• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Konsep Tatbiq Syariah

A. Perbandingan Ideologi/ pemikiran PKS dan PAS 1.Ideologi dan pemikiran

3. Perbandingan Konsep Tatbiq Syariah

Di antara pembahasan krusial yang terjadi pada sidang tahunan MPR 2002 adalah mengadakan proses amendemen terhadap UU tahun 1945. Pada saat itulah pembahasan tentang piagam Jakarta kembali mencuat ke permukaan dan tentu saja menimbulkan polemik yang cukup tajam. Polemik dalam menyikapi amandemen UUD tahun 1945 terkait dengan pasal 29 ayat 1.

Sebagai sebuah partai Islam, PKS tetap menghormati pendapat yang memunculkan isu Piagam Jakarta. Sebab, hal itu didorong oleh keinginan untuk menegakkan Syariat Islam di Indonesia melalui pencantuman teks syariat Islam dalam konstitusi. Namun, jika saja kekuatan umat Islam di MPR mencukupi maka upaya untuk tidak sekadar menyelipkan Piagam Jakarta, bahkan mengamendemen seluruh UUD pun dapat dilakukan.

Setelah dengan saksama mempelajari polemik tentang Piagam Jakarta maka lahirlah beberapa penyikapan dari PKS, yaitu:

1. PKS tetap menjunjung tinggi rumusan Piagam Jakarta sebagai hasil ijtihad dari pejuang-pejuang muslim generasi awal kemerdekaan dalam kompromi dengan pihak nasionalis Sekuler-Nasrani.

2. PKS menghargai upaya pihak-pihak yang menghendaki masuknya Piagam Jakarta dalm konstitusi walau dalam pasal dan bukan dalam pembukaan. 3. Meskipun dari sisi tahapan dakwah Partai Keadilan Sejahtera memandang

bahwa momentum sidang MPR hasil Pemilu 1999 itu kurang tepat, tetapi PKS tetap memandang perlu untuk mendukung pemunculan isu syariat Islam ke ruang publik Indonesia.

4. PKS tidak memandang Piagam Jakarta hasil rumusan Panitia Sembilan sebagai sebuah rumusan final dan harus disakralkan bagi eksperesi pemberlakuan syariat Islam di Indonesia, walaupun mungkin rumusan tersebut dianggap baik pada zamannya.

Hal yang mengganjal PKS dalam rumusan Piagam Jakarta adalah pernyataan bahwa kebajikan menjalankan agama hanya berlaku bagi umat Islam. Teks ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya’, mendasari pemahaman tersebut. Sedangkan hubungan antara umat-umat lain dengan agamanya tidak diatur, sehingga mengesankan teks tersebut hanya mengakomodasi kepentingan umat Islam untuk menjalankan syariat agamanya di kalangan mereka sendiri.

Namun masalahnya bagi mereka, apakah fenomena tersebut merupakan karakter dan kehidupan masyarakat Madinah pada masa Rasulullah S.A.W yang mejemuk? Dari sinilah kemudian PKS memberikan rumusan lain dalam amandemen

Piagam Jakarta yang dianggap lebih mencerminkan suasana Masyarakat Islam masa Madinah. Rumusan tersebut berbunyi, ‘Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan ajaran agama bagi para pemeluknya’, yang kemudian oleh Hidayat Nur Wahid diistilahkan sebagai Piagam Jakarta berwawasan Piagam Madinah.1

Baginya lagi, prinsip-prinsip kehidupan bernegara yang terkandung dalam Piagam Jakarta dan Piagam Madinah dalam bentuk yang utuh sangat relevan untuk diaktualisasikan kembali. Piagam Madinah yang merupakan sunnah Rasulullah Saw itu, pada hakikatnya memuat prinsip-prinsip kehidupan beragama dan bernegara secara generik dan universal. Sementara piagam Jakarta dalam bentuknya yang utuh merupakan upaya pengejawantahan kehidupan beragama dan bernegara sesuai konteks keindonesiaan. Kedua piagam politik itu (political charter) hendaknya menjadi inspirasi politik kebangsaan baru.

