• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur

2. Strategi sosialisasi yang tepat sasaran dan target serta tuntas

5.2 Pemetaan Partisipasi Memilih Masyarakat Dharmasraya Pada Pemilu Legislatif 2014

5.2.1 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur

Tabel 5.8 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Umur

Umur Responden Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total

Ya Tidak 17-25 25 3 28 89% 10,71% 11,29% 26-33 78 1 79 98,73% 1,27% 31,85% 34-42 65 0 65 100,00% 0% 26,21% 43-51 48 0 48 100,00% 0% 19,35% 52-60 24 0 24 100,00% 0% 9,87% 61-70 3 1 4 75,00% 25% 1,61% Total 243 5 248 97,98% 2,02% 100,00%

Sumber : Data Primer 2015

H1.1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014

Dari hasil analisis diperoleh nilai α= 0 kecil dari 0,05 berarti terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan umur responden. Artinya Hipotesis

H1.1 diterima. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden

dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014

Jumlah responden terbanyak adalah kelompok umur 26 – 33 tahun yaitu 79 orang atau 31,85% dari total responden, diikuti oleh responden dengan kelompok umur 34-42 yaitu 65 orang atau 26,21% dan 17-25 tahun pada posisi ketiga yaitu 11,29 %. Sedangkan persentase pertisipasi memilih terendah berada pada kelompok umur paling tua yaitu pemilih dengan umur 61 – 70 tahun sebesar 1,61%. Hal ini menginformasikan bahwa partisipasi yang tinggi lebih didominasi

39

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

oleh pemilih dari kalangan muda dibandingkan dengan pemilih tua. Temuan ini menjadi tantangan bagi semua kalangan baik para penyelenggara pemilu, pengurus partai politik, kandidat peserta pemilu para pendidik, pengurus organisasi kepemudaan untuk memberikan mempertahankan citra pemilu dari pemilu ke pemilu sehingga partisipasi kalangan pemilih muda tetap tinggi. Hal ini sangat penting dilakukan karena keberadaan pemilih pemula dalam pemilihan umum membawa dampak kepada pemilu itu sendiri disebabkan jumlah pemilih muda adalah jumlah terbesar dalam rentang umur pemilih di Kabupaten Dharmasraya. Sehingga dari temuan ini terlihat bahwa pemilih muda dibawah 40 tahun adalah penyumbang angka partisipasi tertinggi yaitu mencapai 69,65 % dari responden.

5.2.2 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin

H1.2 : Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014

Hasil analisis penelitian ini menemukan ternyata tidak ada perbedaan partisipasi memilih antara pemilih laki-laki dan perempuan di Kabupaten Dharmasraya. Hal ini terbukti bahwa nilai α= 0,609 lebih besar dari 0,05. Artinya Hipotesis H1.2

ditolak, yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014.

Tabel 5.10 menginformasikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pemilih perempuan dan pemilih laki-laki dalam berpartisipasi dalam pemilu di Kabupaten Dharmasraya. Tingkat keikusertaan yang diterjemahkan sebagai partisipasi dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.

40

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Tabel 5.9 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Apakah ikut dalam Pemilu 2014 Total

Ya Tidak

Laki-laki 156 (98,7%) 2 (1,3%) 158 (100%)

Perempuan 97 (97,0%) 3 (3,0%) 100 (100%)

Total 254 (98,1%) 5 (1,9%) 258 (100%)

Sumber : Data Primer 2015

5.2.3 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan

Pada bagian ini akan menjawab hipotesis H1.3

H1.3 : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014

Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan nilai α= 0,006 lebih besar dari 0,05. Hubungan kedua variabel juga lemah terbukti dari Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,139, yaitu lebih kecil dari 0,5. Dapat dimpulkan bahwa Hipotesis H1.3ditolak, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014.

Dari Tabel 5.12 terlihat bahwa kelompok responden dengan tingkat pendidikan SLTA (39 %) penyumbang terbesar pemilih Kabupaten Dharmasraya. Jadi di Kabupaten Dharmasraya tingkat pendidikan seseorang bukanlah faktor penentu dari tinggi rendahnya tingkat partisipasi memilih masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut:

41

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Tabel 5.10 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Total SD 47 0 47 100,0% 0,0% 100,0% SLTP 55 2 57 96,5% 3,5% 100,0% SLTA 104 3 107 97,2% 2,8% 100,0% D1,D2,D4 9 0 9 100,0% 0,0% 100,0% S1 36 0 36 100,0% 0,0% 100,0% S2 ke Atas 2 0 2 100,0% 0,0% 100,0% Total 253 5 258

Sumber : Data Primer 2015

5.2.4 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama

Pada bagian ini akan menjawab hipotesis H1.4

H1.4 : Terdapat perbedaan antara Agama responden dengan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya dalam pemilu Legislatif 2014

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa faktor agama responden ternyata tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan mereka dalam pemilihan umum. Hal itu dibuktikan dengan dengan nilai α= 0,885 lebih besar dari 0,05. ArtinyaH1.4ditolak.

