: ke (1): merubah ancaman pidana dalam pasal 303 (1) KUHP, dari pidana
penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya sembilan puluh ribu rupiah, menjadi pidana penjara
selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta
rupiah.
Ke (2): merubah ancaman hukuman dalam pasal 542 ayat (1) KUHP,
menjadi pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda
sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah.
Ke (3): ancaman pidana dalam pasal 542 ayat (2) KUHP, menjadi pidana
penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya lima
belas juta rupiah. 35
34Moelyatno, KUHP, h. 133.
Penertiban perjudian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
1974 tentang penertiban perjudian dimaksudkan, untuk membatasi perjudian sampai
lingkungan sekecil-kecilnya, sampai akhirnya menuju ke penghapusan sama sekali
dari seluruh wilayah Indonesia. Dan berdasarkan perkembangan keadaan pada saat
sekarang ini, dipandang sudah tiba waktunya untuk mengupayakan penghapusan
segala bentuk dan jenis perjudian di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk maksud tersebut dan dalam rangka mengatur tentang pelaksanaan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian, dipandang perlu
untuk melarang pemberian izin penyelenggaraan perjudian dalam suatu peraturan
pemerintah. Untuk itu pemerintah menerapkan peraturan-peraturan pemerintah
Nomor 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan penertiban perjudian yang menerapkan
bahwa
Pasal 1 :
(1) pemberian izin penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian
dilarang, baik perjudian yang diselenggarakan di Kasino, di
tempat-tempat keramaian, maupun yang dikaitkan dengan alasan-alasan
lain.
(2) Izin penyelenggara perjudian yang sudah diberikan, dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi sejak tanggal 31 Maret 1981.
Pasal 2 : Berdasarkan ketentuan pasal 4 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1979
tentang penertiban perjudian, (Lermbaran Negara Nomor 3040).
berlaku lagi semua peraturan perundang-undangan tentang perjudian
yang bertentangan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 3: Hal-hal yang berhubungan dengan larangan pemberian izin
penyelenggaraan perjudian yang belum diatur di dalam peraturan
pemerintah ini akan diatur tersendiri.
Pasal 4: Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkannya.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan perundangan
peraturan pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia. 36
D. Ancaman Pidana Perjudian
Sesuai pada bab yang kedua, penyusun menerangkan tentang pengertian
hukum pidana menurut syari'at Islam, maka pada ketiga ini, penyusun akan
menerangkan pengertian pidana menurut hukum positif, sebelum membahas tentang
ketentuan-ketentuan pidana perjudian.
Istilah "hukuman" yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat
mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah, Istilah tersebut tidak hanya sering
digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari di bidang
pendidikan, moral, agama, dan sebagainya.
36Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian Pasal 1-4.
Oleh karena itu "pidana" merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada
pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau
sifat-sifatnya yang khas.
Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat atau definisi dari para sarjana sebagai berikut :
1) Prof. Sukarto, SH :
Yang dimaksud dengan pidana ialah, pengertian yang sengaja dibebankan
kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
2) Prof. Roeslan Saleh :Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu
nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik itu. 37
Dari kedua definisi tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pidana
mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenalan penderitaan atau
nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.
2) Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai
kekuasaan yang berwenang.
3) Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana
menurut Undang-undang. 38
37
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung : Alumn Bandung, 2005), h. 2.
38
Sedangkan pada pasal 1 ayat (1) KUHP maka seseorang dapat dihukum bila
memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1) Ada suatu norma pidana tertentu.
2) Norma pidana tersebut berdasarkan Undang-undang.
3) Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan itu terjadi.
Dengan perkataan lain, tak seorangpun karena sesuatu perbuatan tertentu,
bagaimanapun jahatnya, dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu hukuman
berdasarkan Undang-undang terhadap perbuatan itu. 39
Jadi dalam hal pidana, fokusnya adalah pada perbuatan salah atau tindak
pidana yang tlah dilakukan oleh pelaku. Dengan perkataan lain, perbuatan itu
mempunyai peranan yang besar, dan merupakan syarat yang harus ada, kita juga
boleh mengharap atau berpikiran bahwa orang yang dikenakan pidana akan menjadi
lebih baik, tetapi bukan karena hal itu kita berbuat demikian, tujuan utamanya adalah
melakukan pencegahan terhadap perbuatan salah dan bukan perbaikan terhadap diri
pelaku sepanjang perhatian kita ditunjukkan pada :
1) Aktivitas seseorang di masa yang akan datang, untuk sesuatu yang telah
dilakukannya pada masa lalu.
