B A B 7
R E N C A N A P E M B A N G U N A N
I N F R A S T R U K T U R
7.1
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
7.1.1 ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang
keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai
kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan
permukiman di Kabupaten Bekasi seperti terlihat pada Tabel 6.1 dibawah ini.
Tabel 7.1
Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi
No Isu Strategis Keterangan
1
Sektor industry booming memerlukan strategi penataan peruntukan kawasan (Permukiman Jasa Perkotaan), tanah matang dan transportasi
-2
Pengembangan potensi dari kawasan utara memerlukan strategi pengembangan kawasan pesisir pantai, sungai, moda transport terpadu (laut – sungai – darat) dan hutan bakau.
-3
Pengembangan kawasan tengah memerlukan strategi : penataan, revitalisasi dan pemilihan lokasi pemicu strategis untuk dapat menarik kearah utara.
-7.1.2 KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat
berkeadilan sosial. Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar
diseluruh kecamatan seluas +13.918 Ha.
Kawasan pengembangan permukiman berlokasi di
KecamatanTambun Utara, Tambun Selatan,Cibitung,Cikarang
Barat,Cikarang Utara,Cikarang Timur,Cikarang Pusat,Cikarang Selatan,
Setu,Serang Baru,Cibarusah,Bojongmangu,Kedung waringin,Karang
Bahagia danSukatani. Kawasan permukiman ini mempunyai luas
keseluruhan +14.051 Ha.
Pusat-pusat permukiman di Kabupaten Bekasi berperan sebagai
counter magnet untuk mengurangi tekanan penduduk dengan segala
aktifitasnya ke DKI Jakarta. Pengembangan pusat-pusat permukiman di
Kabupaten Bekasi dilakukan melalui pengembangan sektor industri
sebagai leading sector dalam rangka penyediaan lapangan usaha dan
kemandirian pusat permukiman .
Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di
perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan
dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai
dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan
masyaraskatnya.Keberadaan kawasan kumuh di perkotaan menjadi satu
bagian permasalahan tersendisi di perkotaan. Di Kabupaten Bekasi
periode 2009 – 2009 telah mencoba untuk mengidentifikasi lokasi dan
luasannya. Luas kawasan kumuh yang teridentifikasi adalah 164 Ha di 12
kecamatan.
Tabel 7.2
Kawasan Kumuh Kabupaten Bekasi
Kecamatan Desa
Luas Wilayah Kumuh
(ha)
Cibarusah Cibarusah Kota 5,56
Cibitung Wanasari
Cikarang Utara Karang asih
Cikarangkota
Kecamatan Desa
Karang Bahagia Karang Anyar
Karang Setia
Na Na
Sukatani SukamanahSukamulya NaNa
Sukakarya Sukakarya
Tipologi kawasan permukiman perdesaan untuk kabupaten Bekasi
nampak perlu diperhtikan berhubung luasan areal pertanian dan
pekarangan yang cukup signifikan. Upaya yang dilakukan oleh pihak
pemerintah Bekasi perlu diapresiasi dengan baik berkenaan dengan
rencana penataan perumahan nelayan dipantai utara jawa (pantura) yaitu
di kecamatan Muara Gembong dan Tarumajaya.
Fokus pengembangannya adalah pengembangan perumahan atas
dasar kawasanpengembangan kawasan yang dilakukan bersama-sama
dengan kementrian Menpera. Dengan melangsir perumahan minapolitan
ini, upaya pemihakan pemerintah kabupaten Bekasi diwilayah pantura ini
dapat fokus pada kawasan perumahan nelayan yang kondisi eksistingnya
Disisi lain, diwilayah selatan terutama pada Kecamatan Setu,
berkembangan desa yang berpotensi pada kegiatan kerajinan mengingat
didalamnya terdapat komponen – komponenpendukungyaitu
1. Terdapat rumah tradisional panggung dengan kondisi yang
memprihatinkan (kumuh dan kurang terawat)
2. Terdapat tenaga kerja yang bekerja dipabrik dengan jenis
pekerjaan yang dapat di-sub kontrak (dialih operkan) pada
masyarakat sebagai pekerja dengan petunjuk (pola/guidence) dari
pihak ouwner/pabrik.
3. Terdapat pengusaha yang melakukan kegiatan kerajinan dengan
jenis komoditas kerjainan (manik-manik-gelang, kalung dan lain
lain jenis perhiasan) yang telah terpasarkan dengan baik di Pasar
Pagi Jakarta.
4. Terdapat tanah pekarangan dan sawah yang masih luas
5. Terdapat akses yang baik
6. Terdapat kawasan pariwisata disekitarnya sebagai kawasan
tetangga (kabupaten Bogor, wilayah Cileungsi, kawasan Mekar
Sari).
7.1.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di
Kabupaten Bekasidirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan,
aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek
lingkugan permukiman. Permasalahan dan tantangan serta solusi
alternatif pemecahannya dalam pengembangan permukiman di
7.1.4 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting
dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Analisis kebutuhan juga
harus mengacu pada target pengembangan permukiman yang termuat
dalam RPIJM, RTRW maupun Renstra SKPD. Untuk lebih jelasnya mengenai
analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten
Analisis korelasi diartikan sebagai upaya menganalisis keterkaitan
atau ketersambungan (konteks) dari strategi pembangunan permukiman
dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema
manajemen pembangunan perkotaan. Untuk menelaborasi strategi
korelasi diatas, diperlukan pemahaman terhadap komponen pembentuk
manajemen pembangunan perkotaan. Untuk itu, kajian terhadap
perencanaan RTRW Kabupaten Bekasi termasuk kondisi eksistingnya,
merupakan hal yang penting dilakukan.
Perimbangan menjadi persyaratan untuk berlakunya strategi
korelasi supaya dapat kondusif terhadap manajemen perkotaan maka
strategi dimaksud harus mampu berkorelasi terhadap :
1.
Kondisi eksisting yang tergambar atau tercipta karena adanyaperencanaan, pembangunan ataupun paska pembangunan dimana
secara faktual memberi ritme pada pembangunan seperti :
• Kabupaten Bekasi secara nyata terbagi atas 3 (utara-tengah dan selatan ) atau minimal 2 bagian yaitu (utara dan selatan beserta
bagian tengahnya). Pembagian ini.
• Banyak potensi dan banyak juga “calon” potensi yang akan berpengaruh bila dikakukan penerapan strategi yang bersifat
pengembangan. Contoh diwilayah pertanian, akan menjadi
potensi besar bila dialokasikan kegiata ynag menunjuang
industri pertanian. Bilamana tidak, kawasan ini niscaya hanya
sebagai calon kawasan untuk dilakukan konversi menuju lahan
non pertanian seperti perumhan, industri dan lain-lain-lain.
2. Rencana yang berkembang dilapangan baik yang sudah tertuang
pada RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031 maupun berpotensi
untuk menjadi evaluasi terhadap pendalaman materi Rencana Pola
Ruang maupun Struktur Ruang yang ada di RTRW 2011-2031.
Pertimbangan dinamika aktual ini sangat penting karena secara
legalitas akan menjadi masukan bagi proses evaluasi tiap 5
tahunan pada kinerja perjalanan aplikasi RTRW 2011-2031
korelasi untuk strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan harus mampu berkonteks
dengan :
• Rencana –rencana jalan arteri, jalan toll maupun modatranspor l ainnya seperti sungai beserta fasilitas pendukungnya seperti
dermaga dan pelabuhan sebagaimana yang dicanangkan
diwilayah utara (Tarumajaya dan Muara Gembong).
