• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

2. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan analisis dari data hasil penelitian yang telah dilakukan, proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep iman kepada malaikat di

3 Burg dan Oudlaan. (2010). The Interdisciplinary Journal of Problem Based Learning. Spring Vol. 4 No. 2

kelas eksperimen. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Burg dan Oudlaan: 2010 strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Gambar 4.3 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setiap pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pretest dan posttest mengalami peningkatan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdasarkan pemberian pretest dan posttest hasilnya meningkat. Pretest dan posttest pada kelas eksperimen terjadi peningkatan pada setiap pertemuannya dengan nilai tinggi, terlihat berdasarkan grafik 4.3. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil pretest kelas eksperimen dari setiap pertemuan.

Nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen juga terdapat peningkatan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil posttest kelas eksperimen dari setiap pertemuan. Sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan pada setiap pertemuannya dengan nilai yang cukup.

Rata-rata nilai posttest kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol mengalami peningkatan. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dibanding dengan rata-rata-rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas kontrol. Data rata-rata nilai N-gain kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.4.

77

Gambar 4.4. menjelaskan perbedaan nilai rata-rata N-gain kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan selisih yang cukup jauh. Hasil nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0.70 lebih besar dibandingkan nilai rata-rata N-gain kelas kontrol sebesar 0.23 N-gain kelas eksperimen termasuk dalam kriteria tinggi dan N-gain kelas kontrol termasuk dalam kriteria rendah. Selisih yang cukup jauh menunjukan bahwa adanya perbedaan yang dihasilkan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.

Kriteria tinggi didapatkan pada kelas eksperimen walaupun penerapan model pembelajaran Problem Based Learning hanya diberikan empat kali pertemuan, jika penerapannya lebih sering hasil belajar siswa lebih dapat ditingkatkan lagi, sedangkan pada kelas kontrol termasuk dalam kriteria rendah dan peningkatannya sedikit karena pembelajaran yang diterapkan tidak memberikan hasil yang lebih tinggi dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.

Hasil analisis kemampuan hasil belajar siswa secara umum berdasarkan gambar 4.3 melalui pretest dan postest. Hasil penelitian yang dilakukan dengan tes kemampuan sebanyak 15 soal essai menunjukan bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan hasil belajar awal yang tidak jauh berbeda. Nilai rata-rata di kelas eksperimen sedikit lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

Nilai tersebut menunjukan bahwa kemampuan awal keduanya masih sama rendah. Rendahnya capaian hasil belajar siswa tersebut adalah karena

pembelajaran PAI cenderung menekankan pemahaman berdasarkan ingatan dan sangat jarang membangun kemampuan analisis (menerjemahkan, menghubungkan, menjelaskan, dan menerapkan informasi) berdasarkan data ilmiah.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan hasil belajar siwa yaitu dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji menggunakan SPSS V21. Uji yang dilakukan adalah uji prasyarat, uji prasyarat terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, berikut tabel hasil Uji Normalitas dan Homogenitas nilai N-Gain kelas eksperimen dan kontrol.

Uji homogenitas data adalah uji prasyarat analisis tentang kelayakan data untuk di analisis dengan menggunkan uji statistik tertentu. Uji ini berkaitan dengan penggunaan statistik parametrik, seperti uji komparatif dan uji independen sampel test.4

Tabel 4.1. menunjukan bahwa hasil uji normalitas nilai N-gain pada kelas eksperimen dengan Kolmogorov-Smirnov memperoleh nilai signifikasi lebih dari 0.05 yang berarti normal sedangkan pada kelas kontrol dengan Kolmogorov-Smirnov memperoleh nilai signifikansi kurang dari 0.05 yang berarti tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS V21 dapat disimpulkan bahwa data N-gain pada kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan data N-gain pada kelas kontrol tidak normal.

Uji homogenitas yaitu uji yang digunakan untuk melihat apakah kedua sample memiliki kesamaan varians atau tidak. Berikut tabel hasil perhitungan

4 Misbahudin, I.H. (2013). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.

47

79

data homogenitas nilai N-gain kelas eksperimen dan kontrol. Tabel 4.1.

Menunjukan hasil uji homogenitas data N-gain data yang homogen karena nilai sig. 0,534 > 0,05. Berdasarkan hasil uji prasyarat diketahui bahwa data N-Gain homogen. maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya data berdistribusi homogen.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan sebelumnya yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa N-gain pada kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan pada kelas kontrol tidak berdistribusi normal, namun homogenitas nilai N-gain kelas eksperimen dan kontrol bersifat homogen, maka pengujian hipotesis mengenai kemampuan hasil belajar siswa secara keseluruhan dilakukan dengan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U Test (Uji U).

