• Tidak ada hasil yang ditemukan

VCD dan Kelompok Ceramah Tanpa VCD Sesudah Penyuluhan Kesehatan

5.3.1. Pengetahuan

Berdasarkan analisa statistik dengan uji Independent-Samples T Test terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok eksperimen I dengan perlakuan ceramah disertai pemutaran VCD dengan kelompok eksperimen II dengan perlakuan ceramah tanpa VCD dalam meningkatkan pengetahuan responden tentang penyakit pneumonia pada balita sesudah penyuluhan kesehatan. Perbedaan tersebut terlihat dari rerata nilai pengetahuan responden baik sesudah beberapa jam selesai penyuluhan maupun sesudah seminggu penyuluhan pada kedua kelompok perlakuan.

Rerata nilai pengetahuan pada kelompok ceramah dengan VCD sesudah beberapa jam selesai penyuluhan diperoleh 13,36 sedangkan pada kelompok ceramah tanpa VCD diperoleh 10,24. Hal ini menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan responden sesudah beberapa jam selesai penyuluhan kesehatan menunjukkan terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok ceramah dengan VCD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ceramah tanpa VCD. Hasil uji statistik

Independent-Samples T Test menunjukkan ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok,

dimana p=0,000 (p<0,05). Hasil pengukuran pengetahuan sesudah seminggu penyuluhan, menunjukkan rerata nilai pengetahuan pada kelompok ceramah dengan

Hasil uji statistik Independent-Samples T Test juga menunjukkan ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok, dimana p=0,000 (p<0,05).

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dibantu media VCD ternyata lebih meningkatkan pengetahuan responden tentang penyakit pneumonia pada balita dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah saja tanpa dibantu media VCD. Penggunaan media audio-visual VCD mempunyai suatu dampak yang menarik pada orang-orang (sasaran), dapat meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi pendapat umum, memperkenalkan jalan hidup baru dalam bidang kesehatan, mencakup wilayah perkotaan dan masyarakat pedesaan sekalipun.

Mengenai kelekatan ingatan dari bahan yang disampaikan, berdasarkan hasil penelitian Socony di Amerika dalam Lunandi (1993), menunjukkan bahwa dalam pemberian informasi dengan metode mempertunjukkan dan menceritakan merupakan hasil yang terbaik dengan hasil : 3 jam kemudian (setelah pemberian informasi) diperoleh kelekatan ingatan sebesar 85%, dan 3 hari kemudian diperoleh kelekatan ingatan sebesar 65%. Berarti dalam suatu ceramah diharapkan pemberi informasi tidak hanya berbicara saja tetapi juga dapat menunjukkan sesuatu yang dapat dilihat oleh penerima informasi. Hal ini menunjukkan bahwa metode ceramah kurang efektif bila tidak ditunjang dengan alat bantu audio visual aids (AVA) seperti papan tulis,

overhead proyektor, media visual (brosur, leaflet) dan media audiovisual (VCD), sehingga kelekatan ingatan 65% setelah 3 hari dapat tetap terjaga.

Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Teori ini juga didukung oleh De Porter (2000) yang mengungkapkan bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%. Kaitan dengan hasil penelitian ini adalah bahwa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah disertai dengan pemutaran VCD dapat lebih meningkatkan pengetahuan yang positif ke arah yang lebih baik terhadap penurunan kasus pneumonia pada balita.

Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian Kayanaya (2001), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan VCD tentang GAKI lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam penggunaan garam beriodium di rumah tangga. Penelitian Sriyono (1999), mengemukakan bahwa promosi kesehatan dengan ceramah menggunakan

audio-visual VCD lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kader posyandu dalam menemukan penderita TB Paru.

5.3.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmojo, 2003).

Berdasarkan analisa statistik dengan uji Independent-Samples T Test terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ceramah disertai pemutaran VCD dengan kelompok ceramah tanpa VCD dalam meningkatkan sikap responden tentang penyakit pneumonia pada balita. Perbedaan tersebut terlihat dari rerata nilai sikap responden baik sesudah beberapa jam selesai penyuluhan maupun sesudah seminggu penyuluhan pada kedua kelompok perlakuan.

Rerata nilai sikap pada kelompok ceramah dengan VCD sesudah beberapa jam selesai penyuluhan diperoleh 11,73 sedangkan pada kelompok ceramah tanpa VCD diperoleh 9,42. Hal ini menunjukkan bahwa rerata nilai sikap responden sesudah beberapa jam selesai penyuluhan kesehatan pada kelompok ceramah dengan VCD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ceramah tanpa VCD dengan besaran selisih (mean difference) sebesar -2,303. Hasil uji statistik Independent-Samples T

Test menunjukkan ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok, dimana p=0,000

rerata nilai sikap pada kelompok ceramah dengan VCD (11,18) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ceramah tanpa VCD (8,79). Hasil uji statistik

Independent-Samples T Test juga menunjukkan ada perbedaan bermakna antara

kedua kelompok, dimana p=0,000 (p<0,05).

Berdasarkan analisis statistik dengan uji Independent-Samples T Test dari rata-rata nilai pengetahuan, baik sesudah beberapa jam selesai penyuluhan maupun sesudah seminggu penyuluhan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ceramah dengan VCD dan kelompok ceramah tanpa

VCD dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada balita.

Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa pengetahuan adalah stimulus bagi perubahan sikap. Meningkatnya pengetahuan responden tentang penyakit pneumonia pada balita merupakan pengaruh terhadap efektivitas metode pendidikan yaitu melalui metode ceramah dengan VCD dan metode ceramah tanpa VCD. Hal ini juga berpengaruh pada peningkatan sikap pada kedua kelompok perlakuan pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (2002) dalam psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, mengemukakan bahwa salah satu hasil atau dampak positif dari proses belajar adalah terjadinya perubahan ranah afektif.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dibantu media VCD ternyata lebih meningkatkan sikap responden tentang penyakit pneumonia pada balita dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah

saja tanpa dibantu media VCD. Berdasarkan buku Pedoman Teknis Penyuluhan Sanitasi Perdesaan Depkes RI (1999) dikemukakan bahwa metode yang baik untuk merubah sikap, salah satunya adalah video.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kayanaya (2001), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan VCD tentang GAKI dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap penggunaan garam beriodium oleh ibu di rumah tangga.