• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Pengujian Briket Berdasarkan hasil pengujian briket di

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Wonogiri, Juni Redaksi (Halaman 39-42)

DAFTAR PUSTAKA

5. Perbandingan Hasil Pengujian Briket Berdasarkan hasil pengujian briket di

atas dapat dilakukan perbandingan kemampuan laju pembakarang briket, yakni berdasarkan tabel berikut:

Tabel 6. Rata-rata hasil pengujian laju bakar sampel briket

No Uji Briket Laju Pembakaran Rata-rata

(gr/menit) (kg/jam)

A Briket limbah serbuk gergaji halus (100%) 0,16 2,59

B Briket limbah serbuk gergaji kasar (100%) 0,31 5,14

C Briket arang kayu (100%) 0,13 2,12

D Briket kombinasi serbuk gergaji kasar (50%) dan arang kayu (100% 0,15 2,50 E Briket kombinasi serbuk gergaji halus (50%) dan arang kayu (100%) 0,14 2,33

Gambar 9. Grafik perbandingan uji laju pembakaran briket Berdasarkan grafik di atas menunjukkan laju

pembakaran tercepat adalah briket dari bahan limbah serbuk gergaji kasar, yakni membutuhkan 5,1kg dalam waktu satu jam atau 0,31gr/menit, sedangkan laju pembakaran terendah adalah briket dari arang kayu murni yakni membutuhkan

2,1kg dalam satu jam pembakaran atau 0,13gr/menit, namun pada arang kayu murni memiliki kelemahan atau waktu awal untuk pembakaran lebih lama.

INISIASI Volume 6 Edisi 1 Juni 2017 38 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

a. Briket dari bahan limbah serbuk gergaji kasar lebih boros dalam penggunaanya yakni membutuhkan 5,1kg untuk pembakaran dalam waktu satu jam tetapi

lebih mudah dalam

penyalaan/pembakaran awal.

b. Sedangkan briket dari arang kayu murni lebih hemat yakni membutuhkan 2,1kg briket untuk pembakaran dalam waktu satu jam, namun memiliki kelemahan atau waktu awal untuk pembakaran lebih lama.

c. Dan briket dari kombinasi bahan limbah serbuk gergaji halus dengan arang kayu memiliki kombinasi yang seimbang, yakni cukup hemat dalam penggunaan briket hanya membutuhkan 2,3kg briket untuk pembakaran dalam waktu satu jam, dan mudah penyalaan/pembakaran awal.

Saran

Penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga masih banyak hal yang perlu diteliti dengan sampel benda uji yang lebih banyak meliputi prosentase bahan yang beragam dan alat pengujian yang memadahi, agar mendapatkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Basriyanta. (2007). Memanen Sampah.

Yogyakarta: Kanisius.

Brades A. C dan F. S. Tobing. 2008.

Pembuatan Briket Arang Dari Enceng Gondok (Eichornia Crasipess Solm.) Dengan Sagu

Sebagai Pengikat.

http://brades.multiply.com/journal[1 5 Maret 2012].

Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Puslitbang Hasil Hutan.

Bogor.

Hendra dan Darmawan, 2000. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang. Puslitbang Hasil Hutan, Bogor.

Himawanto, D.A. 2003. Pengolahan Limbah Pertanian menjadi Biobriket Sebagai Salah Satu Bahan Bakar Alternatif. Laporan Penelitian. UNS.

Surakarta.

Joseph, S. dan D. Hislop, 1981. Residu Briquetting in Developping Countries. Aplyed Science Publisher.

London.

http://www.informaworld.com.

Kurniawan, O. dan Marsono. 2008.

Superkarbon, Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukmawati dan Yadnya, 2006, Pengaruh Penggantian Dedak Sekam Padi dengan Sekam Padi atau Serbuk Gergaji Kayu yang disuplementasi dengan Probiotik terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum dan Kadar Asam Urat Darah Itik Bali, Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Supriyono. 2003. Mengukur Faktor-Faktor dalam Proses Pengeringan. Jakarta : Depdiknas.

Winarno, 1985, Teknologi Pengolahan Padi Terintergrasi Berwawasan Lingkungan, Bulog, Jakarta.

INISIASI Volume 6 Edisi 1 Juni 2017 39 Inovasi Batalastik sebagai Solusi Penanganan Sampah Plastik

Dony Purnomo SMAN 1 Purwantoro

Email: [email protected] ABSTRACT

The aim of this reseach are to describe the process of making batalastik, menegtahui batalastik quality and economically mengaanalisis batalastik.Metode production research is experimental data collected with observation and laboratory testing. The samples used as many as four samples that the sample A, the sample B, sample C and sample Factory. In conclusion, that: (1) The process of making uatam batalastik includes three stages, namely preparation of materials, printing and drying. (2) Batalastik which has the best quality is the sample C with strong values demanded to 11.14 kg / cm2 and comparison of 4.5 kg of sand: 0,50 kg of cement: 0.05 kg plastic. (3) The cost of materials for the production of each batalastik amounted Rp.1450

Key words: Batalastik, Solutions, Waste Plastic.

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi, industri serta populasi mendorong peningkatan pemanfaatan plastik di Indonesia.Keunggulan plastik dari segi penggunaan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan plastik dalam kehidupannya.

Keunggulan plastik dibanding material lain diantaranya kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang baik. Semakin banyaknya penggunaan perlengkapan dari bahan plastik menyebabkan semakin banyak pula sampah plastik yang dihasilkan.

Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada diperingkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Sedangkan menurut data Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang.

Dari angka tersebut, hanya lima persen yang benar-benar didaur ulang.

Sampah plastik berdampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah.Sampah plastik yang dibuang sembarangan juga dapat

menyumbat saluran drainase, selokan dan sungai sehingga bisa menyebabkan banjir.

Dampak negatif sampah plastik akan menjadi masalah serius bila tidak dicari penyelesaiannya. Penanganan sampah plastik yang populer selama ini adalah dengan 3R ( Reuse, Reduce, Recycle). Reuse adalah memakai berulang kali barangbarang yang terbuat dari plastik. Reduce adalah mengurangi pembelian atau penggunaan barang dari plastik, terutama barang-barang yang sekali pakai. Recycle adalah mendaur ulang barang-barang yang terbuat dari plastik.

Alternatif dalam penanganan sampah plastik yang dikembangkan dalam penenlitian ini adalah mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bangunan. Cara ini sebenarnya termasuk dalam recycleakan tetapi daur ulang yang dilakukan adalah tidak hanya mengubah sampah plastik langsung menjadi plastik lagi. Dengan cara ini dua permasalahan penting bisa diatasi, yaitu bahaya menumpuknya sampah plastik dandiperolehnya kembali bahan bangunan hasil dari daur ulang sampah plastik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses pembuatan batalastik ? (2) Bagaimana kualitas batalastik ? (3) Bagaimana analisis ekonomi produksi batalastik ?.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Menjelaskan proses pembuatan

INISIASI Volume 6 Edisi 1 Juni 2017 40 batalastik, (2) Mengetahui kualitas

batalastik, (3) Menganalisis secara ekonomi produksi batalastik

METODE

Penelitian dilaksankan di laboratorium kimia SMAN 1 Purwantoro pada bulan Juli hingga oktober 2016.Dalam penelitian ini menggunakan praktek percobaan dan selanjutnya dilakukan uji laboratorium untuk mengumpulkan data

mengenai uji kekuatan.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Wonogiri, Juni Redaksi (Halaman 39-42)

Dokumen terkait