• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM afa58b63e1 BAB VIIBAB 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM afa58b63e1 BAB VIIBAB 7"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

B A B 7

R E N C A N A P E M B A N G U N A N

I N F R A S T R U K T U R

7.1

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

7.1.1 ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang

keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai

kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan

permukiman di Kabupaten Bekasi seperti terlihat pada Tabel 6.1 dibawah ini.

Tabel 7.1

Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi

No Isu Strategis Keterangan

1

Sektor industry booming memerlukan strategi penataan peruntukan kawasan (Permukiman Jasa Perkotaan), tanah matang dan transportasi

-2

Pengembangan potensi dari kawasan utara memerlukan strategi pengembangan kawasan pesisir pantai, sungai, moda transport terpadu (laut – sungai – darat) dan hutan bakau.

-3

Pengembangan kawasan tengah memerlukan strategi : penataan, revitalisasi dan pemilihan lokasi pemicu strategis untuk dapat menarik kearah utara.

-7.1.2 KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat

(2)

berkeadilan sosial. Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar

diseluruh kecamatan seluas +13.918 Ha.

Kawasan pengembangan permukiman berlokasi di

KecamatanTambun Utara, Tambun Selatan,Cibitung,Cikarang

Barat,Cikarang Utara,Cikarang Timur,Cikarang Pusat,Cikarang Selatan,

Setu,Serang Baru,Cibarusah,Bojongmangu,Kedung waringin,Karang

Bahagia danSukatani. Kawasan permukiman ini mempunyai luas

keseluruhan +14.051 Ha.

Pusat-pusat permukiman di Kabupaten Bekasi berperan sebagai

counter magnet untuk mengurangi tekanan penduduk dengan segala

aktifitasnya ke DKI Jakarta. Pengembangan pusat-pusat permukiman di

Kabupaten Bekasi dilakukan melalui pengembangan sektor industri

sebagai leading sector dalam rangka penyediaan lapangan usaha dan

kemandirian pusat permukiman .

Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di

perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan

dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai

dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan

masyaraskatnya.Keberadaan kawasan kumuh di perkotaan menjadi satu

bagian permasalahan tersendisi di perkotaan. Di Kabupaten Bekasi

periode 2009 – 2009 telah mencoba untuk mengidentifikasi lokasi dan

luasannya. Luas kawasan kumuh yang teridentifikasi adalah 164 Ha di 12

kecamatan.

Tabel 7.2

Kawasan Kumuh Kabupaten Bekasi

Kecamatan Desa

Luas Wilayah Kumuh

(ha)

Cibarusah Cibarusah Kota 5,56

Cibitung Wanasari

Cikarang Utara Karang asih

Cikarangkota

(3)

Kecamatan Desa

Karang Bahagia Karang Anyar

Karang Setia

Na Na

Sukatani SukamanahSukamulya NaNa

Sukakarya Sukakarya

Tipologi kawasan permukiman perdesaan untuk kabupaten Bekasi

nampak perlu diperhtikan berhubung luasan areal pertanian dan

pekarangan yang cukup signifikan. Upaya yang dilakukan oleh pihak

pemerintah Bekasi perlu diapresiasi dengan baik berkenaan dengan

rencana penataan perumahan nelayan dipantai utara jawa (pantura) yaitu

di kecamatan Muara Gembong dan Tarumajaya.

Fokus pengembangannya adalah pengembangan perumahan atas

dasar kawasanpengembangan kawasan yang dilakukan bersama-sama

dengan kementrian Menpera. Dengan melangsir perumahan minapolitan

ini, upaya pemihakan pemerintah kabupaten Bekasi diwilayah pantura ini

dapat fokus pada kawasan perumahan nelayan yang kondisi eksistingnya

(4)

Disisi lain, diwilayah selatan terutama pada Kecamatan Setu,

berkembangan desa yang berpotensi pada kegiatan kerajinan mengingat

didalamnya terdapat komponen – komponenpendukungyaitu

1. Terdapat rumah tradisional panggung dengan kondisi yang

memprihatinkan (kumuh dan kurang terawat)

2. Terdapat tenaga kerja yang bekerja dipabrik dengan jenis

pekerjaan yang dapat di-sub kontrak (dialih operkan) pada

masyarakat sebagai pekerja dengan petunjuk (pola/guidence) dari

pihak ouwner/pabrik.

3. Terdapat pengusaha yang melakukan kegiatan kerajinan dengan

jenis komoditas kerjainan (manik-manik-gelang, kalung dan lain

lain jenis perhiasan) yang telah terpasarkan dengan baik di Pasar

Pagi Jakarta.

4. Terdapat tanah pekarangan dan sawah yang masih luas

5. Terdapat akses yang baik

6. Terdapat kawasan pariwisata disekitarnya sebagai kawasan

tetangga (kabupaten Bogor, wilayah Cileungsi, kawasan Mekar

Sari).

7.1.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di

Kabupaten Bekasidirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan,

aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek

lingkugan permukiman. Permasalahan dan tantangan serta solusi

alternatif pemecahannya dalam pengembangan permukiman di

(5)

7.1.4 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi

kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting

dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Analisis kebutuhan juga

harus mengacu pada target pengembangan permukiman yang termuat

dalam RPIJM, RTRW maupun Renstra SKPD. Untuk lebih jelasnya mengenai

analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten

(6)

Analisis korelasi diartikan sebagai upaya menganalisis keterkaitan

atau ketersambungan (konteks) dari strategi pembangunan permukiman

dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema

manajemen pembangunan perkotaan. Untuk menelaborasi strategi

korelasi diatas, diperlukan pemahaman terhadap komponen pembentuk

manajemen pembangunan perkotaan. Untuk itu, kajian terhadap

perencanaan RTRW Kabupaten Bekasi termasuk kondisi eksistingnya,

merupakan hal yang penting dilakukan.

Perimbangan menjadi persyaratan untuk berlakunya strategi

korelasi supaya dapat kondusif terhadap manajemen perkotaan maka

strategi dimaksud harus mampu berkorelasi terhadap :

1.

Kondisi eksisting yang tergambar atau tercipta karena adanya

perencanaan, pembangunan ataupun paska pembangunan dimana

secara faktual memberi ritme pada pembangunan seperti :

• Kabupaten Bekasi secara nyata terbagi atas 3 (utara-tengah dan selatan ) atau minimal 2 bagian yaitu (utara dan selatan beserta

bagian tengahnya). Pembagian ini.

• Banyak potensi dan banyak juga “calon” potensi yang akan berpengaruh bila dikakukan penerapan strategi yang bersifat

pengembangan. Contoh diwilayah pertanian, akan menjadi

potensi besar bila dialokasikan kegiata ynag menunjuang

industri pertanian. Bilamana tidak, kawasan ini niscaya hanya

sebagai calon kawasan untuk dilakukan konversi menuju lahan

non pertanian seperti perumhan, industri dan lain-lain-lain.

2. Rencana yang berkembang dilapangan baik yang sudah tertuang

pada RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031 maupun berpotensi

untuk menjadi evaluasi terhadap pendalaman materi Rencana Pola

Ruang maupun Struktur Ruang yang ada di RTRW 2011-2031.

Pertimbangan dinamika aktual ini sangat penting karena secara

legalitas akan menjadi masukan bagi proses evaluasi tiap 5

tahunan pada kinerja perjalanan aplikasi RTRW 2011-2031

(7)

korelasi untuk strategi pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan harus mampu berkonteks

dengan :

• Rencana –rencana jalan arteri, jalan toll maupun modatranspor l ainnya seperti sungai beserta fasilitas pendukungnya seperti

dermaga dan pelabuhan sebagaimana yang dicanangkan

diwilayah utara (Tarumajaya dan Muara Gembong).

