BAB II TINJAUAN TEORI
E. Perbedaan CSR dan PKBL
Banyak perdebatan yang timbul mengenai konsep CSR dan PKBL yang diimplementasikan pada perusahaan BUMN., sebagai berikut;
Tabel.2.3.
Perbedaan Konsep CSR & PKBL BUMN Berdasarkan UU PT No. 40/2007 Dasar Hukum
CSR PKBL
1. Pasal 74 Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007
2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
1. Pasal 2 ayat 1 huruf e dan Pasal 88 ayat 1 Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2003 2. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/
MBU/ 2007
3. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-20/
MBU/ 2012
4. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/
MBU/ 2013 Sasaran atau Tujuan
CSR PKBL
1. Menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat secara berkelanjutan (tercantum dalam Pasal 74 Ayat 1)
1. Program Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
2. Program Bina Lingkungan bertujuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
Obyek Peraturan
CSR PKBL
1. Perusahaan (Perseroan Terbatas) yang menjalankan kegiatan usaha dibidang atau berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) (tercantum dalam Pasal 74 Ayat 1) 2. Perusahaan yang tidak mengelola dan tidak
memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA), tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam (tercantum dalam Pasal 7 Ayat 1)
1. Persero (termasuk Persero Terbuka) dan Perum (tercantum dalam Pasal 2 Ayat 1
Memaksa (wajib dilaksanakan) bagi
perusahaan yang terkait Sumber Daya Alam (SDA) dan atau perusahaan yang usahanya berdampak pada fungsi kemampuan Sumber Daya Alam (SDA), apabila tidak dilaksanakan, maka dapat dikenakan sanksi (tercantum dalam Pasal 74 Ayat 3)
Terhadap Persero dan Perum, sifat
peraturan memaksa (wajib dilaksanakan) karena program tersebut dijadikan indicator penilaian tingkat kesehatan persero atau perum (tercantum dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/ MBU/ 2007 dan 20/ MBU/ 2012 dan PER-05/ MBU/ 2013
Lingkup Tanggung Jawab
CSR PKBL
Terbatas di lingkungan atau masyarakat di wilayah kegiatan usaha
Lebih luas dari Lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
perusahaan (Pasal 7 Ayat 1) berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Perseroan atau Perum)
Perlakuan Anggaran
CSR PKBL
1. Diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran (Pasal 74 Ayat 2)
1. Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan
2. Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan Sumber: Studi Dokumentasi slide Hambra S.H.,M.HUM (Kepala Biro Hukum)
Konsep PKBL pada BUMN ini sepenuhnya sama dengan klasifikasi tahapan program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang di jalankan pemerintah dan telah di atur dalam peraturan dan undang – undang. Sehingga adanya pola kemitraan yang bisa menciptakan atau menyediakan prasyarat dan paket dasar bagi sebuah usaha produktif berlangsung, kemitraan yang mendorong masing – masing pihak melaksanakan fungsi dan perannya serta panduan mekanisme bina lingkungan dalam perusahaan sistem insentif – disinsentif.39Maka dengan ini diharapkan program pengentasan kemiskinan dapat disalurkan kepada sasaran yang tepat.
39Mahmuddin Yasin. dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h. 175.
CSR dan PKBL yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu menciptakan kehidupan di masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri.
Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut, sesuai dengan kemampuannya.40
40Ibid,. h. 267.
45
PROFILE PT. ASURANSI JASA INDONESIA (JASINDO)
A. Sejarah Perusahaan
Pembentukan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) merupakan bagian penting bagi perjalanan sejarah bangsa dan tanah air Indonesia. Sejarah tersebut bermula pada tahun 1845 ketika dilaksanakannya nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de Ne Nederlander, sebuah perusahaan Asuransi Umum milik
colonial Belanda, dan Bloom Vander, perusahaan Asuransi Umum Inggris yang berkedudukan di Jakarta
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1945 oleh Proklamator RI, Ir Soekarno dan Mohammad Hatta, sekaligus mengamanatkan pelaksanaan pemindahan kekuasaan dan kepemilikan kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Termasuk, melakukan nasionalisasi terhadap dua perusahaan tersebut dan mengubah nama keduanya menjadi PT.
