• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesiapan Sekolah Dasar Kota Salatiga dalam Penerapan Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesiapan Sekolah Dasar Kota Salatiga dalam Penerapan Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tahun 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan

Oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai

kedewasaannya dengan tujuan agar anak dapat melaksanakan tugas hidupnya

sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Pendidikan ini merupakan awal yang

sangat penting untuk seorang anak, karena melatih mereka untuk

membacadengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Saat

ini, pendidikan di sekolah dapat ditempuh oleh siapapun dari berbagai

kalangan dan golongan. Berbagai sekolah didirikan untuk menjadi tempat

atau sarana pendidikan bagi anak, tanpa terkecuali anak-anak berkebutuhan

khusus. Berbagai kurikulum juga dikembangkan untuk sekolah agar dapat

membantu anak dalam proses pembelajaran yang baik dan bermutu.

Setiap anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), merupakan

amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat

harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. ABK merupakan anak yang

memiliki kekurangan karena mempunyai cacat fisik, mental, maupun sosial.

ABK memiliki hak yang sama dengan anak-anak normal lainnya dalam

segala aspek kehidupan. Begitu pula dalam hal pendidikan, mereka juga

memiliki hak untuk bersekolah guna mendapatkan pengajaran dan

pendidikan. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada ABK untuk

memperoleh pendidikan dan pengajaran, maka akan membantu mereka dalam

membentuk kepribadian yang terdidik, mandiri, dan terampil.

Hak atas pendidikan bagi ABK atau anak difabel ditetapkan dalam

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

32 disebutkan bahwa:

“pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan

bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan

(2)

Negara juga menjamin hak-hak ABK untuk bersekolah di sekolah

reguler sekalipun. Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan

“Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan”.

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) sebagai institusi

yang bertanggung jawab meregulasi pendidikan mengeluarkan kebijakan

melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.70 Tahun

2009 tentang pendidikan inklusif sebagai solusi atas terjadinya diskriminasi

bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus agar mampu mengenyam

pendidikan yang layak. Di Indonesia, pendidikan khusus dilaksanakan

melalui dua jalur, yaitu pada satuan pendidikan akademis (sekolah luar biasa)

dan pada sekolah reguler (program pendidikan inklusif).

Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak-anak

berkebutuhan khusus, sekolah inklusi memberikan pelayanan yang berbeda

dengan sekolah-sekolah khusus lainnya. Pendidikan inklusi adalah

pendidikan pada sekolah umum yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta

didik yang memerlukan pendidikan khusus dalam satu kesatuan yang

sistemik. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan

apresiasi terhadap siswa yang berkebutuhan khusus. Model yang diberikan

sekolah inklusif ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan

keterbatasan dengan menggunakan prinsip education for all. Layanan

pendidikan ini diselenggarakan pada sekolah-sekolah regular. ABK belajar

bersama dengan anak-anak normal lainnya pada kelas regular dengan kelas

dan guru yang sama juga, namun yang menjadi perbedaan ada guru khusus

yang bertugas untuk mendampingi anak difabel yang merasa kesulitan dalam

belajar. Semua anak diperlakukan dan memiliki hak maupun kewajiban yang

sama dengan anak-anak normal lainnya.

Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (student with

specialneeds) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan

masing–masing. Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan

khusus yang dipersiapkan oleh guru di sekolah, ditujukan agar peserta didik

(3)

pada pendidikan inklusif adalah kurikulum yang fleksibel, disesuaikan

dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik.

Guru merupakan orang terdekat kedua setelah orangtua di rumah.

Selain menjadi seorang pendidik, guru juga menjadi orangtua kedua bagi

peserta didik ketika di sekolah. Peran seorang pendidik dalam pendidikan

adalah mengarahkan peserta didik sesuai dengan potensi dan bakat yang

dimilikinya. Seorang guru dalam pembelajaran inklusif lebih ditekankan pada

kemampuannya dalam mengelola kelas saat proses pembelajaran sedang

berlangsung, sehingga harus memiliki kompetensi mengelola pembelajaran,

pemahaman terhadap peserta didik yang mempunyai beragam perbedaan, dan

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik. Seorang pendidik juga harus

mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak

membosankan dengan berbagai media.

Pada tahun 2013 lalu kota Salatiga menyatakan diri sebagai kota

inklusif yang dinyatakan oleh kepala disdikpora Susanto dengan kampanye

inklusifnya yang ingin memanusiakan peserta didik bisa dilayani dengan baik

tanpa ada diskriminasi. Sejalan dengan penyataan kepala disdikpora kota

Salatiga ingin menjalankan program sekolah inklusif kepada seluruh sekolah

dasar yang ada disalatiga, program sekoah inklusif sendiri sebelumnya sudah

diuji cobakan dibeberapa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama

disalatiga. Ada enam sekolah dasar yang telah menjalankan sekolah inklusif

pada tahun 2013 dikota Salatiga adalah SD Pulutan 2, Blotongan 3,

Kumpulrejo 2, Noborejo 2, Dukuh 2 dan SD Sidorejo Kidul 2 sedangkan dua

sekolah menengah pertama yang menjalankan program inklusif adalah SMP

Negeri 2 dan SMP Kristen 2 Salatiga.