• Pusat-pusat pertumbuhan yang dialokasikan untuk dikembangkan seperti pada kawasan yang mengumpul

dikawasan tengah

3. Korelasi terhadap rencana sebagaimana termaktud pada

penjelasan dan kajian diatas, strategi pembangunan juga perlu

mengkaji terhadap kendala dan hambatan yang menjadi

permasalahan di kabupaten Bekasi seperti dari aspek spatial

maupun kegiatan yaitu :

• Strtaegi perlu berkorelasi dengan hambatan pengembangan spatial akibat implementasi jalan toll, jalan arteri maupu jalan

kereta api yang secara nyata dilapangan menjadi barier

terhadap ritme dinamika perkembangan.

4. Korelasi dari perencanaan dan kendala atau hambatan yang telah

dikemukakan diatas, membawa pada realita bahwa terdapat

kawasan yang perlu dilakukan pemihakan karena kondisinya

sangat tertinggal ataupun memiliki kekhususan yang spesifik

supaya dalam perkembangannya kedepan Kabupaten Bekasi

mempunyai nilai budaya ataupun nilai-nilai kemanusian yang tinggi

(8)

Tabel 7.3

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi

No

Aspek Pengembangan

Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

1 Aspek Teknis

1. Perumahan buruh / karyawan pabrik jauh dari kawasan industri yang kurang menunjang proses produksi yang efisien

2. Perumahan swadaya cenderung memadat dan kumuh

3. Berkembang perumahan illegal/ squatter pada sekitar sungai, rel KA dan kawasan industri.

1. Pembangunan menumpuk ditengah dan diselatan

2. Perkembangan kawasan terbangun mengancam kawasan pertanian 3. Perkembangan kawasan terbangun

mengancam kawasan pertanian 4. Implementasi jalan toll, jalan arteri

maupu jalan kereta api yang secara nyata dilapangan menjadi barier terhadap ritme dinamika perkembangan

Mendorong pembangunan kawasan permukiman kearah vertical pada kawasan padat penduduk dan pada kawasan permukiman buruh padat disekitar zona dan kawasan industri.

2 Aspek

Kelembagaan

1.Perumahan buruh / karyawan pabrik jauh dari kawasan industri yang kurang menunjang proses produksi yang efisien

1. Peningkatan kinerja dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Bekasi melalui peningkatan koordinasi dengan dinas dan instansi lain di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat dan Pusat serta pihak swasta, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat. 2. Mengembangan instrument

(9)

No

Aspek Pengembangan

Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

3 Aspek

Pembiayaan

-Mencari alternative pendaan terutama bagi pengembangan swasta dan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah agar pembangunan dan

pengembangan perumahan di Kabupaten Bekasi dapat berjalan dengan mengacu pada prinsip layak huni dan berkelanjutan.

5

Aspek Lingkungan Permukiman

1. Terjadi penumpukan perumahan berskala kecil yang menimbulkan masalah lingkungan

2. Pembangunan berkonsentrasi di kawasan perkotaan

3. Kawasan terbangun disekitar kawasan perkotaan semakin membesar

4. Perumahan dan kawasan permukiman kecil berkembang kearah lahan murah yang mempersulit pelayanan infrastruktur.

5. Kekurangan pelayanan infrastruktur pada kawasan padat dan kumuh termasuk akses pada fasos dan fasum lingkungan

6. Kawasan yang berpotensi (budaya

1. Mengalokasikan kawasan permukiman kota pada seluruh pusat pertumbuhan kecamatan, diluar kawasan pusat perkotaan dengan dukungan sinergitas system dan moda transportasi yang terpadu.

2. Meningkatkan kualitas hunian yang didukung oleh

infrastruktur memadai

(10)

No

Aspek Pengembangan

Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

dan sejarah) sering tidak

(11)

KRITERIA KESIAPAN DAERAH

Dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bekasi, kriteria

kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen SPPIP Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2012

2. Dokumen RPKPP Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2013

3. Masterplan Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada

Tahun 2014

4. DED Kasiba –Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun

2014

5. DEDKawasankumuhPenataankawasankumuhdi6KecamatanKabupat

enBekasi dilaksanakanpadatahun 2014.

7.1.5 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Setelahmelaluitahapananalisiskebutuhanuntuk

mengisikesenjangan antarakondisi eksisting dengankebutuhan,maka

disusunlahusulanprogram dankegiatan.Usulan program dankegiatan

berdasarkanskalaprioritas denganmemperhatikankriteriakesiapan

daerah.Selengkapnya usulan program pengembanganpermukiman

KabupatenBekasi tersajipadaTabel 7.4.

Tabel 7.4

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bekasi

No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi

1

Penyusunan masterplan dan DED Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2014

1 Dokumen 750.000.000,- Kabupaten Bekasi

2 Dokumen DED Kawasan kumuhtahun 2014. 1 KabupatenBekasi 750.000.000,- KabupatenBekasi

3

Pembangunan Penataan kawasan kumuh Bekasi dilaksanakan pada tahun 2015 - 2018

23 Kecamatan 58.830.000.000,- Kabupaten Bekasi

24 unit 36.135.000.000,- Kabupaten Bekasi

6 Penyediaan infrastruktur kawasan

pedesaan

(12)

No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi

potensial/agropolitan/minapolitan tahun 2015

7

infrastruktur kawasan potensial agropolitan/minapolitan tahun

Infrastruktur Perdesaan tahun 2014-2018

20 Desa 800.000.000,- Kabupaten

Bekasi

9

Pendampingan PIP untuk operasional dan pengawasan tahun 2014-2018

20 Desa 160.000.000,- Kabupaten

Bekasi

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari

APBD Kabupaten Bekasi, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun

masyarakat dan swasta. Usulan pembiayaan pembangunan permukiman

di Kabupaten Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.5 dibawah ini.

Tabel7.5

Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bekasi

Kab/kota Masyarakat Swasta CSR Total

1

Penyusunan masterplan dan DED Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2014

750 750

2 Dokumen DED Kawasan kumuh

tahun 2014. 750 750

3

Pembangunan Penataan kawasan kumuh Bekasi dilaksanakan pada tahun 2015 - 2018

1,330 57,500 58,830

Penyediaan infrastruktur kawasan pedesaan

potensial/agropolitan/minapolitan tahun 2015

1,450 1,450

7 'infrastruktur kawasan potensial

(13)

8

Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan tahun 2014-2017

800 800

9

Pendampingan PIP untuk operasional dan pengawasan tahun 2014-2018

160 160

Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program kegiatan

Pengembangan Permukiman tahun 2015 – 2019 di Kabupaten

(14)

7.2

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1 ISU STRATEGIS PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,

skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala

prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b)

RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan

kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan

permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bekasi

untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 7.6dibawah ini.

Tabel 7.6

Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bekasi

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL

1 Penataan Lingkungan Permukiman

a) Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung

b) Lemahnya Pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung

2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung

dan Rumah Negara

a) Banyak bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

b) Masih banyak asset Negara yang belum teradministrasi dengan baik

c) Sebanyak 281 dari total 703 gedung Sekolah Dasar (SD) di

Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tidak lagi layak pakai

7.2.2 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan

di Kabupaten Bekasi dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek

kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta

dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan

lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung

dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam

(15)

alternatif pemecahannya dalam penataan bangunan dan lingkungan di

(16)

Tabel 7.7

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Aspek Teknis

2 Aspek Kelembagaan Ekonomi Tinggi di Kabupaten Bekasi

bangunan gedung dan keselamatan

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

(17)

No gedung belum optimal dan perlu diperbaharui

II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1 Aspek Teknis

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

1 Aspek Teknis Jumlah rumah tanggamiskin;

Keberlanjutan dan

7.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program dan kegiatan sector

Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bekasi dapat dilihat

padaLampiran Indikasi Program.

