BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Perbedaan Perlakuan Penghasilan dan Biaya Koperasi
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Laporan keuangan yang disusun oleh wajib pajak badan biasanya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan Rugi/Laba akan menghasilkan jumlah laba yang diterima perusahaan yang penghitungannya berdasarkan SAK. Besar laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tersebut akan dikenakan pajak penghasilan. Ada perbedaan antara penghasilan dan biaya menurut standar akuntansi tidak diakui atau belum diakui oleh peraturan perpajakan sehingga harus dilakukan penyesuaian fiskal terhadap laporan keuangan tersebut sesuai
dengan peraturan perpajakkan. Penyesuaian fiskal yang dilakukan akan mempengaruhi besar laba yang telah dihitung oleh wajib pajak badan sebelumnya. Besar laba yang berasal dari hasil penyesuaian fiskal akan dikenakan tarif pajak penghasilan dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak badan sebagai pajak penghasilan terutang. Berdasarkan pada metode penelitian untuk rumusan masalah pertama, maka penulis menganalisis perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan seperti dibawah ini:
Tabel V.6 Pengelompokkan Penghasilan dan Biaya Menurut Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Berdasarkan Laporan Rugi Laba Per 31 Desember
2009
Keterangan Jumlah Penghasilan :
Laba Kotor atas Penjualan Barang Pendapatan Bunga Simpan Pinjam Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-Lain Biaya-Biaya/Beban : Beban Bunga/Pinjaman Biaya Gaji Biaya Kantor
Biaya Pemeliharaan Kendaraan Biaya Penyusutan
Biaya Penjualan
Biaya Administrasi Bank Biaya Diklat dan Latihan
Rp59.891.054,25 Rp1.044.276.916,62 Rp138.261.573,00 Rp57.980.177,15 Rp873.036.623,31 Rp100.943.640 Rp169.321.005,20 Rp25.846.666,00 Rp31.089.066,75 Rp4.737.345,00 Rp513.022,71 Rp15.941.500,00 Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
1. Laba Kotor atas Penjualan Barang
Laba kotor atas penjualan barang yang diperoleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru meliputi laba atas penjualan beras, barang konsumsi dan barang investasi. Dalam peraturan perpajakan Undang-Undang RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, laba penjualan barang tergolong penghasilan dan merupakan salah satu jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Oleh sebab itu laba penjualan barang tidak mendapat perlakuan yang berbeda dalam peraturan pajak penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (1) huruf c. Oleh karena itu, laba kotor atas penjualan barang tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata lain tidak ada penyesuaian fiskal negatif ataupun positif.
2. Pendapatan Bunga Simpan Pinjam
Bunga simpan pinjam yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ini merupakan pendapatan bunga yang diperoleh koperasi dari pemberian pinjaman kepada anggotanya. Pendapatan bunga simpan pinjam ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam aturan pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan bunga simpan pinjam tergolong sebagai penghasilan dan merupakan salah satu jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 1 huruf f, sehingga pendapatan bunga simpan
pinjam tahun 2009 tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata lain tidak ada penyesuaian fiskal positif atau negatif dilakukan.
3. Pendapatan jasa
Pendapatan jasa yang diperoleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru pada tahun 2009 meliputi pendapatan jasa meja kursi, perpanjangan SIM/STNK, sewa kendaraan, sewa tenda, dan borongan. Pendapatan jasa ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam aturan pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan jasa atas jasa meja kursi, perpanjangan SIM/STNK, sewa kendaraan, sewa tenda, dan borongan tergolong sebagai penghasilan dan merupakan salah satu jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 1 huruf i dan p. Sehingga pendapatan lain-lain tahun 2009 tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata lain tidak ada penyesuaian fiskal positif atau negatif dilakukan.
4. Pendapatan Lain-Lain
Pendapatan lain-lain yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu baru ini meliputi pendapatan atas bunga bank, sumbangan dari pabrik gula, fee gula, sewa gudang, hasil penanaman tebu, jual karung. Pendapatan lain-lain ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam aturan pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan lain-lain atas pendapatan bunga bank, sumbangan dari pabrik gula, fee
gula, sewa gudang, hasil penanaman tebu, jual karung tergolong sebagai penghasilan dan merupakan salah satu jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 1 huruf i dan p. Sehingga pendapatan lain-lain tahun 2009 tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata lain tidak ada penyesuaian fiskal positif atau negatif dilakukan.
