BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kerangka Teori
5. Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (Tampubolon, 2012: 733).
a. Prinsip Bank Syariah
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Rivai, 2007: 759-760). Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip-prinsip:
i. Prinsip keadilan, prinsip tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah.
ii. Prinsip kemitraan, bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank yang sederajat sebagai mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediary institution melalui skim pembiayaan yang dimilikinya.
iii. Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak
adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin.
iv. Prinsip transparansi/ keterbukaan, melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank.
v. Prinsip universalitas, bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan agama dalam
masyarakat dengan prinsip Islam sebagai ’rakhmatan lil ‘alamin’. vi. Tidak ada riba.
vii. Laba yang wajar (legitimate profit).
b. Bank syariah dalam pengoperasiannya mengikuti aturan dan norma Islam, antara lain: Bebas dari bunga (riba), Bebas dari kegiatan spekulatif yang non-produktif seperti perjudian (maysir), Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal (Sudarsono, 2003: 31).
c. Fungsi dan peran bank syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut:
i. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah
ii. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya iii. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya
iv. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya (Sudarsono, 2003: 31).
d. Perbedaan bunga dan bagi hasil
Adapun perbedaan antara bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut (Rivai, 2007: 764):
Tabel 2.1
PERBEDAAN ANTARA BUNGA DAN BAGI HASIL
Sistem Bunga Sistenm bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan
1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
2. Besarnya presentase didasarkan pada jumlah dana/ modal yang dipinjamkan
2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
3, Bunga dapat mengembang/ variabel. Dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi
3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.
4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang
4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi,
Lanjutan Tabel 2.1… dijalankan peminjam utung atau
rugi
kerugian akan ditanggung bersama
5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda
5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan
6. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak kecam) oleh semua agama
6. Tidak ada yang
meragukankeabsahan bagi hasil
e. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
Bank syariah memiliki beberapa karakteristik esensial yang membedakannya dengan bank konvensional, seperti terlihat pada table 2.2 berikut (Rivai, 2007: 766):
Tabel 2.2
Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank Syariah
Parameter Bank Konvensional Bank Syariah
Landasan hukum UU Perbankan UU Perbankan dan Landasan Syariah
Return Bunga, komisi/fee Bagi hasil, margin pendapatan sewa, komisi/fee
Hubungan dengan nasabah
Debitur-kreditur Kemitraan, investor-investor, investor-pengusaha
Fungsi dan Kegiatan Bank Mekanisme dan Obyek Usaha
Intermediasi, jasa keuangan Intermediasi, manajer investasi, investor, sosial, jasa keuangan
Prinsip Dasar Operasi Tidak anti riba dan anti maysir
Anti riba dan anti maysir Prioritas pelayanan -
- -
Bebas nilai (prinsip materialis)
Uang sebagai komoditi Bunga
- - -
Tidak bebas nilai (prinsip syariah islami)
Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi
Bagi hasil, jual beli sewa Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan public
Bentuk Usaha Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi islam, keuntungan
Evaluasi Nasabah Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-purpose
Hubungan Nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan
Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Lanjutan Tabel 2.2…
collateral)
Sumber Likuiditas Jangka Pendek
Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha Pinjaman yang
diberikan
Pasar uang, bank sentral Terbatas Prinsip Usaha Komersial dan
nonkomersial, berorientasi laba
Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Pengelolaan dana Aktiva ke pasiva Pasiva ke aktiva
Lembaga Penyelesai Sengketa
Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional
Risiko investasi -
-
Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank
Kemungkinan terjadi
negative spread
-
-
Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran
Tidak mungkin terjadi
negative spread
Monitoring Pembiayaan
Terbatas pada administrasi Memungkinkan bank ikut dalam manajemen nasabah Struktur Organisasi
Pengawas
Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional
Kriteria pembiayaan Bankable
Halal atau haram
Bankanle Halal
f. Produk-produk bank syariah
Secara garis besar produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi 3 yaitu Produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana, & produk jasa yang diberikan bank kepada nasabahnya.
i. Produk penyaluran dana
1) Prinsip jual beli (Ba’i) Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan kepemilikan barang. Keuntungan bank disebutkan di depan & termasuk harga dari harga yg dijual. (Nabhan, 2008: 113).
2) Prinsip Sewa (Ijarah,) Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa. Dalam hal ini bank meyewakan peralatan kepada nasabah dengan biaya yang telah ditetapkan secara pasti sebelumnya (Nabhan, 2008: 133).
