• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Penilaian

Dalam dokumen Modul PCA Inventory Accounting (Halaman 59-69)

B. KEGIATAN BELAJAR …

3. Perbandingan Metode Penilaian

Seperti telah diilustrasikan, ketiga metode perhitungan biaya persediaan masing-masing memiliki asumsi arus biaya yang berbeda. Apabila biaya per unit cenderung stabil dari waktu ke waktu, ketiga metode akan memberikan hasil yang sama. Namun, karena harga selalu berubah, ketiga metode tersebut akan

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

52

menghasilkan jumlah yang berbeda untuk (1) harga pokok penjualan periode berjalan, (2) laba kotor (dan laba bersih) periode berjalan, dan (3) persediaan akhir.

Dengan menggunakan beberapa contoh sebelumnya untuk sistem persediaan periodik dan dengan mengasumsikan bahwa penjualan bersih adalah Rp 15.000.000 laporan laba rugi sebagian berikut mengindikasikan pengaruh setiap metode apabila harga naik:

Laporan Laba Rugi Sebagian

FIFO Biaya Rata-rata LIFO Penjualan Bersih Rp 15.000.000 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000 Harga pokok penjualan:

Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000 Barang tersedia dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000 Dikurangi persediaan akhir 3.400.000 3.120.000 2.800.000 Harga pokok penjualan 7.000.000 7.280.000 7.600.000 Laba kotor 8.000.000 7.720.000 7.400.000 Ringkasan pengaruh ketiga metode - Persediaan

akhir tertinggi - Harga pokok penjualan terendah. - Laba kotor tertingi Hasil berada diantara hasil FIFO dan LIFO

- Persediaan akhir terendah - Harga pokok penjualan tertinggi - Laba kotor terendah

4. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok

Seperti telah di bahas sebelumnya, biaya merupakan dasar utama untuk penilaian persediaan. Namun, dalam sejumlah kasus, persediaan bisa dinilai selain dari biaya. Dua situasi semacam itu muncul apabila (1) biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah daripada biaya yang tercatat dan (2) persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, using, perubahan gaya, atau penyebab lainnya.

1) Penilaian pada Mana yang Lebih Rendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

53

Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripara biaya pembeliannya maka metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (lower-of-cost-or-market-LCM method) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun. Namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat (misalnya, televise dan komputer), penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar.

Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya penggantian (replacement cost) dapat ditentukan untuk (1) setiap jenis barang dalam persediaan, (2) kelas atau kategori utama persediaan, dan (3) persediaan secara keseluruhan. Dalam praktik, yang ditentukan biasanya adalah biaya dan biaya penggantian setiap jenis barang.

Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa terdapat 400 unit barang yang identik dalam persediaan, yang dibeli dengan harga Rp 1.050 untuk menggantinya, maka harga sebesar Rp 1.050 akan dikalikan dengan 400 untuk menentukan nilai persediaan. Pada sisi lain, jika barang tersebut dapat diganti dengan harga Rp 950 per unit, biaya penggantian sebesar Rp 950 akan digunakan untuk tujuan penilaian.

Tampilan berikut mengilustrasikan metode untuk penyusunan data persediaan dan penerapan metode LCM ke setiap barang persediaan. Jumlah penurunan nilai pasar Rp 45.000 (Rp 1.552.000 – Rp 1.507.000), bisa dilaporkan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi atau dimasukkan dalam harga pokok penjualan. Yang pasti, laba bersih akan berkurang sebesar penurunan harga pasar.

Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM Komoditas Jumlah Persediaan Biaya per Unit Harga Pasar per Unit Total

Biaya Pasar Lebih Rendah Biaya atau Pasar (LCM) A 400 Rp

1.025

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

54

B 120 2.250 2.410 270.000 289.200 270.000 C 600 800 775 480.000 465.000 465.000 D 280 1.400 1.475 392.000 413.000 392.000 Total Rp 1.552.000 Rp 1.547.200 Rp 1.507.000

2) Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih

Seperti yang mungkin telah Anda perkirakan, barang dagang yang telah using, rusak, cacat, atau yang hanya bisa dijual dengan harga di bawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih (net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa barang dagang yang telah rusak, dengan harga pokok Rp 100.000.000, hanya dapat dijual dengan harga Rp 80.000.000, dan beban penjualan langsung diestimasi sebesar Rp 15.000.000. Persediaan ini harus dinilai sebesar Rp 65.000.000 (Rp 80.000.000 – Rp 15.000.000), yang merupakan nilai realisasi bersihnya.

b.

Latihan 3

1. Transaksi persediaan suatu perusahaan dagang bulan Juli Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tanggal Transaksi Kuantitas Harga Per Unit

01/07/10 Persediaan awal 400 100.000 12/07/10 Penjualan 200 200.000 18/07/10 Pembelian 200 110.000 25/07/10 Penjualan 350 200.000 29/07/10 Pembelian 150 115.000 30/07/10 Stock opname 200

Tentukan nilai persediaan akhir, dengan menggunakan: a. Metode FIFO, Average, dan LIFO dengan sistem periodik

b. Metode FIFO, Average, dan LIFO dengan sistem perpetual (buat kartu persediaan)

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

55

2. Buat laporan laba rugi untuk akhir bulan Juli 2010 dengan menggunakan metode FIFO, LIFO, dan Average (perpetual)

3. Metode apa yanag akan Saudara pilih, jika tujuan perusahaan: a) Memaksimalkan pajak penghasilan

b) Melaporan laba serendah mungkin

c) Melaporkan nilai persediaan akhir yang paling mendekati harga pasar

c. Rangkuman

1. Pada sistem persediaan periodik, hanya pendapatan yang dicatat setiap kali penjualan dilakukan. Tidak ada jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan. Pada akhir periode akuntansi, perhitungan fisik dilakukan untuk menentukan biaya atau harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan

2. Dalam sistem perpetual, untuk mengetahui jumlah persediaan yang ada pada tanggal tertentu tidak perlu menghitung secara fisik terhadap sisa barang yang ada di gudang. Persediaan barang setiap saat bisa diketahui dari pembukuan, karena setiap transaksi yang mempengaruhi besarnya persediaan langsung dicatat ke dalam akuntansi persediaan sebesar harga pokoknya.

3. Metode Harga Pokok Spesifik adalah metode penilaian persediaan yang memasukkan biaya sebenarnya dari item persediaan yang terjual ke harga pokok barang yang dijual.

4. Metode First-in First-out (FIFO)/Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) adalah metode penilaia persediaan dimana biaya persediaan yang paling awal yang ada terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan

5. Metode Last In First Out (LIFO)/Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) adalah metode yang didasarkan pada anggapan bahwa biaya persediaan yang paling akhir yang akan terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. 6. Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang adalah metode rata-rata

tertimbang, biaya rata-rata barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual dengan total kuantitasnya,

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

56

d. Tes Formatif 3

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 3 ini, coba Anda kerjakan tes formatif berikut ini, dengan cara berikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar.

Data berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 6. Persediaan awal dan pembelian yang dilakukan oleh suatu perusahaan selama tahun yang berakhir 31 Desember 2009, adalah sebagai berikut:

Unit Harga per Unit 1 Januari Persediaan 2.000 Rp 25.000 6 Februari Pembelian 3.000 Rp 26.000 13 Maret Pembelian 3.500 Rp 27.000 25 Juni Pembelian 500 Rp 27.500 Jumlah unit yang belum terjual pada perhitungan fisik tanggal 31 Desember 2009 ssejumlah 2.750 unit.

