• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEDUDUKAN LEMBAGA KEJAKSAAN

PERBANDINGAN KEDUDUKAN LEMBAGA KEJAKSAAN DALAM KONSTITUSI DI BEBERAPA NEGARA

Mengapa orang perlu melihat masyarakat atau budaya hukum yang lain? Ehrmann mengungkapkan bahwa hanya dengan menganalisis satu macam budaya hukum saja akan memperlihatkan apa yang kebetulan sedang terjadi ketimbang apa yang dibutuhkan, apa sifatnya permanen ketimbang apa yang dapat berubah dalam norma-norma dan agensi-agensi hukum, serta apa yang mengkarakteristikkan berbagai keyakinan yang mendasari keduanya. Hukum dari suatu budaya akan mengasumsikan teori etis tempat hukum tersebut diberlakukan.170

Setiap negara tentunya memiliki peraturan, di bidang kekuasaan kehakiman. (rechterlijke macht) dan penyelenggaraan peradilan pidana (strafrechtspleging; administration of criminal justice). Peraturan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Peradilan, dan Undang-Undang Kejaksaan. Perbedaannya apakah terpisah-pisah seperti halnya kejaksaan di Indonesia? Atau apakah terintegrasi seperti di Belanda

Di Indonesia Jaksa memiliki peranan penting bidang hukum dalam proses pengadilan. Baik sebagai penuntut umum, maupun sebagai pengacara negara, jaksa termasuk salah satu jabatan penting lainnya. Begitu pula di negara-negara Timur, seperti Thailand, Myanmar, Korea (Selatan & Utara), dan tiongkok. Demikian juga di Barat, misalnya Perancis, Spanyol, Belanda, Jerman dan Skotlandia (yuridiksi dalam United Kingdom (UK).

melalui RO (wet op de rechterlijke organisatie) atau Undang-Undang Organisasi Kehakiman.171

Tata urutan undang-undang, dapat membantu penelaahan Kedudukan Jaksa Agung dalam Konstitusi suatu negara. Menurut Hans Kelsen norma itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam satu susunan yang hierarchies, dimana norma yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya hingga berhenti pada suatu norma yang tertinggi yang disebut dengan norma dasar (grundnorm).172

Apabila tidak ditemukan ketentuan konstitusional mengenai kedudukan kejaksaan tersebut di suatu negara, yang berarti tidak tercantum dalam ketentuan normatif dalam UUD suatu negara, maka harus di cari undang-undang organik (undang-undang Pokok). Misalnya saja dalam Undang Undang Dasar 1945, baik sebelum maupun sesudah 4 kali diamandemen, tidak ditemukan pengaturan tentang peran dan kedudukan Jaksa Agung/Kejaksaan. Maka hal tersebut dapat kita temukan dalam Undang-Undang Pokok Kejaksaan.

Peraturan tertinggi adalah UUD yang mengandung norma dasar (ursprung norm; grundnorm; basic norm).

173

171 RM Surachman dan Jan Maringka. Eksistensi … Op.cit.hlm 47

172 Armansyah, Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, (Medan: USU Pers, 2012), hlm. 11

Untuk lebih lengkap, perlu juga dibuka KUHAP. Terutama di negara yang Undang-Undang Dasarnya

173

Namun Damian dan Hornick memberi opini bahwa dalam undang-undang pokok (undang-undang-undang organik) di Indonesia, lebih berfungsi sebagai pernyataan kebijakan (policy declaration) ketimbang sebagai rencana legislatif (statutory schemes). Edy Damian dan Robert N Hornick, Indonesia’s Formal Legal System, An Introduction.( Bandung: Alumni, 1976), hlm. 22

tidak mencantumkan peran dan kedudukan Jaksa Agung dan Kejaksaan, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu berikutnya kita akan membahas kedudukan Jaksa Agung dalam negara-negara yang memiliki tradisi sistem hukum Anglo Saxon atau Common Law dan civil law atau Eropa Kontinental.