42

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Tabel 5.11 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Agama

Agama

Apakah ikut dalam Pemilu

2014 Total

Ya Tidak

Islam 241 5 246

Kristen Katolik 1 0 1

Total 242 5 247

Sumber : Data Primer 2015

5.2.5 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan

Pada bagian ini akan menjawab hipotesis H1.5

H1.5 : Terdapat perbedaan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya berdasarkan jenis Pekerjaan dalam pemilu Legislatif 2014

Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa terdapat perbedaan

partisipasi memilih responden berdasarkan Jenis Pekerjaan dengan α= 0,027

(>0,05) namun hubungannya tidak signifikan (Nilai Koefisien Kontigensinya hanya 0,297 (<0,5). Dengan kata lain, partisipasi pemilih di Kabupaten Dharmasraya tidak berkorelasi dengan jenis pekerjaan seseorang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut:

Tabel 5.12: Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan

Apakah ikut dalam Pemilu

2014 Total Ya Tidak Guru/Dosen 10 0 10 Pegawai Pemda 4 0 4 Pegawai Swasta 27 0 27 Wiraswasta kecil-kecilan 44 0 44

Ibu Rumah Tangga 56 0 56

Bengkel/Jasa servise 3 0 3

Petani/Peternak 60 1 61

Buruh Kasar/Pembantu 4 0 4

43

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Sopir/Tukang ojek 3 0 3

Pengusaha/Kontraktor besar 1 0 1

Kerja tidak tetap 14 2 16

Satpam/hansip 1 0 1

Lain-lain 11 2 13

248 5 253

Sumber : Data Primer 2015

5.2.6 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan

Pada bagian ini akan menjawab hipotesis H1.6

H1.6 : Terdapat perbedaan partispasi memilih masyarakat Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Tingkat Pendapatan dalam pemilu Legislatif 2014

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat Pendapatan seseorang ternyata tidak mempengaruhi partisipasi mereka dalam memilih dalam pemilu. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara satu jenis pekerjaan tertentu dengan pekerjaan lain dalam perilaku memilih. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,279 (>0,05) berarti hipotesis H1.6ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan partisipasi memilih berdasarkan tingkat pendapatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut:

Tabel 5.13 Perbedaan Partisipasi Pemilih Menurut Tingkat Pendapatan

Pendapatan Rumah Tangga

Apakah ikut dalam Pemilu

2014 Total Ya Tidak Di bawah 500 ribu 26 2 28 500 rb - 999 ribu 58 2 60 1 juta - 1,499 juta 67 1 68 1,5 juta - 1,999 juta 40 0 40 2 juta - 2,499 juta 38 0 38 2.5 juta ke atas 15 0 15 Total 244 5 249

44

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Padan bagian 5.2 ini terdapat beberapa indikator yang dimana indikator tersebut dikomparasikan dengan indikator keikutsertaan responden dalam pemilihan umum. Indikator-indikator yang dipakai tersebut ialah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan. Dalam temuan di atas dapat digeneralisasikan beberapa hal yang berkaitan antar indikator.

Hanya satu indikator yang mempunyai perbedaan atau hubungan dengan keikutsertaan pemilih dalam pemilu yakni indikator umur. Sedangkan ke lima indikator lainnya tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan.

Asumsi yang dapat diutarakan ialah indikator umur memiliki perbedaan di dalam setiap tingkatan/rangenya terhadap keikutsertaannya dalam pemilihan umum di Kabupaten Dharmasraya. Masing-masing kelompok umur memiliki pandangan sendiri terkait dengan pilihannya untuk ikut atau tidak dalam pemilihan umum.

Indikator umur tentunya dapat dijadikan dasar dalam mengambil kebijakan oleh pihak terkait untuk meningkatkan partisipasi di Kabupaten Dharmasraya, karena kedua indikator ini seperti yang diketahui di atas memiliki perbedaan dalam setiap tingkatan dan pengaruh terhadap partisipasi/keikusertaan masyarakat dalam pemilu. Hal ini tentunya juga tidak mengabaikan indikator-indikator lainnya yang dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan/pengaruh.