Asuransi Bendasraya yang bergerak di bidang Asuransi Umum dalam rupiah dan PT Umum Intrnasional Underwriters (UIU) yang bergerak pada bidang Asuransi Umum dalam valuta asing.
Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9 Desember 1972, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonsia (Persero) sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha asuransi umum. Pengesahan penggabungan tersebut selanjutnya dikukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 1 tanggal 2 Juni 1973.1
B. Visi dan Misi Perusahaan
Rumusan visi yang dirumuskan oleh PT. Jasindo yaitu “Menjadi perusahaan asuransi yang tangguh dalam persaingan global dan menjadi market leader di pasar domestik”. Sedangkan untuk mencapai visi tersebut, maka PT. JASINDO menetapkan misi - misi diantaranya yaitu :2
1. Menyelenggarakan usaha asuransi kerugian dengan reputasi internasional melalui peningkatan pangsa pasar
2. Pelayanan prima
3. Tetap menjaga tingkat profitabilitas serta memenuhi harapan stakeholders.
1Studi Dokumentasi Buku Company Profile Perusahaan 2013. h.3.
2Ibid.,
C. Tujuan Perusahaan
Adapun beberapa tujuan perusahaan asuransi JASINDO, yaitu:3
1. Mengembangkan perusahaan melalui productivity Improvement, Customer Satisfaction dan Competetive Position Improvement.
2. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui optimalisasi pertumbuhan premi, hasil underwriting, profit margin dan modal perusahaan.
3. Memperkuat struktur bisnis perusahaan melalui peningkatan premi ritel dan korporasi serta perimbangan perolehan premi dari sumber bisnis
4. Peningkatan citra perusahaan melalui GCG dan Customer Satisfaction serta pengembangan Tekhnologi Informasi
5. Persiapan menuju Go public
D. PKBL PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO)
Berdasarkan peraturan Menteri BUMN Nomor Per 05/MBU/2007 Setiap perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial (TJS) atau yang biasa dikenal dengan Corporate Social Responcibility (CSR), hanya saja dalam pelaksanaannya CSR yang dilaksanakan
oleh perusahaan – perusahaan BUMN memiliki konsep yang berbeda dengan CSR yang diadopsi oleh perusahaan swasta lainnya. Konsep tersebut dikenal dengan
3Studi Dokumentasi Buku Company Profile Perusahaan 2013. h.5.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL terdiri dari Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman modal untuk para pelaku usaha mikro yang kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena kekurangan modal. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.4
PKBL yang ada di PT. Jasindo menganut dua prinsip yaitu prinsip sustainability dan prinsip berkelanjutan. Kedua prinsip tersebut menunjukan bahwa perusahaan memahami betul pentingnya melaksanakan PKBL, selain dapat sektor ekonomi, sosial maupun lingkungan. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk terima kasih perusahaan kepada masyarakat. Pelaksanaan PKBL di PT. Jasindo dilaksanakan dan dikelola oleh sebuah unit struktural khusus bernama Biro PKBL. Tujuan dibentuknya Biro PKBL adalah selain untuk menjalankan amanat dari kementrian, pelaksanaan PKBL juga dapat berjalan sistematis dan terorganisir agar manfaat program dapat diterima masyarakat.5
E. Landasan Hukum PKBL PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO)
Perusahaan berpedoman pada kebijakan - kebijakan serta peraturan perundangan dalam penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan. PKBL dilakukan sebagai kewajiban atas mandat kementerian BUMN, selain itu pelaksanaan kegiatan PKBL dapat meningkatkan reputasi perusahaan,
4Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
5Kesimpulan dari kutipan wawancara pribadi dengan Bapak PE selaku Kepala Biro PKBL PT. Jasindo
menciptakan persepsi yang baik terhadap eksistensi perusahaan serta sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masayarakat. Adapun kebijakan -kebijakan tersebut antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Perseroan (Persero)
Tahun 1991 perseroan melaksanakan program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) sejalan dengan peraturan ini. Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan sebagai biaya perusahaan. Wujud program tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih terarah baru dikembangkan menyusul adanya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983.6
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1232/ KMK.013/1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN.