A.Kedudukan Kejaksaan dalam Konstitusi Negara dengan Sistem Anglo

Saxon

Negara-negara bertradisi hukum anglo-saxon atau common law (bersistem hukum Sakson-Inggris), termasuk sempalannya yang bertradisi hukum anglo-american (bersistem hukum Amerika-Inggris) adalah Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Uni Myanmar, Papua Nugini, Australia, New Zealand, Fiji, Kiribati, Macronesia, Nauru, Samoa, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.174

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa UK tidak mempunyai konstitusi terkodifikasi.

Maka dari itu, pada subbab ini kedudukan Kejaksaan dan Jaksa Agung yang akan menjadi acuan pembahasan adalah Inggris dan Wales yang tergabung dalam United Kingdom (UK).

175

174

RM Surachman dan Jan Maringka, Peran Kejaksaan dalam Sistem Peradilan Pidana di Kawasan Asia Pasifik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm 2

175 James Cornford, The Constitution of The United Kingdom, (London: Institute For Policy Research, 1991), hlm. 3.

Tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar. Meskipun tidak ada dokumen kodifikasi tunggal, seperti yang dimiliki Amerika Serikat atau Perancis, lebih dari setengah konstitusi Inggris tertulis, terutama dalam undang-undang dan kasus hukum. Sementara sisanya dapat ditemukan dalam konvensi yang tidak mengikat,seperti aturan parlemen, dan hak prerogatif kerajaan. Berbagai sumber membuatnya sulit untuk menentukan Konstitusi secara spesifik. Namun di sisi

lain memungkinkan konstitusi tersebut dapat dengan mudah diubah, memberikan sifat fleksibel. Secara tradisional, konstitusi UK terdiri atas dua prinsip: doktrin supremasi parlemen dan Rule of Law.176 Tetapi pada Juli 1991 James Cornford menyusun sebuah draft sebagai pedoman untuk memudahkan publik memahami konstitusi yang berjudul The Constitution Of The United Kingdom. Draft tersebut merupakan kumpulan-kumpulan undang-undang yang terdiri dari 129 Articles dan 6 schedules, disertai dengan penjelasannya yang menjelaskan tentang asal mula dan tujuan dari masing-masing ketetapan.177

Legitimasi lembaga kejaksaan UK pada yuridiksinya hanya didasarkan pada undang-undang organik negara-negara UK itu sendiri.178 Wilayah yuridiksi UK Raya terbagi 3: Pertama, yurisdiksi Inggris dan Wales. Kedua di yurisiksi Irlandia Utara (Northen Ireland) menunjukkan Kejaksaan (Public Prosecution Service of Northen Ireland) baru lahir lebih lambat lagi, 13 Juni 2005, sedangkan pada yurisdiksi ketiga yaitu Skotlandia yang dimana konsep kejaksaan pada negara tersebut sudah lahir di abad ke-15.179

Lembaga kejaksaan pada yuridiksi Inggris dan Wales adalah Attorney General Office (AGO). Kejaksaan Agung (AGO) adalah Departemen Kementrian yang menyokong Attorney General (Jaksa Agung) dan Solicitor General (Pengacara Negara) sebagai penasehat hukum negara. Kejaksaan Agung (AGO) juga membantu penegak hukum dalam melaksanakan tugas lainnya yang

176 In brief.The Constitution of United Kingdom: “A Written or Unwritten Constitution?”,(diakses dari diakses pada tanggal 09/10/2016 pukul 22:47 wib.

177

James Cornford. Op.cit,hlm.4.

