• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Zona Drainase

Dalam dokumen Executive Summary Drainase Bogor (Halaman 33-41)

4 REKOMENDASI ALTERNATIF

4.1 Perbaikan Zona Drainase

Wilayah Kota Bogor terdiri atas jaringan drainase yang cukup rumit, diantaranya terdapat jaringan saluran drainase yang secara hidraulik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran drainase yang berhubungan satu sama lain. Selain jaringan drainase yang rumit, masih terdapat jaringan irigasi yang berfungsi sebagai saluran drainase sehingga kapasitasnya tidak mencukupi untuk menahan beban hujan yang terjadi. Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal. Untuk mempermudah penanganan sistem drainase dalam perencanaan dan dalam pengelolaannya nanti, maka dalam studi terdahulu beberapa sistem situ dan sistem drainase lokal telah dikelompokkan kedalam beberapa Zona Drainase.

Pengelompokan didasarkan atas kesamaan daerah dipandang dari sudut topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu sebagai saluran makro dari jaringan drainase. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis kontur yang cukup jauh jaraknya, dalam review masterplan kali ini akan dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey.

Perbaikan zona drainase dilakukan dengan menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan bantuan software ArcSWAT.

Dari data kontur tersebut kemudian

diolah menjadi data yang

menggambarkan geo-metri dari

bentuk permukaan bumi sehingga dapat diketahui alur-alur sungai yang ada di kota bogor. Dari alur sungai tersebut lah kita dapat mendefinisikan

zona-zona drainase dengan

menyesuaikan dengan zona drainase pada masterplan sebelumnya.

Zona drainase baru berjumlah sama

dengan masterplan sebelumnya,

namun memiliki batas antar zona yang baru. Perbedaan zona drainase ini akan memperngaruhi besarnya curah hujan wilayah dan juga karakteristik perzona. Pembagian zona dan juga masing-masing karakteristiknya akan

4-3

REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016

4. 2 Perubahan Beban Hujan

70 80 90 100 110 120 130 140 150 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020    C  u   r   a    h    H  u    j  a  n    (  m   m    ) Tahun

Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total

Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya.

Rata-rata 1992 – 2007 : 120.21 mm Rata-rata 2008 – 2015 : 130.67 mm Rata-rata 1992 – 2015 : 123.85 mm

diakibatkan akibat adanya penambahan data hujan, perubahan tataguna lahan dan perubahan zona drainase. Akibat adanya perubahan dari keduanya, terjadi perubahan pada curah hujan wilayah rata-rata, curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit limpasan. Penambahan data hujan terdiri dari penambahan data hujan tahun 2008-2015.

TABEL 4-1 PERBANDIGAN NILAI KOEFISIEN PENGALIRAN DAN DEBIT BANJIR

Zona Drainase Koef. Pengaliran (C) Masterplan 2007 Review Masterplan 1 0.42 0.45 2 0.54 0.56 3 0.59 0.56 4 0.39 0.42 5 0.41 0.42 6 0.42 0.47 7 0.48 0.54 8 0.39 0.46 9 0.51 0.63 10 0.41 0.64 11 0.52 0.59 12 0.54 0.53 13 0.51 0.59 14 0.57 0.57 15 0.45 0.45 Zona Drainase Debit Banjir(m3/s) Masterplan 2007 Review Masterplan 1 57.33 40.21 2 34.88 36.71 3 101.59 91.47 4 50.43 56.14 5 90.56 41.20 6 94.94 72.41 7 20.04 25.14 8 85.73 73.10 9 31.26 27.86 10 60.74 54.14 11 39.12 57.57 12 55.67 44.05 13 47.13 58.62 14 68.91 73.70 15 89.42 29.74

Dengan adanya update data dan juga perhitungan pada review masterplan ini, dapat dilihat dampaknya pada berubahnya nilai debit banjir dengan periode ulang 25 tahunan. Terdapat beberapa zona yang debit limpasannya meningkat dan ada juga yang menurun. Perubahan nilai debit banjir ini diakibatkan oleh nilai koefisien tataguna lahan yang sebagian besar meningkat dan juga perubahan karakterisitk das seperti luas, panjang sungai, kemiringan, dan panjang sungai. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan pada zona drainase 15 dari debit banjir sebesar 89.42 m3/s turun menjadi 29.74 m3/s, hal ini disebabkan adanya perubahan karakteristik DAS yang signifikan, luas zona yang pada masterplan sebelumnya sebesar 9.43 km2 berubah menjadi 3.1 km2.

REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016

4. 3 Solusi Permasalahan Banjir

4.3.1 Konseptual Sumur Resapan

Sesuai dengan semangat yang dibawa pada Peraturan Mentri (PERMEN) No 12/PRT/M/2014 perencanaan sistem drainase secara komprehensif sudah seharusnya menggantikan perencanaan sistem drainase menggunakan paradigma lama.

Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah).

SECARA UMUM, KONSEP INI DIKENAL JUGA DENGAN KONSEPECO-DRAINAGE, ATAU DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN.

Pengelolaan limpasan permukaan Penyimpanan Peresapan On Site Off Site -Retarding Basin - Kolam Regulasi  -Taman -Halaman rumah/Sekolah -Lahan terbuka antar blok rumah

-Lahan Parkir  -Sumur resapan -Parit resapan -Kolam Resapan -Perkerasan resapan/Permeable Pavement  GAMBAR 4-3 KONSEP PENGLOLAAN LIMPASAN PERMUKAAN

Daftar dari fasilitas terkait konsep drainase berwawasan lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4-3 disamping ini. Salah satu fasilitas yang akan diaplikasikan pada perencanaan masterplan ini adalah fasilitas sumur resapan dan kolam retensi. Fasilitas ini dipilih karena ketersediaan lahan di lokasi eksisting dan cenderung zero-maintenance terutama untuk fasilitas sumur resapan. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai aplikasi suur resapan di setiap zona drainase.

Executive Summary| Halaman4-7

4.3.2 Ekivalensi Luas Permukaan Serapan dan Volume Tampungan

Ekivalensi luas permukaan serapan dan volume dilakukan untuk membandingkan kedua fasilitas eco-drainage ini dengan beberapa parameter. Ekivalensi luas permukaan serapan adalah membandingkan luas permukaan yang diperlukan untuk kedua fasilitas dengan kapasitas luas permukaan serapan air yang sama. Sedangkan ekivalensi volume adalah membandingkan luas permukaan untuk kedua fasilitas dengan tampungan volume yang sama sesuai dengan besar volume penurunan debit.

Dalam dokumen Executive Summary Drainase Bogor (Halaman 33-41)

Dokumen terkait