Keputusan ini terbit pada tanggal 11 November 1989, didalamnya tercantum aturan bahwa dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1% - 5% dari laba setelah pajak nama program saat itu lebih dikenal dengan Pegelkop7
3. UU Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Undang – Undang ini menyatakan BUMN mempunyai dua tanggung jawab kepada Pemegang Saham sebagai shareholder dan masyarakat sebagai Stakeholder. Artinya selain mengoptimalkan laba, BUMN juga dituntut turut
6Mahmuddin Yasin, dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h.166.
7Ibid,.h. 167.
serta secara aktif dalam Program Kemitraan (PK) dengan pelaku usaha kecil dan menengah, dan Program Bina Lingkungan (BL).
Secara khusus pelaksanaannya PKBL diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 88, penjabarannya sebagai berikut:
a. Pasal 2 ayat 1 huruf e: Salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
b. Pasal 88 Ayat 1: BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/ koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Ayat 2: Ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Keputusan Menteri.
4. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
a. Pasal 15 (b): Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, budaya masyarakat setempat.
5. UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas:
a. Pasal 1 angka 3: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Pasal 74
1) Ayat 1 dan 2: Perusahaan yang bergerak dalam bidang sumber daya alam (SDA) wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
2) Ayat 3 dan 4: Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
a) Sebagai ketentuan lebih lanjut dari Pasal 74 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 terdapat Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas:
- CSR yang dilakukan oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan UU.
- Pelaksanaan CSR dilakukan di dalam ataupun di luar lingkungan Perseroan.
- CSR dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya
- Pelaksanaan CSR disusun dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
- Pelaksanaan CSR wajib dimuat dalam laporan tahunan Perseroan untuk dipertanggung jawabkan kepada RUPS
- Penegasan pengaturan pengenaan sanksi perseroan yang tidak melaksanakan CSR
- Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan CSR dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang
Maksud dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang disampaikan dalam penjelasan umum UU No. 40 tahun 2007 adalah mendukung terjalinnya hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya.8
6. ISO 26000
Telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada 2010 dan dijadikan Standar Nasional (SNI) pada 2012, menurut ISO 26000 SR terdiri dari beberapa praktek antara lain:
a. Tata Kelola Organisasi yang baik b. Penegakan Hak Asasi Manusia
c. Praktek Ketenagakerjaan yang Manusiawi dan Berkeadilan
8Studi Dokumentasi slide Hambra S.H.,M.HUM (Kepala Biro Hukum)
d. Isu Konsumen
e. Pengembangan Masyarakat f. Lingkungan
7. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-5/MBU/2007 tentang program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Salinan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PE-20/MBU/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negeri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Berdasarkan peraturan menteri diatas kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan BUMN meliputi:9
a. Program Kemitraan (PK)
Program kemitraan ini diwujudkan dalam bentuk:
1) Pinjaman
2) Pinjaman Khusus, dan 3) Hibah
b. Program Bina Lingkungan (BL)
Program Bina lingkungan yang juga disebut program BL digunakan untuk tujuan memberi manfaat diwilayah usaha dalam bentuk bantuan diberbagai sektor, diantaranya:10
9Studi Dokumentasi Annual Report Asuransi Jasindo 2012, h.240.
10Studi Dokumentasi Slide Tentang PKBL 2012, h.5.
