• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Klasifikasi Genotipe Antar Karakter

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

pada 20 genotip dan 3 lokasi

6.1.11. Perbandingan Hasil Klasifikasi Genotipe Antar Karakter

Berdasarkan lokasi dan adaptasi hasil gabah, bobot gabah per rumpun, bobot 100 butir gabah, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah berisi per malai, panjang malai, jumlah anakan non produktif, jumlah anakan produktif, tinggi tanaman dan panjang malai maka diperoleh hasil klasifikasi genotipe spesifik lokasi dan genotipe stabil seperti disajikan pada Table 21.

Tabel 21: Hasil klasifikasi genotipe spesifik lokasi dan stabil berdasarkan karakter hasil dan komponen hasil

No Karakter

Genotipe spesifik lokasi

Genotipe stabil Lokasi Mantang (dataran rendah) Lokasi lantan (dataran medium) Lokasi Sembalun (dataran tinggi) 1 UB G1 G2,G3,G,4,G5,G6,G7, G8, G9,G10,G11,G12,G13,G14, G15,G16,G17,G18, G19 2 TT G14 G18 G1,G2,G3,G4,G5,G6,G7, G8,G9,G10,G11,G12,G1 3,G15,G16 G17,G91.G20 3 JAP G12,G3 G3,G5. G11 G1,G2,G4,G6,G7,G8,G9, G10,G13,G14,G15,G16,G1 7,G18,G19,G20 4 JANP G18 G18 G7,G14 G1,G2,G3,G4,G5,G6,G8, G9,G10,G11,G12,G13,G15, G16,G17, ,G19,G20 5 PM G14 G1,G2,G3,G4,G5,G6,G7, G8,G9,G10,G11,G12,G13, G15,G16,G17,18 ,G19,G20 6 JGB G5 G2,G9. G5,G9 G1,G3,G4,G6,G7,G8,G10, G11,G12,G13,G15,G16, G17,G18 ,G19,G20 7 JGH G18,G15, G17 G11,G17 G2,G19 G3,G4,G5,G6,G8,G9,G10, G12,G13,G16,G17,G20 8 B100 G18 G1,G2,G3,G4,G5,G6,G10, G11,G12,G13,G15,G16, G17,G19.G20 9 BGPR G1,G19 G17 G9,G18 G2,G3,G4,G5,G6,G7,G8, G10,G11,G12,G13,G14, G15,G16,G20 10 H G9 G1,G2,G3,G4,G5,G6,G7, G8, G10,G11,G12,G13, G14,G15,G16,G17,G18, G19,G20

Keterangan : JGB = Jumlah gabah berisi; JGH = Jumlah gabah hampa; B100 = Bobot 100 butir gabah; BGPR = Bobot gabah per rumpun; H = Hasil per hektar; UB = Umur Berbunga, TT = Tinggi Tanaman, JAP = Jumlah Anakan Produktif, JANP = Jumlah Anakan Non Produktif, PM = Panjang Malai.

6.1.12. Uji Adaptasi dan stabilitas hasil galur harapan padi beras merah Pada Tiga lokasi

Analisis ragam gabungan pengaruh genotipe, lokasi, dan interaksi genotipe x lokasi menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap karakter kuantitatif padi beras merah di tiga lokasi tumbuh yang berbeda (dataran rendah,dataran medium,dataran tinggi) artinnya bahwa peringkat keunggulan suatu genotipe yang diujikan tidak akan

sama pada semua lokasi tumbuh. Hal ini disebabkan tanggap yang berbeda dari genotipe terhadap satu atau lebih peubah lingkungan fisik ( Nugrahaeni, 1993). Bos dan Caligari (1995) menambahkan besar kecilnya pengaruh interaksi genotipe x lingkungan sangat tergantung pada susunan genetik suatu genotipe dan kompleksitas lokasi yang mempengaruhinya

Adapun perbedaan masing-masing lokasi tumbuh yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11. Adanya interaksi genotipe x lokasi yang tidak nyata perlu diperhatikan dalam memilih keunggulan suatu genotipe dalam kegiatan seleksi.