178 RM Surachman dan Jan Maringka, Eksistensi … Op.cit, hlm. 75.

berkaitan dengan kepentingan umum. Penegak Hukum yang dimaksudkan disini adalah government ministers180

a. yang memberikan nasihat hukum kepada pemerintah :

b. yang mengawasi, departemen penuntut utama yang independen seperti Crown Prosecution Service

c. yang mengawasi, Her Majesty Crown Prosecution Service Inspektorat, yang memeriksa bagaimana kasus dituntut

d. yang mengawasi, Departemen Hukum Pemerintah, yang menyediakan pelayanan hukum kepada pemerintah

e. yang menjawab pertanyaan tentang pekerjaan mereka di Parlemen

f. yang melakukan fungsi lainnya untuk kepentingan umum, seperti melihat kalimat yang mungkin terlalu rendah - tugas tersebut independen dari pemerintah

AGO dipimpin oleh seorang Attorney General (Jaksa Agung). Berikut ini merupakan tugas dan fungsi dari Attoney General181

1. are not members of Parliament; and : 47. Attorney-General

47.1. There is established by this Constitution the office of Attorney-General.

47.2. The Attorney-General shall be appointed by the Prime Minister from among persons who —

2. have rights of audience, or are entitled to conduct litigation, in the superior courts of any part of the United Kingdom.

47.3. Act of Parliament shall provide for the conditions of service in respect of the office, but the Attorney-General ceases to hold office 1. if he or she ceases to have a qualification for appointment to

the office; or

2. if removed from office by the Prime Minister; or

3. on the receipt by the Prime Minister of a letter of resignation from the Attorney-General; or

4. when a new election to the office of Prime Minister is completed.

47.4. The Attorney-General —

1. is the principal legal adviser to the Government; and

2. has responsibility, on behalf of the Government, with respect to the conduct of litigation to which the Government is a party.

47.5. The Attorney-General shall attend, but shall not vote at, meetings of the Cabinet.

180 Attorney General’s Office, (diakes dari https://www.gov.uk/government/ organisations/attorney-generals-office), terakhir diakses pada 10/10/2016 pukul 21:52 wib.

Terjemahannya: 47. Jaksa Agung

47.1. Konstitusi ini mengatur tentang Kejaksaan Agung

47.2. Orang yang dipilih oleh Perdana Menteri sebagai Jaksa Agung: 1. bukan merupakan anggota Parlemen.

2. mempunyai hak audience182

47.3. Kebijakan dari parlemen dibutuhkan apabila Jaksa Agung berhenti memegang jabatannya karena kondisi:

atau hak untuk mengadakan proses pengadilan pada pengadilan tertinggi di seluruh Kerajaan Inggris.

1. tidak memenuhi syarat untuk di tunjuk sebagai pemegang jabatan

2. diberhentikan oleh Perdana Menteri

3. surat Pengunduran diri Jaksa Agung diterima oleh Perdana Menteri

4. ketika terpilihnya Perdana Mentri yang baru dalam Pemilihan Umum.

47.4. Jaksa Agung

1. Penasehat hukum bagi pemerintah

2. memiliki tanggung jawab, bertindak atas nama pemerintah sehubungan apabila pemerintah terlibat dalam proses litigasi. 47.5. Jaksa Agung wajiib menghadiri rapat kabinet namun tidak dapat

memberi suara(memilih)

Ketentuan diatas menunjukkan bahwa Jaksa Agung ditunjuk oleh Perdana Menteri. Sebagai seorang professional Jaksa Agung hanya memberi nasehat bagi pemerintah dan menghadiri setiap pertemuan atau rapat kabinet, namun tidak memberi suara (memilih) untuk itu Jaksa Agung yang dipilih adalah Pengacara Senior yang bukan merupakan anggota Parlemen. Jaksa Agung dalam pasal 47.4.2. dikatakan memiliki tanggung jawab bertindak atas nama pemerintah dalam setiap proses pengadilan yang melibatkan pemerintah, namun bukan dalam bidang

182an opportunity to state your case and be heard (kesempatan untu menyatakan pendapat dan di dengarkan. Lihat Online Indonesian English Dictionary, (diakses dari

puntutan tindak pidana. Kewenangan penuntutan tersebut dibawah Director of Public Prosecution.183