1) Sektor Bencana Alam 2) Sektor Pendidikan 3) Sektor Kesehatan 4) Sektor Sarana Ibadah
5) Sektor Sarana dan Prasarana Umun 6) Sektor Pelestarian Alam dan Lingkungan
8. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor S-92 /D5.MBU/2013 tentang Pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan:
a. Program Kemitraan:
Mulai tahun 2013 alokasi laba untuk Program Kemitraan ditiadakan, sedangkan Program Kemitraan yang sudah berjalan agar tetap terus dijalankan, namun sudah tidak ada lagi aktivitas penyaluran pinjaman baru dan hanya dilakukan kegiatan penagihan serta monitoring terhadap Mitra Binaan.
Program Kemitraan yang saat ini sudah berjalan sesuai dengan Kebijakan Kementerian BUMN nantinya akan diserahkan kepada salah satu BUMN yang akan ditentukan oleh Menteri BUMN.
b. Program Bina Lingkungan
Untuk Program Bina Lingkungan akan dibebankan menjadi biaya perusahaan dan jumlahnya akan ditentukan kemudian oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Pembahasan Bersama sesuai dengan kemampuan perusahaan.
F. Struktur Organisasi
Gambar. 3.1.
Struktur Organisasi PT. Asuransi Jasa Indonesia
G. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Biro PKBL PT. Jasindo dipimpin oleh Direktur Keuangan. Direktur Keuangan ini adalah Kepala Biro PKBL yang memimpin tiga sub unit yaitu:
seksi keuangan, seksi penyaluran, dan seksi pembinaan. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing - masing bidang yang terkait dengan Divisi Biro PKBL sebagai berikut:11
1. Direktur Keuangan
a. Penanggung jawab pelaksanaan PKBL
b. Menetapkan garis besar kebijaksanaan pembinaan
c. Menyampaikan rencana kerja dan anggaran PKBL dalam RUPS d. Memberikan keputusan penyaluran dana PKBL
e. Mengendalikan pelaksanaan pembinaan terhadap PKBL f. Mensyahkan laporan PKBL
2. Biro PKBL
a. Membantu Direktur Utama/ Direksi dalam membuat garis besar pembinaan dan dalam mengendalikan pelaksanaan PKBL
b. Membuat rencana program kerja dan anggaran PKBL c. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembinaan
d. Mengusulkan penyaluran dana PKBL kepada Direktur Utama/ Direksi e. Menandatangani perjanjian pinjaman/ Akad Pinjaman
f. Menetapkan alokasi plafon dana PKBL untuk masing- masing kantor cabang
11Dokumen Buku Pedoman PKBL 2012, h. 4-5.
g. Mensupervisi pelaksanaan penyaluran dana PKBL oleh kantor cabang h. Melakukan seleksi dan menetapkan calon mitra binaan
i. Melaksanakan pembinaan terhadap mitra binaan
Dalam melaksanakan tugasnya Biro PKBL dibantu para pegawai yang menangani berbagai bidang antara lain:12
a. Seksi Pembinaan dan Pengawasan
1) Membantu kepala biro dalam pelaksanaan pembinaan mitra binaan 2) Memantau dan mengevaluasi perkembangan mitra binaan
3) Membantu mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh Mitra Binaan
4) Menyelenggarakan pelaporan pembinaan dan pengawasan secara tertib b. Seksi Penyaluran dan Pengelola Pinjaman
1) Membantu Kepala Biro dalam pelaksanaan pembinaan Mitra Binaan 2) Melakukan analisa terhadap permohonan calon mitra binaan
3) Melakukan survey lapangan terhadap permohonan calon mitra binaan 4) Mempersiapkan dokumen- dokumen yang terkait dengan penyaluran
dana PKBL, termasuk mempersiapkan naskah perjanjian pinjaman 5) Melakukan analisa atas jaminan/ anggunan yang diserahkan oleh calon
mitra binaan apabila jaminan/ anggunan diperlukan
6) Melakukan pengikatan secara notarial atas anggunan tersebut apabila diperlukan
7) Memberikan rekomendasi atas permohonan yang masuk
12Dokumen Buku Pedoman PKBL 2012, h. 6-7.