Hasil biplot AIKU1 dan AIKU2 pada rerata jumlah anakan produktif menunjukkan bahwa antara genotipe di tiga lokasi memberikan jumlah anakan produktif yang sama sedangkan antara lokasinya berbedanyata, jumlah anakan produktif paling banyak terdapat pada lokasi dataran tinggi (L3) yaitu 25.3 buah dan paling sedikit pada lokasi dataran rendah (L1) dan dataran medium (L2) secara berurutan jumlah anakan produktif 18,2 buah dan 19.1 buah.

pada rerata jumlah anakan non produktif di tiga lokasi Tabel 8. menunjukkan penampilan jumlah anakan non produktif sama antara genotipe. Jumlah anakan non produktif paling banyak terdapat pada lokasi dataran tinggi (L3) yaitu 6,41 buah dan paling sedikit pada lokasi dataran medium L2 dan dataran rendah L1 secara berurutan jumlah anakan non produktif 0,54 buah dan 0,96 buah

Hasil analisis ragam genotipe, lokasi dan interaksi genotipe x lokasi menunjukkan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman ( Lampiran 10). hasil gabah per hektar untuk setiap genotipe pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada Tabel 19. Rata – rata hasil gabah per hektar di lokasi dataran rendah adalah 5,3 ton/ha.hasil gabah per hektar tersebut lebih rendah di bandingkan dengan lokasi dataran medium yaitu 6,4 ton/ha. sedangkan di lokasi dataran tinggi menujukkan hasil gabah per hektar terendah yaitu 1,4 ton /ha.

Pada lokasi dataran rendah (L1) hasil gabah per hektar tertinggi di jumpai pada G1 yaitu 7,5 ton/ha.dan terendah nampak pada G16 yaitu 3.1 ton/ha. Pada lokasi medium( L2) hasil gabah per hektar tertinggi di jumpai pada G12 yaitu 8,5 ton/ha. dan terendah nampak pada G18 yaitu. 3,6 ton/ha. Pada lokasi dataran tinggi ( L3) tanaman tertinggi di jumpai pada G9 yaitu 3,3 ton/ha. dan terendah pada G8 yaitu 0,7 ton/ha.

Perbedaan hasil gabah dan komponen hasil di setiap lokasi, terutama diakibatkan oleh perbedaan ketersediaan air pada lingkungan tumbuhnya. Pada penanaman di lokasi dataran rendah Mantang irigasi teknis yang dilakukan pada MK2011, pemberian air diatur sesuai dengan cara bercocok tanam padi sawah berpengairan teknis di lokasi dataran medium Lantan teknis pemberian air sama. Sedangkan yang dilakukan pada MH 2012, pada lokasi dataran tinggi Sembalun pemberian air sangat tergantung pada air hujan. Karakteristik masing-masing lokasi tumbuh lainnya yang berupa jenis tanah, ketinggian tempat, pH tanah suhu udara,dan curah hujan dapat dilihat pada lampiran11.

Tanaman yang mengalami kekurangan air akan menyebabkan perubahan tekanan turgor. Turgor sel merupakan pendorong pertumbuhan sehingga apabila tekanan turgor terganggu maka akan menghambat pertumbuhan (Blum, 1993). Craufurd dan Peacoak 1993 menambahkan bahwa cekaman kekeringan pada fase vegetatif dan generatif akan dapat menurunkan laju pertumbuhan tanaman, memperlambat laju perkembangan malai, tinggi tanaman, bobot bulir sehingga menurunkan hasil hingga mencapai 87 %.

Parsons (1982) mengemukakan tanaman yang mengalami kekurangan air akan mengalami perubahan morfologi dan fisiologi, namun besarnya perubahan tersebut sangat tergantung pada jenis tanaman, jenis kultivar, fase petumbuhan, panjang periode cekaman, dan kemampuan tanaman beradaptasi. Dengan berkurangnya kandungan air pada tanaman akan mengakibatkan jumlah klorofil terbentuk berkurang. Klrofil merupakan pigmen hijau dalam kloroplas yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya fotosintesis. Dengan berkurangnya kandungan klorofil akan mengakibatkan menurunnya hasil fotosintesis. Rendahnya hasil fotosintesis akan menyebabkan hasil yang rendah pula nampak jelas pada hasil gabah per hektar di lokasi dataran tinggi Sembalun yaitu 1,4 ton/ha.

