• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Tangkapan (Primary catch, By catch, danDiscard catch) catch)

Nessa, 2011), ikan-ikan pototaksis positif akan memilih cahaya yang disenanginya, berenang di atas atau di bawah jaring dan berdiam lama disekitar iluminasi cahaya. Ikan yang pototaksis positif dan mencari makan akan melakukan keduanya yaitu berada didaerah iluminasi sambil melakukan aktifitas makan (feeding activity).

Sumberdaya ikan pelagis merupakan sumberdaya neritik, karena penyebarannya di perairan dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air (upwelling) dan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan suatu sumberdaya yang poorly behaved, karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan sumberdaya ini akan berbeda kelimpahannya pada setiap wilayah perairan (Nelwan, 2004).

F. Perbandingan Hasil Tangkapan (Primary catch, By catch, danDiscard

Gambar 16.Komposisi hasil tangkapan

Gambar 16 menunjukkan komposisi hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian pada alat tangkap bagan tancap menggunakan lampu merkuri 500 Watt sebagai atraktor berdasarkan bobot (kg). Dapat diinterpretasikan bahwa tangkapan yang dapat digolongkan kedalam tangkapan utama, yaitu tangkapan yang lebih bernilai ekonomis sebesar 83%, atau sebanyak 552,2 kg sedangkan tangkapan yang kurang bernilai ekonomis atau dianggap tangkapan sampingan sebesar 8 %, atau sebanyak 52,4 kg dan tangkapan yang sama sekali tidak bernilai ekonomis dan menjadi tangkapan buangan sebesar 9 %, atau sebanyak 59,8 kg, dengan total berat keseluruhan tangkapan ialah 662,9 kg. Komposisi ini dapat memberikan gambaran bahwa keadaan bagan tancap memberikan hasil tangkapan yang baik bagi pendapatan nelayan dan memungkinkan terbatasnya peluang terjadinya degradasi stok jenis di alam yang memiliki peran tertentu dalam menjaga kelestarian ekosistem, yang mana merupakan bukan target tangkapan. Adapun fluktuasi hasil tangkapan

83%

(552,2 kg) 8%

(52,4 kg)

9%

(59,8 kg)

main catch by-catch discard catch n = 662,9 kg

berdasarkan pengelompokan main catch, by catch, dan discard catch selama 22 trip dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 17. Grafik total hasil tangkapan (kg) berdasarkan pengelompokan main catch, by catch, dan discard catch selama 22 trip.

Gambar 17 menunjukkan fluktuasi hasil tangkapan berdasarkan main catch, by catch, dan discard catch selama 22 trip. Dapat dilihat adanya perbedaan yang signifikan antara total tangkapan main catch dengan by catch dan discard catch bahwa tangkapan yang tergolong main catch selalu mendominasi tiap tripnya. Hal tersebut disebabkan karena ikan yang tergolong dalam main catch tersebut merupakan ikan yang sering berkumpul dalam jumlah yang besar seperti Tembang dan Teri. Sedangkan tangkapan yang tergolong dalam by catch umumnya merupakan jenis ikan-ikan predator yang jarang berkumpul dalam jumlah yang besar seperti Barakuda. Tangkapan yang tergolong main catch berkisar antara 7,5 kg sampai 63,9 kg. Tangkapan tertinggi didapat pada trip ke 4 sebesar 63,9 kg dengan melakukan proses hauling sebanyak 3 kali dan terendah pada trip ke 7 sebesar 7,5 kg dengan melakukan

0 10 20 30 40 50 60 70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 main catch

by catch discard catch

proses hauling 1 kali. Adapun tangkapan yang tergolong by catch berkisar antara 0,6 kg sampai 5,9 kg, tertinggi diperoleh pada trip ke 5 sebesar 5,9 kg dengan melakukan proses hauling sebanyak 2 kali dan terendah pada trip ke 2 dan 12 sebesar 0,6 kg dengan melakukan proses hauling sebanyak 2 kali. Sedangkan tangkapan yang tergolong discard catch berkisar antara 0,1 kg sampai 7,3 kg, tertinggi diperoleh pada trip ke 8 sebesar 7,3 kg dengan melakukan proses hauling sebanyak 2 kali dan terendah pada trip ke 12 sebesar 0,1 kg dengan melakukan proses hauling sebanyak 2 kali. Adapun persentase jenis tangkapan dominan dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18.Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Berdasarkan Spesies Dominan.

Gambar diatas menjelaskan persentase total hasil tangkapan dominan selama penelitian berlangsung (22 trip). Dapat dilihat bahwa ikan jenis Tembang (Sardinela sp) adalah jenis ikan terbanyak yang didapat selama kegiatan penangkapan yaitu 36,03 %, kemudian berturut-turut ialah ikan jenis Peperek (Leiognathus sp) 24,00 %, ikan jenis Cumi-cumi (Loligo sp) 21,47 %,

10,95 % (49,4 kg)

36,03 % (162,6 kg) 21,47 %

(96,9 kg) 24,00 % (108,3

kg)

7,56 % (34,1 kg)

ikan teri ikan tembang cumi-cumi ikan peperek ikan baronang

ikan jenis Teri (Stelophorus sp) 10,95 %, dan terakhir ikan jenis Baronang (Siganus sp) sebesar 7,56 %.

