• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 2 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

4.5 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus

No Hasil Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. <68 15 75% 8 40% 0 0%

2. ≥68 5 25% 12 60% 20 100%

Tabel 4.28

Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Data perbandingan hasil evaluasi pembelajaran kondisi awal, siklus I dan siklus II menunjukkan pada kondisi awal jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 15 siswa dan yang sudah mencapai KKM 5 siswa, yang berarti ketuntasan mencapai 25%. Siklus I persentase ketuntasan meningkat, jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 8 siswa dan yang sudah mencapai KKM 12 siswa, yang berarti ketuntasan mencapai 60%. Siklus II ketercapaian KKM sudah maksimal dengan memperoleh nilai ≥68 mencapai 100%.

Data perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II menunjukkan kenaikan nilai setelah melakukan tindakan. Data perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II apabila disajikan dalam bentuk diagram 4.18 adalah sebagai berikut:

Diagram 4.18

Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar pada setiap siklus pembelajaran menunjukkan kondisi awal jumlah siswa yang tuntas 25% dari jumlah keseluruhan dan 75% belum tuntas. Siklus I menunjukkan 60% hasil belajar siswa sudah tuntas, dan 40% belum tuntas. Siklus II menunjukkan 100% hasil belajar siswa tuntas. Secara keseluruhan apabila dilihat dari indikator keberhasilan, kondisi awal dan siklus I belum mencapai ketuntasan pembelajaran, sedangkan siklus II mengalami ketuntasan pembelajaran. 4.6 Pembahahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri 03 Kalimanggis kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung ditemukan kesalahan yang sering dilakukan guru dalam mata pelajaran matematika khususnya materi pecahan adalah proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang searah, guru tidak menggunakan alat peraga konkret, sehingga siswa belum terlibat dalam proses pembelajaran dan berdampak siswa kurang aktif.

0% 20% 40% 60% 80% 100% % % % <68 75% 40% 0% ≥68 25% 60% 100% 75% 40% 0% 25% 60% 100%

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Sebenarnya kegagalan yang dialami dalam proses pembelajaran tersebut terletak pada ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru.

Salah satu cara untuk memecahkan masalah utama itu adalah menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran matematika, yang menitikberatkan pada menemukan konsep serta menyelesaikan soal dengan bekerja sama secara berpasangan, dimana setiap pasangan dapat aktif dalam menemukan konsep serta menyelesaikan soal dengan menyenangkan melalui bimbingan guru. Dengan model pembelajaran

make a match, peserta didik dapat lebih bersemangat dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran.

Adapun perubahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran make a match adalah meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SD N 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

Berdasarkan hasil motivasi belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II, maka pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran make a match topik pecahan meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil motivasi belajar siswa pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.29

Perolehan Hasil Motivasi Belajar Siswa

Pelaksanaan Rata-Rata Kondisi Awal 3,49 Siklus I Pertemuan Pertama 3,74 Siklus I Pertemuan Kedua 3,89 Siklus II Pertemuan Pertama 4,05 Siklus II Pertemuan Kedua 4,19

Pada tabel diatas perolehan hasil motivasi belajar siswa pada kondisi awal mendapat rata-rata 3,49; pertemuan pertama siklus I mendapat rata-rata 3,74; pertemuan kedua siklus I mendapat rata-rata 3,89; pertemuan pertama siklus II mendapat rata-rata 4,05 dan pertemuan kedua siklus II mendapat rata-rata 4,19. Terjadi peningkatan secara bertahap pada tiap pertemuan.

Hasil dari ketuntasan siswa menunjukkan pada kondisi awal yang rata-ratanya memenuhi indikator terdapat 4 siswa (20%) dan 16 siswa (80%) yang belum memenuhi indikator. Pertemuan pertama siklus I menggunakan model pembelajaran make a match yang rata-ratanya memenuhi indikator terdapat 7 siswa (35%) dan 13 siswa (65%) yang belum memenuhi indikator, pertemuan kedua siklus I terjadi peningkatan yaitu 10 siswa (50%) dan 10 siswa (50%) yang belum memenuhi indikator. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II terjadi peningkatan yaitu 13 siswa (65%) dan 7 siswa (35%) yang belum memenuhi indikator, pertemuan kedua siklus II terjadi peningkatan signifikan yaitu 20 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi indikator yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan rata-rata seluruh siswa memenuhi atau diatas indikator yaitu ≥4 dan 100% siswa tuntas memenuhi atau melebihi indikator yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil evaluasi dari kondisi awal, siklus I dan siklus II, maka pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran

make a match topik pecahan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai evaluasi siswa pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.30

Perolehan Nilai Evaluasi Siswa

Pelaksanaan Rata-Rata

Kondisi Awal 54

Siklus I 73

Pada tabel diatas perolehan nilai evaluasi pada kondisi awal mendapat rata-rata 54. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata siswa mendapatkan 73, sedangkan nilai evaluasi pada siklus II terlihat peningkatan yang sanagt signifikan dari siklus I yaitu mendapatkan rata-rata 88.

Hasil dari ketuntasan siswa menunjukkan pada kondisi awal yang nilainya memenuhi KKM terdapat 5 siswa (25%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 15 siswa (75%). Pada siklus I menggunakan model pembelajaran make a match terjadi peningkatan yaitu 12 siswa (60%) memenuhi KKM dan 8 siswa (40%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 20 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan nilai seluruh siswa memenuhi atau diatas KKM yaitu ≥68 dan 100% siswa tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada siklus I belum berhasil karena mendapat rata-rata 3,71 dari aktivitas guru dan 3,60 dari aktivitas peserta didik. Sedangkan pada siklus II dikatakan berhasil karena mendapat rata-rata 4,63 dari aktivitas guru dan 4,55 dari aktivitas peserta didik.

Pembahasan di atas membuktikan bahwa model pembelajaran make a match tepat untuk digunakan dalam mata pelajaran matematika dengan topik pecahan, karena terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SD N 03 Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eny Khotifah pada tahun 2013 dengan judul “Penerapan Metode Make a Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Parikesit Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal, data diambil dari 14 siswa, 8 siswa (57%) memiliki motivasi tinggi dan 6 siswa memenuhi KKM ≥70 (43%). Siklus I menerapkan model pembelajaran make a match terjadi peningkatan yaitu

terdapat 3 siswa yang mendapat kategori rendah (21%), 5 siswa yang berkategori tinggi (36%), dan 6 siswa yang berkategori sangat tinggi (43%), kemudian 10 siswa memenuhi KKM ≥70 (71%). Pada siklus II terdapat 5 siswa yang berkategori tinggi (36%) dan 9 siswa yang berkategori sangat tinggi (64%), kemudian 14 siswa memenuhi KKM ≥70 (100%). Dengan demikian, model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Titik Wijayanti pada tahun 2012 dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SD N Karanganyar 03 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal, data diambil dari 23 siswa, siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 10 siswa (43,47%). Siklus I menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe make a match terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 16 siswa memenuhi KKM (69.56%). Pada siklus II terdapat 20 siswa memenuhi KKM (86,95%). Sedangkan peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran motivasi siswa pada kondisi awal yang sangat tinggi dan tinggi ada 10 siswa (43,47%), siklus I ada 18 siswa ( 78,26%), pada siklus yang ke II ada 20 siswa (86,95%), motivasi belajar sedang dan rendah pada kondisi awal ada 13 siswa (56,52%), pada siklus I ada 5 siswa (21,73%), pada siklus II ada 3 siswa (13,04%), sedangkan motivasi siswa yang sangat rendah tidak ada. Dengan demikian, model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Dokumen terkait