7.3

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

(18)

Terdapat

isu-isu

strategis

yang

diperkirakan

akan

mempengaruhi

upaya

Indonesia

untuk

mencapai

target

pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut yaitu

:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum

2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan

dan

Penerapan

Peraturan

Perundang-undangan

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan

Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan

Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan

untuk

Kabupaten

Bekasi

isu

strategis

pembangunan bidang air minum, meliputi :

1. PeningkatanAkses AmanAirMinum

2. PengembanganPendanaan

3. PeningkatanKapasitasKelembagaan

4. PengembangandanPenerapan PeraturanPerundang-undangan

5. PemenuhanKebutuhanAirBakuuntuk AirMinum

6. PeningkatanPerandanKemitraan BadanUsahadan Masyarakat

7. PenyelenggaraanPengembanganSPAMyangSesuaidenganKaida

hTeknis

8. PenerapanInovasi Teknologi

7.3.2 KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM A. Aspek Teknis

Aspek teknis pengambangan SPAM di Kabupaten Bekasi, meliputi :

1. Sistem Perpipaan

(19)

Sistem perpipaan SPAM Kabupaten Bekasi dilayani oleh PDAM

Bekasi. PDAM Bekasi terdapat 11 (dua belas) Instalasi Pengolahan

Air dan 2 (dua) Sumur Bor yang melayani wilayah Kota Bekasi dan

Kabupaten Bekasi. Didalam pelayanannya PDAM Bekasi dibagi

menjadi 8 Cabang dan 12 Unit Pelayanan, adapun cabang dan Unit

Pelayanan PDAM Bekasi

Tabel 7.8

Cabang Dan Unit Pelayanan PDAM Bekasi

Cabang Pelayanan Unit Pelayanan

Cikarang Utara

Unit Kedungwaringin Unit Sukatani Unit Cabangbungin

Unit Lemah Abang

Cabang Cikarang Selatan Unti Bojongmangu

Cabang Kota Unita Setia Mekar

Cabang Wisma Asri Cabang Rawalumbu

Cabang Rawa Tembaga Unit Pondok Gede

Unit Harapan Baru

Cabang Pondok Ungu Unit Pondok Ungu Permai (PUP)

Cabng Tambun Unit Taruma Jaya

Cabang Babelan Unit Setu

Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013

b. Sumber Air Baku dan Unit Produksi

Sumber air yang dimanfaatkan terdiri dari :

1. Saluran Sekunder Tarum Barat

2. Sungai Cikarang

3. Saluran Ciherang

4. Saluran Cibeet

5. Saluran Kalimalang

6. Irigasi Kebalen

7. Saluran Sekunder Bogor

(20)

Jenis dan diameter pipa transmisi bervariasi seperti terlihat pada

Tabel 6.10 dibawah ini.

Tabel7.9

Jenis Pipa Transmisi dan Komposisi Diameter

No. Jenis Pipa Pipa (mm)Diameter Pipa (m)Panjang Keterangan

A Cikarang Utara

1 Pipa GIP 250 25

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

2 Pipa GIP 300 25

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

3 Pipa GIP 200 30

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

4 Pipa GIP 300 150

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 1,050 230

B Cikarang Selatan

1 Pipa GIP 300 150

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

2 Pipa GIP 200 50

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 500 200

C Cabang Kota

1 Pipa GIP 450 500

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

2 Pipa GIP 500 100

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 950 600

D Cabang WismaAsri

1 Pipa GIP 500 100

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 500 100

E Cabang

Rawalumbu

1 Pipa GIP 450 500

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

(21)

No. Jenis Pipa Diameter Pipa (mm)

Panjang

Pipa (m) Keterangan

F Cabang Rawa Tembaga

1 Pipa GIP 300 30

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

2 Pipa GIP 500 100

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 800 130

G Cabang Pondok Ungu

1 Pipa GIP 300 50

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 300 50

H Cabang Tambun

1 Pipa GIP 300 50

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

2 Pipa GIP 300 50

Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi

pengolahan air

Sub Total 600 100

I Cabang Babelan

1 Pipa GIP 300 30 Pipa transmisi ini dipasang dari

instalasi penjernih air ke IPA Lama

2 Pipa PVC 250 20 Pipa transmisi ini dipasang dari IPA

Baru ke instalasi pengolahan air

Sub Total 550 50

(22)

Tabel 7.10

Sumber Air Baku, Unit Produksi dan Daerah Pelayanan Eksisting

No Sumber Air Baku Unit Produksi

Kapasitas Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m³)

A Cikarang Utara

1 Sungai Cikarang IPA Sukatani 20 10,094

Kec. Sukatani: - Desa Sukamanah - Desa Sukamulya - Desa Sukadarma

Kec. Karangbahagia: - Desa Karang Sentosa

Kec. Sukakarya Kec. Pebayuran

2 Saluran Sekunder TarumBarat IPA Kedungwaringin - 1,890 Desa Waringinjaya dan DesaKedungwaringin

3 Saluran Ciherang IPA Cabangbungin 20 31,547

Kec. Cabangbungin : Desa Sindangjaya Desa Lengah Jaya Desa Setia Jaya Desa Jaya Bakti Desa Lenggah Sari

Kec. Muara Gembong Desa Jaya Sakti Desa Pantai Mekar Desa Pantai Sederhana

4 Saluran Ciherang IPA Cikarang (TegalGede) 420 1,077,103

(23)

No Sumber Air Baku Unit Produksi

Kapasitas Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m³)

· Cikarang Timur

Sub Total 460 1,120,634

B Cikarang Selatan

1 Saluran Ciherang IPA Cikarang (Tegal

Gede) 420 1,077,103

· Cabang Cikarang Utara · Cabang Cikarang Selatan · Unit Lemah Abang · Cikarang Barat · Cikarang Timur

2 Saluran Cibeet IPA Bojongmangu 25 456,770

Kec. Bojongmangu : Desa Karangmulya Desa Karang Indah Desa Bojongmangu Desa Sukabungah Desa Medal Kresna Desa Sukamukti

Kec. Serang Baru Desa Naga Sari Desa Naga Cipta

Kec. Cikarang Pusat Desa Pasir ranji

Kec.Sukawangi Kec.Cibarusah Kec.Tambelang

Sub Total 445 456,770

(24)

No Sumber Air Baku Unit Produksi

1 Saluran Kalimalang IPA Rawa Lumbu 260 6,013,265

Unit Setia Mekar

- Perum. Taman Kebayoran - Perum. Taman Setia Mekar - Ruko Rawa Kalong

Saluran Tarum Barat IPA Poncol 480 11,583,726

Cabang Kota dan Cabang Rawa Tembaga, Unit Setia Mekar dan Unit Wisma Asri, Kota

Sub Total 740 17,596,991

D Cabang Wisma Asri

1 Saluran Tarum Barat IPA Poncol 480 11,583,726

Cabang Kota dan Cabang Rawa Tembaga, Unit Setia Mekar dan Unit Wisma Asri, Kota

Sub Total 480 11,583,726

E Cabang Rawalumbu

1 Saluran Kalimalang IPA Rawalumbu 260 6,013,265

Cabang Rawalumbu

- Perum. Narogong, perum. Rw. Lumbu, Graha Mutiara, Pondok Hijau, Jatimulya.