Dari hasil analisis ragam gabungan menunjukkan perbedaan yang nyata pada interaksi genotipe Lokasi terhadap karakter tinggi tanamana,jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa, bobot 100 butir gabah, bobot gabah per rumpun, hasil gabah per ha.Tetapi tidak menunjukkan interaksi genotype x lokasi terhadap umur berbunga, jumlah anakan produktif, jumlah anakan non produktif, panjang malai. Adanya pengaruh genotipe x lokasi yang nyata memungkinkan untuk dilakukannya analisis AMMI (additive main effect and multiplicative interactions) dan mempolakan interaksi

genotipe x lokasi dengan biplot. Dari hasil analisis AMMI (Lampiran 1–10) tampak pengaruh interaksi genotipe x lokasi menghasilkan dua komponen AIKU (Analisis Interaksi Komponen Utama) yaitu AIKU1 dan AIKU2.. Nilai rerata genotipe, lokasi dan nilai AIKU1 dan AIKU2, serta penampilan rata–rata krakteristik tiap – tiap genotipe, dimasing -masing lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 - 20.

Untuk menentukan suatu genotipe tergolong stabil dan spesifik lokasi dapat dilihat pada biplot AMMI2 yaitu biplot antara skor AIKU1 dengan skor AIKU2. Dari hasil biplot AMM2 terhadap hasil gabah (Gambar 10) dapat dilihat bahwa ada 2 genotipe memberikan indikasi paling stabil terhadap tiga lokasi. Genotipe yang memberikan indikasi stabil adalah genotipe yang berada di dalam elips. Genotipe G2,G11merupakan genotipe yang berindikasi paling stabil dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe lainnya yang mempunyai respon stabil di semua lokasi adalah G1,G4,G5,G7,G10,G12,G13,G14, G19 memiliki hasil lebih besar dari rerata umumnya sedangkan genotipe lainnya lebih kecil.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Gauch (1992) yang menyatakan genotipe yang tumbuh di lintas lokasi pengujian dan memberikan nilai AIKU yang mendekati nol, memberikan indikasi bahwa genotipe tersebut bersifat stabil, jika nilai AIKU sangat jauh dari nol menunjukan bahwa genotipe memiliki daya adaptasi yang spesifik.

Genotipe yang tidak stabil menunjukkan bahwa suatu genotipe memiliki respon yang positif jika ditanam di suatu lokasi dan berespon negatif jika ditanam di tempat lain (bersifat spesifik lokasi).

Genotipe yang memberikan indikasi paling spesifik di lokasi dataran tinggi Sembalun adalah G9. Hasil di atas sejalan dengan pernyataan Endang, (2003) dimana pada biplot AMM2, jika suatu genotipe dan lokasi jaraknya berdekatan maka, hal ini menunjukan bahwa genotip tersebut dapat tumbuh dengan baik dilingkungan terkait. Kesesuaian tempat tumbuh dapat juga diinterprestasikan dari besarnya sudut yang dibentuk oleh garis genotip dan lokasi yaitu menginformasikan adanya korelasi antara genotipe dan lokasi tersebut. Semakin kecil sudut yang terbentuk menginformasikan semakin besarnya korelasi yang terjadi diantara genotipe dan lokasi tersebut dan ini memberikan indikasi semakin bersifat spesifik lokasi.

Berdasarkan hasil analisis AMMI terhadap stabilitas dan spesifik lokasi karakter kuantitatif padi beras merah (Tabel 1 - 20) nampak bahwa genotipe yang

diklasifikasikan berindikasi stabil oleh sebagian besar karakter yang diamati adalah genotipe G4. dari 10 karekter yang diamati seluruh karakter menunjukan stabil .

Demikian juga untuk genotipe yang spesifik lokasi dapat dijelaskan dengan cara yang sama seperti di atas. Sebagai ilustrasi klasifikasi genotipe yang memberikan indikasi spesifik di lokasi Sembalun dataran tinggi adalah sebagai berikut : genotipe yang diklasifikasikan spesifik lokasi adalah genotipe G9 terhadap 2 karakter yaitu daya hasil dan jumlah gabah berisi.

Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa tidak semua genotipe yang diklasifikasikan stabil atau spesifik lokasi oleh hasil gabah di dukung oleh hasil klasifikasi genotipe bedasarkan karakter yang lainnya. Dan tidak semua genotipe yang stabil atau spesifik lokasi memiliki nilai diatas nilai reratanya. Untuk karakter hasil gabah per hektar genotipe yang stabil dan memiliki hasil gabah diatas nilai reratanya adalah genotipe G1, G4, G7, G10, G12,G13, G14 dan G19 (Tabel 20 Gambar 10). Genotipe stabil tersebut akan memberikan hasil relatif sama baik ditanam pada lokasi dataran rendah Mantang, dataran medium Lantan, maupun lokasi dataran tinggi Sembalun. Sehingga genotipe tersebut dapat rekombinasikan sebagai bahan pemuliaan untuk membentuk varietas unggul padi beras merah. Genotipe yang memberikan indikasi paling spesifik lokasi yang memiliki hasil gabah di atas nilai reratanya (4,5 ton/ha) adalah G9.

Faktor penyebab stabilitas hasil suatu genotipe belum diketahui dengan jelas, namun demikian Allard dan Bradshaw (1964) cit Ni’amullah (2003) menduga bahwa mekanisme penyangga individu dan populasi adalah faktor penyebabnya. Mekanisme stabilitas secara umum dapat dikelompokan kedalam empat hal, heterogenitas genetik, kompensasi komponen hasil, ketegaran terhadap deraan (stres tolerance) dan daya pemulihan yang cepat terhadap penderaan. Dalam hal ini stabilitas didefinisikan sebagai suatu genotipe yang memiliki heterogenitas genetik untuk menghindari perubahan hasil yang besar diberbagai lokasi. Mekanisme ini muncul sebagai akibat dari hasil kerja sama gen-gen yang berlainan (heterogen) yang terdapat di dalam susunan genetik suatu genotipe. Hal ini dapat dimengerti karena hasil merupakan produk dari berbagai komponen hasil. Dan komponen hasil itu sendiri merupakan produk dari

banyak gen. Dengan bervariasinya hasil yang didapat dalam suatu genotipe akibat heterogenitas genotipe sehingga pengurangan hasil dari suatu komponen hasil lainnya akan digantikan dengan komponen hasil lainnya, sehingga akan terjadi kestabilan hasil.

6.2. Diskripsi sifat kuantitatif dan kualitatif pada galur harapan padi beras merah.

Untuk menghasilkan deskripsi sifat kuantitatif maupun kwalitatif yang representative pada masing-masing galur harapan padi beras merah yang diujikan maka dilakukan pengamatan mulai dari masa pembibitan hingga panen dan pasca panennya. Pada saat pertumbuhan vegetative dilakukan pengamatan terhadap warna koleotip, warna daun, bulu permukaan daun, warna lidah daun, warna batang, panjang batang. Setelah memasuki masa generative dilakukan pengamatan terhadap umur berbunga, tinggi tanaman, jmlah anakan produktif per rumpun, jumlah anakan non produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah berisi per malai, jumlah gabah hampa permalai. Kemudian dilanjutkan dengan komponen hasil lainnya seperti bobot 100 butir gabah, bobot gabah per rumpun serta hasil gabah per hektarnya. Untuk pasca panennya diamati kandungan antosianin berasnya. Senyawa ini sangat penting diamati karena fungsinya sangat penting bagi kesehatan disamping itu antosiani beras ini sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada pun hasil diskripsi dari masing masing galur harapan padi beras merah dapat dilihat pada table diberikut ini.

