• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kerangka Teori

3. Teori Perilaku Terencana ( Theory of Planned

Theory of Planned Behavior (TPB) adalah model sikap yang dikembangkan dari model sikap TRA (Theory of Reasoned Action) yang menyatakan bahwa selain sikap terhadap tingkah laku dan norma-norma subjektif, individu juga mempertimbangkan kontrol tingkah laku yang dipersepsikannya yaitu kemampuan mereka untuk melakukan tindakan tersebut. Model ini dikembangkan oleh Ajzen pada tahun 1985. TPB adalah model sikap yang memperkirakan minat atau niat konsumen untuk melakukan suatu perilaku atau tindakan. Model TPB menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah niatnya atau kecenderungannya untuk melakukan tindakan tersebut. TPB seperti dikemukakan Ajzen (1991) menyatakan bahwa perilaku manusia terlebih dahulu dipengaruhi oleh minat (behavior intentions). Minat akan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective norms), dan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control), yaitu bagaimana konsumen memiliki persepsi terhadap pengendalian perilaku (Sumarwan, 2011: 187).

PBC mempengaruhi perilaku secara tidak langsung (lihat Gambar 2.2, garis putus-putus PBC terhadap perilaku). Secara umum model TPB dapat dijelaskan oleh Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2

Model Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)

Theory of planned behavior (TPB), perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku, sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu yaitu: a. Behavioral belief, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu

perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

b. Normative belief, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

c. Control belief, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control belief) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power) (Hisyam, 2009: 7). Attitude Toward Behavior Subjective Norms Perceived Behavioral Control Intention Perilaku

Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungannya. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norms) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan (Ajzen, 2002; Hisyam, 2009: 7), dimana perceived behavioral control digunakan sebagai penilaian terhadap kemampuan sikap untuk menampilkan tingkah laku.

Dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada dibawah kontrol individu yang bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan menampilkan perilaku tertentu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991; Hisyam, 2009: 7-9).

Kontrol perilaku yang dipersepsikan (PBC) mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh persepsi seberapa sulitnya perilaku itu dapat dilakukan, sebagaimana persepsi seberapa sukses

yang dapat dilakukan seseorang dalam suatu aktivitas. Bila seseorang memiliki keyakinan kontrol tentang adanya faktor-faktor yang akan menfasilitasi suatu perilaku, maka kontrol yang dipersepsikan akan tinggi terhadap suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang akan mempunyai suatu persepsi kontrol yang rendah bila ia mempunyai keyakinan kontrol yang kuat tentang rintangan dalam mewujudkan perilaku tersebut (Priaji, 2011: 49).

a. Pengaruh sikap terhadap niat berperilaku (attitude)

Sikap menurut Ajzen dan Fishbein (1975) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang tentang sebuah perilaku. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut (Sumarwan, 2011: 166). Sehingga sikap merupakan ungkapan perasaan positif-negative atau suka-tidak sukaterhadap suatu obyek atau perilaku.

Sikap terhadap perilaku ditemtukan oleh keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari perilaku, yang disebut behavioral belief. Setiap behavioral belief berhubungan dengan perilaku terhadap suatu hasil tertentu, atau terhadap atribut lainnya seperti biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan pada saat menampilkan sebuah perilaku (Ajzen 1975; Priaji, 2011: 49).

Engel dkk (1995) dalam Priaji (2011: 69) menjelaskan sikap secara tradisional dan terdiri dari tiga komponen yakni kognitif atau pengetahuan, afektif atau emosi dan konatif atau kecenderungan perilaku. Pengetahuan seseorang dan kepercayaa tentang suatu sikap terletak dalam komponen kognitif. Komponen afektif mewakili perasaan seseorang tentang objek sikap. Komponen konatif merujuk pada tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap objek sikap.

Menurut Sarwono (1982) dalam Setiasih (2011: 36) terdapat faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi terbentuknya sikap:

1. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas.

2. Faktor ekstern yaitu selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang seperti, sifat obyek yang dapat dijadikan sasaran sikap dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

Sarwono (1982) dalam Setiasih (2011: 37) juga menjelaskan tentang proses pembentukan dan perubahan sikap. Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara :

1. Adopsi adalah kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan

secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sesuatu.