Dengan demikian semakin jelas bahwa konsep syariat Islam menurut PKS tidaklah kaku atau ekstrim. Dalam membentuk kerangka berpikir, sebagai partai Islam, PKS memang tetap bersumber dari dari sumber transenden (Al-Quran dan As-Sunnah), tapi yang menariknya adalh intisari dari sumber transenden tersebut, di mana kemudian diserap dan mencerminkan keadilan, persamaan hak, supremasi hukum, pemihakan terhadap rakyat kecil, dengan Islam sebagai landasan. PKS tidak menghendaki Indonesia sebagai negara berbentuk teokrasi ataupun sekuler, tapi bagaimana umat pada tingkat individu, profesi, dan organisasi dalam berbagai aktivitas mampu melaksanakan ajaran agamanya secara kaffah dan menjadi rahmatan

1

lil ‘alamin. Inilah sesungguhnya yang dimaksud menegakkan syariat dalam proses kehidupan majemuk dan di alam demokrasi.

Sebagai sarana penegakan syariat Islam juga, PKS menjadikan demokrasi sebagai usaha untuk mencapai tujuan penegakan syariat di Indonesia. Dengan dalil;

“dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran:104)

Dengan itu secara umum, konsep Tatbiq syariat Islam menurut PKS adalah harus mampu memberikan kesejahteraan lahir dan batin kepada bangsa Indonesia. Mampu memberikan ketenangan, keamanan, keadilan dan jauh dari kemungkinan-kemungkinan diskriminasi. Dan aspek yang harus ditonjolkan adlah berusaha menutup celah sekecil apapun terhadap praktek-praktek parasit dalam negara dan partai. Dengan ini bisa difahami bahwa konsep yang dibawa haruslah seimbang antara dunia dan akhirat, karena syariat Islam itu sendiri adalah syariat yang menjadi rahmat bagi siapa saja termasuk bagi non-muslim. Syariat yang difahami juga harus menyeluruh, bukan sebatas tentang potong tangan, rejam dan sebagainya, namun harus menyeluruh ke seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, politik dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan syariat Islamnya, PKS selalu mengedepankan nilai-nilai moral dan Islam. Hal ini terbukti dalam merumuskan visi dan misi perjuangan, yang jauh dari orentasi jabatan dan materi. PKS menyebut dirinya sebagai partai da’wah

karena politik adalah salah satu bagian dari dakwah.2 Filosofi ini secara konsisten menjadi dasar bagi setiap aktivitasnya di seluruh bidang kehidupan. PKS menginginkan “Tegaknya Keadilan Dan Kesejahteraan Dalam Bingkai Persatuan Ummat Dan Bangsa”.3

Dalam berdakwah menegakkan syariat Islam di Indonesia, PKS tidak mengikuti pola pemikiran partai Islam lain yang umum ada di Indonesia yang bersikeras memunculkan kembali Piagam Jakarta atau kelompok yang bergerak dengan cara-cara ekstrim radikal yang justru akan dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap Islam. Sebab, pada awalnya PKS memandang pembahasan tentang hal-hal yang menyangkut hubungan antara syariat Islam dan konstitusi bukan menjadi agenda pokok umat karena konsolidasi kekuatan umat jauh lebih penting dibandingkan melemparkan sebuah isu yang tidak didukung oleh kekuatan signifikan di MPR dan justru akan membuat kontroversi.4

Bagi PAS, secara keseluruhannya cenderung mendukung penerapan hukum Islam secara syumul. PAS menegaskan bahwa orang-orang non muslim tidak perlu takut akan hukum Islam dan akan terdirinya sebuah negara Islam, ini karena Islam itu sendiri merupakan rahmatan lil ‘alamin.

2

Setjen pks bidang Arsip dan sejarah, ‘Dari Kader Untuk Bangsa’ (Bandung, Fitrah Rabbani, 2007), h 18, Cet ke 1

3

Nur Hasan Zaidi, “Mereka Bicara PKS” (Fitrah Rabbani Bandung: 2006) 4

Untung wahono. 2003. Menjawab Tuduhan Terhadap PKS. Jakarta : Pustaka Tarbiyatuna. h. 10.

