• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam

Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas, selanjutnya dilakukan perumusan alternatif pemecahan

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam

pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bekasi meliputi:

1. Dalam undang-undang mengenai persampahan, dikatakan bahwa daerah yang masih menggunakan system open dumping pada tahun 2013 maka TPA nya akan ditutup. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pengelolaan TPA maka sebagai awal perlu dilakukan pembenahan TPA.

2. Berdasarkan hasil EHRA bahwa pelayanan sampah baru mencapai 29 %, oleh karena itu perlu penambahan jumlah armada, baik itu armada untuk pengangkutan dan juga alat berat di dalam TPA 3. Dalam rangka meningkatkan kinerja operator maka perlu dibentuk

pengelola tersendiri khusus untuk pengelolaan TPA. Dengan adanya hal tersebut diharapkan pengelolaan sampah dapat dilakukan secara optimal

4. Dengan adanya penggunaan alat-alat berat yang memerlukan keahlian khusus, maka perlu SDM yang berkualitas. Selain itu jumlah SDM pun perlu ditambah.

5. Dalam rangka mengurangi sampah di TPA maka perlu dilakukan pengelolaan sampah terlebih dahulu dan kemudian sisanya baru

dibuang ke TPA. Untuk itu perlu adanya TPS di setiap kecamatan sebagi tempat pemilahan sampah dan pengolahan sampah organic.

6. Selain itu untuk mengurangi jumlah sampah juga perlu dilakukan sosialisasi yang intens agar kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga dapat lebih ditingkatkan. 7. Perlunya regulasi terkait dengan retribusi

8. Perlunya regulasi yang kuat disertai dengan law enforcement

9. Sebagai wilayah yang berkembang untuk kegiatan industry, maka tidak hanya sampah rumah tangga saja yang dihasilkan namun juga ada sampah dari aktivitasi di lingkungan industry. Apabila sampah tersebut tidak dikelola maka akan menambah jumlah sampah yang akan masuk ke dalam TPA sehingga perlu dibuat suatu regulasi terkait dengan sampah yang dihasilkan tersebut.

7.4.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan A. Aspek Teknis

Kabupaten Bekasi memiliki 1 TPA yang berlokasi di Desa Burangkeng Kecamatan Setu dengan luas 9,939 Ha dan direncanakan sampai dengan 11 Ha. Jumlah armada yang dimiliki oleh DKPPK sebanyak 59 unit truk sampah sedang dinas Perindagkop dan UMKM mempunyai 5 unit compactor dab 24 unit truk sampah. DKPPK dan Dinas Perindagkop bekerjasama hanya dalam pengolahan sampah d TPAS Burangkeng, tapi dalam pengelolaannya dikelola oleh masing-masing dinas.

Fasilitas yang ada di TPA saat ini adalah 2 buah bulldozer dan 2 buah excavator. Perkiraan timbulan sampah rumah tangga sekabupaten Bekasi 6.750 m3/hari. Sebelum terjadi pemadatan, pemadatan sampah basah sekitar 30% dari timbulnya sampah. Frekwensi pengangkutan sampah rumah tangga adalah 2 kali seminggu. Jumlah sampah terangkut ke TPA 4252,6 m3. Jumlah pemulung di sekitar TPA ± 200 – 300 orang.

Jumlah sampah yang terangkut ke TPAS Burangkeng apabila berdasarkan perhitungan sebanyak 4252,6m3. Namun, berdasarkan kenyataan dilapangan, dalam sehari hanya sekitar 100 menit truk yang

membuang ke TPAS Burangkreng, dengan volume truk 7m3 maka hanya sekitar 200 ton/hari. Dan sisa yang tidak terbuang ke TPAS Burangkreng, dibuang ke TPA, TPA liar. Sistem pengangkutan sampah yang digunakan adalah door to door. Truk pengangkut mengambil sampah dari rumah ke rumah di dalam perumahan. Sedangkan untuk permukiman saat ini belum terkelola untuk pengangkutan sampahnya. Umumnya masih dikelola sendiri seperti dibakar, ditanam, atau dibuang ke saluran.

Perkiraan Jumlah barang bekas yang dikumpulkan pemulung adalah 1 pemulung bias 3 kwintal/hari. Sedangkan pengomposan dihasilkan 2 ton/hari. Dalam 1 bulan menghasilkan 50 ton basah dan 10 ton kering. Cakupan pelayanan sampah sampai saat ini baru melayani 14 kecamatan dari 23 kecamatan di seluruh wilayah di Kabupaten Bekasi.

B. Kelembagaan

Sampah di kabupaten bekasi dikelola oleh DKPPK, bidang kebersihan. Bidang kebersihan terbagi menjadi 3 seksi, yaitu seksi kebersihan jalan, dan lingkungan, seksi pengelolaan IPLT & TPAS, dan seksi pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Damkar dalam pelayanan pengangkutan sampah dibantu oleh UPTD kebersihan, yang terbagi menjadi 6 (enam) UPTD kebersihan dan melayani pengelolaan sampah di 23 kecamatan walaupun baru 14 kecamatana yang terlayani, namun UPTD kebersihan juga memantau persampahan di 9 (Sembilan) kecamtan yang belum terlayani.

Perijinan pengangkutan sampah berada dibawah seksi kebersihan jalan dan lingkungan. Pengolahan sampah setelah sampai di TPAS , sedangkan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan pengangkutan dan alat-alat di TPAS berada dibawah seksi pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan. Untuk sampah pasar pengelolaan dan pengangkutan dilakukan oleh dinas peridustrian perdagangan koperasi dan UMKM. Sedangkan untuk pengolahannya bekerja sama dengan dinas kebesihan, pertamanan dan damkar.

7.4.2.3 Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah:

(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat);

(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen); c. Belum memadainya penanganan sampah.

7.4.2.4 Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bekasi, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2012

7.4.2.5 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Selanjutnya dalam merumuskan strategi pengembangan persampahan, selain mengacu pada arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang termuat di dalam dokumen RPJMD Kabupaten Bekasi 2012-2017 maupun arah kebijakan dan strategi nasional dalam pengembangan persampahan seperti termuat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 / PRT / M / 2006 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan, juga dilakukan analisis terhadap faktor- faktor yang melekat dalam berbagai aspek pengelolaan persampahan.

Tujuan, Sasaran dan Tahapan pencapaian Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator sasaran

Tercapainya standar pelayanan Minimum (SPM) untuk layanan persampahan tahun 2017 Bertambahnya jangkauan pelayanan persampahan dari 29 % menjadi % tahun 2017 Cakupan wilayah pelayanan - Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah - Penambahan sarana dan prasarana - Mendorong kinerja operator layanan sampah - Membentuk lembaga khusus pengelola TPA Berkurangnyanya

sampah di TPA Berkurangnyatimbulan sampah rumah tangga

- Mendorong peran serta dunia usaha dalam pengelolaan sampah - Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengolahan sampah Tersedianya fasilitas pengurangan

sampah di perkotaan Jumlah TPS

- Penyediaan TPS di tiap kecamatan - Mendorong dunia usaha dalam pengolahan sampah - Meningkatkan pemahaman masyarakat upaya 3R - Mengakses berbagai sumber pendanaan untuk pengelolaan sampah terpadu Pemanfaatan Teknologi di TPA Peningkatan dari semi controlled landfill menjadi system controlled

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator sasaran

landfill dan

kemudian menjadi sanitary landfill

7.4.3 DRAINASE

7.4.3.1 Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain:

Dokumen terkait