• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank konvensional

Dalam beberapa hal, Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti: KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

a. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam Bank Syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, sebagai berikut: 1) Rukun

b) Pembeli c) Barang d) Harga

e) Akad/ijab-qabul 2) Syarat

a) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

b) Harga barang dan jasa harus jelas.

c) Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

d) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

b. Lembaga Penyelesai Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

c. Struktur Organisasi

Bank syariah memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang sangat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan pengawas syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

d. Bisnis Dan Usaha Yang Dibiayai

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang di dalamnya terdapat hal-hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2) Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? 3) Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

e. Lingkungan Kerja Dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Karyawan bank syariah harus mempunyai keahlian dan professional (fathanah), serta mampu bekerja sama dalam melaksanakan tugas dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal penghargaan dan hukuman, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.

Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan

yang membawa nama besar Islam, sehingga aurat tidak boleh terbuka dan bertingkah laku baik. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga.

C. Pemasaran Bank

1. Pengertian Jasa, Bank dan Nasabah a. Pengertian Jasa

1) Menurut Kotler (dalam Lupiyoadi, 2006:6), “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.”.

2) Menurut Lamb, Hair, dan Mc. Daniel (2001:482), “Jasa adalah hasil dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap sejumlah orang atau objek”.

Tjiptono (2004:18) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa yang membedakannya dari barang, yaitu:

1) Intangibility (tidak berwujud)

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

2) Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3) Variability/Heterogeneity (berubah-ubah)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.

4) Perishability (tidak tahan lama)

Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

5) Lack of Ownership

Lack of Ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan

barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan, atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan, dan pendidikan).

b. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2002:23).

c. Pengertian Nasabah

Menurut Undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan “Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank atau orang (badan) yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank” (Kasmir, 2002:398).

2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning (penempatan produk) yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Bauran pemasaran produk barang yang selama ini kita kenal berbeda dengan bauran pemasaran untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik jasa dan barang. Bauran pemasaran produk barang mencakup 4P: product, price, place, dan promotion. Sedangkan untuk jasa, para

pakar pemasaran menambahkan tiga unsur lagi yaitu: people, process, dan

customer service. Ketiga hal ini berhubungan dengan sifat jasa dimana tahapan

operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan serta mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung, dengan kata lain terjadi interaksi langsung antara keduanya (meski tidak untuk semua jenis jasa). Unsur-unsur bauran tersebut saling mempengaruhi satu sama, dan apabila salah satu tidak tepat pengorganisasiannya maka akan mempengaruhi strategi pemasaran secara keseluruhan.

Unsur-unsur bauran pemasaran jasa terdiri atas tujuh hal, yaitu: a. Produk (Product) : Jasa seperti apa yang ingin ditawarkan. b. Harga (Price) : Bagaimana strategi penentuan harga.

c. Promosi (Promotion) : Bagaimana promosi yang harus dilakukan.

d. Tempat (Place) : Bagaimana sistem penyampaian jasa yang akan diterapkan.

e. Orang (People) : Jenis kuantitas dan kualitas orang yang terlibat dalam pemberian jasa.

f. Proses (Process) : Bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut.

g. Layanan Konsumen (Customer Service) : Bagaimana tingkat jasa yang akan diberikan kepada konsumen.

D. Perilaku Konsumen

Dokumen terkait