Keterangan : G1 =16-17-8, G2=16-22-12,G3= 16-22-13,G4=

AKBC52-16-22-15, G5=AKBC52-16-22-16

Tabel 23 : Diskripsi Galur Harapan Padi Beras Merah Genotipe G6 s/d G10

N0 Kreteria G1 G2 G3 G4 G5

1 Umur 50 % berbunga ( % tanaman telah memiliki malai) (hst = hari setelah tanamsangat genjah

73 74 74,5 75,50 74,50

2 Warna Koleopit (tidak berwana, hijau atau ungu)

hijau hijau hijau hijau hijau 3 Warna daun bagian bawah/pelepah (Hijau,

garis-garis ungu, ungu muda atau ungu)

hijau Garis ungu

hijau Garis ungu

ungu 4 Bulu permukaan daun ( sangat lemah, lemah,

sedang, kuat atau sangat kuat)

kuat kuat sedang kuat lemah 5 .Warna lidah daun (tidak berwana, hjau,

garis-garis ungu, ungu muda, ungu

Tidak berwarna, Ungu muda ungu Tidak berwana ungu 6 Daun bendera (tegak, semi-tegak, horizontal,

melengkung)

Semi tegak Semi tegak Semi tegak Semi tegak Semi tegak

7 Warna kaki hijau Hijau hijau Hijau Hijau

8 Warna Batang hijau Hijau hijau hijau hijau

9 Warna telinga daun putih putih Putih putih putih

10 Batang (tegak, semi tegak, terbuka, agak terbuka, menyebar)

tegak tegak tegak Agak terbuka

Agak terbuka 11 Tinggi tanaman ( terata cm) 95.22 100,67 10,56 94 99.33 12 Warna buku pada batang ( tidak ada,

ada,ungu)

Tidak ada ungu Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada 13 Warna Putik (anak bunga) (putih, hijau muda,

kuning, ungu muda, ungu)

Ungu Ungu muda Ungu muda Ungu muda Ungu muda 14 Ketebalan Batang ( mm) 5,4 6,5 8,8 6,5 8,8

15 Anakan produktif dan non produktif 22/1 18,33/1,1 18/0,33 20,56/0,4 4

15,89/1,1 16 Panjang malai pada cabang utama (cm) 20,54 21,28 20,65 19,50 21,22 17 Penampilan malai ( tegak, agak tegak,

merunduk, patah) merunduk merundu k merundu k merundu k Merundu k 18 Bulu ujung gabah (tidak ada, ada) Tidak ada Tidak

ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

19 Bentuk gabah Ramping Agak

ramping Agak ramping Agak ramping Agak ramping 20 Umur matang (hst) 103 104 105 106 105 21 Bobot 100 biji 2,53 2,38 2,84 2,64 2,69

22 Kerontokan gabah (sedikit, sedang, banyak) sedang sedang sedang sedang sedang 23 Warna beras pecah kulit (putih, coklat muda,

bercak-bercak coklat, coklat tua, merah muda, merah, bercak-bercak ungu, ungu, hitam)

Merah merah merah Merah merah

24 Kandungan antosianin (ppm) 5,36 7,70 7,58 6,55 11,47 25 Rata rata hasil (ton/ha) 7.48 5,20 5,64 6,61 4,23

Keterangan : G6= AKBC52-16-22-20,G7= AKBC86-47-43-23, G8=

PKBC179-168-N0 Kreteria G6 G7 G8 G9 G10

1 Umur 50 % berbunga ( % tanaman telah memiliki malai) (hst = hari setelah tanamsangat genjah

77 77 77 77,50 76,60

2 Warna Koleopit (tidak berwana, hijau atau

ungu) hijau ungu ungu hijau ungu

3 Warna daun bagian bawah/pelepah (Hijau,

garis-garis ungu, ungu muda atau ungu) Garis ungu

hijau hijau hijau Garis ungu 4 Bulu permukaan daun ( sangat lemah, lemah,

sedang, kuat atau sangat kuat)

kuat lemah kuat lemah kuat

5 .Warna lidah daun (tidak berwana, hjau,

garis-garis ungu, ungu muda, ungu ungu Ungu ungu ungu ungu 6 Daun bendera (tegak, semi-tegak, horizontal,

melengkung) Semi tegak Semi tegak Semi tegak Semi tegak tegak

7 Warna kaki hijau Hijau hijau Hijau Hijau

8 Warna Batang hijau Hijau hijau hijau hijau

9 Warna telinga daun putih putih Putih putih putih

10 Batang (tegak, semi tegak, terbuka, agak

terbuka, menyebar) tegak Agak

terbuka Agak terbuk a Tegak Agak terbuka 11 Tinggi tanaman ( terata cm) 103 100,67 95,78 102 98,56 12 Warna buku pada batang ( tidak ada,