2) Perlindungan terhadap orang lain, daripada perbaikan terhadap diri pelaku. 40
39
Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan yang dapat Dihukum (delik), Cet.III, (Jakarta :
Sinar Grafika,2006), h 3.
Perbuatan pidana adalah, perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum.
Larangan selalu disertai ancaman yang berupa pidana tertentu, dapat juga dikatakan
perbuatan pidana adalah, perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana, perlu diingat bahwa larangan ditunjukkan kepada perbuatan, (yaitu
suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan seseorang), sedangkan
ancaman pidananya ditunjukkan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu.
Antara larangan dan ancaman ada hubungan yang erat, oleh karenanya antara
kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu, ada hubungan yang erat pula.
Kejadian tidak dapat dilarang, jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang tidak
dapat diancam pidana, jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya. Dan
justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu, maka dipakailah perkataan
perbuatan yaitu, suatu pengertian abstrak, menunjuk kepada dua keadaan kongkrit;
pertama, adanya kejadian yang tertentu dan kedua, adanya orang yang berbuat,
sehingga dapat menimbulkan kejadian itu. 41
Di dalam kitab Undang-undang hukum pidana yang dapat diancam pidana
menurut pasal 303 KUHP ialah :
1) Orang yang dengan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan berjudi.
Sebagai mata pencaharian, yang dimaksud disini misalnya, seorang bandar
atau orang lain yang membuka perusahaan judi tanpa izin dari yang berwajib.
41
2) Orang yang dengan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan berjudi
kepada umum atau dengan sengaja turut campur dalam perusahaan perjudian,
dengan atau tanpa izin, atau cara dalam hal memakai kesempatan tanpa izin.
3) Orang yang turut serta main judi sebagai mata pencaharian.
Orang yang mengadakan perjudian, seperti diterangkan di atas ini diancam
menurut pasal ini, sedang yang turut berjudi diancam menurut pasal 303 Bis. 42
Jika melihat penjelasan dan pembahasan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa unsur atau ketentuan perjudian yang dapat dianggap melawan
hukum adalah, dengan sengaja melakukan permainan judi atau memberi kesempatan
judi sebagai mata pencaharian atau dengan sengaja turut campur dalam perusahaan
tanpa izin yang berwajib.
Adapun menurut hukum pidana Islam, unsur perjudian yang dapat dianggap
melawan hukum adalah, setiap permainan judi yang dilakukan baik mendapat izin
pemerintah maupun tanpa izin pemerintah. Jadi kejahatan perjudian menurut hukum
Islam semua permainan judi. Walaupun perjudian tersebut diadakan oleh pemerintah
atau program pemerintah, seperti misalnya : SDSB, KSOB, dan sebagainya, semua
ini sesuai dengan ayat al-Qur'an, surat al-Maidah ayat 90 dan al-Baqarah ayat 219.
Adapun perjudian yang dilakukan dengan cara membonceng nomor SDSB
atau undian yang secara resmi diadakan oleh pemerintah, merupakan perbuatan yang
berlatar belakang politik, dalam arti luas yaitu, karena menyangkut kebijakan politik
pemerintah dalam bidang sosial budaya dalam pembangunan di bidang olahraga dan 42
di bidang kesejahteraan sosial. Artinya untuk meningkatkan mutu dan prestasi
olahraga, serta membantu menanggulangi berbagai permasalahan kesejahteraan
sosial. Tujuan pemerintah mengadakan SDSB atau sumbangan dana sosial berhadiah
merupakan, politik pemerintah dalam upaya meningkatkan pembangunan di bidang
olahraga dan membantu menanggulangi berbagai permasalahan sosial dari
kepentingan nasional.
Dan dengan adanya perjudian yang dilakukan dengan cara SDSB itu,
mengakibatkan masyarakat dari segala lapisan terutama masyarakat ekonomi lemah
terdorong untuk membeli lotre buntut, yang tidak resmi atau tanpa izin pemerintah.
Harganya jauh lebih murah, sehingga mengakibatkan peredaran undian resmi atau
SDSB terganggu yang mengakibatkan, dapat menghambat kebijakan politik
pemerintah dalam pembangunan di bidang olahraga dan kesejahteraan sosial.
