• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Financial Literacy

3. Perbedaan Financial Literacy berdasarkan Gender

Gender merupakan salah satu faktor penting bagi individu untuk membuat keputusan baik secara sosial maupun ekonomi. Pada aspek

ekonomi laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan karakteristik dan peran yang dimiliki masing-masing individu.

Menurut Herdiansyah (2016: 47) terdapat perbedaan ciri-ciri kepribadian laki-laki dan perempuan dalam stereotip. Setiap orang memegang stereotip masing-masing mengenai ciri-ciri kepribadian laki-laki dan perempuan. Beberapa sifat dan kepribadian laki-laki-laki-laki adalah kompetitif, memiliki pemikiran logis dan rasional, sangat cocok untuk melakukan bisnis, pencari nafkah, percaya diri, tegas, mampu mengendalikan emosi, ambisius, agresif, mandiri, bersedia mengambil resiko, individualistis, decision maker dan memiliki jiwa pemimpin. Sementara di sisi lain, sifat dan kepribadian perempuan adalah feminim, perasa, emosional, materialistis, egois, sensitif, kreatif, mudah terpengaruh, penghindar risiko dan mudah dibujuk.

Menurut Purnamasari (2015: 181) terdapat kriteria pintar dalam mengelola keuangan diantaranya mampu menetapkan tujuan keuangan, mampu membuat rencana pengeluaran, tidak tergoda dengan penawaran penjualan, mampu mengelola utang, mampu mengendalikan gaya hidup, pandai mencari produk serupa dengan harga lebih murah, berani hadapi utang dan mulai membuka bisnis sendiri. Dari beberapa kriteria pintar dalam mengelola keuangan apabila dikaitkan dengan peran dan kepribadian masing-masing gender terdapat perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan dalam mengelola keuangan.

Kettley dalam Utaminingsih (2010) menunjukan perbedaan tersebut berlanjut ke masalah keuangan, dimana perempuan merasa menjadi lebih buruk dan lebih cemas dalam pengelolaan keuangan dan hal ini mengurangi rasa kesejahteraan. Kekhawatiran ini muncul karena uang yang mereka peroleh masih bergantung pada orang tua dan hal ini memunculkan tanggung jawab yang cukup besar, hal ini menunjukan bahwa dalam pengelolaan uang perempuan lebih emosional. Sedangkan kaum laki-laki lebih mandiri secara financial serta lebih percaya diri dibandingkan dengan perempuan. Terdapat teori yang menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yaitu teori struktural fungsional. Berikut penjelasan mengenai teori tersebut:

a. Teori Struktural-Fungsional

Teori struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Menurut Leslie dan Korman dalam Ihromi (2004: 274), diantara sosiolog Amerika pendekatan fungsional struktural paling sistematis diterapkan dalam kajian terhadap keluarga oleh Talcott Parsons. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat.

Kebutuhan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Struktur dan fungsi tersebut tidak akan pernah lepas dari pengaruh budaya, norma dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat. Sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki pencari nafkah dan wanita sebagai ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru.

Dalam teori struktural-fungsional, peran masing-masing anggota keluarga sangat ditentukan oleh struktur kekuasaan laki-laki (ayah) sebagai kepala keluarga yang secara hierarkis memiliki kewenangan paling tinggi dalam keputusan-keputusan keluarga. contoh dalam memilih tempat tinggal, memilih sekolah, dan keputusan untuk membeli suatu kebutuhan. Hierarki dilanjutkan pada perbedaan usia dan jenis kelamin anggota keluarga. Relasi yang terbangun sering kali menempatkan seolah-olah laki-laki memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan perempuan. Banyak streotype bahkan mitos yang sudah tertanam di masyarakat, misalnya tanggung jawab mutlak terhadap ekonomi keluarga hanya ada di tangan suami (laki-laki), sementara tanggung jawab domestik diberikan kepada istri (perempuan). Parsons menilai bahwa

pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar (Umar, 1999: 53).

Dari teori struktural fungsional perbedaan tingkat financial literacy antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat melalui peran yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan berdasarkan pembagian kerja dan status. Menurut Parson and Bales (1976) status dapat dilihat dari distribusi kekayaan, pengambilan keputusan, penghasilan, kekuasaan dan prestise. Contoh, peran dan posisi perempuan dikaitkan dengan lingkup domestik dan berurusan dengan lingkup kerumahtanggaan, sementara laki-laki urusan publik. Parson meyakini bahwa laki-laki mempunyai peran instrumental, yaitu menjamin kelangsungan hidup dan melindungi keluarga. Dalam hal ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan laki-laki lebih siap dalam mempersiapkan masa depan untuk diri sendiri dan juga keluarga. Selain itu laki-laki membeli barang sesuai dengan kebutuhan karena dalam pengguanaan uang tersebut dipakai untuk persiapan masa depan (apabila belum menikah) dan lebih berani dalam mengambil risiko dalam investasi. Berbeda dengan perempuan sebagai peran ekspresif dalam penggunaan keuangan untuk membiayai gaya hidup, selain itu dalam penggunaan keuangan perempuan membeli berdasarkan keinginan dan sangat khawatir dengan risiko investasi oleh karena itu perempuan lebih memilih menabung dengan risiko yang rendah. Dalam teori ini

terlihat perbedaan tingkat financial literacy dalam penggunaan uang dan keputusan-keputusan yang diambil dalam hal mengamankan aset baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Stendardi and Judy (2006, 223-238) menyatakan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita dalam proses melihat keuangan. Perbedaan yang cukup terlihat yaitu, wanita cenderung bersifat sebagai penghindar risiko karena mereka melihat uang seperti suatu “kolam uang” yang terbatas sehingga mereka melindunginya, sementara pria cenderung tidak bersifat sebagai penghindar resiko karena mereka melihat uang sebagai suatu “aliran uang” yang dapat menghasilkan uang lagi untuk menggantikan apa yang telah hilang.

Endress, et. al (2008, 248) menyatakan bahwa ada perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam merancang tujuan keuangan pribadi dan melihat hasil performa keuangan di masa depan. Wanita cenderung lebih tidak percaya diri akan keberhasilan dari segi keuangan di masa yang akan datang sehingga hal inilah yang membedakannya dengan pria dalam mengambil keputusan financial.

Rosplock (2010, 27-28) menyatakan bahwa wanita tidak ingin terlibat langsung dalam mengelola kekayaan, hal ini disebabkan karena mereka merasa tidak mempunyai kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai, padahal para wanita cukup menyadari betapa pentingnya hal pengelolaan kekayaan tersebut dalam kehidupan.

Penelitian-perilaku yang menyangkut dengan Financial antara pria dan wanita. Tingkat financial literacy antara laki-laki dan perempuan berbeda yang pada umumnya selalu ditunjang dengan pengetahuan yang cukup mengenai aspek-aspek pengelolaan keuangan.

H1: Terdapat perbedaan financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma berdasarkan gender

Dokumen terkait