ada,ungu) Tidak ada ungu Tidak

ada

ungu ungu

13 Warna Putik (anak bunga) (putih, hijau muda,

kuning, ungu muda, ungu) Ungu Ungu muda Ungu muda Ungu muda Ungu muda 14 Ketebalan Batang ( mm) 5,4 7,6 7,8 6,6 6,5

15 Anakan produktif dan non produktif 18,89/0,5 6 18,78/2 ,11 15,78/ 0,56 15,11/0 ,33 18/1,67 16 Panjang malai pada cabang utama (cm) 20,25 20,69 20,13 22,04 20,97 17 Penampilan malai ( tegak, agak tegak,

merunduk, patah) merundu k merund uk merun duk merund uk Merund uk 18 Bulu ujung gabah (tidak ada, ada) Tidak ada Tidak

ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

19 Bentuk gabah Agak

ramping Agak rampin g Agak rampin g Agak rampin g Agak rampin g 20 Umur matang (hst) 107 107 107 108 107 21 Bobot 100 biji 2,72 2,32 2,68 2,83 2,66

22 Kerontokan gabah (sedikit, sedang, banyak) sedang sedang sedang sedang sedang 23 Warna beras pecah kulit (putih, coklat muda,

bercak-bercak coklat, coklat tua, merah muda, merah, bercak-bercak ungu, ungu, hitam)

Merah merah merah Merah merah

24 Kandungan antosianin (ppm) 8,33 7,83 13,39 16,84 15,70 25 Rata rata hasil (ton/ha) 4,14 4,80 5,28 3,41 5,98

88-36,G9= PKBC179-168-124-44,G10= PKBC179-168-127-61

Tabel 24 : Diskripsi Galur Harapan Padi Beras Merah Genotipe G11 s/d G15

Keterangan : G11= PKBC179-168-134-103,G12= PKBC179-168-138-143,

G13= PKBC183-173-142-146, G14= PKBC186-177-156-167, G15= PKBC186-177-156-172)

N0 Kreteria G11 G12 G13 G14 G15

1 Umur 50 % berbunga ( % tanaman telah memiliki malai) (hst = hari setelah tanamsangat genjah

78 77 77,50 77,50 77

Warna Koleopit (tidak berwana, hijau atau ungu)

hijau hijau hijau Tidak berwarna

Tidak berwarna 3 Warna daun bagian bawah/pelepah (Hijau,

garis-garis ungu, ungu muda atau ungu)

Garis ungu hijau hijau hijau ungu 4 Bulu permukaan daun ( sangat lemah, lemah,

sedang, kuat atau sangat kuat)

Sangat kuat kuat kuat kuat lemah 5 .Warna lidah daun (tidak berwana, hjau,

garis-garis ungu, ungu muda, ungu

Garis ungu Garis Ungu Tidak berwarna Garis ungu ungu 6 Daun bendera (tegak, semi-tegak, horizontal,

melengkung)

Semi tegak Semi tegak

tegak Semi tegak

tegak

7 Warna kaki hijau Hijau hijau Hijau Hijau

8 Warna Batang hijau Hijau hijau hijau hijau

9 Warna telinga daun putih putih Putih putih putih

10 Batang (tegak, semi tegak, terbuka, agak terbuka, menyebar) Agak tegak tegak Agak terbuka Tegak menyebar 11 Tinggi tanaman ( terata cm) 96,33 95,11 100,89 97,78 105,67 12 Warna buku pada batang ( tidak ada,

ada,ungu)

ungu ungu Tidak ada ungu Tidak ada 13 Warna Putik (anak bunga) (putih, hijau muda,

kuning, ungu muda, ungu)

Ungu Ungu muda Ungu muda Ungu muda Ungu muda 14 Ketebalan Batang ( mm) 7,6 7,6 7,8 7,6 10,4