- Rawalumbu Selatan - Rawalumbu Utara - Perumahan Mutia Kirana

Sub Total 260 6,013,265

F Cabang Rawa Tembaga

1 Saluran Kalimalang IPA Rawa Tembaga 190 4,603,558

Jayen, Bekasi Square, Petonas, RS. Global, Metropolitan Mall, BCP, RS. Mitra Keluarga, Grand Mall Kranji, Bank BTN, BNI, Kolam Tenang, Sumalakon

(25)

No Sumber Air Baku Unit Produksi

Kapasitas Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m³)

Unit Wisma Asri, Kota

3 Sumur Bor Pondok Gede Unit Pondok Gede 10 208,809 Unit pondok Gede

Sub Total 680 16,396,093

G Cabang Pondok Ungu

1 Saluran Sekunder Bogor IPA Pondok Ungu 300 10,179,293

Cabang Pondok Ungu - Permata Harapan Baru - Boulevard Hijau - Griya Harapan Permai - Harapan Baru

Unit PUP

Unit Taruma Jaya

Sub Total 300 10,179,293

H Cabang Tambun

1 Saluran Tarum Barat IPA Tambun 110 2,520,994

Tambun Kota, Domestik dan Perumahan Legenda Wisata kecamatan tambun

Saluran Sekunder Bogor IPA Pondok Ungu 300 10,179,293

Cabang Pondok Ungu - Permata Harapan Baru - Boulevard Hijau - Griya Harapan Permai - Harapan Baru

Unit PUP

Unit Taruma Jaya

Sub Total 410 12,700,287

(26)

No Sumber Air Baku Unit Produksi

Kapasitas Terpasang

Kapasitas

Produksi Daerah Pelayanan

(l/detik (m³)

1 Irigasi Kebalen IPA Babelan 120 1,261,438

Unit PUP dan Candrabaga

Babelan Utara : Babelan Kota, Wates, Kedung Pengawas, PGH

Babelan Selatan : Perum

Babelan Indah, Perum Bos, Villa Gading, Kaplingan

Sub Total 120 1,261,438

(27)

Gambar 7.1

Peta Pelayanan Air Bersih Eksisting Kabupaten Bekasi

d. Pipa Distribusi

Sistem pendistribusian air kepada pelanggan dilakukan dengan

cara pemompaan yang dilakukan dengan pompa yang bervariasi

tergantung dari unit instalasi dan disalurkan melalui jaringan pipa

distribusi Utama ( primer ) Φ 500 mm - Φ 400 mm dan sekunder (

Φ 300 – Φ 25 mm ). Untuk lebih jelasnya mengenai pipa distribusi

(28)

Tabel7.11

Jenis Pipa, Diameter dan Panjang Pipa Distribusi

No. Jenis Pipa Diameter Pipa

(mm)

Panjang Pipa

(Km) Keterangan

A IPA Kedungwaringin 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

300

2 Pipa Sekunder 200 - 50

B IPA Sukatani

1 Pipa distribusi Utama ( primer )

200

2 Pipa Sekunder 150 - 25

C IPA Cabangbungin 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

200

2 Pipa Sekunder 150 - 25

D IPA Tegal Gede 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

500 – 300

2 Pipa Sekunder 250 – 25

E IPA Bojongmangu 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

200

2 Pipa Sekunder 150 –25

F IPA Rawa Lumbu 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

500

2 Pipa Sekunder 300 – 25

G IPA Tambun

1 Pipa distribusi Utama ( primer )

250 - 150

2 Pipa Sekunder 100 – 25

H IPA Rawa Tembaga 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

500 - 300

2 Pipa Sekunder 250 – 25

I IPA Babelan

1 Pipa distribusi Utama ( primer )

250 - 200

2 Pipa Sekunder 75 – 25

J IPA Pondok Ungu 1 Pipa distribusi Utama (

primer )

500 - 400

2 Pipa Sekunder 300 – 25

K IPA Poncol

1 Pipa distribusi Utama ( primer )

500 - 400

(29)

No. Jenis Pipa Diameter Pipa (mm)

Panjang Pipa

(Km) Keterangan

K Sumur Bor Pondok Gede

1 Pipa distribusi Utama ( primer )

150

2 Pipa Sekunder 100 – 25

Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013

e. Jumlah Pelanggan, Pemakaian Air dan Cakupan Pelayanan

Hingga akhir tahun 2013 PDAM Kabupaten Sukabumimemiliki

jumlah pelanggan sebanyak 109,929 unit sambungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 7.12dibawah ini.

Tabel7.12

Jumlah Pelanggan dan Volume Pemakaian Air

No Unit Produksi Cakupan Pelayanan

Jumlah Pelanggan

(Unit)

1 IPA Kedungwaringin Desa Waringinjaya 95

Desa Kedungwaringin

- Desa Karang Sentosa Kecamatan Sukakarya

Desa Lenggah Sari 1,091 Kec. Muara Gembong

Desa Jaya Sakti Desa Pantai Mekar Desa Pantai Sederhana

4 IPA Tegal Gede

Cabang Cikarang Utara 9,643 Cabang Cikarang

Selatan 12,360

(30)

No Unit Produksi Cakupan Pelayanan

6 IPA Rawa Lumbu Cabang Rawalumbu 8,900

Unit Setia Mekar 678

7 IPA Tambun

8 IPA Rawa Tembaga Cabang Rawatembaga 10,640 Unit Harapan Baru 2,692

9 IPA Babelan Cabang Babelan 2,070

Unit PUP 3,500

10 IPA Pondok Ungu

Cabang Pondok Ungu 15,300

Unit PUP 6,000

Unit Taruma Jaya 5,350

11 IPA Poncol

12 Sumur Bor Pondok

Gede Unit Pondok Gede 776

Kabupaten Bekasi 109,929

Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013

f. Meter Pelanggan

Meter pelanggan yang terpasang saat ini terdiri dari

bermacam-macam merk produksi dalam dan luar negeri jenis kering dan

basah. Pada umumnya meter air dengan usia diatas 4 tahun

tingkat akurasinya sudah mulai diragukan. Selain itu, kondisi meter

(31)

randah, sehingga air yang tercatat sebagai air terjual tidak sesuai

dengan tingkat pemakaian air yang sesungguhnya

g. Kontinuitas Pelayanan

Pelayanan ke pelanggan untuk sistem perpipaanbelum kontinyu

selama 24 jam/hari terutama pada jam-jam puncak, hal ini

disebabkan karena peralatan produksi yang kurang mendukung

h. Kebocoran

Tingkat kehilangan air rata-rata untuk PDAM Kabupaten Bekasi

cukup tinggi, yaitu sebesar 32,42%. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat Tabel7.13dibawah ini.

Tabel 7.13

Persentase Kehilangan Air Tahun 2010 Kabupaten Bekasi

Kehilangan terbesar terjadi pada jaringan distribusi, sedangkan

pada unit produksi kehilangan rata-rata sebesar 5,93%. Pada

sistem distribusi ini, kehilangan air terbesar ada di cabang

pelayanan Rawa Tembaga, 47,49%, pada bulan desember th 2010.