Dari berbagai hal inilah, peneliti tertarik untuk meneliti kesiapan

sekolah dalam penerapan pendidikan inklusif yang telah dilakukan kota

Salatiga selama 2 tahun terakhir. Kesiapan bukan saja dari sekolah,

melainkan dukungan dari berbagai pihak, baik orang tua, birokrasi dan

administrator pendidikan, serta masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan

(4)

tingkat pemahaman yang baik dalam bidang pendidikan. Akan tetapi, yang

jadi pertanyaan ialah apakah sekolah yang dijadikan basis dalam perubahan

dan pengembangan program pendidikan sudah siap dalam implementasinya.

Keinginan pendidikan inklusi ini dapat terlaksana dengan baik atas

dasar kepedulian seluruh pihak, baik dari pemerintah setempat, kepala

sekolah, komite sekolah, guru umum, guru khusus, siswa normal, dan

orangtua sehingga siswa dengan kebutuhan khusus dapat belajar secara

maksimal dan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Berangkat

dari fenomena yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Kesiapan Sekolah Dasar Dalam Penerapan Pendidikan Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus”

1.2. Identifikasi masalah

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dikota Salatiga

memberikan kesadaran bahwa inklusif ini bertujuan baik yaitu memanusiakan

peserta didik bisa dilayani dengan baik tanpa ada diskriminasi dan harus

didukung baik sekolah, guru, stake holder, sarana-prasaran, dan managemen

sekolah.

1.3. Batasan masalah

Agar peneliti lebih terarah, maka penelitian dibatasi dengan kesiapan

SD Blotongan 03, SD Pulutan 02, SD Mangunsari 06, SD Dukuh 02, dan SD

Sidorejo Kidul 02 dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Salatiga

tahun 2015.

1.4.Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Bagaimana tingkat kesiapan SD Blotongan 03, SD Pulutan 02, SD

Mangunsari 06, SD Dukuh 02, dan SD Sidorejo Kidul 02 dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus

(5)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian

ini adalah :

Mengetahui tingkat kesiapan SD Blotongan 03, SD Pulutan 02, SD

Mangunsari 06, SD Dukuh 02, dan SD Sidorejo Kidul 02 dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus

tahun 2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini dapat bermanfaat memberi manfaat baik secara

teoritis maupun praktis bagi Pemerintah Disdikpora, Sekolah, Kepala Sekolah,

dan Tenaga Pendidik adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1.6.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi stake holder sekolah maupun akademisi yang tertarik untuk

melaksanakan penelitian lebih jauh mengenai pendidikan inklusi,

sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian lebih lanjut baik mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kesiapan dalam implementasi pendidikan inklusi

maupun pengaruh kesiapan dalam keberhasilan belajar siswa

berkebutuhan khusus.

1.6.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Disdikpora

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah terkait kondisi lapangan dalam implementasi pendidikan

anak berkebutuhan khusus, agar lebih dapat mempertimbangkan

kondisi lapangan dalam menetapkan kebijakan birokrasi serta lebih

aktif dalam memberi bantuan dan dukungan demi kelancaran program

pendidikan seutuhnya.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

(6)

menentukan kebijakan manajemen kualitas pendidikan berikutnya

dalam rangka pemenuhan tuntutan masyarakat akan kualitas

pendidikan.

c. Bagi Kepala sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

kajian bagi kepala sekolah selaku manajer dan pemimpin dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program layanan inklusi di

sekolah sehingga memperoleh penyelenggaraan pendidikan dasar yang

unggul.

d. Bagi Guru atau Tenaga Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai

kesulitan dan hambatan dalam penyelenggaraan program pendidikan

anak berkebutuhan khusus. Sehingga dapat lebih mematangkan

kesiapan dalam penyelenggaraan pendidikan anak berkebutuhan

khusus.

e. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

pembanding dari segi teknis maupun temuan serta dapat menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilihat berdasarkan hasil penurunan tanahnya sebesar 0,0226 m dengan daya dukung ultimate sebesar 2476,283 kN, dengan jumlah tiang sebanyak 215 tiang dan estimasi biaya

(2012) Teaching writing skills based on a genre approach to L2 primary.. school students: An

Maka gaya pada sebuah persegi panjang datar dengan luas A yang terletak pada dasar tangki, sama dengan berat kolam cairan yang terletak tepat di atas persegi panjang, yaitu.. F = δ

Strengthening Study Program A Strengthening Study Program B Strengthening Study Program C Outreach Program Capacity Building Program Annual IMF Total Proposed Budget First Year

kosmologi Jawa bahwa pasar tradisional berada pada zona ”Negaragung”.. Jejaring pasar tradisional berdasarkan ”Mancapat Mancalima”. Pasar tradisional memiliki peran strategis

Demi masa depan kita, marilah kita dengan disaksikan oleh banyak orang, untuk segera membuat pengakuan, pernahkah kalian membuat sedih orang tua kalian?, Pernahkah kalian membuat

Implementing officers eligible are (1) executive director, (2) Monitoring and Evaluation Section (3) Treasurer and (4) Procurement Section, (5) Academic Secretary, and the key

Uapaya yang dilakukan untuk menyelesaiakan permasalahan yang dihadapi guru-guru Sekolah Dasar berkaitan dengan pembuatan dan penulisan artikel ilmiah hasil penelitian