c. Seksi Keuangan dan Akuntansi
1) Membantu Kepala Biro dalam pelaksanaan pembinaan mitra binaan 2) Melakukan verifikasi dan membukukan semua transaksi keuangan (ke
dalam buku besar, buku pembantu) dan kartu debitur 3) Melaksanakan penyaluran dan penagihan dana PKBL
4) Membuat laporan keuangan bulanan, triwulan, semester dan tahunan sesuai dengan kebutuhan
3. Kantor Cabang
a. Melakukan identifikasi calom mitra binaan b. Melakukan analisa pinjaman
c. Memberikan rekomendasi atas profile mitra binaan dan mengusulakan penyaluran dana PKBL kepada biro PKBL
d. Melakukan pembinaan mitra binaan yang ada di wilayah kerja kantor cabang
e. Melakukan penagihan angsuran pokok dan imbalan jasa kepada mitra binaan
59 A. Temuan
1. Latar Belakang Perusahaan Melaksanakan PKBL
Seperti yang telah dibahas sebelumnya diatas, bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah CSR telah banyak dilakukan oleh perusahaan - perusahaan di Indonesia bahkan di dunia. Begitu juga dengan perusahaan - perusahaan milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang melaksanakan prinsip CSR hanya saja dengan konsep yang dikemas secara berbeda dibandingkan yang diadopsi oleh perusahaan lainnya. Konsep tersebut dikenal dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Berikut ini penuturan dari Kepala Biro PKBL mengenai latar belakang dilaksanakannya PKBL:
“PKBL ini adalah istilah baru yang muncul sejak tahun 2007. Namun sebetulnya tahun 1992 embrio dari pada PKBL sudah ada pada saat itu namanya Unit PEGAL (Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah) yang sifatnya baru memberikan bantuan - bantuan sosial di sektor ekonomi yaitu pinjaman ringan/ pinjaman dengan bunga yang sangat kecil.”1
Berdasarakan hasil wawancara yang diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sebenarnya embrio dari PKBL tersebut sudah ada sejak
1Kutipan wawancara pribadi dengan BapakPE selaku Kepala Biro PKBL PT.JASINDO
tahun 1992. waktu itu dibentuk suatu unit yang dinamakan Unit PEGAL (Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah). Unit tersebut sifatnya memberi bantuan disektor ekonomi lemah yang memberikan pinjaman ringan dengan bunga yang kecil. Kemudian konsep - konsep tersebut terus dikembangkan dan sejak tahun 2007, istilah PKBL muncul berdasarkan Peraturan Menteri MBU 05 tahun 2007. Kemudian konsep - konsep tersebut terus dikembangkan dan sejak tahun 2007.
Seperti yang diketahui bahwa, prinsip CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan dulu hanya diwajibkan kepada perusahaan yang bergerak dibidang sumber daya alam (tambang, hutan, limbah, dan lain sebagainya), sehingga seakan perusahaan yang bergerak dibidang non-SDA tidak memiliki kewajiban dalam melakukan program CSR.