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Dalam prinsip bagi hasil terdapat 2 macam produk, yaitu:
a. Musyarakah Adalah salah satu produk bank syariah yang mana terdapat 2 pihak atau lebih yang bekerjasama untuk meningkatkan aset yang dimiliki bersama dimana seluruh pihak memadukan sumber daya yang mereka miliki baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (Nabhan, 2008: 53).
b. Mudharabah adalah kerjasama 2 orang atau lebih dimana pemilik modal memberikan mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan perjanjian pembagian keuntungan (Nabhan, 2008: 53).
ii. Produk penghimpun dana
1) Prinsip Wadiah, Penerapan prinsip wadiah yang dilakukan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada rekening produk giro. Berbeda dengan wadiah amanah, di mana pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta
titipan sehingga bank boleh memanfaatkan harta titipan tersebut, sedangkan pada wadiah amanah harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi (Suwikyo, 2010: 21) 2) Prinsip Mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak
sebagai pemilik modal sedangkan bank bertindak sebagai pengelola. Dana yang tersimpan kemudian oleh bank digunakan untuk melakukan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank menggunakannya untuk pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi (Suwikyo, 2010: 22).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan, maka prinsip mudharabah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Mudharabah mutlaqah: prinsipnya dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga ada 2 jenis yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak ada pemabatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang telah terhimpun (Suwikyo, 2010: 23).
b. Mudharabah muqayyadah on balance sheet: jenis ini adalah simpanan khusus dan pemilik dapat menetapkan syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi oleh bank, sebagai contoh disyaratkan untuk bisnis tertentu, atau untuk akad tertentu (Suwikyo, 2010: 24).
c. Mudharabah muqayyadah off balance sheet: yaitu penyaluran dana langsung kepada pelaksana usaha dan bank sebagai perantara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pelaksana usaha juga dapat mengajukan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi bank untuk menentukan jenis usaha dan pelaksana usahanya (Suwikyo, 2010: 25). iii. Produk jasa perbankan
Selain dapat melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatan imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut antara lain:
1) Sharf (Jual Beli Valuta Asing) adalah jual beli mata uang yang tidak sejenis namun harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan untuk jasa jual beli tersebut.
2) Ijarah(Sewa) kegiatan ijarah ini adalah menyewakan simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari jasa tersebut (Muhamad, 2000: 33).
6. Kerangka penelitian
Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain serta penjabaran teori dari Ajzen dan Fishbein (1980) mengenai theory of planned behavior mengenai sikap, norma subyektif dan perceived
behavior control sebagai variabel independen dan minat menabung sebagai variabel dependen serta terdapat variabel kontrol yaitu pendapatan atau uang saku. Uang saku merupakan jumlah uang yang diterima oleh mahasiswa dari orang tua diluar dari pendapatan dari kerja sampingan mahasiswa yang bersangkutan, yang diukur dalam rupiah perbulan (Karoma, 2013: 30). Banyak sedikitnya uang saku berpengaruh terhadap keputusan menabung mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut penulis merumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut.
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran
7. Hipotesis penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa” yang berarti “kebenaran”. Hipotesis didefinisikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011: 63). Sikap Norma Subyektif Perceived Behavior Control Pendapatan/ uang saku
Minat Menabung
a. Norma Subyektif
Menurut Hartono (2007), norma subyektif merupakan persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Norma subyektif adalah persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1998). Beberapa penelitian mengenai hubungan yang signifikan antara norma subyektif terhadap minat atau perilaku pernah diteliti sebelumnya oleh Chai Ming Thung (2012) dan Lim Chee Seong dkk (2011). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa menabung di bank syariah.
b. Sikap
Sikap menurut Ajzen dan Fishbein (1975) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang tentang sebuah perilaku. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut (Sumarwan, 2011: 166). penelitian mengenai hubungan yang signifikan antara sikap terhadap minat pernah diteliti sebelumnya oleh Cahyadi (2013), Priaji (2011), Setiasih (2011), dan Adawiyah (2010). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:
H2 : Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa menabung di bank syariah.
c. Perceived Behavior Control (PBC)
Kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung (melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen: 1998). Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control diluar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subyektif, semakin besar kontrol yang dipersepsikan seseorang, maka semakin kuat niat seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu (Ajzen, 1998). Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara kontrol yang dipersepsikan (PBC) terhadap minat. Penelitian tersebut penah dilakukan oleh Cahyadi (2013), Lim Chee Seong dkk (2011), dan Priaji (2011). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:
H3 : Perceived behavior control berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa menabung di bank syariah.
55