Fungsi penuntutan kejaksaan sendiri, dijalankan oleh lembaga non-departemen tersendiri dan terpisah dari Kejaksaan yaitu Crown Presecution Service (CPS)

184

. CPS sendiri baru dibentuk sebagai badan independen untuk melakukan penuntutan pada peradilan pidana berkerjasama dengan polisi dan penyidik lainnya185 pada 1 oktober 1986186 dengan keluarnya undang-undang tentang penuntutan terhadap perbuatan pidana (the Prosecution of Offences Act 1985).187

CPS merupakan badan non-departemen yang independen yang dipimpin oleh Director of Public Prosecutor (DPP). DPP merupakan Penuntut Umum tertinggi diseluruh wiayah Inggris & Wales. DPP bekerja secara independen di bawah pengawasan dari seorang Attorney General (Jaksa Agung) yang bertanggung jawab kepada Perlemen atas seluruh kinerja CPS. Jaksa CPS mempersiapkan kasus untuk pengadilan dan menghadiri pengadilan pada seluruh tingkatan pengadilan yaitu Pengadilan Magistratur dan Pengadilan yang lebih Tinggi.

188

CPS terbagi atas 4 divisi khusus, yaitu:

183 James Cornford, (BAB Commentary), Op.cit. hlm. 34

184 Attorney General’s Office, (diakes dari https://www.gov.uk/government/ organisations/attorney-generals-office), terakhir diakses pada 10/10/2016 pukul 21:52 wib.

185 Crown Prosecutions Service, The Code for Crown Prosecutor, 2013 ( diakses dari pada 08//10/2016 pukul 23:32 wib.

186

RM. Surachman dan Jan Maringka. Eksistensi … Op.cit.hlm 45.

187 Ibid.

188 The Crown Prescution Service, Facts About CPS, (diakses dari

Health/ yang juga memasukkan kesejahteraan desa dan kesehatan), the Pemberantasan Terorisme) dan

189

B.Kedudukan Kejaksaan dalam Konstitusi Negara dengan Sistem Eropa

Continental

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa Kedudukan Kejaksaan Agung yang ada di Kerajaan Inggris masuk dalam lingkup kekuasaan Eksekutif. Artinya Kejaksaan Agung memiliki kemiripian dengan Kejaksaan RI dan dapat dikatakan tidak independen karena Jaksa Agung memiliki peranan politik dalam kabinet pemerintahan. Namun untuk menghindari hal tersebut antara peranan politik dan peranan hukum Kejaksaan (AGO) dipisahkan dengan cara menghilangkan hak vote Jaksa Agung dalam setiap rapat kabinet pemerintahan, dan peranan hukum dalam fungsi penuntutan dari Kejaksaan dipisahkan dan dilaksanakan oleh jaksa dibawah badan non-departemen yang independen dan terpisah dari kejaksaan yaitu Crown Prosecution Service namun tetap berada dibawah pengawasan Jaksa Agung.

Negara- Negara bertradisi civil law system atau continental system (bersistem hukum Eropa daratan) adalah Jepang, Korea Selatan, Thailand, Kamboja, Taiwan, Timor Leste, dan Indonesia.190

Berbeda dengan negara common law atau anglo-saxon, negara-negara dengan tradisi sistem hukum Eropa Continental tidak memiliki gabungan negara-negara yang khusus beranggotakan negara-negara yang bertradisi civil law.

189 Ibid.

Maka dari itu pembahasan kejaksaan pada subbab ini difokuskan pada kedudukan Kejaksaan dalam konstitusi negara Perancis karena kejaksaan modern lahir di jantung Eropa (Paris). Namun Prancis tidak ada mencantumkan Kejaksaan dalam Konstitusinya namun hanya merinci kekuasaan dan wewenang The High Councilof Judiciary (Dewan Tinggi Peradilan). 191 Dalam menyelidiki hakim dan jaksa yang dilaporkan Dewan ini dikepalai oleh Presiden Republik, dan secara ex officio Menteri Kehakiman menjadi Wakil Ketuanya dan juga dapat mewakili Presiden bertindak sebagai Ketua Dewan.192 Dengan keanggotaannya yang lebih berwibawa, Dewan Agung ini di Indonesia hampir dapat disamakan dengan gabungan Komisi Kejaksaan dengan Komisi Yudisial. Karena Dewan tersebut terdiri dari bagian hakim dan bagian jaksa.193