Kehilangan air yang terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal

(32)

memberikan kontribusi terbesar terhadap kehilangan ini umumnya

adalah :

1. Kehilangan air secara fisik pada jaringan pipa transmisi dan

distribusi, yang bisa disebabkan karena :

• Kondisi pipa yang sudah tua sehingga banyak terjadi kebocoran pada sambungan

• Jenis pipa seperti ACP (Asbes Cement Pipe) yang rentan terhadap kebocoran

• Adanya pipa yang pecah akibat getaran dari beban diatasnya 2. Adanya illegal connection (sambungan liar)

3. Kondisi meter pelanggan yang rusak, kurang baik atau tingkat

keakuratannya randah, sehingga air yang tercatat sebagai air

terjual tidak sesuai dengan tingkat pemakaian air yang

sesungguhnya.

Kehilangan air seperti ini perlu ditekan melalui program penurunan

kebocoran air, sehingga jumlah air yang bisa diselamatkan dapat

dimanfaatkan untuk menjamin kuantitas dan kontinuitas air

pelanggan, atau bahkan menjadi potensi untuk penambahan

pelanggan baru.

2. Sistem Non Perpipaan

Selain sistem perpipaan, pelayanan air minum di Kabupaten Bekasi

terdapat juga pelayanan sistem non perpipaan. Berdasarkan

penjelasan PP No.16 Pasal 5 ayat (3) yang dimaksud non perpipaan

adalah meliputi : • Sumur Dangkal,

• Sumur Pompa Tangan (SPT), • Bak Penampung Air Hujan (PAH), • Terminal Air (TAHU),

• Mobil Tangki Air, • Instalasi Air Kemasan,

(33)

Komposisi sistem penyediaan air minum non perpipaan di

Kabupaten Bekasi khususnya sumur tanah dangkal merupakan

alternative sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat/penduduk. Selain itu keberadaan, Mobil Tangki,

Tangki Hidran Umum, RO (Reverse Osmosis) cukup membantu

kebutuhan air minum penduduk di wilayah-wilayah yang belum

terlayani sistem perpipaan dan wilayah-wilayah rawan air

minum/bersih.

B. Aspek Pendanaan

Secara garis besar kondisi pendanaan pengembangan SPAM

Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Penjualan Air

Dengan ketentuan tarif seperti tercantum dalam tabel diatas

tersebut maka untuk tahun 2010 pendapatan usaha yang

diperoleh adalah sebesar Rp. 111,001,019,720,00 yang terdiri dari

:

Pendapatan Air : Rp. 101.751.422.565,00 (diperoleh dari harga air

dan jasa administrasi)

Pendapatan Non Air : Rp. 9,249,597,137,00 (diperoleh dari

sambungan baru, pendaftaran sambungan baru, jasa perencanaan,

balik nama, jasa penyambungan kembali, denda rekening dan

lain-lain).

2. Struktur Tarif

Dengan asumsi distribusi air kepada pelanggan berjalan normal,

maka tinggi-rendahnya penerimaan PDAM dari penjualan air sangat

dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

Besaran tarif yang diberlakukan kepada pelanggan

Besaran pemakaian air oleh pelanggan

Tingkat tarif yang berlaku saat ini adalah adalah tarif yang

ditetapkan melalui surat keputusan Bupati tetntang Penyesuaian

(34)

Keputusan Direksi PDAM Bekasi No. NOMOR :

10/Kep/PDAM/Bks/IV/2011.

Berdasarkan keputusan ini tarif air mengalami Penyesuaian tarif

dasar air minum PDAM Tirta Bhagasi Bekasi dari Rp 2.130/m3

menjadi Rp 2.550/m3, pemberlakuan tarif dasar ini diperhitungkan

secara progresif menurut jenis dan klasifikasi pelanggan, sesuai

dengan lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

keputusan ini.

Tabel 7.14

Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Bekasi

No Kelompok Pelanggan Tarif per m3

0 - 10 m3 > 10 m3

1 Sosial

a. Sosial Umum 1,300 1,300

b. Sosial Khusus 1,400 1,400

Non Niaga

2 Rumah Tangga

a. Rumah Tangga 1 2,550 4,160

b. Rumah Tangga 2 3,030 5,780

c. Rumah Tangga 3 3,800 7,300

Kantor Pemerintah 3,040 5,780

3 Niaga

Niaga 1 4,560 7,500

Niaga 2 5,320 8,500

Niaga 3 6,270 9,400

4 Industri

Industri Kecil 6,270 9,400

Industri Sedang 7,210 10,820

(35)

Tabel 7.15

(36)

C. Kelembagaan

Struktur organisasi PDAM Bekasi ditetapkan berdasarkan Surat

Keputusan Bupati No. 690/SK.29.PDAM/1968 tanggal 26 Desember 1988

yang diperbaharui oleh Surat Keputusan Bupati No. 8 tahun 2000 tanggal

23 Agustus 2000. Struktur organisasi tersebut berbentuk garis lini dan

staf dimana komando lini terletak pada Direksi, Kepala Bagian, Kepala

Sub Bagian dan kepala urusan. Sedangkan fungsi staf adalah terletak

kepada Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang, dan Kepala urusan. Secara rinci

organisasi PDAM terdiri dari a) unsure pimpinan; b) unsure staf dan c)

unsure pelaksana.

Pada Direktur umum terdapat 3 Kepala Bagian, 11 Kepala Sub

Bagian dan 16 Kepala Urusan. Sedangkan Direktorat Teknik membawahi 5

Kepala Bagian, 11 Kepala Sub Bagian dan 14 Kepala Urusan. Pada Struktur

organisasi PDAM Bekasi terdapat 45 jumlah jabatan. Urutan struktur

organisasi yang berfungsi menjadi penggerak operasionalisasi PDAM

Bekasi terdiri dari:

1. Badan Pengawas

2. Direktur Utama

3. Direktur Bidang Umum dan Keuangan

4. Direktur Teknik

5. Satuan Pengawas Intern

6. Penelitian dan Pengembangan

7. Kepala Bagian

Disamping itu, struktur organisasi yang berada di cabang terdiri

dari:

1. Kepala cabang

2. Kepala seksi umum

3. Kepala seksi inkaso

4. Kepala seksi teknik

5. Kepala instalasi

Kepala-kepala seksi tersebut langsung membawahi beberapa staf,

PDAM Bekasi mempunyai 6 (enam) kantor cabang. Sebanyak empat (4)

(37)

kecamatan-kecamatan sedangkan 2 (dua) kantor cabang lainnya tidak mempunyai

unit pelayanan,.

Per 31 Desember 2008, PDAM Bekasi memiliki 429 karyawan,

sedang pada tahun sebelumnya berjumlah 396 orang dengan rincian

sebagai berikut:

1. Menurut tingkat pendidikan : • Pasca sarjana : 1 orang • Sarjana : 27 orang • Sarjana Muda : 2 orang • SLTA : 333 orang • SLTP : 42 orang • SD : 24 orang

2. Menurut status kepegawaian • Pegawai Tetap : 323 orang • Calon Pegawai : 13 orang

• Honorer Harian tetap : 42 orang • Honorer Tidak tetap : 0 orang • Tenaga Kontrak : 51 orang 3. Menurut golongan

• Golongan A : 12 orang • Golongan B : 214 orang • Golongan C : 97 orang

• Honorer/Kontrak : 106 orang

Jumlah pelanggan per 31 Desember 2008 adalah 134.275

sambungan langsung sehingga rasio karyawan pada tahun 2008 sekitar 3

per 1000 pelanggan.

D. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air

minum di Kabupaten/ Bekasi adalah sebagai berikut :

1. Surat keputusan Bupati tetntang Penyesuaian Tarif Dasar Air Bersih

dan Biaya Lainnya PDAM Bekasi

(38)

10/Kep/PDAM/Bks/IV/2011

3. Surat Keputusan Bupati No. 8 tahun 2000 tanggal 23 Agustus

2000 tentang Struktur organisasi PDAM Bekasi

E. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat berpartisipasi dalam penyediaan air bersih pada

lokasi-lokasi yang belum terjangkau oleh PDAM maupun swasta, dalam bentuk

individual maupun komunal. Sumber dana pembangunan sistem yang

dikelola oleh masyarakat dapat berupa sumber dana masyarakat,

sumberdana swasta melalui CSR atau pembangunan oleh developer, atau

bantuan dari berbagai negara donor atau dari pemerintah pusat/provinsi.

Perlu adanya inventarisasi yang baik mengenai sistem-sistem yang

dikelola oleh masyarakat.

7.3.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Bekasi dalam

pengembangan SPAM dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Peningkatan kebutuhan akan air minum di Kabupaten Bekasi di masa yang akan datang

Berdasarkan dokumen-dokumen rencana tata ruang, Kabupaten

Bekasi merupakan pusat pengembangan kawasan industri di

Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini berimplikasi pada peningkatan

jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi secara signifikan.

2. Cakupan pelayanan PDAM masih rendah

Berdasarkan data Perpamsi tahun 2010, jumlah penduduk di

Kabupaten Bekasi adalah 2.262.794 jiwa, jumlah penduduk wilayah

pelayanan adalah 134.275 jiwa, dan jumlah pelanggan adalah

147.761 SL. Berdasarakan informasi tersebut, cakupan pelayanan

terhadap penduduk perkotaan adalah 26,36%, cakupan pelayanan

terhadap penduduk wilayah pelayanan adalah 20,27%, dan

cakupan pelayanan terhadap penduduk administrasi adalah

(39)

85% penduduk mempunyai akses terhadap air minum pada tahun

2015.

3. Distribusi dan kepadatan penduduk tidak merata

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bekasi bervariasi antara 254

jiwa/km2 di Kecamatan Muaragembong hingga 10.083 jiwa/km2

di Kecamatan Tambun Selatan, dengan kepadatan rata-rata 2.162

jiwa/km2. Penduduk yang tersebar dan kepadatan yang tidak

merata menimbulkan persoalan dalam perluasan jaringan karena

tersebarnya penduduk berimplikasi pada biaya pengadaan jaringan

yang mahal.

4. Tingkat kebocoran tinggi

Berdasarkan data tahun 2010 tingkat kebocoran di PDAM

Kabupaten Bekasi cukup tinggi, yaitu 34,75%. Kehilangan air yang

terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal baik teknis maupun

non teknis, namun penyebab potensial yang memberikan

kontribusi terbesar terhadap kehilangan ini umumnya adalah :

a) Kehilangan air secara fisik pada jaringan pipa transmisi dan

distribusi, yang bisa disebabkan karena :

• Kondisi pipa yang sudah tua sehingga banyak terjadi kebocoran pada sambungan

• Jenis pipa seperti ACP (Asbes Cement Pipe) yang rentan terhadap kebocoran

• Adanya pipa yang pecah akibat getaran dari beban diatasnya b) Adanya illegal connection (sambungan liar)

c) Kondisi meter pelanggan yang rusak, kurang baik atau tingkat

keakuratannya randah, sehingga air yang tercatat sebagai air

terjual tidak sesuai dengan tingkat pemakaian air yang

sesungguhnya.

5. Jumlah langganan tunggu atau potensial cukup besar

Berdasarkan Perpamsi (2010), jumlah pelanggan PDAM Kabupaten

Bekasi adalah 147.761 SL, yang terdiri dari 142.984 SL pelanggan

rumah tangga, 945 SL pelanggan sosial, 3.687 SL pelanggan

(40)

penduduk kawasan perkotaan merupakan pelanggan potensial

Kabupaten Bekasi merupakan pelanggan potensial.

6. Terdapat kapasitas belum dimanfaatkan (idle capacity)

Berdasarakan Perpamsi (2010), sumber air tersedia di Kabupaten

Bekasi terdiri dari sungai dan sumur dalam. Kapasitas sungai

adalah 2.060 l/det, sedangkan sumur dalam adalah 10 l/det,

sehingga secara total kapasitas terdsedia adalah 2.070 l/det. Saat

Dari kapasitas yang tersedia tersebut, yang dimanfaatkan saat ini

adalah sungai sebesar 1.517 l/det dan sumur dalam 10 l/det,

sehingga secara total kapasitas yang sudah dimanfaatkan adalah

1.527 l/det, sehingga masih terdapat kapasitas yang belum

dimanfaatkan sebesar 556 l/det.

Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas,

selanjutnya

dilakukan

perumusan

alternatif

pemecahan

(41)

Tabel 7.16

Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM

No DiperbandingkanParameter Yang Alternatif-1

Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5)

A Kelembagaan 1 Organisasi SPAM

2 Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll)

3 SDM

B Teknis Operasional

a). Pembangunan baru:

1 Sumber Air Baku

Tingkat ketersediaan air baku yang direncanakan akan memanfaatkan air baku dari sumber air permukaan yaitu saluran Tarum Barat, kali Bekasi, Cibeet , sungai Kali Malang dan Kali Cikarang

Pipa transmisi ini mengalirkan air dari sumebr air baku menuju instalasi pengolahan

2 Bangunan Intake

3 IPA

4 Reservoir & Pompa Distribusi

5 Jaringan Transmisi

Perpipaan transmisi direncanakan menggunakan pipa STEEL, dengan diameter dihitung berdasarkan Debit rata-rata daerah pelayanan

6 Jaringan Distribusi

Penggantian pipa distribusi yang dirasa sudan lama dan sudah tidak layak dipandang dari spesifikasi teknis kemudian langkah kedua adalah

Untuk menekan Kebocoran air bersih yang lebih tinggi

7 Sambungan Rumah

(42)

No Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1

Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5)

b). Rehabilitasi dan Peningkatan

Kapasitas 1 Sumber Air Baku

2 Bangunan Intake

3 IPA

4 Reservoir & Pompa Distribusi

5 Jaringan Transmisi

6 Jaringan Distribusi

7 Sambungan Rumah

penambahan sambungan langsung atau sambungan rumah di tiap cabang

Direncanakan pelayanan air bersih untuk sambungan langsung pada tahun 2025 ialah sekitar 70 %,. pada tahun 2020 meningkat menjadi 80 % dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bekasi.

8 Meter Pelanggan

c). Operasi & Pemeliharaan

C Pembiayaan

1 Sumber Pembiayaan Pemerintah , Kerjasama denganBadan Usaha dan CSR

Mendorong good corporate

governance dalam pembiayaan dan pengelolaan infrastruktur publik, diversifikasi sumber pembiayaan, meningkatkan struktur pembiayaan perusahaan dan lebih efektif dalam menarik jangkauan yang lebih luas dalam investors network

2 Tarif Retribusi

(43)

No Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1

Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5)

2 Kemampuan membayar retribusi

3 Kemampuan berpartisipasi

Keterangan:

- Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan.

(44)

7.3.4 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 7.3.4.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

Tingkat pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi saat ini

cenderung berpariasi di tiap tiap kecamatan tergantung dari kondisi dan

karakter kecamatan tersebut, dari 23 kecamatan yang berada di

Kabupaten Bekasi pelayanan air bersih yang paling tinggi berada di

kecamatan Bojongmangu yaitu sekitar 50 % sedangkan kecamatan

kecamatan lainya dibawah 50%, adapun pelayanan air bersih yang paling

kecil berada di lima kecamatan yaitu; Kecamatan Setu, Kecamatan

Sukawangi, Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Pebayuran (berdasarkan

Survey).