Dari ini maka lahirlah materi utama dalam konsep Tatbiq Syariat Islam di Malaysia oleh PAS, yaitu Enakmen Kanun Jinayah Syariah (II) 1993 Negeri Kelantan yang memuat tentang hukum hudud dan Qisas yang bertujuan untuk melakukan usaha mewujudkan undang-undang Islam di Kelantan.5

Proses penyediaan hukum hudud ini telah disepakati dan telah melantik satu jawatankuasa untuk penyediaan draf ini. Jawatakuasa ini terdiri dari beberapa orang yang terdiri dari anggota jawatankuasa UU 1/66, dan beberapa lagi anggota yang dilantik. Asas-asas penggubalan dan cara-cara yang harus dilakukan untuk menyiapkan undang-undang Islam bahasa perundangan kontemporer ialah:

1. Hukum hudud secara keseluruhan. 2. Qisas secara keseluruhan.

3. Hukuman-hukuman lain seperti Diyat dan Ta’zir.

Jawatankuasa UU 1/66 telah menggarisakan sebab-sebab kenapa undang-undang Islam yang scara khusus pada waktu itu di Kelantan harus digubal semula. Di antara sebabnya ialah undang-undang Jenayah yang dilaksanakan di Malaysia umumnya adalah undang-undang ciptaan manusia (ahkam al-wad’iyah) dan merupakan warisan penjajah, sedangkan sebelum dijajah, tanah melayu diperintah oleh Islam dan terlaksa didalamnya undang-undang Islam secara keseluruhan. Pihak jawatankuasa berpendapat bahwa terdapat dua perkara penting dalam pelaksanaan undang-undang Islam. iaitu;

5

a. Untuk melaksanakan perintah Allah secara keseluruhan di dalam kehidupan manusia bermula dari aspek ibadah khusus sehinggalah melaksanakan hukuman kepada pesalah.

b. Untuk mendapat rahmat, dan perlindungan dari Allah SWT khususnya bagi yang melaksanakan undang-undang Islam sepenuhnya.

A. Kesimpulan

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin. Baik bagi masyarakat Islam atau non Islam, pada dasarnya ia membawa kebaikan kepada semua. Khususnya di Indonesia dan Malaysia, mayoritas penduduknya adalah Islam. Artinya secara tidak langsung, seharusnya isu pelaksanaan syariat Islam menjadi sesuatu yang mudah dan dapat diterima oleh semua golongan. Di negara manapun di dunia, seharusnya penduduk mayoritas berhak untuk mewarnai sistem pemerintahan dan hukum negara dengan tetap mengakomodasi hak-hak kaum minoritas.

Ini berarti, tidak dapat dipungkiri bahwa aspirasi dakwah penegakan syariat Islam harus diterima sebagai sebuah kenyataan sejarah. Sebab konstitusi dan sistem pemerintahan yang demokratis seharusnya membuka peluang untuk mengakomodasi aspirasi umat Islam tersebut. Terbukanya peluang tatbiq syariat Islam dalam sistem demokrasi bagi tumbuh suburnya gerakan dakwah seperti mana yang dilakukan oleh PKS dan PAS digambarkan oleh Yusuf Al-Qardhawi dengan menyatakan;

“Mereka yang mengikuti sejarah umat Islam dean gerakan dakwah di zaman modern ini akan merasa jelas bahwa pemikiran Islam, gerakan Islam, dan kebangkitan Islam bunganya tidak mekar, bibitnya tidak tumbuh, akarnya tidak

menghunjam dan cabangnya tidak menjulang, kecuali apabila berada dalam suasana yang bebas dan iklim yang demokratis”.1

Dan menurut penulis, konsep Tatbiq syariat Islam yang disediakan oleh masing-masing partai, baik PKS ataupun PAS sangat baik, tinggal sahaja bagaimana pelaksanaannya mengikut kondisi dan situasi serta usaha untuk diterapkan di negara masing-masing agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan kaum yang ada.