Uji hipotesis merupakan uji perbandingan (uji komparatif). Tujuan dari uji ini adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variable) tersebut sama atau berbeda, uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menerapkan model Problem Based Learning dan kelas yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

Uji independent sample T test, uji t dua sample independent digunakan untuk membandingkan selisih dua rata-rata (mean) dari dua sample yang independent dengan asumsi data berdistribusi normal. Uji Mann Whitney U, Uji ini merupakan alternatif untuk uji dua sample independent (independent sample t test). Tujuan dari uji ini adalah untuk membedakan kinerja kelompok

yang terdapat dalam sample ke dalam dua kelompok dengan dua kriteria yang berbeda.5

Uji Hipotesis yaitu uji yang memiliki kriteria pengambilan keputusan Jika nilai signifikasi atau sig. (2-tailed) < 0,05, maka artinya Ha diterima dan Ho ditolak, jika nilai signifikasi atau sig. (2-tailed) > 0,05, maka artinya Ha ditolak dan Ho diterima. Berdasarkan tabel 4.2. hasil dari uji Mann-Whitney U Test diperoleh nilai signifikasi (Sig. 2-tailed) 0,000 < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Tingkat kepercayaan 95%

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada konsep iman kepada malaikat di kelas X SMK Muhammadiyah Kota Cirebon. Hasil uji ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional atau model yang diajarkan guru sehari-hari.

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan yang selanjutnya dicari solusi untuk menyelesaikannya. Pengertian Problem Based Learning lainnya adalah cara penyajian pelajaran dengan memanfaatkan permasaahan yang ditemui anak yang digunakan sebagai bahan pelajaran yang kemudian permasalahan tersebut

5 Arifin. (2011). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 99

81

dibahas atau didiskusikan bersama untuk mendapatkan penyelesaiian atau jalan keluarnya.6

Faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih signifikan dari kelas kontrol adalah adanya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran ini menuntut siswa mampu bernalar, dan berfikir sehingga bisa memaksimalkan potensinya.

Selisih rata-rata nilai pretest kelas kontrol dan eksperimen hanya 1,22.

Artinya pengetahuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol hampir sama, karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan dalam proses pembelajaraan seperti diterapkanya model pembelajaran. Pengetahuan awal siswa terhadap suatu konsep sangatlah penting, karena sering kali seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu.

Salah satu penyebabnya adalah pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Oleh karena itu, pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting bagi siswa.

Hasil rata-rata nilai Posttest digambarkan pula pada gambar 4.3.

menunjukan terdapat peningkatan nilai-rata-rata baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Persentase rata-rata nilai Posttest kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol dengan selisih nilai sebesar 20,92. Faktor penyebabnya peningkatan di kelas eksperimen karena diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan yang mengintegrasikan konsep agama yang

6 Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu: untuk meningkatkan profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 33

dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Hasil ini akan kemungkinan akan terus meningkatan kemampuan hasil belajar siswa jika penerapan model pembelajaran Problem Based Learning diberikan kepada siswa secara berkelanjutan, tidak hanya dalam empat kali pertemuan.

Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal dikatakan memiliki indeks kesukaran baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.7

Hasil analisis perbedaan peningkatan hasil belajar siswa juga terlihat pada rata-rata N-gain gambar 4.4. Terlihat N-gain kelas eksperimen 0,70 termasuk katagori tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan hasil belajar yang lebih baik. Sementara itu untuk kelas kontrol yang pembelajarannya tidak menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning nilai N-gain sebesar 0,23 yang termasuk katagori rendah. Hal ini berarti peningkatan kemampuan Problem Based Learning siswa kelas kontrol berada dibawah kelas eksperimen dengan kriteria rendah. Perbedaan nilai N-gain tersebut menunjukan terjadi perbedaan yang signifikan antara kedua kelas.

Pelaksanaan penelitian dengan fokus melihat peningkatan kemampuan hasil belajar siswa maka pembelajaran dilaksanakan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu menjadikan siswa termotivasi bekerja sama untuk memahami konsep agama, selain itu muatan

7 Suharsimi, A. (2012). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

83

materi yang diterapkan berbasis masalah. Siswa dibantu melalui bahan ajar dan LKS untuk mengaitkan konsep agama. Kegiatan pembelajaran dengan pola semacam ini akan membantu perkembangan intelektual, penalaran, keterampilan serta kreatifitas siswa.

Suprijono Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya.

Selain itu memperhatikan pendekatan yang mampu menstimulus setiap siswa dalam mengaitkan mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari karena pada hakekatnya mata pelajaran PAI Sangat berhubungan dengan kehidupan manusia secara umum, yang tidak bisa lepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. 8

Untuk itu model pembelajaran yang disarankan yaitu menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berfikir peserta didik baik individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, mengajak siswa untuk berfikir kritis dengan cara mengajak siswa untuk berfikir dan menghubungkan setiap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar, baik dari barang atau pun dari berita dan informasi yang sedang buming.