15 Anakan produktif dan non produktif 20,11/1,11 23,22/1,7 8

16,67/0,22 21,33/0,22 19,67/1,78 16 Panjang malai pada cabang utama (cm) 20,115 20,18 22,03 22,83 20,44 17 Penampilan malai ( tegak, agak tegak,

merunduk, patah)

merunduk merundu k

merunduk merunduk Merunduk 18 Bulu ujung gabah (tidak ada, ada) Tidak ada Tidak

ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

19 Bentuk gabah Agak

ramping Agak ramping Agak ramping Agak ramping Agak ramping 20 Umur matang (hst) 108 107 108 108 107 21 Bobot 100 biji 2,55 2,43 2,79 2,29 2,68

22 Kerontokan gabah (sedikit, sedang, banyak) sedang sedang sedang sedang sedang 23 Warna beras pecah kulit (putih, coklat muda,

bercak-bercak coklat, coklat tua, merah muda, merah, bercak-bercak ungu, ungu, hitam)

Merah merah merah Merah merah

24 Kandungan antosianin (ppm) 16,39 15,96 11,96 16,60 11,49

25 Rata rata hasil (ton/ha) 4,47 6,40 6,29 6,87 3,14

Tabel 25 : Diskripsi Genotipe Tetua dan Varietas Pembanding N0 Kreteria G16 (Angka) G17 (Piong) G18 (Kenya) G19 (Situ Pateng gang) G20 (Aik Sibondang) 1 Umur 50 % berbunga ( % tanaman telah

memiliki malai) (hst = hari setelah tanamsangat genjah

74 75,50 77 78 78,50

2 Warna Koleopit (tidak berwana, hijau atau ungu)

hijau hijau hijau hijau hijau 3 Warna daun bagian bawah/pelepah (Hijau,

garis-garis ungu, ungu muda atau ungu)

ungu Garis ungu

hijau hijau Garis ungu 4 Bulu permukaan daun ( sangat lemah,

lemah, sedang, kuat atau sangat kuat)

Sangat kuat Sangat kuat

kuat kuat lemah 5 .Warna lidah daun (tidak berwana, hjau,

garis-garis ungu, ungu muda, ungu

Garis ungu Ungu muda

hijau hijau Garis ungu 6 Daun bendera (tegak, semi-tegak,

horizontal, melengkung)

tegak Semi tegak

Semi tegak

tegak Semi tegak

7 Warna kaki hijau Hijau hijau Hijau Hijau

8 Warna Batang hijau Hijau hijau hijau hijau

9 Warna telinga daun putih putih Putih putih putih 10 Batang (tegak, semi tegak, terbuka, agak

terbuka, menyebar)

Agak tegak

Agak terbuka

terbuka Tegak tegak 11 Tinggi tanaman ( terata cm) 96,33 103,33 127,33 107,89 103,11 12 Warna buku pada batang ( tidak ada,

ada,ungu)

ungu ungu Tidak

ada

Tidak ada

Tidak ada 13 Warna Putik (anak bunga) (putih, hijau

muda, kuning, ungu muda, ungu)

Ungu Ungu muda

kuning kuning Ungu muda

14 Ketebalan Batang ( mm) 7,6 7,6 9,8 10,8 7,6

15 Anakan produktif dan non produktif 19,56/1 17,56/1,67 10,56/0, 22

11,56/1 21,87/0,78 16 Panjang malai pada cabang utama (cm) 22,08 19,67 23,22 21,39 20,71 17 Penampilan malai ( tegak, agak tegak,

merunduk, patah)

merunduk merunduk merund uk

merund uk

Merunduk 18 Bulu ujung gabah (tidak ada, ada) Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

Tidak ada

Tidak ada

19 Bentuk gabah Agak

ramping Agak ramping Agak bulat Agak ramping Agak ramping 20 Umur matang (hst) 104 106 107 108 109 21 Bobot 100 biji 2,46 2,69 3,46 2,66 2,46

22 Kerontokan gabah (sedikit, sedang, banyak)

sedang sedang sedang sedang sedang 23 Warna beras pecah kulit (putih, coklat

muda, bercak-bercak coklat, coklat tua, merah muda, merah, bercak-bercak ungu, ungu, hitam)