• Pusat-pusat pertumbuhan yang dialokasikan untuk dikembangkan seperti pada kawasan yang mengumpul
dikawasan tengah
3. Korelasi terhadap rencana sebagaimana termaktud pada
penjelasan dan kajian diatas, strategi pembangunan juga perlu
mengkaji terhadap kendala dan hambatan yang menjadi
permasalahan di kabupaten Bekasi seperti dari aspek spatial
maupun kegiatan yaitu :
• Strtaegi perlu berkorelasi dengan hambatan pengembangan spatial akibat implementasi jalan toll, jalan arteri maupu jalan
kereta api yang secara nyata dilapangan menjadi barier
terhadap ritme dinamika perkembangan.
4. Korelasi dari perencanaan dan kendala atau hambatan yang telah
dikemukakan diatas, membawa pada realita bahwa terdapat
kawasan yang perlu dilakukan pemihakan karena kondisinya
sangat tertinggal ataupun memiliki kekhususan yang spesifik
supaya dalam perkembangannya kedepan Kabupaten Bekasi
mempunyai nilai budaya ataupun nilai-nilai kemanusian yang tinggi
Tabel 7.3
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bekasi
No
Aspek Pengembangan
Permukiman
Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
1. Perumahan buruh / karyawan pabrik jauh dari kawasan industri yang kurang menunjang proses produksi yang efisien
2. Perumahan swadaya cenderung memadat dan kumuh
3. Berkembang perumahan illegal/ squatter pada sekitar sungai, rel KA dan kawasan industri.
1. Pembangunan menumpuk ditengah dan diselatan
2. Perkembangan kawasan terbangun mengancam kawasan pertanian 3. Perkembangan kawasan terbangun
mengancam kawasan pertanian 4. Implementasi jalan toll, jalan arteri
maupu jalan kereta api yang secara nyata dilapangan menjadi barier terhadap ritme dinamika perkembangan
Mendorong pembangunan kawasan permukiman kearah vertical pada kawasan padat penduduk dan pada kawasan permukiman buruh padat disekitar zona dan kawasan industri.
2 Aspek
Kelembagaan
1.Perumahan buruh / karyawan pabrik jauh dari kawasan industri yang kurang menunjang proses produksi yang efisien
1. Peningkatan kinerja dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Bekasi melalui peningkatan koordinasi dengan dinas dan instansi lain di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat dan Pusat serta pihak swasta, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat. 2. Mengembangan instrument
No
Aspek Pengembangan
Permukiman
Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
3 Aspek
Pembiayaan
-Mencari alternative pendaan terutama bagi pengembangan swasta dan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah agar pembangunan dan
pengembangan perumahan di Kabupaten Bekasi dapat berjalan dengan mengacu pada prinsip layak huni dan berkelanjutan.
5
Aspek Lingkungan Permukiman
1. Terjadi penumpukan perumahan berskala kecil yang menimbulkan masalah lingkungan
2. Pembangunan berkonsentrasi di kawasan perkotaan
3. Kawasan terbangun disekitar kawasan perkotaan semakin membesar
4. Perumahan dan kawasan permukiman kecil berkembang kearah lahan murah yang mempersulit pelayanan infrastruktur.
5. Kekurangan pelayanan infrastruktur pada kawasan padat dan kumuh termasuk akses pada fasos dan fasum lingkungan
6. Kawasan yang berpotensi (budaya
1. Mengalokasikan kawasan permukiman kota pada seluruh pusat pertumbuhan kecamatan, diluar kawasan pusat perkotaan dengan dukungan sinergitas system dan moda transportasi yang terpadu.
2. Meningkatkan kualitas hunian yang didukung oleh
infrastruktur memadai
No
Aspek Pengembangan
Permukiman
Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
dan sejarah) sering tidak
KRITERIA KESIAPAN DAERAH
Dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bekasi, kriteria
kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen SPPIP Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2012
2. Dokumen RPKPP Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2013
3. Masterplan Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada
Tahun 2014
4. DED Kasiba –Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun
2014
5. DEDKawasankumuhPenataankawasankumuhdi6KecamatanKabupat
enBekasi dilaksanakanpadatahun 2014.
7.1.5 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Setelahmelaluitahapananalisiskebutuhanuntuk
mengisikesenjangan antarakondisi eksisting dengankebutuhan,maka
disusunlahusulanprogram dankegiatan.Usulan program dankegiatan
berdasarkanskalaprioritas denganmemperhatikankriteriakesiapan
daerah.Selengkapnya usulan program pengembanganpermukiman
KabupatenBekasi tersajipadaTabel 7.4.
Tabel 7.4
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bekasi
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi
1
Penyusunan masterplan dan DED Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2014
1 Dokumen 750.000.000,- Kabupaten Bekasi
2 Dokumen DED Kawasan kumuhtahun 2014. 1 KabupatenBekasi 750.000.000,- KabupatenBekasi
3
Pembangunan Penataan kawasan kumuh Bekasi dilaksanakan pada tahun 2015 - 2018
23 Kecamatan 58.830.000.000,- Kabupaten Bekasi
24 unit 36.135.000.000,- Kabupaten Bekasi
6 Penyediaan infrastruktur kawasan
pedesaan
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi
potensial/agropolitan/minapolitan tahun 2015
7
infrastruktur kawasan potensial agropolitan/minapolitan tahun
Infrastruktur Perdesaan tahun 2014-2018
20 Desa 800.000.000,- Kabupaten
Bekasi
9
Pendampingan PIP untuk operasional dan pengawasan tahun 2014-2018
20 Desa 160.000.000,- Kabupaten
Bekasi
B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari
APBD Kabupaten Bekasi, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun
masyarakat dan swasta. Usulan pembiayaan pembangunan permukiman
di Kabupaten Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.5 dibawah ini.
Tabel7.5
Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bekasi
Kab/kota Masyarakat Swasta CSR Total
1
Penyusunan masterplan dan DED Kasiba Lisiba di Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada tahun 2014
750 750
2 Dokumen DED Kawasan kumuh
tahun 2014. 750 750
3
Pembangunan Penataan kawasan kumuh Bekasi dilaksanakan pada tahun 2015 - 2018
1,330 57,500 58,830
Penyediaan infrastruktur kawasan pedesaan
potensial/agropolitan/minapolitan tahun 2015
1,450 1,450
7 'infrastruktur kawasan potensial
8
Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan tahun 2014-2017
800 800
9
Pendampingan PIP untuk operasional dan pengawasan tahun 2014-2018
160 160
Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program kegiatan
Pengembangan Permukiman tahun 2015 – 2019 di Kabupaten
7.2
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1 ISU STRATEGIS PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,
skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b)
RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan
kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bekasi
untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 7.6dibawah ini.