Apabila dikaitkan dengan program MGD’s pelayanan air bersih di

Negara berkembang pada tahun 2015 skala nasional harus mencapai 60%

maka rasanya sulit diterapkan di Indonesia karena beberapa factor

diantaranya adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dan

klasifikasi antara perkotaan dan pedesaan sangat di kecamatan yang ada

di Kabupaten Bekasi yang sangat mencolok.

Mempertimbangkan dan mensinkronkan dengan arah kebijakan

yang ada, maka prioritas pembangunan pengembangan SPAM di

Kabupaten Bekasi ditekankan pada kawasan perkotaan dan IKK,

khususnya masyarakat-masyarakat miskin perkotaan, rawan air minum,

IKK rawan air minum dan desa rawan air minum,Pelayanan distribusi ke

penduduk terdiri dari : • Sambungan langsung • Sambungan hidran umum.

Pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi saat ini masih terfokus

pada daerah perkotaan yang menjadi perbatasan antara kabupaten

Bekasi,Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan DKI

Jakarta,sedangkanpengembangan ke sebelah timur perbatasan antara

Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Karawang pengembangan berbasis

IKK atau Ibi Kota Kecamatan atau daerah perumahan yang tersebar di

(45)

pemerintah atau dikelola oleh PDAM ada juga pelayanan air bersih yang

dikelola oleh swasta seperti yang terdapat ada di Kecamatan Cikarang.

Pemkab Bekasi mencatat ada 10 Kecamatan di wilayah setempat

yang dilanda kekeringan krisis air bersih akibat pengaruh musim

kemarau selama beberapa bulan terakhir ini. Sepuluh kecamatan tersebut

diantaranya Kecamatan Tarumajaya, Muaragembong, Babelan,

Cabangbungin, Cikarang Timur, Cikarang Selatan, Serang Baru, Serang,

Setu dan Cibarusah.

Adapun rencana pengembangan air bersih di Kabupaten Bekasi

akan di prioritaskan pada daerah yang rawan air,sesuai dengan data

bussines plan dan masukan dari PDAM Kabupaten Bekasi.

Sedangkan untuk rencana Tahapan Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Bersih Kabupaten Bekasi dibagi dalam 2 (dua) tahapan rencana, yaitu

rencana rehabilitasi dan optimalisasi sistem dan tahap pengembangan

sistem penyediaan air minum, sebagai berikut :

• Rencana rehabilitasi dan optimalisasi sistem eksisting direncanakan untuk meningkatkan pelayanan penduduk pada

tahun 2011 - 2016.

• Rencana pengembangan tahap I, tahun 2011 s/d tahun 2016 • Rencana pengembangan tahap II, tahun 2017 s/d tahun 2025

7.3.4.2 Kebutuhan Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten

Bekasi dengan horizon perencanaan sampai Tahun 2025, didasarkan

pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi, kebutuhan air

minum, penyebaran permukiman, kondisi topografi serta ketersediaan

sumber air. Berdasarkan kajian terhadap sumber air pada bab

sebelumnya, terdapat beberapa alternatif sumber air yang dapat

digunakan oleh masing-masing Cabang antara lain Saluran Tarum Barat,

Saluran Kali Malang,Saluran Cikarang,Salura Cibeet dan Sumur Dalam.

Saluran Tarum Barat ini merupakan aliran sungai dari yang melewati

Kecamatan Cikarang Pusaat sampai ke Kecamatan Tambun Selatan,

(46)

Sistem yang ada (eksisting) akan tetap digunakan dan

diinterkoneksikan dengan sistem yang direncanakan, selama kondisi dan

kualitas perpipaan masih cukup baik (sesuai standar). Jika jaringan

perpipaan eksisting tidak layak untuk system interkoneksi, maka

perencanaan jaringan pipa dalam Master Plan Kabupaten Bekasi ini

dianggap semuanya merupakan rancangan baru.

Rencana pengembangan dengan sistem perpipaan secara umum

akan mengikuti pedoman-pedoman yang sudah ada, tetapi penggunaan

pedoman tersebut tidak akan secara langsung diterapkan tanpa melalui

evaluasi terlebih dahulu.

Rencana pengembangan pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi

Sampai Tahun 2025 berdasarkan atas kebutuhan air bersih per orang per

hari yang berpariasi tiap kecamatan,adapun kebutuhan air bersih per

orang per hari di cabang Pondok Ungu dan Cabang Cikarang mempunyai

beban sebesar 200 lt/or/hari sedangkan kebutuhan air di cabang Tambun

mempunyai beban 175 lt/or/hari.

7.3.5 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di

Kabupaten Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan

dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen RISPAM Kabupaten Bekasi disusun pada tahun 2013

7.3.6 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM

disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan

prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut

memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan

atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian

usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan

pembangunan ekonomi.

Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil

(47)

keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program diupayakan

dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya

ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan

pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan

dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam

paket-paket kegiatan/program.

Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun

berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah

Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada

indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu

dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.

Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat

berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan

bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk

proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar),

bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan

kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat

kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program Sektor Air

Bersih Kabupaten Bekasi dapat dilihat padaLampiran Tabel.

7.4

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

7.4.1 AIR LIMBAH

7.4.1.1 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di

Indonesia antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana

sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan

mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas

pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar

(48)

dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas

2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan

belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha

dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman

berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan

hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan

yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman

serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang

koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air

limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta

lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber

pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari

pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas

penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya

tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang

tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah meliputi:

1. Terkait dengan infrastruktur

Isu strategis dan permasalahan mendesak terkait dengan

infrastruktur dalam pengembangan sector limbah domestic adalah : • Dari 11 kendaraan yang dimiliki hanya 2 yang dapat

difungsikan. Dari dataEHRA bahwa kepemilikan jamban pribadi

(49)

perlu dibandingkan dengan penyediaan armada.

• Kondisi IPLT saat ini perlu dilakukan pembenahan. Hal ini tentunya terkait juga dengan keberfungsian utilitas pendukung

kolam lumpur tinja

• Perlunya penyediaan workshop dalam rangka pengelolaan IPLT. • Masyarakat Kabupaten Bekasi masih ada yang melalukan BABS.

Dari hasil EHRA masih 20 % penduduk yang melakukan BABS.

Oleh karena itu pemerintah perlu menyediakan sarana bagi

masyarakat agar dapat stop BABS

2. Terkait dengan non-infrastruktur Selain infrastruktur, hal yang sifatnya non infrastruktur menjadi isu strategis dan permasalahan lain yang juga perlu diperhatikan. Diantaranya adalah terkait dengan :

• Peningkatkan kinerja operator pengelola IPLT. Hal ini menjadi penting karena dengan meningkatnya kinerja diharapkan akan

meningkatkan pula layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu

perlu dibentuk UPTD pengelola IPLT, agar dapat lebih focus

untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat • Selain itu juga dalam rangka meningkatkan kinerja operator

pengelola IPLT maka perlu didukung oleh SDM yang handal.

SDM yang handal dapat dimiliki dengan beberapa cara seperti

memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat membantu

meningkatkan kemampuannya

• Perlunya dukungan pendanaan dalam rangka untuk operasional IPLT. Dukungan pendanaan tentunya tidak saja dari APBD yang

diberikan secara rutin namun dapat juga dari retribusi yang

didapat dari pengelolaan IPLT. Untuk itu perlu didukung oleh

regulasi yang kuat terutama mengenai pengelolaan dan

retribusi.