Pada dasarnya semua jenis ikan hasil tangkapan khususnya tembang pada setiap hauling hasilnya lebih dominan dibanding jenis ikan lainnya hal ini mungkin ada kaitannya dengan kebiasaan makan ikan dimana menurut Gunarso (1985) ikan pelagis aktif mencari makanan pada malam hari. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan Tembang merupakan ikan diurnal yang aktif mencari makanan pada siang hari, ikan tersebut juga memiliki sifat yang terkait dengan cahaya. Pada malam hari ikan Tembang akan bergerak kepermukaan saat ada cahaya lampu dan turun menyebar pada lapisan bawah pada saat intensitas cahaya rendah atau tidak terlihat.

Selain ikan Tembang, ikan jenis Teri, Peperek, Cumi-cumi, dan Baronang juga sering kali tertangkap dalam jumlah yang besar.Kemungkinan juga jenis ikan - ikan ini hidupnya tergolong dalam kelompok yang besar dengan pergerakan yang agak lamban sehingga dengan mudah masuk dan terjaring.

Beragamnya hasil tangkapan diduga karena ikan-ikan tersebut memang tertarik akan cahaya lampu merkuri pada bagan namun diduga ada jenis ikan tertentu yang tidak langsung tertarik oleh cahaya seperti ikan Teri melainkan tertarik oleh adanya rantai makanan misalnya ikan Peperek (Leiognathus sp).

Ikan Peperek (Leiognathus sp) merupakan ikan dasar yang hidup di daerah pantai yang dangkal sampai kedalaman 110 meter. Hidup berkelompok dengan memakan alga, udang kecil, larva ikan dan moluska (Kuncoro dan Wiharto, 2009). Dan ada juga dikarenakan ketika itu ikan-ikan tersebut sedang beruaya mencari makan di sekitar areal bagan tancap.

Adapun jenis ikan hasil tangkapan dari total hasil tangkapan bagan tancap menggunakan alat bantu cahaya lampu mercury selama 22 trip dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis ikan hasil tangkapan selama penelitian

No. Nama Ikan

Nama Daerah/lokal Nama Indonesia Nama Latin

1 Ikan Lure Ikan Teri Stelophorus sp

2 Ikan Tembang Ikan Tembang Sardinela sp

3 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp

4 Ikan Bete-bete Ikan Peperek Leiognathus sp 5 Ikan Baronang Ikan Baronang Siganus guttatus 6 Ikan Katombong Ikan selar bentong S. crume nopthalmus 7 Ikan Bambangan Ikan Kakap Merah Lutjanus madras 8 Ikan Sunu Ikan Kerapu Ephinephelus corallicola 9 Ikan Co'mo-co'mo Ikan Selar tetengkek Megalapsis cordyla 10 Ikan Bannyara Ikan Kembung Lelaki Rastrelliger kanagurta 11 Ikan Cep-cepa Ikan Kwee rombeh Alectis indicus

12 Kepiting Rajungan Portunnus sp

13 Ikan Parang-parang Ikan Parang-parang Chirocentrus dorab 14 Ikan Julun-julung Ikan Julung-julung Hemirhampus far 16 Ikan Sammo-sammo Ikan Ekor kuning Caesio erythrogaster 17 Ikan Rappo-rappo Ikan Sinrili Caesio sp

18 Ikan kerung-kerung Ikan Kerong-kerong Therapon theraps 19 Ikan Pacce-pacce Ikan Talang-talang Scomberoides tala 20 Ikan Alu-alu Ikan Barakuda Sphyraena qenie 21 Ikan Ciko-ciko Ikan Biji Nangka Upeneus sulphureus

22 Ikan Tinumbu Ikan Tenggiri Scomberomorus commerson

23 Udang Doang Penaeus merguiensis

24 Udang Latta Udang Ronggeng Harpiosquilla sp 25 Ikan Balombong Ikan Balombong Atherinommorus sp 26 Ikn Buntal Ikan Buntal Diodon holocantus 27 Ikan Buntal Kuning Ikan Buntal kuning Lagocephalus sp 28 Ikan Jenaha Ikan Katamba Lutjanus russelli

29 Ikan Mata Besar Sargocentron vexillarium

30 Belut ikan Sidat Angguila Marmorata

Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas tersebut terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Jadi, di dalam suatu jenis komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis tentunya lebih kompleks (Omar, 2010).

Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelimpahan populasi serta kondisi ikan yang ada pada suatu perairan (Nikolsky 1983).

Selama penelitian, dapat dijelaskan bahwa siklus dari rantai makanan terjadi, dimana keberadaan ikan pelagis seperti Teri dan menarik ikan-ikan predator baik kelompok ikan pelagis seperti Tembang dan kelompok ikan demersal seperti Cumi yang memiliki ukuran lebih besar. Baskoro (2007) menjelaskan ikan tembang merupakan ikan dengan sifat predator dan berburu untuk mendapatkan mangsa, sedangkan Cumi-cumi merupakan salah satu hewan yang termasuk dalam kategori predator aktif, yaitu predator yang aktif mengejar mangsanya dalam mencari makan, sehingga dapat diperoleh kedua kelompok ikan tersebut pada saat penelitian dengan proporsi yang berbeda.

Dokumen terkait