1. Berapa harga pokok penjualan persediaan apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya FIFO?

a. Rp 166.750.000 b. Rp 161.750.000 c. Rp 74.500.000 d. Rp 69.500.000

2. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya FIFO?

a. Rp 166.750.000 b. Rp 161.750.000 c. Rp 74.500.000 d. Rp 69.500.000

3. Berapa harga pokok penjualan persediaan apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya LIFO?

a. Rp 166.750.000 b. Rp 161.750.000 c. Rp 74.500.000 d. Rp 69.500.000

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

57

4. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya LIFO?

a. Rp 166.750.000 b. Rp 161.750.000 c. Rp 74.500.000 d. Rp 69.500.000

5. Berapa harga pokok penjualan persediaan apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya rata-rata (average)?

a. Rp 166.750.000 b. Rp 161.750.000 c. Rp 164.062.500 d. Rp 72.187.500

6. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan periodik dan metode perhitungan biaya rata-rata (average)? a. Rp 166.750.000

b. Rp 161.750.000 c. Rp 164.062.500 d. Rp 72.187.500

Data berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 7 sampai dengan nomor 15. Persediaan awal dan pembelian yang dilakukan oleh suatu perusahaan selama tahun yang berakhir 31 Desember 2009, adalah sebagai berikut:

Unit Harga per Unit 1 Januari Persediaan 400 Rp 100 12 Februari Penjualan 200 @ Rp 200

18 Maret Pembelian 200 110 25 Juni Penjualan 350 @ Rp 200 30 Agustus Pembelian 150 115

7. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya FIFO?

a. Rp 22.750 b. Rp 5.500 c. Rp 17.250 d. Rp 56.500

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

58

8. Berapa harga pokok penjualan persediaan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya FIFO?

a. Rp 22.750 b. Rp 5.500 c. Rp 17.250 d. Rp 56.500

9. Berapa laba kotor penjualan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya FIFO?

a. Rp 79.250 b. Rp 22.750 c. Rp 53.500 d. Rp 56.500

10. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya LIFO?

a. Rp 22.750 b. Rp 22.250 c. Rp 57.000 d. Rp 53.000

11. Berapa harga pokok penjualan persediaan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya LIFO?

a. Rp 22.750 b. Rp 22.250 c. Rp 57.000 d. Rp 53.000

12. Berapa laba kotor penjualan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya LIFO?

a. Rp 22.750 b. Rp 22.250 c. Rp 57.000 d. Rp 53.000

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

59

13. Berapa nilai persediaan akhir per 31 Desember 2009 apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya rata-rata (average)?

a. Rp 22.500 b. Rp 79.250 c. Rp 53.250 d. Rp 56.750

14. Berapa harga pokok penjualan persediaan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya rata-rata (average)?

a. Rp 22.500 b. Rp 79.250 c. Rp 53.250 d. Rp 56.750

15. Berapa laba kotor penjualan atas penjualan 550 unit apabila menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode perhitungan biaya rata-rata (average)?

a. Rp 22.500 b. Rp 79.250 c. Rp 53.250 d. Rp 56.750

e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

60

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 3 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

Akuntansi Persediaan

DTSS Post Clearance Audit

61

ESTIMASI NILAI PERSEDIAAN

a. Uraian dan Contoh

Karena pertimbangan praktis dan biaya, tidak semua perusahaan menghitung persediaan akhirnya pada setiap akhir periode. Walaupun demikian perusahaan tersebut tetap memerlukan laporan keuangan yang dibuat per periode. Karena itu sering perusahaan harus memperkirakan nilai dari persediaan yang dimilikinya. Banjir atau kebakaran dapat menghancurkan persediaan barang, dan untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi, perusahaan tersebut harus dapat memperkirakan nilai persediaan tanpa harus menghitung persediaan akhir yang dimilikinya. Metode yang biasa dipergunakan untuk memperkirakan persediaan akhir adalah metode laba kotor dan metode eceran. Kedua metode ini sering dipakai dalam praktik.

Dalam dokumen Modul PCA Inventory Accounting (Halaman 59-69)

Dokumen terkait