• Dalam semua aspek, peran serta masyarakat menjadi hal yang penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Saat ini

dalam mendukung pengelolaan air limbah domestic peran serta

(50)

umum maupun, seperti iuran yang digunakan untuk

operasional termasuk siapa yang akan mengelolanya.

• Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang dikembangkan sebagai industry tentunya memiliki karakter yang berbeda disbanding

dengan wilayah lainnya. Dengan kehadiran industry tersebut

terkait dengan pengelolaan lumpur tinja maka perlu

dipertimbangkan bagaimana pengelolaan lumpur tinja yang

dihasilkan dari lingkungan industry. Tanpa didukung oleh

regulasi yang baik apalagi kapasitas IPLT tidak memungkinkan

untuk menampung banyaknya pekerja industry maka akan

menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu kiranya

industry memiliki pengelolaan lumpur tinja tersendiri dan tidak

bergabung dengan IPLT yang memang lebih diutamakan untuk

masyarakat. Dalam hal ini partisipasi dunia usaha perlu

ditingkatkan.

• Selain industry, di Kabupaten Bekasi juga banyak berkembang perumahan-perumahan. Pemerintah perlu membuat regulasi

agar perumahan tersebut dapat menyediakan IPAL komunal.

7.4.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah A. Aspek Teknis

Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bekasi secara

teknis dilayani oleh :

System Setempat (on site system)

Merupakan system pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi

pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki

dapat berupa ;  septic tank  cubluk  plengsengan Dari tempat

penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan pengangkutan

dengan mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. • System Terpusat (Off Site System)

Adalah sistem suatu pengolahan air limbah dengan menggunakan

suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air

(51)

untuk selanjutnya diolah. Pengolahan dimaksudkan untuk

mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada

pengolahan tahap selanjutnya , yaitu :

1. Pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara

fisik partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit

pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya

menggunakan system pengendapan dan pengapungan.

2. Pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses

penguraian (secara biologis atau biokimia dengan bantuan

mikroorganisma) dan menguraikan zat-zat organic, perosesnya

menggunakan lumpur aktif, cakram biologis, trikling filter,

extended aeration, dan oxidation pond.

Cakupan Layanan pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten

Bekasi, pada saat ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bekasi yang

terdiri dari 23 kecamatan. Dalam pengelolaan limbah domestic,

Kabupaten bekasi memiliki 1 buah IPLT berlokasi di Desa Muktiwari

Kecamatan Cibitung. Kapasitas kolam pengaduk adalah 50 m3. Saat ini

pelayanan untuk limbah tinja (blackwater) 74,65%. Sedangkan sistem air

limbah skala komunal/kawasan/kota (bw+gw) masih sangat kecil, yakni

baru sekitar 0,67 %.

Jumlah armada yang dimiliki adalah 11 kendaraan namun yang

beroperasi hanya 1 kendaraan. Tarif yang diberlakukan bergantung pada

jarak yang ditempuh dan rata-rata berkisar antara Rp. 80.000,- sampai

Rp.

100.000,-Tabel 7.17

Kapasitas Pelayanan Eksisting

Prasarana

dan Sarana Jumlah

Kapasitas Sistem Pengolahan

Lembaga Pengelola

Keterangan Kondisi

Truk Tinja 11 4 (m3) Pemerintah 9 rusak

6-7 4 (m3) Swasta

IPLT 1 150(m3)

(52)

Tabel 7.18

Jumlah Sarana Septitank Komunal Kabupaten Bekasi

1 Setu 118.615 33.677 50 26.523 3.344 3.760

2 Serang Baru 114.263 26.077 37 22.268 1.787

3 Cikarang Pusat 61.162 13.240 242 2.998

4 Cikarang Selatan

168.402 30.530 30.530

5 Cibarusah 78.501 14.490 464 14.026

6 Bojong Manggu 23.687 4.093 4.093

7 Cikarang Timur 95.215 17.919 449 17.470

8 Kedungwaringin 56.696 8.123 5.319

9 Cikarang Utara 223.369 23.536 233 36.803

10 Karang Bahagia 90.654 18.754 18.574

11 Cibitung 210.997 43.831 11 43.820

12 Cikarang Barat 223.682 69.640 69.570

13 Tambun Selatan 441.315 101.017 100.920 97

14 Tambun Utara 150.004 30.285 30.284

15 Babelan 225.234 40.502 40.502

16 Tarumajaya 116.606 22.189 22.989

17 Tambelang 35.431 6.950 2 6.948

18 Sukawangi 43.955 17.968 17.968

19 Sukatani 72.255 6.729 25 6.704

20 Sukakarya 42.740 5.574 5.574

21 Pebayuran 93.944 38.580 38.580

22 Cabangbungin 45.654 7.299 7.299

23 Muaragembong 35.736 10.724 2.806 3.618 4.300

Jumlah 2.768.117 591.727 4.319 573.380 3.344 9.944

B. Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Daerah no 7 tahun 2009 tentang Organisasi

Perangkat Daerah Kabupaten Bekasitentang pengelolaan Air Limbah

Domestik dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam

Kebakaran bidang Kebersihan. . Untuk pengelolaan dan pengolahan di

(53)

untuk pemeliharaan sarana angkutan dilakukan oleh seksi pemeliharaan

sarana dan prasarana.

C. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten Bekasi yang terkait

dengan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah no 7 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Bekasi tentang pengelolaan Air Limbah

Domestik

7.4.1.3 Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dari aspek teknis dan non teknis

seperti tertuang pada table berikut.

Tabel 7.19

Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi

No Aspek Pengelolaan Air Limbah I Aspek Non Teknis

A. Kelembagaan sumber pembiayaan pembangunan

prasaranan dan sarana air limbah permukiman

(54)

D. Peran Serta Masyarakatdan Swasta

A. Sistem On-SiteSanitation

- MCK

- Septik Tank Komunal - PS Sanitasi Berbasis Masyarakat

- Truk Tinja

- IPLT Belum optimalnya

pelayanan IPLT

B. Sistem Off SiteSanitatioan

- Sambungan Rumah

7.4.1.4 Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di

Kabupaten Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan

dilaksanakan meliputi :

1. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada

tahun 2012

2. DokumenmasterplanSistemAirLimbah

SkalaKabupatendilaksanakanpadatahun2014

3. StudiKelayakanPusatpengolahanLimbahB3dilaksanakanpadatahun2

014

Gambar

Tabel 7.1Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi
Tabel 7.2Kawasan Kumuh Kabupaten Bekasi
Tabel 7.3Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi
Tabel 7.6Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bekasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros ke poros yang lain dengan rasio kecepatan yang konstan dan memiliki

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok usila yang

(1) Subdinas Industri Kecil dan Dagang Kecil mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan sarana, usaha, industri, perdagangan, peningkatan kerja sama dan pemantauan

Upaya pemberdayaan zakat produktif melalui Program OKU Taqwa oleh BAZNAS OKU Timur melalui zakat, dengan memberikan zakat dengan melalui penyediaan alat-alat

Ari Eko Wibawanto. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Widya

Pesan-pesan yang disampaikan dalam novel ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam dunia pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang maha esa, penulis sudah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Motif pembaca Suplemen Khusus Persebaya di Koran Jawa Pos

Peneliti memilih kegiatan employee relations untuk diteliti, hal tersebut karena belum ada penelitian mengenai employee relations dalam hal family gathering di