Tabel 7.6
Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bekasi
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1 Penataan Lingkungan Permukiman
a) Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
b) Lemahnya Pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara
a) Banyak bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
b) Masih banyak asset Negara yang belum teradministrasi dengan baik
c) Sebanyak 281 dari total 703 gedung Sekolah Dasar (SD) di
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tidak lagi layak pakai
7.2.2 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan
di Kabupaten Bekasi dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek
kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta
dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan
lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung
dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam
alternatif pemecahannya dalam penataan bangunan dan lingkungan di
Tabel 7.7
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan Ekonomi Tinggi di Kabupaten Bekasi
bangunan gedung dan keselamatan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
No gedung belum optimal dan perlu diperbaharui
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
1 Aspek Teknis Jumlah rumah tanggamiskin;
Keberlanjutan dan
7.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program dan kegiatan sector
Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bekasi dapat dilihat
padaLampiran Indikasi Program.
7.3
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
Terdapat
isu-isu
strategis
yang
diperkirakan
akan
mempengaruhi
upaya
Indonesia
untuk
mencapai
target
pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut yaitu
:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan
dan
Penerapan
Peraturan
Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan
Masyarakat
7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan
Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
Sedangkan
untuk
Kabupaten
Bekasi
isu
strategis
pembangunan bidang air minum, meliputi :
1. PeningkatanAkses AmanAirMinum
2. PengembanganPendanaan
3. PeningkatanKapasitasKelembagaan
4. PengembangandanPenerapan PeraturanPerundang-undangan
5. PemenuhanKebutuhanAirBakuuntuk AirMinum
6. PeningkatanPerandanKemitraan BadanUsahadan Masyarakat
7. PenyelenggaraanPengembanganSPAMyangSesuaidenganKaida
hTeknis
8. PenerapanInovasi Teknologi
7.3.2 KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM A. Aspek Teknis
Aspek teknis pengambangan SPAM di Kabupaten Bekasi, meliputi :
1. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan SPAM Kabupaten Bekasi dilayani oleh PDAM
Bekasi. PDAM Bekasi terdapat 11 (dua belas) Instalasi Pengolahan
Air dan 2 (dua) Sumur Bor yang melayani wilayah Kota Bekasi dan
Kabupaten Bekasi. Didalam pelayanannya PDAM Bekasi dibagi
menjadi 8 Cabang dan 12 Unit Pelayanan, adapun cabang dan Unit
Pelayanan PDAM Bekasi
Tabel 7.8
Cabang Dan Unit Pelayanan PDAM Bekasi
Cabang Pelayanan Unit Pelayanan
Cikarang Utara
Unit Kedungwaringin Unit Sukatani Unit Cabangbungin
Unit Lemah Abang
Cabang Cikarang Selatan Unti Bojongmangu
Cabang Kota Unita Setia Mekar
Cabang Wisma Asri Cabang Rawalumbu
Cabang Rawa Tembaga Unit Pondok Gede
Unit Harapan Baru
Cabang Pondok Ungu Unit Pondok Ungu Permai (PUP)
Cabng Tambun Unit Taruma Jaya
Cabang Babelan Unit Setu
Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013
b. Sumber Air Baku dan Unit Produksi
Sumber air yang dimanfaatkan terdiri dari :
1. Saluran Sekunder Tarum Barat
2. Sungai Cikarang
3. Saluran Ciherang
4. Saluran Cibeet
5. Saluran Kalimalang
6. Irigasi Kebalen
7. Saluran Sekunder Bogor
Jenis dan diameter pipa transmisi bervariasi seperti terlihat pada
Tabel 6.10 dibawah ini.
Tabel7.9
Jenis Pipa Transmisi dan Komposisi Diameter
No. Jenis Pipa Pipa (mm)Diameter Pipa (m)Panjang Keterangan
A Cikarang Utara
1 Pipa GIP 250 25
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
2 Pipa GIP 300 25
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
3 Pipa GIP 200 30
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
4 Pipa GIP 300 150
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 1,050 230
B Cikarang Selatan
1 Pipa GIP 300 150
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
2 Pipa GIP 200 50
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 500 200
C Cabang Kota
1 Pipa GIP 450 500
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
2 Pipa GIP 500 100
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 950 600
D Cabang WismaAsri
1 Pipa GIP 500 100
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 500 100
E Cabang
Rawalumbu
1 Pipa GIP 450 500
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
No. Jenis Pipa Diameter Pipa (mm)
Panjang
Pipa (m) Keterangan
F Cabang Rawa Tembaga
1 Pipa GIP 300 30
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
2 Pipa GIP 500 100
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 800 130
G Cabang Pondok Ungu
1 Pipa GIP 300 50
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 300 50
H Cabang Tambun
1 Pipa GIP 300 50
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
2 Pipa GIP 300 50
Pipa transmisi ini dipasang dari instalasi penjernih air ke instalasi
pengolahan air
Sub Total 600 100
I Cabang Babelan
1 Pipa GIP 300 30 Pipa transmisi ini dipasang dari
instalasi penjernih air ke IPA Lama
2 Pipa PVC 250 20 Pipa transmisi ini dipasang dari IPA
Baru ke instalasi pengolahan air
Sub Total 550 50
Tabel 7.10
Sumber Air Baku, Unit Produksi dan Daerah Pelayanan Eksisting
No Sumber Air Baku Unit Produksi
Kapasitas Terpasang
Kapasitas
Produksi Daerah Pelayanan
(l/detik (m³)
A Cikarang Utara
1 Sungai Cikarang IPA Sukatani 20 10,094
Kec. Sukatani: - Desa Sukamanah - Desa Sukamulya - Desa Sukadarma
Kec. Karangbahagia: - Desa Karang Sentosa
Kec. Sukakarya Kec. Pebayuran
2 Saluran Sekunder TarumBarat IPA Kedungwaringin - 1,890 Desa Waringinjaya dan DesaKedungwaringin
3 Saluran Ciherang IPA Cabangbungin 20 31,547
Kec. Cabangbungin : Desa Sindangjaya Desa Lengah Jaya Desa Setia Jaya Desa Jaya Bakti Desa Lenggah Sari
Kec. Muara Gembong Desa Jaya Sakti Desa Pantai Mekar Desa Pantai Sederhana
4 Saluran Ciherang IPA Cikarang (TegalGede) 420 1,077,103
No Sumber Air Baku Unit Produksi
Kapasitas Terpasang
Kapasitas
Produksi Daerah Pelayanan
(l/detik (m³)
· Cikarang Timur
Sub Total 460 1,120,634
B Cikarang Selatan
1 Saluran Ciherang IPA Cikarang (Tegal
Gede) 420 1,077,103
· Cabang Cikarang Utara · Cabang Cikarang Selatan · Unit Lemah Abang · Cikarang Barat · Cikarang Timur
2 Saluran Cibeet IPA Bojongmangu 25 456,770
Kec. Bojongmangu : Desa Karangmulya Desa Karang Indah Desa Bojongmangu Desa Sukabungah Desa Medal Kresna Desa Sukamukti
Kec. Serang Baru Desa Naga Sari Desa Naga Cipta
Kec. Cikarang Pusat Desa Pasir ranji
Kec.Sukawangi Kec.Cibarusah Kec.Tambelang
Sub Total 445 456,770
No Sumber Air Baku Unit Produksi
1 Saluran Kalimalang IPA Rawa Lumbu 260 6,013,265
Unit Setia Mekar
- Perum. Taman Kebayoran - Perum. Taman Setia Mekar - Ruko Rawa Kalong
Saluran Tarum Barat IPA Poncol 480 11,583,726
Cabang Kota dan Cabang Rawa Tembaga, Unit Setia Mekar dan Unit Wisma Asri, Kota
Sub Total 740 17,596,991
D Cabang Wisma Asri
1 Saluran Tarum Barat IPA Poncol 480 11,583,726
Cabang Kota dan Cabang Rawa Tembaga, Unit Setia Mekar dan Unit Wisma Asri, Kota
Sub Total 480 11,583,726
E Cabang Rawalumbu
1 Saluran Kalimalang IPA Rawalumbu 260 6,013,265
Cabang Rawalumbu
- Perum. Narogong, perum. Rw. Lumbu, Graha Mutiara, Pondok Hijau, Jatimulya.