2. Diferensiasi yaitu dengan bertambahnya inteligensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

3. Integrasi adalah pembentukan disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

4. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

b. Pengaruh norma subyektif (subjective norm) terhadap niat berperilaku

Menurut Hartono (2007), norma subyektif merupakan persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Norma subyektif adalah persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1998). Norma subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang disekitarnya

(misalnya saudara, teman dan sebagainya) menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka (Ajzen, 1991; Hisyam, 2009: 10). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa norma subyektif merupakan persepsi atau pandangan individu tentang pengaruh sosial yang akan mempengaruhi minat seseorang untuk membentuk atau tidak membentuk perilaku.

Norma subyektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative belief) mengenai harapan-harapan kelompok acuan atau orang tertentu yang dianggap penting terhadap individu untuk memenuhi atau menuruti harapan tersebut (motivation to comply). Norma subyektif (subjective norm) dapat dinilai secara langsung dengan meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka melakukan perilaku tertentu (Ajzen 1998; Priaji, 2011: 51).

c. Pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioralcontrol) terhadap niat berperilaku

Ajzen memperluas teori reasoned action dengan menambahkan faktor ketiga, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku, dalam teori tingkah laku terencana (theory behavior control). Persepsi terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavior control) merupakan persepsi terhadap kemampuan atau

ketidakmampuan untuk menampilkan sebuah perilaku, atau persepsi seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk menampilkan perilaku.

Kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki dua pengaruh yaitu pengaruh terhadap niat berperilaku dan terhadap perilaku. Ajzen (2002) mengatakan bahwa kontrol perilaku mempengaruhi niat didasarkan atas asumsi bahwa kontrol kepribadian yang dipersepsikan oleh individu akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut.

Sedangkan kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung (melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen: 1998). Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control diluar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subyektif, semakin besar kontrol yang dipersepsikan seseorang, maka semakin kuat niat seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Akhirnya, sesuai dengan kondisi pengendalian yang nyata dilapangan (actual behavioral control) niat tersebut akan diwujudkan jika kesempatan itu muncul. Namun sebaliknya, perilaku yang dimunculkan bisa jadi bertentangan dengan niat individu tersebut. Hal tersebut terjadi karena kondisi di lapangan tidak memungkinkan memunculkan perilaku yang telah diniatkan sehingga dengan cepat akan mempengaruhi perceived

behavioral control individu tersebut. Perceived behavioral control yang telah berubah akan mempengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan (Ajzen 1998; Hisyam, 2009: 10).

Karim dan Afif (2006) dalam Priaji (2011), menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai pendukung dan penghalang mereka untuk menggunakan jasa perbankan syariah. Hal ini terkait dengan PBC, karena dalam setiap pengukuran PBC dibutuhkan adanya faktor-faktor yang dipersepsi sebagai penghalang dan pendukung terhadap perwujudan dari perilaku.

Berikut merupakan faktor yang dipersepsi menjadi pendukung dan penghambat masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah (Karim dan Afif, 2006; Priaji, 2011: 76):

i. Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung: 1) Mendapatkan beberapa ketenangan

2) Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam 3) Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan 4) Keselamatan di dunia dan akhirat

5) Keinginan untuk mendapatkan pahala ii. Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat:

1) Kurangnya informasi tentang produk bank syariah 2) Tidak melihat manfaat praktis dari produk

3) Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus menyesuaikan dengan aturan syariah yang ketat

4) Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka

5) Laba-rugi dan sisten bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank konvevsional

6) Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola keuangan.

Model matematika Theory of Planned Behaviour (TPB) dapat dikemukakan sebagai berikut (Sumarwan, 2011: 188):

Dimana,

BI : Kecenderungan (minat atau niat) konsumen untuk melakukan perilaku atau tindakan tertentu.

ATB : Sikap konsumen terhadap perilaku atau tindakan tertentu. SN : Norma subyektif

PBC : Persepsi terhadap pengendalian perilaku

W1, W2, W3 : Bobot yang mempengaruhi ATB, SN dan PBC terhadap BI

bi : Kepercayaan bahwa perilaku tertentu akan memberikan hasil tertentu

ei : Evaluasi terhadap hasil yang diperoleh

ri : Kepercayaan normatif bahwa kelompok acuan

menginginkan seseorang untuk melakukan perilaku atau tindakan tertentu

mi : Motivasi untuk mematuhi atau sejalan dengan kelompok acuan

pi : Keyakinan akan faktor-faktor yang mendorong atau menghalangi suatu perilaku atau tindakan

ci : Kekuatan faktor yang mendorong atau menghalangi perilaku

Dokumen terkait