Merah merah putih Putih merah

24 Kandungan antosianin (ppm) 15,96 13,43 0 0 15,32

25 Rata rata hasil (ton/ha) 4,67 5,47 3,38 6,37 5,08

Keterangan : G16= Piong, G17= Angka G18 Kenya, G19= Situ Patenggang (padi gogo tahan blas), G20= Aik Sibondang (padi sawah beras merah peka blas)

6.3. Evaluasi Ketahanan Genotipe padi Beras Merah Terhadap Penyakit Blas di Rumah Kaca.

Tabel 26. Data Persentase Serangan dan Nilai Skala Kerusakan Genotipe Padi Beras Merah oleh Penyakit Blas

No Genotipe Ulangan Persentase Serangan (%) Rerata Nilai Skala Kerusakan Reaksi ketahanan 1 2 3 1 G1 0 5 5 3.33 2 Agak tahan 2 G2 5 5 5 5.00 2 Agak tahan 3 G3 0 10 0 3.33 3 Agak peka 4 G4 15 20 25 20.00 3 Agak peka 5 G5 20 25 20 21.67 3 Agak peka 6 G6 0 5 5 3.33 2 Agak tahan 7 G7 5 5 5 5.00 2 Agak tahan 8 G8 10 15 20 15.00 3 Agak peka 9 G9 20 20 25 21.67 2 Agak tahan 10 G10 5 5 0 3.33 2 Agak tahan 11 G11 20 20 15 18.33 3 Agak peka 12 G12 5 5 5 5.00 2 Agak tahan 13 G13 5 5 5 5.00 2 Agak tahan 14 G14 0 5 5 3.33 2 Agak taha 15 G15 25 20 20 21.67 3 Agak peka

16 Angka 5 5 0 3.33 2 Agak tahan

17 Piong 0 5 5 3.33 2 Agak tahan

18 Kenya 5 5 5 5.00 2 Agak tahan

19 Situ Patenggang 0 0 1 0.33 0 Tahan

20 Aik Sibondang 25 25 20 23.33 3 Agak Peka

21 IR64 0 0 0 0.00 0 Tahan

22 Kencana Bali 75 80 80 78.33 5 Sangat Peka

Genotipe padi beras merah yang diujikan terhadap blas ras P.griseria asal edemik tanaman padi gogo dari kecamatan Mantang kabupaten Lombok Baratyang dilaksakan di rumah kaca menunjukkan respon ketahanan yang beragam terhadap penyakit blas daun. (Tabel 26.).

Perbedaan respon genotipe padi beras merah yang diujikan dapat disebabkan karena perbedaan gen ketahanan yang terdapat pada tanaman dan diakibatkan oleh patogenisitas dari ras P.grisea (Ou, 1985). Dari 15 galur harapan yang diujikan tidak ada galur harapan yang menunjukkan tahan terhadap ras P. grisea yang berasal dari sentral penanaman padi gogo di daerah Mantang kabupaten Lombok Barat. Sebanyak 11 galur harapan menunjukkan respon agak tahan terhadap ras P.grisea yaitu nampak pada galur G1, G2, G3, G4, G6, G7, G9, G10, G12, G13 dan G14. Sedangkan Galur-galur harapan G5, G8, G11 dan G14 menunjukkan agak peka terhadap blas P. gresia. Genotipe tetua yaitu Piong, Angka dan Kenya menunjukkan tingkat agak tahan terhadap serangan blas P. glseria. Varietas Situ Patenggang dan IR64 yang memiliki gen ketahanan terhadap penyakit blas Pita, Piz-1,Pib,Pi20 dan 1 unknow gen ( Fukuta et al. 2007) pada penelitian ini menunjukan sifat tahannya terhadap blas. Varietas Aik Sibondang menunjukkan tingkat agak peka terhadap penyakit blas. Sedangkan varietas Kencana Bali sebagai varietas kontrol sangat peka terhadap peyakit blas yang diujikan.

Beberapa varietas unggul yang diujikan merupakan varietas yang tahan terhadap blas saat di lepas seperti Situ Patenggang dan IR64. Pada saat dipergunakan pada

Dokumen terkait