- Rawalumbu Selatan - Rawalumbu Utara - Perumahan Mutia Kirana
Sub Total 260 6,013,265
F Cabang Rawa Tembaga
1 Saluran Kalimalang IPA Rawa Tembaga 190 4,603,558
Jayen, Bekasi Square, Petonas, RS. Global, Metropolitan Mall, BCP, RS. Mitra Keluarga, Grand Mall Kranji, Bank BTN, BNI, Kolam Tenang, Sumalakon
No Sumber Air Baku Unit Produksi
Kapasitas Terpasang
Kapasitas
Produksi Daerah Pelayanan
(l/detik (m³)
Unit Wisma Asri, Kota
3 Sumur Bor Pondok Gede Unit Pondok Gede 10 208,809 Unit pondok Gede
Sub Total 680 16,396,093
G Cabang Pondok Ungu
1 Saluran Sekunder Bogor IPA Pondok Ungu 300 10,179,293
Cabang Pondok Ungu - Permata Harapan Baru - Boulevard Hijau - Griya Harapan Permai - Harapan Baru
Unit PUP
Unit Taruma Jaya
Sub Total 300 10,179,293
H Cabang Tambun
1 Saluran Tarum Barat IPA Tambun 110 2,520,994
Tambun Kota, Domestik dan Perumahan Legenda Wisata kecamatan tambun
Saluran Sekunder Bogor IPA Pondok Ungu 300 10,179,293
Cabang Pondok Ungu - Permata Harapan Baru - Boulevard Hijau - Griya Harapan Permai - Harapan Baru
Unit PUP
Unit Taruma Jaya
Sub Total 410 12,700,287
No Sumber Air Baku Unit Produksi
Kapasitas Terpasang
Kapasitas
Produksi Daerah Pelayanan
(l/detik (m³)
1 Irigasi Kebalen IPA Babelan 120 1,261,438
Unit PUP dan Candrabaga
Babelan Utara : Babelan Kota, Wates, Kedung Pengawas, PGH
Babelan Selatan : Perum
Babelan Indah, Perum Bos, Villa Gading, Kaplingan
Sub Total 120 1,261,438
Gambar 7.1
Peta Pelayanan Air Bersih Eksisting Kabupaten Bekasi
d. Pipa Distribusi
Sistem pendistribusian air kepada pelanggan dilakukan dengan
cara pemompaan yang dilakukan dengan pompa yang bervariasi
tergantung dari unit instalasi dan disalurkan melalui jaringan pipa
distribusi Utama ( primer ) Φ 500 mm - Φ 400 mm dan sekunder (
Φ 300 – Φ 25 mm ). Untuk lebih jelasnya mengenai pipa distribusi
Tabel7.11
Jenis Pipa, Diameter dan Panjang Pipa Distribusi
No. Jenis Pipa Diameter Pipa
(mm)
Panjang Pipa
(Km) Keterangan
A IPA Kedungwaringin 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
300
2 Pipa Sekunder 200 - 50
B IPA Sukatani
1 Pipa distribusi Utama ( primer )
200
2 Pipa Sekunder 150 - 25
C IPA Cabangbungin 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
200
2 Pipa Sekunder 150 - 25
D IPA Tegal Gede 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
500 – 300
2 Pipa Sekunder 250 – 25
E IPA Bojongmangu 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
200
2 Pipa Sekunder 150 –25
F IPA Rawa Lumbu 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
500
2 Pipa Sekunder 300 – 25
G IPA Tambun
1 Pipa distribusi Utama ( primer )
250 - 150
2 Pipa Sekunder 100 – 25
H IPA Rawa Tembaga 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
500 - 300
2 Pipa Sekunder 250 – 25
I IPA Babelan
1 Pipa distribusi Utama ( primer )
250 - 200
2 Pipa Sekunder 75 – 25
J IPA Pondok Ungu 1 Pipa distribusi Utama (
primer )
500 - 400
2 Pipa Sekunder 300 – 25
K IPA Poncol
1 Pipa distribusi Utama ( primer )
500 - 400
No. Jenis Pipa Diameter Pipa (mm)
Panjang Pipa
(Km) Keterangan
K Sumur Bor Pondok Gede
1 Pipa distribusi Utama ( primer )
150
2 Pipa Sekunder 100 – 25
Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013
e. Jumlah Pelanggan, Pemakaian Air dan Cakupan Pelayanan
Hingga akhir tahun 2013 PDAM Kabupaten Sukabumimemiliki
jumlah pelanggan sebanyak 109,929 unit sambungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 7.12dibawah ini.
Tabel7.12
Jumlah Pelanggan dan Volume Pemakaian Air
No Unit Produksi Cakupan Pelayanan
Jumlah Pelanggan
(Unit)
1 IPA Kedungwaringin Desa Waringinjaya 95
Desa Kedungwaringin
- Desa Karang Sentosa Kecamatan Sukakarya
Desa Lenggah Sari 1,091 Kec. Muara Gembong
Desa Jaya Sakti Desa Pantai Mekar Desa Pantai Sederhana
4 IPA Tegal Gede
Cabang Cikarang Utara 9,643 Cabang Cikarang
Selatan 12,360
No Unit Produksi Cakupan Pelayanan
6 IPA Rawa Lumbu Cabang Rawalumbu 8,900
Unit Setia Mekar 678
7 IPA Tambun
8 IPA Rawa Tembaga Cabang Rawatembaga 10,640 Unit Harapan Baru 2,692
9 IPA Babelan Cabang Babelan 2,070
Unit PUP 3,500
10 IPA Pondok Ungu
Cabang Pondok Ungu 15,300
Unit PUP 6,000
Unit Taruma Jaya 5,350
11 IPA Poncol
12 Sumur Bor Pondok
Gede Unit Pondok Gede 776
Kabupaten Bekasi 109,929
Sumber : RISPAM Kabupaten Bekasi Tahun 2013
f. Meter Pelanggan
Meter pelanggan yang terpasang saat ini terdiri dari
bermacam-macam merk produksi dalam dan luar negeri jenis kering dan
basah. Pada umumnya meter air dengan usia diatas 4 tahun
tingkat akurasinya sudah mulai diragukan. Selain itu, kondisi meter
randah, sehingga air yang tercatat sebagai air terjual tidak sesuai
dengan tingkat pemakaian air yang sesungguhnya
g. Kontinuitas Pelayanan
Pelayanan ke pelanggan untuk sistem perpipaanbelum kontinyu
selama 24 jam/hari terutama pada jam-jam puncak, hal ini
disebabkan karena peralatan produksi yang kurang mendukung
h. Kebocoran
Tingkat kehilangan air rata-rata untuk PDAM Kabupaten Bekasi
cukup tinggi, yaitu sebesar 32,42%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat Tabel7.13dibawah ini.