Kejaksaan Perancis berada dibawah otoritas Menteri Kehakiman, sehingga kejaksaan juga berada di bawah kekuasaan eksekutif. Sebelumnya telah disebutkan bahwa Kejaksaan Modern lahir di Perancis, karena memang Kejaksaan Perancis lah yang mempelopori bentuk Kejaksaan yang berada di bawah eksekutif. Kejaksaan dengan tipe ini dikenal pula dengan France Prosecution Service Model. Dari Perancis diturunkan ke Belanda, begitupun Belanda diturunkan ke Indonesia. Selain itu Kejaksaan dengan kedudukan dibawah eksekutif juga dapat ditemui di negara Jepang, Republik Chech dan termasuk juga

191 UUD Perancis, Pasal 65 (Constitution of October 4, 1958 Article 65)

192 The High Council of the Judiciary shall be presided over by the President of the Republic. The Minister of Justice shall be its ex officio Vice-president. He may deputize for the President of the Republic. Lihat Ibid.

193 The High Council of the Judiciary shall consist of a section with jurisdiction over judges and a section with jurisdiction over public prosecutors. Constitution of October 4, 1958 Article 65 (1)

negara-negara yang tergabung dalam United Kingdom dan Britain Commonwealth.194

Meskipun berada dibawah eksekutif, kejaksaan di Perancis terbukti tetap bisa menjadi lembaga yang independen karena Organisasi Kejaksaan Perancis dibangun berdasarkan pada 3 prinsip dasar195

Selain itu dalam pasal 64 UUD Perancis berbunyi: “The President of the Republic shall be the guarantor of the independence of the Judicial Authority.” (Presiden Republik yang menjamin independensi kekuasaan peradilan). Dari pasal

: - Subordinasi dalam Rantai Perintah:

Jaksa penuntut umum ditempatkan dibawah pengawasan dan kontrol atasannya dan dibawah otoritas Menteri Kehakiman

- Melaksanakan Penuntutan Seutuhnya:

Jaksa penuntut umum dianggap sebagai perwujudan dari seseorang sejak jaksa tersebut bertindak atas nama kejaksaan seutuhnya. Konsekuensinya adalah, jaksa dapat menggantikan jaksa lainnya termasuk dalam fase putusan dalam suatu kasus.

- Kekuasaan (Legitimasi) Penuntut Umum Tidak Berubah:

Kekuasaan dari penuntut umum tidak dapat ditentang karena jaksa membela kepentingan masyarakat secara keseluruhan dan menerapkan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

194 Gugum Ridho, Independensi Institusi Kejaksaan, (diakses dari pada 11//10/2016 pada pukul 9:14 wib.

195 Ministere de la Justice, The French Legal System, (diakses dari /art_pix/french_legal_ system), terakhir diakses pada tanggal 09/10/2016 pada pukul 16:49 wib.. hlm. 8.

tersebut dapat dipahami negara benar-benar menjamin independensi lembaga peradilan.

Proses pemidanaan Perancis terutama dalam hal penyelidikan, menggunakan sistem adversarial untuk mendapatkan keseimbangan antara hak dan pembelaan, hak dari korban dan masyarakat secara keseluruhan.196