Namun tetap dalam bimbingan seorang guru sebagai fasilitator pembelajaran. Dengan seperti itu diharapkan setiap siswa dapat aktif dan ikut

8 Amir, M.T. (2012). Inofasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Perdana Media Group. Hal. 55

ambil peran dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih belum terwujudnya pembelajaran yang efektif yang disebabkan oleh faktor daya tarik peserta didik serta penyajian materi yang dibawakan oleh pendidik. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa yang masih belum memenuhi KKM yang ditentukan.

Mengajar menggunakan model ini akan mengakibatkan peningkatan kemampuan hasil belajar siswa dan minat belajar siswa. Dengan mengaktifkan siswa untuk mengenali interaksi antara konsep agama dan dunia, model ini akan memfasilitasi pembuatan konsep-konsep abstrak. Problem Based Learning suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.9

Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa terjadi pada kelas eksperimen karena pembelajaran dengan menerapkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk mengerti isi materi pelajaran saja tetapi juga diarahkan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini diawali dengan memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan menarik seputar iman kepada malaikat, peneliti

9 Akmar, S.N., Sew, Lee. (2010). Integrating Problem Based Learning (PBL) In Mathematics Method Course. Spring Vol. 4 No. 2.

85

menyajikan informasi melalui bahan ajar dan LKS hal ini sesuai dengan kemampuan hasil belajar siswa yang ingin diukur. Selanjutnya siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas yang diberikan guru.

Tugas yang diberikan tidak hanya tentang konten agama, akan tetapi dikaitkan dengan pemecahan masalah yang akan membawa siswa untuk memanfaatkan konsep agama dalam masyarakat. Tahap evaluasi siswa diminta mempresentasikan hasil diskusi dengan menjelaskan keterkaitan antara unsur agama yang dibicarakan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang terjadi jika konsep agama yang dibicarakan diubah dalam bentuk teknologi, untuk menambah motivasi pada pembelajaran selanjutnya, dalam setiap pertemuan diberikan penghargaan pada kelompok terbaik baik berupa hadiah ataupun penghargaan berupa predikat kelompok baik, hebat atau super.

Guru bertindak sebagai “panglima”, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui. Berdasarkan masalah yang ada, maka guru hendaknya memilih model pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan daya tarik, dengan memberikan penyajian mata pelajaran yang menarik dan kreatif, membuat siswa aktif dengan tujuan adanya interaksi sosial antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru.10

Pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, alasan utamanya efektivitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada, karena

10 Rusman. (203). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

Raja Grafindo Persada. Hal 77

alasan itu, proses belajar mengajar membutuhkan kemampuan peserta didik untuk menjelajahi aneka ragam sumber belajar yang ada. Berarti guru harus terus menerus memotivasi semangat juang peserta didik dalam penjelajahan ilmu.

Ketuntasan peserta didik dalam mempelajari salah satu konsep ditentukan oleh ketuntasan penguasaan materi yang merupakan kemampuan dasar peserta didik. Penguasaan konsep bagi peserta didik pada dasarnya sangat bergantung pada penguasaan teknik dan nonteknik kebahasaan yang terdapat pada kemampuan hasil belajar siswa.11

Siswa yang tidak mengenal konsep agama akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep, apalagi dalam pembelajaran iman kepada malaikat banyak sekali istilah yang sulit diingat, oleh karena itu peneliti dalam hal ini membantu peseta didik menemukan kata kunci dengan memberikan cara efektif dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Berpikir secara struktural dan belajar menggunakan dari berbagai perspektif ilmu dalam memecahkan permasalahan yang nyata.

Penguasaan kemampuan hasil belajar siswa di arahkan untuk bisa memecahkan masalah dalam pembelajaran PAI dan menjawab beberapa pertanyaan pada lembar kerja. Sehingga siswa dapat menuangkan ide, berargumen dan membuat kesimpulan. Sedangkan kemampuan mengomunikasikan sains baik secara lisan maupun tulisan, siswa diberikan tugas mengaikan konsep agama dalam bentuk bagan tulisan yang telah

11 Rustaman, N.Y. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Universitas Negeri Malang: Tidak Diterbitkan. 39

87

ditentukan, kemudian kemampuan lisan dengan diskusi dan presentasi menjelaskan apa yang telah dituliskan. Apabila proses belajar dapat berlangsung secara maksimal maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal.12

3. Respon Siswa Pada Penerapan Model Pembelajaran Problem Based