5. Beban Bunga atau Pinjaman
Beban bunga atau pinjaman yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru merupakan biaya atas pinjaman yang ada di Bank. Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (3) biaya bunga dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena biaya bunga atas pinjaman dari bank digunakan untuk memelihara penghasilan. Jadi beban bunga atau pinjaman tahun 2009 tidak dilakukan penyesuaian positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
6. Biaya Gaji
Biaya gaji yang dikeluarkan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru digunakan untuk membayar gaji para karyawan dan memberikan tunjangan kepada mereka. Menurut akuntansi biaya gaji dapat dikurangkan dari penghasilan bruto demikian juga menurut perpajakan karena biaya tersebut berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan usaha. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (2). Maka, biaya gaji tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.
7. Biaya Kantor
Biaya Kantor merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional yang dilakukan koperasi. Menurut akuntansi biaya kantor dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Menurut perpajakan biaya kantor dapat dikurangkan juga dari penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a, sehingga biaya kantor tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
8. Biaya Pemeliharaan Kendaraan
Biaya pemeliharaan ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kebutuhan kendaraan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan usaha koperasi. Kebutuhan kendaraan tersebut seperti service kendaraan dan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut akuntansi semua biaya yang dikeluarkan oleh koperasi untuk koperasi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto demikian juga menurut perpajakan karena biaya tersebut berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan usaha. Hal ini didasarkan pada UU RI
No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (2). Maka, biaya pemeliharaan kendaraan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.
9. Biaya Penyusutan
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru memiliki kebijakan dalam menyusutkan aktiva tetap yaitu dengan menggunakan metode garis lurus untuk kepentingan komersial dan menggunakan metode saldo menurun untuk kepentingan perpajakan. Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 11 metode penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus (dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditetapkan bagi harta tersebut) sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun (dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku).
Berdasarkan Lampiran khusus SPT Tahunan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru memiliki aktiva tetap harta berwujud kelompok 1 disusutkan setiap tahunnya sebesar Rp 3.559.882,00. Sedangkan untuk harta berwujud kelompok 2 setiap tahunnya disusutkan sebesar Rp 23.581.601,00, dan untuk harta berwujud berupa bangunan permanen disusutkan setiap tahunnya sebesar Rp 3.947.584,00. Dari lampiran khusus SPT Tahunan ini dapat diketahui total penyusustan aktiva tetap
selama tahun 2009 yang dimiliki Koperasi Bina Usaha PT. madu Baru sebesar Rp 31.089.069,00.
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru perlu melakukan penyesuaian fiskal, karena ada perbedaan penghitungan biaya penyusutan aktiva tetap antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun. Peneliti mengevaluasi metode penyusutan yang diterapkan koperasi berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dan evaluasi biaya penyusutan dilakukan berdasarkan data per kelompok harta berwujud. Peneliti tidak memperoleh rincian data penyusutan aktiva tetap secara lengkap. Peneliti hanya memperoleh data penyusutan aktiva tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dari lampiran khusus SPT Tahunan. Dalam evaluasi ini diasumsikan aktiva tetap diperoleh pada tahun yang sama yaitu tahun 2008 dan umur manfaat ekonomis aktiva tetap sesuai dengan pengelompokkan aktiva tetap berdasarkan pasal 11 ayat 6 Undang-undang RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Di bawah ini adalah hasil analisis hitungan peneliti terhadap perbedaan penghitungan biaya penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo menurun :
Tabel V.7 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun
Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun Selisih
Kelompok 1
Di bawah ini merupakan hasil analisis peneliti terhadap biaya penyusutan aktiva tetap
kelompok 1 dengan metode garis lurus
Rp93.598.000,00:4tahun =Rp23.399.500,00 (harga perolehan dibagi umur manfaat harta berwujud kelompok 1 pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan)
Kelompok 2
Di bawah ini merupakan hasil analisis peneliti terhadap biaya penyusutan aktiva tetap
kelompok 2 dengan metode garis lurus
Rp291.957.225,00:8tahun = Rp36.494.653,00 (harga perolehan dibagi umur manfaat harta berwujud kelompok 2 pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan)
Kelompok 1
Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp23.399.500,00.
Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 1, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan :
Harga perolehan : Rp93.598.000,00
(dalam rupiah)
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa
Buku 2008 50% 46.799.000 46.799.000 2009 50% 23.399.500 23.399.500 2010 50% 11.699.750 11.699.750 2011 Disusutkan sekaligus 11.699.750 0 Kelompok 2
Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp54.741.980,00.
Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 2, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan :
Harga perolehan : Rp291.957.225,00
(dalam rupiah)
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa
Buku 2008 25% 72.989.306 218.967.919 2009 25% 54.741.980 164.225.939 2010 25% 41.056.485 123.169.454 2011 25% 30.792.364 92.377.090 2012 25% 23.094.273 69.282.817 2013 25% 17.320.704 51.962.113 2014 25% 12.990.528 38.971.585 2015 Disusutkan sekaligus 12.990.528 0 0 Rp18.247.327,00
Tabel V.7 (Lanjutan) Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun
Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun Selisih
Bangunan Permanen Di bawah ini merupakan biaya penyusutan harta berwujud berupa bangunan permanen tahun 2009 Rp78.951675,00x5%= Rp3.947.584,00
(harga perolehan dikalikan tarif penyusutan kelompok bangunan permanen pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan)
_ _
Tabel V.8 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang Ada dalam Lampiran Khusus SPT dengan Metode Saldo Menurun yang digunakan dalam Kepentingan Perpajakan
SPT Tahunan Hasil Hitungan Peneliti Selisih
Kelompok 1
Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan
Rp3.559.882,00
Kelompok 2
Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan
Rp23.581.601,00
Bangunan Permanen Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan harta berwujud berupa bangunan permanen tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan
Rp3.947.584,00
Kelompok 1
Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp23.399.500,00
(perhitungan metode penyusutan saldo menurun kelompok 1 sama dengan tabel V.10)
Kelompok 2
Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp54.741.980,00
(perhitungan metode penyusutan saldo menurun kelompok 2 sama dengan tabel V.10 (lanjutan)
Bangunan Permanen
(harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus)
Rp19.839.618,00
Rp31.160.379,00
0
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa total dari biaya pennyusutan aktiva tetap yang dimiliki Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang seharusnya dilaporkan pada lampiran khusus SPT Tahunan adalah sebesar Rp82.089.064,00 (penjumlahan harta berwujud kelompok 1, kelompok 2, dan bangunan permanen) sehingga ada selisih dengan dengan biaya penyusutan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang dilaporkan pada SPT Tahunan Wajib Pajak Badan
sebesar Rp50.999.997,00. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian fiskal negatif pada laporan rugi laba koperasi tahun 2009. Penyesuaian fiskal negatif ini akan menyebabkan biaya penyusutan koperasi semakin bertambah dan penghasilannya menjadi berkurang.
10. Biaya Penjualan
Biaya penjualan yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan koperasi untuk membiayai keperluan-keperluan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan yang dilakukan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru. Menurut akuntansi biaya penjualan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, demikian juga menurut perpajakan biaya penjualan dapat pula mengurangi penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (7), sehingga biaya penjualan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
11. Biaya Administrasi Bank
Biaya administrasi bank merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru atas biaya yang berkaitan dengan administrasi yang ada di bank. Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (8) biaya bunga dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena biaya administrasi bank
digunakan untuk memelihara penghasilan. Maka biaya admimistrasi bank tahun 2009 tidak dilakukan penyesuaian positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
12. Biaya Diklat dan Latihan
Biaya diklat dan latihan ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru untuk membiayai pengurus ataupun karyawan dalam mengikuti diklat dan latihan untuk mengembangkan pengetahuan mereka tentang koperasi. Menurut akuntansi biaya diklat dan latihan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Menurut perpajakan biaya diklat dan latihan dapat dikurangkan juga dari penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf g, sehingga biaya diklat dan latihan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
C. Penyesuaian Fiskal atas Penghasilan dan Biaya yang Ditemukan pada