Tabel 7.13
Persentase Kehilangan Air Tahun 2010 Kabupaten Bekasi
Kehilangan terbesar terjadi pada jaringan distribusi, sedangkan
pada unit produksi kehilangan rata-rata sebesar 5,93%. Pada
sistem distribusi ini, kehilangan air terbesar ada di cabang
pelayanan Rawa Tembaga, 47,49%, pada bulan desember th 2010.
Kehilangan air yang terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal
memberikan kontribusi terbesar terhadap kehilangan ini umumnya
adalah :
1. Kehilangan air secara fisik pada jaringan pipa transmisi dan
distribusi, yang bisa disebabkan karena :
• Kondisi pipa yang sudah tua sehingga banyak terjadi kebocoran pada sambungan
• Jenis pipa seperti ACP (Asbes Cement Pipe) yang rentan terhadap kebocoran
• Adanya pipa yang pecah akibat getaran dari beban diatasnya 2. Adanya illegal connection (sambungan liar)
3. Kondisi meter pelanggan yang rusak, kurang baik atau tingkat
keakuratannya randah, sehingga air yang tercatat sebagai air
terjual tidak sesuai dengan tingkat pemakaian air yang
sesungguhnya.
Kehilangan air seperti ini perlu ditekan melalui program penurunan
kebocoran air, sehingga jumlah air yang bisa diselamatkan dapat
dimanfaatkan untuk menjamin kuantitas dan kontinuitas air
pelanggan, atau bahkan menjadi potensi untuk penambahan
pelanggan baru.
2. Sistem Non Perpipaan
Selain sistem perpipaan, pelayanan air minum di Kabupaten Bekasi
terdapat juga pelayanan sistem non perpipaan. Berdasarkan
penjelasan PP No.16 Pasal 5 ayat (3) yang dimaksud non perpipaan
adalah meliputi : • Sumur Dangkal,
• Sumur Pompa Tangan (SPT), • Bak Penampung Air Hujan (PAH), • Terminal Air (TAHU),
• Mobil Tangki Air, • Instalasi Air Kemasan,
Komposisi sistem penyediaan air minum non perpipaan di
Kabupaten Bekasi khususnya sumur tanah dangkal merupakan
alternative sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat/penduduk. Selain itu keberadaan, Mobil Tangki,
Tangki Hidran Umum, RO (Reverse Osmosis) cukup membantu
kebutuhan air minum penduduk di wilayah-wilayah yang belum
terlayani sistem perpipaan dan wilayah-wilayah rawan air
minum/bersih.
B. Aspek Pendanaan
Secara garis besar kondisi pendanaan pengembangan SPAM
Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Penjualan Air
Dengan ketentuan tarif seperti tercantum dalam tabel diatas
tersebut maka untuk tahun 2010 pendapatan usaha yang
diperoleh adalah sebesar Rp. 111,001,019,720,00 yang terdiri dari
:
Pendapatan Air : Rp. 101.751.422.565,00 (diperoleh dari harga air
dan jasa administrasi)
Pendapatan Non Air : Rp. 9,249,597,137,00 (diperoleh dari
sambungan baru, pendaftaran sambungan baru, jasa perencanaan,
balik nama, jasa penyambungan kembali, denda rekening dan
lain-lain).
2. Struktur Tarif
Dengan asumsi distribusi air kepada pelanggan berjalan normal,
maka tinggi-rendahnya penerimaan PDAM dari penjualan air sangat
dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
Besaran tarif yang diberlakukan kepada pelanggan
Besaran pemakaian air oleh pelanggan
Tingkat tarif yang berlaku saat ini adalah adalah tarif yang
ditetapkan melalui surat keputusan Bupati tetntang Penyesuaian
Keputusan Direksi PDAM Bekasi No. NOMOR :
10/Kep/PDAM/Bks/IV/2011.
Berdasarkan keputusan ini tarif air mengalami Penyesuaian tarif
dasar air minum PDAM Tirta Bhagasi Bekasi dari Rp 2.130/m3
menjadi Rp 2.550/m3, pemberlakuan tarif dasar ini diperhitungkan
secara progresif menurut jenis dan klasifikasi pelanggan, sesuai
dengan lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan ini.
Tabel 7.14
Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Bekasi
No Kelompok Pelanggan Tarif per m3
0 - 10 m3 > 10 m3
1 Sosial
a. Sosial Umum 1,300 1,300
b. Sosial Khusus 1,400 1,400
Non Niaga
2 Rumah Tangga
a. Rumah Tangga 1 2,550 4,160
b. Rumah Tangga 2 3,030 5,780
c. Rumah Tangga 3 3,800 7,300
Kantor Pemerintah 3,040 5,780
3 Niaga
Niaga 1 4,560 7,500
Niaga 2 5,320 8,500
Niaga 3 6,270 9,400
4 Industri
Industri Kecil 6,270 9,400
Industri Sedang 7,210 10,820
Tabel 7.15
C. Kelembagaan
Struktur organisasi PDAM Bekasi ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Bupati No. 690/SK.29.PDAM/1968 tanggal 26 Desember 1988
yang diperbaharui oleh Surat Keputusan Bupati No. 8 tahun 2000 tanggal
23 Agustus 2000. Struktur organisasi tersebut berbentuk garis lini dan
staf dimana komando lini terletak pada Direksi, Kepala Bagian, Kepala
Sub Bagian dan kepala urusan. Sedangkan fungsi staf adalah terletak
kepada Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang, dan Kepala urusan. Secara rinci
organisasi PDAM terdiri dari a) unsure pimpinan; b) unsure staf dan c)
unsure pelaksana.
Pada Direktur umum terdapat 3 Kepala Bagian, 11 Kepala Sub
Bagian dan 16 Kepala Urusan. Sedangkan Direktorat Teknik membawahi 5
Kepala Bagian, 11 Kepala Sub Bagian dan 14 Kepala Urusan. Pada Struktur
organisasi PDAM Bekasi terdapat 45 jumlah jabatan. Urutan struktur
organisasi yang berfungsi menjadi penggerak operasionalisasi PDAM
Bekasi terdiri dari:
1. Badan Pengawas
2. Direktur Utama
3. Direktur Bidang Umum dan Keuangan
4. Direktur Teknik
5. Satuan Pengawas Intern
6. Penelitian dan Pengembangan
7. Kepala Bagian
Disamping itu, struktur organisasi yang berada di cabang terdiri
dari:
1. Kepala cabang
2. Kepala seksi umum
3. Kepala seksi inkaso
4. Kepala seksi teknik
5. Kepala instalasi
Kepala-kepala seksi tersebut langsung membawahi beberapa staf,
PDAM Bekasi mempunyai 6 (enam) kantor cabang. Sebanyak empat (4)
kecamatan-kecamatan sedangkan 2 (dua) kantor cabang lainnya tidak mempunyai
unit pelayanan,.
Per 31 Desember 2008, PDAM Bekasi memiliki 429 karyawan,
sedang pada tahun sebelumnya berjumlah 396 orang dengan rincian
sebagai berikut:
1. Menurut tingkat pendidikan : • Pasca sarjana : 1 orang • Sarjana : 27 orang • Sarjana Muda : 2 orang • SLTA : 333 orang • SLTP : 42 orang • SD : 24 orang
2. Menurut status kepegawaian • Pegawai Tetap : 323 orang • Calon Pegawai : 13 orang
• Honorer Harian tetap : 42 orang • Honorer Tidak tetap : 0 orang • Tenaga Kontrak : 51 orang 3. Menurut golongan
• Golongan A : 12 orang • Golongan B : 214 orang • Golongan C : 97 orang
• Honorer/Kontrak : 106 orang
Jumlah pelanggan per 31 Desember 2008 adalah 134.275
sambungan langsung sehingga rasio karyawan pada tahun 2008 sekitar 3
per 1000 pelanggan.
D. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air
minum di Kabupaten/ Bekasi adalah sebagai berikut :
1. Surat keputusan Bupati tetntang Penyesuaian Tarif Dasar Air Bersih
dan Biaya Lainnya PDAM Bekasi
10/Kep/PDAM/Bks/IV/2011
3. Surat Keputusan Bupati No. 8 tahun 2000 tanggal 23 Agustus
2000 tentang Struktur organisasi PDAM Bekasi
E. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat berpartisipasi dalam penyediaan air bersih pada
lokasi-lokasi yang belum terjangkau oleh PDAM maupun swasta, dalam bentuk
individual maupun komunal. Sumber dana pembangunan sistem yang
dikelola oleh masyarakat dapat berupa sumber dana masyarakat,
sumberdana swasta melalui CSR atau pembangunan oleh developer, atau
bantuan dari berbagai negara donor atau dari pemerintah pusat/provinsi.
Perlu adanya inventarisasi yang baik mengenai sistem-sistem yang
dikelola oleh masyarakat.
7.3.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Bekasi dalam
pengembangan SPAM dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan kebutuhan akan air minum di Kabupaten Bekasi di masa yang akan datang
Berdasarkan dokumen-dokumen rencana tata ruang, Kabupaten
Bekasi merupakan pusat pengembangan kawasan industri di
Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini berimplikasi pada peningkatan
jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi secara signifikan.
2. Cakupan pelayanan PDAM masih rendah
Berdasarkan data Perpamsi tahun 2010, jumlah penduduk di
Kabupaten Bekasi adalah 2.262.794 jiwa, jumlah penduduk wilayah
pelayanan adalah 134.275 jiwa, dan jumlah pelanggan adalah
147.761 SL. Berdasarakan informasi tersebut, cakupan pelayanan
terhadap penduduk perkotaan adalah 26,36%, cakupan pelayanan
terhadap penduduk wilayah pelayanan adalah 20,27%, dan
cakupan pelayanan terhadap penduduk administrasi adalah
85% penduduk mempunyai akses terhadap air minum pada tahun
2015.
3. Distribusi dan kepadatan penduduk tidak merata
Kepadatan penduduk di Kabupaten Bekasi bervariasi antara 254
jiwa/km2 di Kecamatan Muaragembong hingga 10.083 jiwa/km2
di Kecamatan Tambun Selatan, dengan kepadatan rata-rata 2.162
jiwa/km2. Penduduk yang tersebar dan kepadatan yang tidak
merata menimbulkan persoalan dalam perluasan jaringan karena
tersebarnya penduduk berimplikasi pada biaya pengadaan jaringan
yang mahal.
4. Tingkat kebocoran tinggi
Berdasarkan data tahun 2010 tingkat kebocoran di PDAM
Kabupaten Bekasi cukup tinggi, yaitu 34,75%. Kehilangan air yang
terjadi bisa disebabkan karena berbagai hal baik teknis maupun
non teknis, namun penyebab potensial yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap kehilangan ini umumnya adalah :
a) Kehilangan air secara fisik pada jaringan pipa transmisi dan
distribusi, yang bisa disebabkan karena :
• Kondisi pipa yang sudah tua sehingga banyak terjadi kebocoran pada sambungan
• Jenis pipa seperti ACP (Asbes Cement Pipe) yang rentan terhadap kebocoran
• Adanya pipa yang pecah akibat getaran dari beban diatasnya b) Adanya illegal connection (sambungan liar)
c) Kondisi meter pelanggan yang rusak, kurang baik atau tingkat
keakuratannya randah, sehingga air yang tercatat sebagai air
terjual tidak sesuai dengan tingkat pemakaian air yang
sesungguhnya.
5. Jumlah langganan tunggu atau potensial cukup besar
Berdasarkan Perpamsi (2010), jumlah pelanggan PDAM Kabupaten
Bekasi adalah 147.761 SL, yang terdiri dari 142.984 SL pelanggan
rumah tangga, 945 SL pelanggan sosial, 3.687 SL pelanggan
penduduk kawasan perkotaan merupakan pelanggan potensial
Kabupaten Bekasi merupakan pelanggan potensial.
6. Terdapat kapasitas belum dimanfaatkan (idle capacity)
Berdasarakan Perpamsi (2010), sumber air tersedia di Kabupaten
Bekasi terdiri dari sungai dan sumur dalam. Kapasitas sungai
adalah 2.060 l/det, sedangkan sumur dalam adalah 10 l/det,
sehingga secara total kapasitas terdsedia adalah 2.070 l/det. Saat
Dari kapasitas yang tersedia tersebut, yang dimanfaatkan saat ini
adalah sungai sebesar 1.517 l/det dan sumur dalam 10 l/det,
sehingga secara total kapasitas yang sudah dimanfaatkan adalah
1.527 l/det, sehingga masih terdapat kapasitas yang belum
dimanfaatkan sebesar 556 l/det.
Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas,
selanjutnya
dilakukan
perumusan
alternatif
pemecahan
Tabel 7.16
Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM
No DiperbandingkanParameter Yang Alternatif-1
Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5)
A Kelembagaan 1 Organisasi SPAM
2 Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll)
3 SDM
B Teknis Operasional
a). Pembangunan baru:
1 Sumber Air Baku
Tingkat ketersediaan air baku yang direncanakan akan memanfaatkan air baku dari sumber air permukaan yaitu saluran Tarum Barat, kali Bekasi, Cibeet , sungai Kali Malang dan Kali Cikarang
Pipa transmisi ini mengalirkan air dari sumebr air baku menuju instalasi pengolahan
2 Bangunan Intake
3 IPA
4 Reservoir & Pompa Distribusi
5 Jaringan Transmisi
Perpipaan transmisi direncanakan menggunakan pipa STEEL, dengan diameter dihitung berdasarkan Debit rata-rata daerah pelayanan
6 Jaringan Distribusi
Penggantian pipa distribusi yang dirasa sudan lama dan sudah tidak layak dipandang dari spesifikasi teknis kemudian langkah kedua adalah
Untuk menekan Kebocoran air bersih yang lebih tinggi
7 Sambungan Rumah
No Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1
Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5)
b). Rehabilitasi dan Peningkatan
Kapasitas 1 Sumber Air Baku
2 Bangunan Intake
3 IPA
4 Reservoir & Pompa Distribusi
5 Jaringan Transmisi
6 Jaringan Distribusi
7 Sambungan Rumah
penambahan sambungan langsung atau sambungan rumah di tiap cabang
Direncanakan pelayanan air bersih untuk sambungan langsung pada tahun 2025 ialah sekitar 70 %,. pada tahun 2020 meningkat menjadi 80 % dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bekasi.
8 Meter Pelanggan
c). Operasi & Pemeliharaan
C Pembiayaan
1 Sumber Pembiayaan Pemerintah , Kerjasama denganBadan Usaha dan CSR
Mendorong good corporate
governance dalam pembiayaan dan pengelolaan infrastruktur publik, diversifikasi sumber pembiayaan, meningkatkan struktur pembiayaan perusahaan dan lebih efektif dalam menarik jangkauan yang lebih luas dalam investors network
2 Tarif Retribusi
No Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1
Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5)
2 Kemampuan membayar retribusi
3 Kemampuan berpartisipasi
Keterangan:
- Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan.
