• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional

BAB II KONSEP KPR SYARIAH DAN PEMASARAN

B. Pemasaran

6. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional

Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional.45

44

Ibid, hal.74 45

a. Konsep dan Filosofi Dasar

Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran konvensional merupakan pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan keTuhanan dalam setiap aktivitas pemasarnnya. Dalam pemasaran syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam setiap aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia pun akan sangat berhati-hati dalam memasarkan produk yang dijualnya.

b. Etika Pemasar

Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan pemasaran kepada calon konsumennya. Seorang pemasar syariah akan secara jujur menceritakan kelebihan serta kekurangan produk yang ditawrkannya. Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan car-cara yang tidak dibenarkan oleh syariat.

c. Pendekatan Terhadap Konsumen

Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai ―sapi perah‖ untuk membeli produknya, namun perusahaan akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam mengembangkan perusahaan. Dalam pemasaran konvensional, konsumen diletakkan sebagai obyek mencapai target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena antara janji dan realitas seringkali berbeda.

d. Cara Pandang Terhadap Pesaing

Dalam industri perbankan syariah tidak mengangap pesaing sebagai pihak yang harus dikalahkan atau bahkan dimatikan. Pada perusahaan konvensional yang menganggap pesaing sebagai pihak lain yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agar eksistensi perusahaan dapat semakin maju.

e. Budaya Kerja Dalam Institusi Bank Syariah

Perbankan syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari perbankan konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan yang dapat sebagai nilai tambah di pandang masyarakat. Budaya kerja yang harus ditanamkan pada setiap sumber daya insani yang berkerja di perbankan syariah haruslah budaya kerja yang meneladani sifat Rasulullah SAW.

BAB III

GAMBARAN UMUM PEMBIAYAAN GRIYA BSM

A. Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Berdiri Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 – 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.

Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).

PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).

PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.

Bank Syariah Mandiri telah mengeluarkan Pembiayaan Griya BSM sejak berdinya 1 nov 1999, namun untuk prosesnya sendiri dikelola oleh cabang masing-masing. Karena bertambah minat dari para nasabah, BSM mendirikan Customer Financing Bisnis Center (CFBC), serta mempusatkan proses pembiayaan giya sendiri di CFBC gedung BSM Hasanudin pada bulan Maret 2010 sampai sekarang. CFBC ini di bangun untuk centralisasi yang awalnya dilakukan percabang sehingga membutuhkan waktu lebih panjang dalam memproses pembiayaan Griya ini, terlebih lagi Pembiayaan Griya ini terbagi menjadi beberapa golongan yang harus dipisah-pisahkan dalam prosesnya, mulai dari pengajuan pembiayaannya sampai dengan pencairan dananya.46

Dengan adanya CFBC ini bisa menjadikan proses lebih cepat. CFBC ini berada tidak hanya di Jakarta, melainkan sudah ada pula di Surabaya dan Bandung. Dan Tahun 2011 ini rencananya akan di adakan pula CFBC di Makassar dan di Medan, srta ada juga CLBO di Tangerang dan di Bogor. Sehingga untuk prosesnya akan jauh lebih cepat dan lebih kompetitif.

2. Pelaksanaan Operasional Bank Syariah mandiri

Pelayanan Operasional bank syariah mandiri di dasarkan atas prinsip-prinsip syariah, diantaranya

46

Hasil wawancara pribadi dengan Rima Violeta (Coordinator CFE) pada tanggal 20 Juli 2011 di Gedung Bank Syariah Mandiri Pondok Indah

- Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah

- Berdasarkan prinsip Syariah dengan akad Wadiah

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi’ah yaddhamanah

Dokumen terkait