Jaksa Penuntut umum mengawasi departemen penyelidikan kriminal (police judiciaire). Jaksa penuntut umum harus secepatnya memberitahukan segala pelanggaran yang diperbuat termasuk penahanan yang dilakukan oleh petugas polisi untuk tujuan penyelidikan. Jaksa memastikan bahwa tahanan yang berada di kanto polisi dilakukan sepatutnya sesuai dengan hukum dan memastikan penahanan maksimum dilakukan maksimal 48 jam. Ketika seseorang dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran, maka akan dilakukan penyelidikan (preliminary investigation or investigation of flagrancy) yang dilakukan oleh berbagai departemen polisi. Kejaksaan kemudian memeriksa kasus tersebut dan memutuskan penuntutan pada kasus tersebut. Penuntut umum dapat memutuskan

Prinsip utama yang dirumuskan dalam the introduction of the Code of Criminal Procedure (pembukaan dari undang-undang tentang prosedur pemidanaan) adalah:

- adil dan adversarial,

- informasi dan jaminan atas hak-hak korban,

- presumption of innocence (asas praduga tidak bersalah) dan hak untuk membela diri.

untuk menghentikan proses penuntutan sesuai dengan prinsip dasar dalam kebijakan penuntutan.197

Terdapat hirarki dalam pelaksanaan penuntutan: Procureurs de la République (Jaksa penuntut republik/ tingkat pertama) berada dibawah Procureurs Généraux (Jaksa Penuntut Umum /tingkat banding) yang dapat memberikan arahan/instruksi mengenai tugas dan fungsi dan kebijakan dari yuridiksinya dan juga keputusan yang harus diambil dalam kasus, juga dirasa perlu. Jaksa Penuntut Umum memberikan laporan pertanggungjawaban langusng kepada Menteri Kehakiman.198

Di Perancis, semua Jaksa Agung tetap menjadi pimpinan para jaksa di wilayahnya masing-masing (seluas yurisdiksi pengadilan banding bersangkutan), tidak bergabung menjadi Dewan Jaksa Agung, seperti di Belanda dan Belgia.

Di Perancis jumlah Jaksa Agung (Procureur General) sesuai dengan jumlah Pengadilan Banding. Karena itu ada 35 Jaksa Agung (Procureur General) di seluruh Perancis. Jumlah tersebut tidak termasuk 1 oraang Jaksa Agung (Procureur General) pada Mahkamah Kasasi (setara Mahkamah Agung). Jaksa pada Mahkamah kasasi ini, bukan atasan para Jaksa Agung pada Pengadilan Banding yang banyak itu. Seperti kepada para Jaksa Agung pada Mahkamah Kasasi pun Menteri Kehakiman dapat memberi saran, instruksi, dan surat-surat edaran, akan tetapi lebih jarang dan lebih terbatas. Menteri Kehakiman dapat melakukan intervensi kepada semua jaksa di Perancis, karena Menteri inilah yang harus mempertanggungjawabkan kebijakan penuntutan di muka parlemen.

197 Ibid.

Pola Struktur Kejaksaan dalam Hierarki seperti itu dapat ditemukan di negara-negara yang pernah dikuasai Kaisar Perancis, Napoleon Bonaperte. Di daerah ini, jaksa berwenang menangani perkara pidana dari awal hingga akhir, yaitu melakukan, memimmpin, dan mengawasi penyidikan (dalam teori). Dalam kesehariannya sebagian besar kasus ditangani penyidik instansi maupun. Hanya dalam hal-hal penting saja, jaksa mengintervensi penyidikan.199

Jaksa Agung pada Mahkamah Kasasi adalah wakil pemerintahan untuk memberikan legal opininya kepada Majelis yang sedang menyidangkan perkara kasasi. Wewenang penuntutannya terbatas pada penuntutan Presiden, Perdana Menteri/Menteri di “Pengadilan Republik”, suatu Pengadilan Tinggi Khusus, bukan Pengadilan Tinggi biasa, khusus untuk mengadili Presiden yang sudah diajukan oleh Parlemen yang sepakat (dengan suara mayori 3/4nya). Bahwa Presiden harus dimakzulkan melalui proses impeachment (Di Indonesia pada zaman Konstitusi RIS dan UUDS 1950, dikenal sebagai Forum Privilegatium).200