7.3.4 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 7.3.4.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Tingkat pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi saat ini
cenderung berpariasi di tiap tiap kecamatan tergantung dari kondisi dan
karakter kecamatan tersebut, dari 23 kecamatan yang berada di
Kabupaten Bekasi pelayanan air bersih yang paling tinggi berada di
kecamatan Bojongmangu yaitu sekitar 50 % sedangkan kecamatan
kecamatan lainya dibawah 50%, adapun pelayanan air bersih yang paling
kecil berada di lima kecamatan yaitu; Kecamatan Setu, Kecamatan
Sukawangi, Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Pebayuran (berdasarkan
Survey).
Apabila dikaitkan dengan program MGD’s pelayanan air bersih di
Negara berkembang pada tahun 2015 skala nasional harus mencapai 60%
maka rasanya sulit diterapkan di Indonesia karena beberapa factor
diantaranya adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dan
klasifikasi antara perkotaan dan pedesaan sangat di kecamatan yang ada
di Kabupaten Bekasi yang sangat mencolok.
Mempertimbangkan dan mensinkronkan dengan arah kebijakan
yang ada, maka prioritas pembangunan pengembangan SPAM di
Kabupaten Bekasi ditekankan pada kawasan perkotaan dan IKK,
khususnya masyarakat-masyarakat miskin perkotaan, rawan air minum,
IKK rawan air minum dan desa rawan air minum,Pelayanan distribusi ke
penduduk terdiri dari : • Sambungan langsung • Sambungan hidran umum.
Pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi saat ini masih terfokus
pada daerah perkotaan yang menjadi perbatasan antara kabupaten
Bekasi,Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan DKI
Jakarta,sedangkanpengembangan ke sebelah timur perbatasan antara
Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Karawang pengembangan berbasis
IKK atau Ibi Kota Kecamatan atau daerah perumahan yang tersebar di
pemerintah atau dikelola oleh PDAM ada juga pelayanan air bersih yang
dikelola oleh swasta seperti yang terdapat ada di Kecamatan Cikarang.
Pemkab Bekasi mencatat ada 10 Kecamatan di wilayah setempat
yang dilanda kekeringan krisis air bersih akibat pengaruh musim
kemarau selama beberapa bulan terakhir ini. Sepuluh kecamatan tersebut
diantaranya Kecamatan Tarumajaya, Muaragembong, Babelan,
Cabangbungin, Cikarang Timur, Cikarang Selatan, Serang Baru, Serang,
Setu dan Cibarusah.
Adapun rencana pengembangan air bersih di Kabupaten Bekasi
akan di prioritaskan pada daerah yang rawan air,sesuai dengan data
bussines plan dan masukan dari PDAM Kabupaten Bekasi.
Sedangkan untuk rencana Tahapan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Bersih Kabupaten Bekasi dibagi dalam 2 (dua) tahapan rencana, yaitu
rencana rehabilitasi dan optimalisasi sistem dan tahap pengembangan
sistem penyediaan air minum, sebagai berikut :
• Rencana rehabilitasi dan optimalisasi sistem eksisting direncanakan untuk meningkatkan pelayanan penduduk pada
tahun 2011 - 2016.
• Rencana pengembangan tahap I, tahun 2011 s/d tahun 2016 • Rencana pengembangan tahap II, tahun 2017 s/d tahun 2025
7.3.4.2 Kebutuhan Pengembangan SPAM
Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten
Bekasi dengan horizon perencanaan sampai Tahun 2025, didasarkan
pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi, kebutuhan air
minum, penyebaran permukiman, kondisi topografi serta ketersediaan
sumber air. Berdasarkan kajian terhadap sumber air pada bab
sebelumnya, terdapat beberapa alternatif sumber air yang dapat
digunakan oleh masing-masing Cabang antara lain Saluran Tarum Barat,
Saluran Kali Malang,Saluran Cikarang,Salura Cibeet dan Sumur Dalam.
Saluran Tarum Barat ini merupakan aliran sungai dari yang melewati
Kecamatan Cikarang Pusaat sampai ke Kecamatan Tambun Selatan,
Sistem yang ada (eksisting) akan tetap digunakan dan
diinterkoneksikan dengan sistem yang direncanakan, selama kondisi dan
kualitas perpipaan masih cukup baik (sesuai standar). Jika jaringan
perpipaan eksisting tidak layak untuk system interkoneksi, maka
perencanaan jaringan pipa dalam Master Plan Kabupaten Bekasi ini
dianggap semuanya merupakan rancangan baru.
Rencana pengembangan dengan sistem perpipaan secara umum
akan mengikuti pedoman-pedoman yang sudah ada, tetapi penggunaan
pedoman tersebut tidak akan secara langsung diterapkan tanpa melalui
evaluasi terlebih dahulu.
Rencana pengembangan pelayanan air bersih di Kabupaten Bekasi
Sampai Tahun 2025 berdasarkan atas kebutuhan air bersih per orang per
hari yang berpariasi tiap kecamatan,adapun kebutuhan air bersih per
orang per hari di cabang Pondok Ungu dan Cabang Cikarang mempunyai
beban sebesar 200 lt/or/hari sedangkan kebutuhan air di cabang Tambun
mempunyai beban 175 lt/or/hari.
7.3.5 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di
Kabupaten Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan
dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen RISPAM Kabupaten Bekasi disusun pada tahun 2013
7.3.6 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM
disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan
prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut
memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan
atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian
usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan
pembangunan ekonomi.
Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil
keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program diupayakan
dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya
ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan
pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan
dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam
paket-paket kegiatan/program.
Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun
berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada
indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu
dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.
Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat
berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan
bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk
proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar),
bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan
kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program Sektor Air
Bersih Kabupaten Bekasi dapat dilihat padaLampiran Tabel.
7.4
PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
7.4.1 AIR LIMBAH
7.4.1.1 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Indonesia antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana
sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan
mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas
pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar
dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas
2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan
belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha
dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan
hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan
yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman
serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air
limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta
lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber
pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari
pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya
tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang
tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah meliputi:
1. Terkait dengan infrastruktur
Isu strategis dan permasalahan mendesak terkait dengan
infrastruktur dalam pengembangan sector limbah domestic adalah : • Dari 11 kendaraan yang dimiliki hanya 2 yang dapat
difungsikan. Dari dataEHRA bahwa kepemilikan jamban pribadi
perlu dibandingkan dengan penyediaan armada.
• Kondisi IPLT saat ini perlu dilakukan pembenahan. Hal ini tentunya terkait juga dengan keberfungsian utilitas pendukung
kolam lumpur tinja
• Perlunya penyediaan workshop dalam rangka pengelolaan IPLT. • Masyarakat Kabupaten Bekasi masih ada yang melalukan BABS.
Dari hasil EHRA masih 20 % penduduk yang melakukan BABS.