Selain itu dengan adanya lotre buntut yang tidak resmi, dapat menyebabkan
masyarakat di kota maupun di desa disibukkan dengan pemecahan ramalan sehingga
menjadi kewajiban sehari-hari, yang pada akhirnya menjurus kepada perbuatan yang
BAB IV
ANALISIS PERBANDINGAN
Hukum memiliki jalinan sistem nilai-nilai yang didapat dari gambaran dua
pasangan yang selalu bertentangan yakni keseimbangan atau ketimpangan dengan
kepastian hukum akan tetap keduanya dapat dihubungkan dengan nilai-nilai
kepentingan pribadi atau bagian (billijkheid) dan kepentingan umum ataupun
keseluruhan ( veru Eropah kontinental )43.
Keberadaan suatu hukum telah jelas sebagi alat pembentuk pribadi atau
golongan dimana ia hidup dengan berbagai sistem kehidupan yang akan mengatur
dan sebagai titik tolak dalam menjalani kehidupan dan dalam pemecahan suatu sistem
kehidupan, dengan demikian hukum teramat penting diperlukan oleh manusia, Van
Apeldoorn mengatakan adanya objek ilmu hukum yaitu, hukum sebagai gejala
kemasyarakatan, dan hukum juga sebagai hubungan antara gejala-gejala hukum
dengan sosial lainnya, untuk itu digunakan metode sosiologis dan perbandingan
hukum44 :
-Metode Sosiologi, untuk meneliti hubungan antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya.
43
Purwadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto, Renungan Tentang Filsafat Hukum, ( Jakarta : PT.Rajawali Press, 1978 ),h.15
44
-Metode Perbandingan hukum, untuk membandingkan berbagi ketertiban hukum dari
masyarakat.
Dalam sosial hukum,45 hukum memainkan dua peranan utama pertama,
menempati posisi sebagai pengubah struktur sosial, dengan kata lain perubahan
hukum sehingga hukum dengan segala perangkatnya memainkan peranan untuk
membawa masyarakat kedalam suatu tatanan baru hal demikian terlihat pada upaya
nabi Muhammad saw mengubah tatanan masyarakat jahiliyah menjadi tatanan baru
yakni masyarakat Islam sedangkan dalam peranan kedua hukum menempati posisi
sebagai alat untuk mempertahankan stabilitas sosial, kondisi ini terlihat pada warisan
hukum kolonial di Indonesia yang masih diberlakukan.
Pelaksanaan hukuman hendaknya harus memiliki perubahan sesuai dengan
kondisi sosiokultural masyarakat, kendati ketentuan formalnya tidak berubah
sedangkan dalam hukum Islam merupakan sistem hukum yang berlandaskan wahyu
Illahi yang peranan-peranannya tidak terlepas dari permasalahan di atas.
Perbandingan hukum dimulai sejak Aristoteles ( 384-322 ) dengan meneliti
153 konstitusi Yunani dengan beberapa kota lainnya, disamping itu perbandingan
hukum sebagia disiplin hukum juga sebagi disiplin ilmu hukum yang pada awalnya
dipahami sebagai salah satu metode pemahaman sistem hukum disamping sosiologi
hukum dan sejarah yang ketiganya berkaitan satu dengan yang lain maka
perbandingan hukum itu meliputi hukum asing yang diperbandingan, persamaan dan
45Nasrudin Rusli, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.I, ( Jakarta : PT.Logos, 1990 ), h.3-4.
perbedaan antara sistem-sistem tersebut, para pakar mengemukakan definisi
perbandingan hukum dari beberapa pakar hukum terkenal yaitu :46
Rudolf B. Schlesinger, perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan
dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum
tertentu.
Wilterton, perbadingan hukum adalah suatu metode yang membandingkan
sistem-sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum
yang dibandingkan.
Gutterdige, perbandingan hukum tidak lain merupakan metode yang dapat
digunakan dalam semua cabang hukum.
A. Analisis Perbandingan Unsur-unsur Perjudian dalam KUHP dan Hukum Pidana Islam.
Unsur-unsur perjudian menurut pasal 303 dan pasal 303 bis, dengan sengaja
melakukan permainan judi atau memberi kesempatan judi sebagai mata pencaharian
atau dengan sengaja turut campur dalam perusahaan dan pelaku residivis dalam
pidana perjudian. Sedangkan dalam Hukum Pidana Islam terdapat dalam unsur
khusus perjudian yaitu, adanya pengakuan dari pelaku bahwa dia benar-benar telah
melakukan atau turut serta berjudi, adanya benda atau barang sebagai taruhannya,
46Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana,( Bandung :PT Mandar Maju, 1996 ), h.7
adanya obyek yang dijadikan suatu perbuatan judi, adanya hubungan sebab akibat
antara perbuatan pelaku dengan orang yang dirugikan.