199 RM Surachman dan Jan Maringka, Eksistensi … Op.cit. hlm.86.

BAB IV

KEDUDUKAN IDEAL LEMBAGA KEJAKSAAN

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA A.Kedudukan Ideal Kejaksaan melalui Penguatan Secara Kelembagaan

Pertanyaan seputar posisi kejaksaan terus berkembang menjadi pemikiran dan wacana yang melingkupi institusi Kejaksaan. Isu intervensi dan independensi sangat mengemuka, dibalik kritik atau bahkan olok-olok bahwa kinerja kejaksaan sangat rendah dan lamban.201 Kemunculan gugatan di MK tentang masa jabatan Jaksa Agung oleh Presiden serta keterkaitannya dengan kabinet dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-VIII/2010 tanggal 22 September 2010 yang mengabulkan permohonan uji materil yang diajukan oleh Prof Yusril Ihzra Mahendra, Guru Besar Hukum dan Mantan Menteri Hukum dan HAM atas kesesuaian Pasal 22 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia terhadap UUD 1945, membuka mata publik bahwa masih terdapat ketidakjelasan mengenai kedudukan Kejaksaan dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia.202

201 Bambang Kesowo, Posisi Ideal Kejaksaan dalam Sistem Administrasi Pemerintahan dan Ketatanegaraan Indonesia, (makalah disampaikan pada Seminar Nasional Posisi Ideal Kejaksaan RI dalam Sistem Ketatanegaraan RI, (Jakarta: Puslitbang, 2014), hlm 45.

Ketentuan tentang kedudukan yang menyatakan Kejaksaan RI sebagai “Lembaga Pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang” telah memancing pertanyaan: lembaga apakah Kejaksaan RI? lembaga pemerintahan ataukah semestinya lembaga negara? Putusan tersebut

202

Yuzril Izha Mahendra, Kedudukan Kejaksaan dan Posisi Jaksa Agung dalam sistem presidensial di bawah UUD 1945, (Friday, August 20th, 2010) mahendra?) (diakses pada 14/07/2016 pukul 23:11)

menyatakan Pasal 22 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai “masa jabatan Jaksa Agung itu berakhir dengan berakhirnya masa jabatan Presiden Republik Indonesia dengan berakhirnya masa Jabatan Presiden Republik Indonesia dalam satu periode bersama-sama masa jabatan anggota kabinet atau diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Presiden dalam periode yang bersangkutan.” Putusan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan.203

Bambang Kesowo memberi pendapat bahwa penggunaan kata kejaksaan adalah lembaga negara bukan merupakan sesuatu yang keliru, karena pokok pemahaman yang tertuang dalam Bab menimbang huruf c UU Nomor 16 Tahun 2004 tersebut tetap sejalan dengan pemikiran dasar yang ada dalam UUD.

204

Namun terlepas dari putusan MK yang mennyatakan apakah Jaksa Agung diposisikan sebagai pejabat di dalam kabinet atau masa jabatan Jaksa Agung adalah sesuai dengan periode (masa jabatan) Presiden, karena undang-undang tidak mengatur hal tersebut secara tegas, maka implementasinya dalam praktik di lapangan, menimbulkan masalah konstitusionalitas yakni ketidakpastian Hukum.

205

Ketidakpastian hukum mengenai kedudukan Kejaksaan secara umum dan secara lebih khusus mengenai jabatan Jaksa Agung dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia yang menimbulkan ambivalensi tersendiri dalam dunia penegakkan hukum di Indonesia.206

203 Ibid

204 Bambang Kesowo, Op.cit. hlm 45

205 Ibid

206 RM Surachman dan Jan Maringka, Eksistensi … Op.cit, hlm. 112.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Kejaksaan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan kewenangannya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini telah memberikan independensi kepada kejaksaan dan bertujuan melindungi profesi Jaksa seperti digariskan dalam “Guidelines on the Role of Prosecutors” dan

Dokumen terkait