Oleh karena itu pemerintah perlu menyediakan sarana bagi
masyarakat agar dapat stop BABS
2. Terkait dengan non-infrastruktur Selain infrastruktur, hal yang sifatnya non infrastruktur menjadi isu strategis dan permasalahan lain yang juga perlu diperhatikan. Diantaranya adalah terkait dengan :
• Peningkatkan kinerja operator pengelola IPLT. Hal ini menjadi penting karena dengan meningkatnya kinerja diharapkan akan
meningkatkan pula layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu
perlu dibentuk UPTD pengelola IPLT, agar dapat lebih focus
untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat • Selain itu juga dalam rangka meningkatkan kinerja operator
pengelola IPLT maka perlu didukung oleh SDM yang handal.
SDM yang handal dapat dimiliki dengan beberapa cara seperti
memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat membantu
meningkatkan kemampuannya
• Perlunya dukungan pendanaan dalam rangka untuk operasional IPLT. Dukungan pendanaan tentunya tidak saja dari APBD yang
diberikan secara rutin namun dapat juga dari retribusi yang
didapat dari pengelolaan IPLT. Untuk itu perlu didukung oleh
regulasi yang kuat terutama mengenai pengelolaan dan
retribusi.
• Dalam semua aspek, peran serta masyarakat menjadi hal yang penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Saat ini
dalam mendukung pengelolaan air limbah domestic peran serta
umum maupun, seperti iuran yang digunakan untuk
operasional termasuk siapa yang akan mengelolanya.
• Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang dikembangkan sebagai industry tentunya memiliki karakter yang berbeda disbanding
dengan wilayah lainnya. Dengan kehadiran industry tersebut
terkait dengan pengelolaan lumpur tinja maka perlu
dipertimbangkan bagaimana pengelolaan lumpur tinja yang
dihasilkan dari lingkungan industry. Tanpa didukung oleh
regulasi yang baik apalagi kapasitas IPLT tidak memungkinkan
untuk menampung banyaknya pekerja industry maka akan
menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu kiranya
industry memiliki pengelolaan lumpur tinja tersendiri dan tidak
bergabung dengan IPLT yang memang lebih diutamakan untuk
masyarakat. Dalam hal ini partisipasi dunia usaha perlu
ditingkatkan.
• Selain industry, di Kabupaten Bekasi juga banyak berkembang perumahan-perumahan. Pemerintah perlu membuat regulasi
agar perumahan tersebut dapat menyediakan IPAL komunal.
7.4.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah A. Aspek Teknis
Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bekasi secara
teknis dilayani oleh :
• System Setempat (on site system)
Merupakan system pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi
pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki
dapat berupa ; septic tank cubluk plengsengan Dari tempat
penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan pengangkutan
dengan mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. • System Terpusat (Off Site System)
Adalah sistem suatu pengolahan air limbah dengan menggunakan
suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air
untuk selanjutnya diolah. Pengolahan dimaksudkan untuk
mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada
pengolahan tahap selanjutnya , yaitu :
1. Pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara
fisik partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit
pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya
menggunakan system pengendapan dan pengapungan.
2. Pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses
penguraian (secara biologis atau biokimia dengan bantuan
mikroorganisma) dan menguraikan zat-zat organic, perosesnya
menggunakan lumpur aktif, cakram biologis, trikling filter,
extended aeration, dan oxidation pond.
Cakupan Layanan pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten
Bekasi, pada saat ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bekasi yang
terdiri dari 23 kecamatan. Dalam pengelolaan limbah domestic,
Kabupaten bekasi memiliki 1 buah IPLT berlokasi di Desa Muktiwari
Kecamatan Cibitung. Kapasitas kolam pengaduk adalah 50 m3. Saat ini
pelayanan untuk limbah tinja (blackwater) 74,65%. Sedangkan sistem air
limbah skala komunal/kawasan/kota (bw+gw) masih sangat kecil, yakni
baru sekitar 0,67 %.
Jumlah armada yang dimiliki adalah 11 kendaraan namun yang
beroperasi hanya 1 kendaraan. Tarif yang diberlakukan bergantung pada
jarak yang ditempuh dan rata-rata berkisar antara Rp. 80.000,- sampai
Rp.
100.000,-Tabel 7.17
Kapasitas Pelayanan Eksisting
Prasarana
dan Sarana Jumlah
Kapasitas Sistem Pengolahan
Lembaga Pengelola
Keterangan Kondisi
Truk Tinja 11 4 (m3) Pemerintah 9 rusak
6-7 4 (m3) Swasta
IPLT 1 150(m3)
Tabel 7.18
Jumlah Sarana Septitank Komunal Kabupaten Bekasi
1 Setu 118.615 33.677 50 26.523 3.344 3.760
2 Serang Baru 114.263 26.077 37 22.268 1.787
3 Cikarang Pusat 61.162 13.240 242 2.998
4 Cikarang Selatan
168.402 30.530 30.530
5 Cibarusah 78.501 14.490 464 14.026
6 Bojong Manggu 23.687 4.093 4.093
7 Cikarang Timur 95.215 17.919 449 17.470
8 Kedungwaringin 56.696 8.123 5.319
9 Cikarang Utara 223.369 23.536 233 36.803
10 Karang Bahagia 90.654 18.754 18.574
11 Cibitung 210.997 43.831 11 43.820
12 Cikarang Barat 223.682 69.640 69.570
13 Tambun Selatan 441.315 101.017 100.920 97
14 Tambun Utara 150.004 30.285 30.284
15 Babelan 225.234 40.502 40.502
16 Tarumajaya 116.606 22.189 22.989
17 Tambelang 35.431 6.950 2 6.948
18 Sukawangi 43.955 17.968 17.968
19 Sukatani 72.255 6.729 25 6.704
20 Sukakarya 42.740 5.574 5.574
21 Pebayuran 93.944 38.580 38.580
22 Cabangbungin 45.654 7.299 7.299
23 Muaragembong 35.736 10.724 2.806 3.618 4.300
Jumlah 2.768.117 591.727 4.319 573.380 3.344 9.944
B. Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Daerah no 7 tahun 2009 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Bekasitentang pengelolaan Air Limbah
Domestik dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam
Kebakaran bidang Kebersihan. . Untuk pengelolaan dan pengolahan di
untuk pemeliharaan sarana angkutan dilakukan oleh seksi pemeliharaan
sarana dan prasarana.
C. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten Bekasi yang terkait
dengan pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah no 7 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Bekasi tentang pengelolaan Air Limbah
Domestik
7.4.1.3 Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dari aspek teknis dan non teknis
seperti tertuang pada table berikut.
Tabel 7.19
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
No Aspek Pengelolaan Air Limbah I Aspek Non Teknis
A. Kelembagaan sumber pembiayaan pembangunan
prasaranan dan sarana air limbah permukiman
D. Peran Serta Masyarakatdan Swasta
A. Sistem On-SiteSanitation
- MCK
- Septik Tank Komunal - PS Sanitasi Berbasis Masyarakat
- Truk Tinja
- IPLT Belum optimalnya
pelayanan IPLT
B. Sistem Off SiteSanitatioan
- Sambungan Rumah
7.4.1.4 Kriteria Kesiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di
Kabupaten Bekasi kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan
dilaksanakan meliputi :
1. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Bekasi dilaksanakan pada
tahun 2012
2. DokumenmasterplanSistemAirLimbah
SkalaKabupatendilaksanakanpadatahun2014
3. StudiKelayakanPusatpengolahanLimbahB3dilaksanakanpadatahun2
014