5.3 Motivasi Pemilih dalam Berpartisipasi dalam Pemilu 2014

Banyak alasan/motivasi masyarakat untuk ikut memilih dalam pemilu seperti terlihat dari jawaban responden penelitian ini, yaitu : Motivasi tertinggi disebabkan oleh rasa kewajiban sebagai warga negara (130 responden atau 30,66%), diikuti oleh karena pemilu merupakan hak warga negara (105 responden atau 24,76%) dan diikuti selanjutnya karena ingin mengubah keadaan negara/daerah (82 responden atau 19,34%). Setiap orang tentunya memiliki motivasi yang berbeda-beda didalam diri pemilih. Motivasi berkaitan dengan hal psikologi dalam setiap diri manusia, hal-hal ini mempunyai korelasi nantinya dengan wujud tindakan yang dapat diartikan sebagai perilaku. Perilaku dalam

45

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

masing-masing individu nantinya yang akan menentukan keikusertaannya dalam segala hal termasuk pemilu. Apa yang ditemukan di Kabupaten Dharmasraya tentunya dapat memberikan gambaran secara umum terkait dengan motivasi yang melatarbelakangi keikusertaannya dalam pemilu. Untuk lebih jelasnya variasi motivasi responden ikut pemilu dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut:

Tabel 5.14: Motivasi Pemilih dalam Pemilu 2014

Alasan Ikut Pemilu Frekuensi %

Mengubah Keadaan Negara 82 19,34

Kewajiban sebagai Warga Negara 130 30,66

Hak Warga Negara 105 24,76

Karena Ingin Mendukung Calon Tertentu 32 7,55

Ikatan ideologi parpol 3 0,71

Ikatan organisasi kemasyarakatan 3 0,71

Ikatan kekeluargaan 13 3,07

Ikatan kedaerahan 2 0,47

Agar rakyat mau berpartisipasi dalam pemilu 23 5,42

Karena ada bantuan dana 10 2,36

Karena ada bantuan materil non uang 1 0,24

Karena ada kesepakatan dengan calon 1 0,24

Berkaca pada pengalaman pemilu sebelumnya

yang efektif mengubah nasib rakyat 12 2,83

Karena tidak efektifnya pemerintahan saat ini 4 0,94

Ingin mencatat lainnya 1 0,24

Lainnya 2 0,47

Sumber : Data Primer 2015

5.4 Alasan Golput pada Pemilu 2014

Golongan putih (Golput) merupakan salah satu indikator dalam survei ini. Dalam hal ini akan dilihat tentang apa alasan yang melatarbelakangi responden mengambil keputusan untuk golput. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 terlihat bahwa alasan paling banyak responden tidak ikut pemilu adalah karena ada urusan lain yang penting saat itu (20,2%) kemudian karena merasa tidak yakin dapat mengubah keadaan bangsa (20%). Selain itu terdapat 8,7% responden dengan alasan lainnya sehingga mereka memutuskan tidak ikut dalam pemilu 2014.

46

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Tabel 5.15 Alasan Golput pada Pemilu 2014

Alasan Golput Frekuensi %

Tidak yakin dapat mengubah keadaan

bangsa 18 20%

Pemilu bukan kewajiban warga negara tapi

hak 10 11%

Tdk percaya dg calon/partai 7 7,8%

Tidak tahu kualitas calon/program parpol 6 6,7%

Tidak terdaftar dlm Pemilu 2014 7 7,8%

Tidak ada ikatan kekeluargaan dengan

calon 1 1,1%

Karena ada urusan lain yang penting saat

itu 18 20,2%

Tidak ada bantuan barang/jasa 5 5,6%

Belum terdaftar karena belum cukup usia 5 5,6% Karena tidak ada kesepakatan dengan calon 1 1,1% Pemilu tidak efektif mengubah nasib

Rakyat 2 2,2%

Tanpa ikut pemilu sudah yakin calon yang

didukung pasti menang 1 1,1%

Alasan lainnya 8 8,9%

Sumber : Data Primer 2015

Jika digunakan klasifikasi yang dikemukakan Eep, bahwa semua warga yang tidak menggunakan suaranya atau tidak dapat datang atau karena sesuatu dan lain hal pada hari pemungutan suara disebut Golput, maka jenis golput pertama adalah golput teknis sebanyak 20,2%. Golput teknis ini disebabkan mereka memiliki urusan lain yang lebih penting sehingga berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara. Kelompok kedua dan paling banyak adalah golput politik, yakni masyarakat merasa tak punya pilihan terhadap calon yang tersedia atau tak percaya bahwa Pilkada atau pemilu akan membawa perubahan dan perbaikan dan pemilu bukanlah kewajiban, sebanyak 37,8%. Kelompok ketiga adalah golput teknis-politis, yakni mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan dirinya atau pihak lain (lembaga statistik atau penyelenggara pemilu), jumlahnya mencapai 7,8%. Sedangkan kelompok keempat yaitu golput ideologis, yakni mereka (sekalipun jumlahnya terbatas) yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi liberal (misalnya pemilu) yang dapat merubah nasib rakyat. Jumlah mereka adalah 2,2%

47

KPU Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015

Dokumen terkait