Pada bab sebelumnya sudah diketahui bahwa unsur-unsur diharamkan
perjudian adalah sebagi berikut :
1. Menimbulkan permusuhan dan kemarahan di antara partner sepermainan,
menghalangi dzikrullah dan shalat sebagaimana Allah berfirman :
/
? .
2XG G
2>5C] Khi
E!=
3)% G
,P@ : m
j !I X
P& 0n !
o M
pCG \
!
#,PL Xq` G !
>
L)D
&
> !
r j s`
"
#$ 'C*
tPu !=
E vW :w7
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(al-Maidah :91)
2. Adanya unsur saling merugikan dan tidak ridha bagi orang yang kalah dan
mengakibatkan kemadharatan secara fisik dan psikis.
Dari unsur di atas berlaku qo'idah usul fiqih yaitu 47:
0 ' 1&2 3&4 !5 ﻡ 7ﻡ 3 + ﺱ 9 *:
Artinya : Menolak kerusakan didahulukan daripada menarik kemaslahatan.
Dari qo'idah di atas penyusun akan menerapkan makna yang terkandung di
dalamnya, bahwa dalam suatu perkara terlihat adanya manfaat atau maslahat atau
47
kerusakan, haruslah di dahulukan menghilangkan mafsadat ini, karena kemafsadatan
dapat meluas sehingga akan mengakibatkan kerusakan yang lebih besar. Oleh karena
itu diharamkan judi,minum-minuman yang memabukkan, meskipun pada keduanya
terdapat kemanfaatan,namun bahaya kerusakannya lebih besar. Firman Allah Ta'ala :
!
"
#$ %
& '()*
+, - .
/ 01
23)45 6 7 !
9 9: )
& 2'2 - . !
<1!=
>)7
') 4?
@
AB !
CD 7
E F.)4: G
H$ %
4
@
AB) IJKJL
2M NO G
&
,P@C
)Q5 GR
#,FS? C
E! T@J4 RC
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (QS.al-Baqarah(2):219 )
Berdasarkan beberapa kriteria di atas bila kita melihat bahwa perjudian itu
ternyata mempunyai unsur yang sangat merugikan kepada orang lain dan kepada diri
sendiri, ia dapat menimbulkan permusuhan dan kemarahan di antara partner
sepermainan, menghalangi dzikrullah dan shalat, merusak masyarakat dengan
membiasakan hidup menganggur dan malas, menunggu hasil yang besar tanpa jerih
payah, merusak rumah tangga, seberapa banyak rumah tangga menjadi porak poranda
yang dahulunya hidup dalam kesenangan dan kebahagiaan yang disebabkan oleh
permainan judi, sehingga terkadang berakibat menyedihkan, pelakunya mengakhiri
.
Dalam sebuah ayat Allah berfirman :
‰ !
" [ PL*YC
,P@C I 7!=
,P@ 6 m
H$)]5 S m
" P X !
& ' m
oj‘ .
)£ hS \
" F1*Y l)
:.G C*
>)N7
‡{I 7!=
9 96
‡- -Qz m
-R != !
E 2 j C
Artinya : " Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahu"i.(QS. al-Baqarah (2) :188 )
Memperoleh harta dengan cara bathil ada dua macam cara48 :
1. Mengambil harta itu dengan cara yang dhalim, mencuri, merampok dan
sebagainya.
2. Mengambil harta dengan cara yang terlarang seperti judi atau melalui transaksi
yang terlarang seperti riba dan menjual belikan suatu yang terlarang seperti
khamar dan benda-benda yang memabukan lainnya.
Allah berfirman :
,P@ C P !
>)N7
HŒ$F1
7
j 2 l !Y •
r
E . !
" !gX C
_Q )
&
0‰
& x q` €7
@
Ÿ• .
48Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid.II ( Beirut : Darul Fikri, 1403 H ), h.34.†>5_ ´Qz
/§ CFC
+g h401
;<= ﺏ
Artinya : Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah. ( Ibrahim :34 )
Pandangan terhadap materi sajalah yang membuat manusia melakukan
kesalahan besar, sehingga terjangkit perasaan gelisah dan bisikan-bisikan nurani yang
meresahkan kenikmatan dunia merupakan suatu final bagi orang-orang yang
kehidupannya silau dengan harta kekayaan sehingga ia akan melakukan berbagai cara
untuk memperoleh harta kekayaan tanpa memperhatikan halal dan haramnya. Adapun
jalan yang akan ditempuh asalkan menghasilkan kekayaan akan dilakukannya.
B. Analisis Perbandingan Sanksi Pidana Perjudian dalam KUHP dan Hukum Pidana Islam.
Sebelum membahas lebih jauh tentang ancaman perjudian, lebih dahulu perlu
diketahui klarifikasi tentang status undang-undang dalam konteks syariat Islam.
Undang-undang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qonun yaitu, kumpulan
undang-undang atau hukum produk manusia yang dikemas untuk perkara-perkara
Produk manusia ) dan produk manusia itu dalam hukum Islam disebut dengan hukum
wad'ie.49
Abdul Qadir Audah mengatakan50, bahwa qonun wad'ie (undang-undang
produk manusia ) sejarah pertumbuhannya dalam masyarakat yang jumlahnya sedikit
dengan qoidah-qoidah atau aturan-aturan itu mengalami perkembangan sejalan
dengan dinamisme masyarakat. Akibat dinamisme masyarakat tersebut baik
pertumbuhan ilmu, pemikiran dan kebudayaan maka qo'idah- qo'idah atau
aturan-aturan pada masyarakat tersebut bertambah dan mengalami perkembangan.
Keberadaan hukum wad'ie sangat berbeda dengan asas universitas hukum
Islam yang dapat dimengerti dan diterima oleh umat manusia di manapun juga tanpa
harus terikat oleh tempat-tempat tertentu atau waktu-waktu tertentu karena al-Qur'an
lebih cenderung untuk memberikan patokan umum dari pada memasuki
persoalan-persoalan sampai ke detailnya. Tempat dan waktu senantiasa dapat menyesuaikan diri
dengan patokan-patokan umum al-Qur'an dan bukan sebaliknya.51
Setiap masyarakat Islam terkait pada keharusan untuk turut menjalankan
hukum dan menolak kedhaliman dan wajib menolak suatu keputusan apabila ada
kesalahan dan ketidakadilan.
49
Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam.Penerjemah Muhammad Zaki, ( Surabaya : Dunia Ilmu, 1997 ), h.20.
50
Ibid., h.21 51
Anwar Harjono, Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h.116.
Keadilan Islam keadilan yang mutlak tanpa ada pengaruh atau tendensi
apapun. Dengan demikian ancaman pidana terhadap berbagai macam jarimah dalam
hukum pidana Islam akan mencapai tujuannya untuk mengurangi tindak kejahatan
dengan adanya pemenuhan syarat-syarat keadilan.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Menjerakan pelaku.
2. Menjadikan pelajaran bagi orang lain.
3. Seimbang dengan jarimah yang dilakukan.
4. Bersifat umum ( berlaku bagi semua orang ).
Dalam al-Qur'an banyak sekali menjelaskan tentang anjuran untuk
menegakkan keadilan di antaranya :
VWAX!Y?5 G
M)%T&
" 6 7 P
" PL
MO)7Id C%
q ‡. m
P& XVWFž
µ&
# C !
oj
#,P@ F4 !=
!!=
HM X) I
MO m %Ra !
r
E .
P@ G
~K)6J
!!=
: ‡.C*
& C*
roj‘!!=
W¤
"
0JC*
" žRC
| -*®
E!=
" P )X C
r
E . !
" 4š¶ * C
!!=
" F°
9E œC*
T&
E%JL
m
E C
: S †
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.( QS.Annisa (4) :135 )
Pada ayat lain Allah berfirman :
XC.C
:* •#g!=
6j 2•¶g
)Q5 :‡N m
: | != !
”-2' 7
_ 5 l @
A• • ) !
§ F. K)
¶9 96
q ‡. m
"
: | != !
XG)XV \
)}()*
c9*Y m
cXG)XJT
23)45 6 7 !
9 9: )
†,j K) !
&
> 7
šj q : G
š =C 2•¶g !
K m
r
9E .
T&
®|H C%
+|G |
, %
Artinya : Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(QS. al-Hadid