Dari pembahasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa Syariat adalah “tugas umat manusia yang menyeluruh” meliputi moral, teologi dan etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal dan ritual yang rinci. Syariat mencakup semua aspek hukum publik dan perorangan, kesehatan dan bahkan kesopanan dan akhlak. Ia juga memiliki aturan tentang kebersihan pribadi, prilaku seksual, dan membesarkan anak,j uga memuat aturan-aturan spesifik tentang shalat, puasa, sedekah dan berbagai masalah religius lainnya. Ketentuan masalah keperdataan dan kepidanaan juga tercakup. Syariat Islam bahkan mengatur bagaimana individu berperilaku di dalam masyarakat, bagaimana suatu kelompok berinteraksi dengan kelompok lain, bagaimana mengatasi masalah perbatasan, perselisihan, konflik, dan peperangan antar Negara, serta kelompok minoritas di dalam Negara. Hal ini terkait dengan Islam itu sendiri dan ini berdasarkan ucapan Nabi yang mengatakan, “Al Islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaih” (Islam itu unggul dan tidak ada yang dapat mengunggulinya)

1

Pada kajian ini, terdapat hal yang bisa dijadikan sebagai catatan kesimpulan. Konsep dari kedua partai hampir sama, hanya saja berbeda dari segi pengungkapan yang digunakan, yang mana sama-sama ingin menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Namun tidak secara gamblang menyatakan ingin menegakkan negara Islam. Pendekatan yang diambil juga lebih kepada menyediakan konsep dan menjadikan demokrasi sebagai sarana penerapan syariat Islam. Atau bisa difahami juga menjadikan politik sebagai alat untuk mencapai tujuan.

B. Saran

1. Agar bisa diterima oleh semua masyarakat, konsep tatbiq Syariat Islam bagi kedua-dua Partai harus ditampilkan dan disajikan dengan gaya dan format kemoderenan, yakni sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga syariat Islam bisa menjadi jawaban dan alternative (solusi) terbaik dalam kehidupan manusia secara umum. Dan semua anggapan keliru dan menyesatkan tentang syariat Islam akan pudar dan sirna dengan sendirinya atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Namun demikian perlu selalu diingat bahwa memodernkan syariat Islam bukan berarti lepas dari nilai dan hilang control seperti yang sering dan terkadang terjadi. Yang benar justeru sebaliknya, proses memoderenkan syariat Islam dan menyesuaiakan dengan perkembangan kehidupan kontemporer dan memotivasi kaum muslim agar selalu berada dalam koridor Islam serta terus menerus mengadakan studi dan pengkajian terhadap syariat Islam itu sendiri. Dalam konteks ini ada tiga hal yang menjadi landasan, sekaligus mesti dihayati denga baik, yaitu;

a. Menghormati nash-nash (teks) syariat baik dari Al-Quran maupun hadits Rasulullah, baik yang bersifat qath’ie (pasti) maupun zhanniy

(tidak pasti)

b. Memanfaatkan hasil ijtihad para ulama Islam terdahulu khususnya di bidang syariat (hukum). Dan pada masalah-masalah kontemporer yang belum mereka bahas dapat dilakukan ijtihad baru dengan melibatkan para ulama dan pakar Muslim dari pelbagai bidang disiplin ilmu secara komprehensif.

c. Harus selalu berorentasi kepada al-maslahah al-ammah (kemaslahatan umum), baik dalam skala individu, masyarakat maupun ummat secara keseluruhan dengan selalu tetap berada dalam koridor manhaj (system) Islam.

2. Harus konsisten dengan apa yang dilakukan dan sentiasa memperbaharui niat karena dalam dunia perpolitikan seringkali terjadi kelalaian hingga tergoda dengan nikmat-nikmat dunia yang tidak disadari yang menyebabkan lari dari visi dan misi.

3. Agar melakukan solialisasi yang menyeluruh kepada masyarakat umum di kedua-dua negara tentang bagaimana sebetulnya konsep tatbiq syariat Islam yang sebenarnya agar masyarakat tidak lagi keliru, apalagi takut dengan persoalan ini dan tidak laki berwasangka buruk terhadap pelaksanaan syariat

islam, yang mana sebelum ini, jika disebut syariat islam masyarakat memahami adalah potong tangan, rejam, sebat dan sebagainya.

4. Dan antara yang terpenting dalam usaha untuk keberlangsungan tatbiq syariat Islam adalah, bersatunya seluruh partai-partai yang berideologikan Islam dalam menetapkan arah tuju bangsa ini sebanarnya, agar agama rahmatan lil-‘alamin ini dapat terealisasi dan mengembalikan kembali sejarah kegemilangan Islam satu waktu dulu.

Dokumen terkait