Namun demikian, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Biro PKBL PT Jasindo yakni:
“Seluruh perusahaan pasti mempunyai kontribusi dalam sumber daya alam meskipun dalam skala yang kecil sekalipun. Seperti contohnya, perusahaan memiliki kamar mandi dan toilet yang berkontribusi dalam pembuangan limbah, pengunaan pasak bangunan dalam membangun perusahaan), dan bangunan perusahaan berdiri ditengah lingkungan masyarakat. Tentunya akan sangat baik bagi tiap perusahaan baik milik BUMN atau Non-BUMN untuk memberikan kenyamanan kepada manusia atau masyarakat dan juga lingkungan alam.”2
2Kutipan wawancara pribadi dengan Bapak PE selaku Kepala Biro PKBL PT.JASINDO
Pernyataan yang diungkapkan oleh bapak PE diatas menjelaskan bahwa, setiap perusahaan memberikan dampak baik dan dampak buruk pada alam maupun lingkungan sosialnya. Dampak buruk itulah merupakan salah satu hal yang mendasari suatu perusahaan wajib menjalankan kegiatan CSR atau PKBL. Hal tersebut dilakukan untuk menseimbangkan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar selaku konsumen. Selain itu dapat mengurangi dampak buruk yang terjadi akibat pemanfaatan alam secara berlebihan oleh perusahaan.
2. Pandangan Perusahaan Terhadap PKBL
Dalam mengimplementasikan konsep PKBL tersebut, perusahaan memiliki suatu prinsip - prinsip yang dianut, sebagaimana yang diungkapkan bapak PE dalam wawancaranya, sebagai berikut:
“Melihat dari adanya prinsip keberlangsungan (sustainability)/
keberlanjutan. Dapat diartikan dalam dua arti yang berbeda namun mempunyai makna yang sama. Keberlanjutan ini adalah kontinitas kehidupan dari pada perusahaan, tentu akan menjadi eksis selama masyarakat disekelilingnya ikut menikmati akan keberadaan perusahaan tersebut.
Sedangkan maksud dari keberlanjutan yang lainnya bahwa program -program di dalam CSR itu tidak berhenti hanya sekali -program tetapi berlanjut setiap tahunnya. Maka dari itu dengan membentuk PKBL ini merupakan bentuk kepedulian, empati perusahaan, bentuk trimakasih perusahaan terhadap lingkungan. Maka hubungan timbal balik itu dibuatlah secara regulasi bahwa sebagian keuntungan dari perusahaan BUMN akan dikelola melalui Biro/ Unit PKBL untuk disalurkan kembali pada masyarakat (sektor ekonomi, sosial maupun bina lingkungan)”.3
3Kutipan wawancara pribadi dengan BapakPE selaku Kepala Biro PKBL PT.JASINDO
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa PKBL yang ada di PT. Jasindo menganut dua prinsip yaitu prinsip keberlangsungan hidup perusahaan (sustainability) dan prinsip keberlanjutan. Terdapat dua arti tersendiri dalam menjelaskan prinsip - prinsip perusahaan atau menjelaskan bagaimana perusahaan memandang konsep PKBL. Berikut ini penjelasan secara singkatnya:
a. Kontinuitas dari perusahaaan (eksis)
Dengan pelaksanaan PKBL yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan memandang hal tersebut dapat menguntungkan juga bagi perusahaan agar menjaga eksistensi perusahaan selama masyarakat sekitar ikut menikmati keberadaan perusahaan.
b. Bentuk Empati perusahaan
Dengan membentuk PKBL dan menjalankan program - program tersebut secara continue, perusahaan memandang hal tersebut merupakan bentuk empati dan bentuk terima kasih perusahaan kepada masyarakat.
Perusahaan juga berharap sebagian keuntungan perusahaan yang dialokasikan kepada masyarakat dapat membantu dalam sektor ekonomi, sosial dan juga lingkungan.
Selain prinsip - prinsip di atas, perusahaan juga memandang bahwa bantuan - bantuan yang diberikan contohnya seperti pada bina lingkungan,
dapat memberikan suatu edukasi bagi masyarakat agar bantuan tersebut dapat dirasakan manfaatnya. Berikut kutipan wawancaranya:
“Dalam melakukan aktifitas sosial ,pihak - pihak yang dibantu minimal ikut serta menunjukan kemandirian dan kemauannya dengan swadaya baik tenaga maupun dana. Program bina lingkungan ini tidak diberikan begitu saja karena jika mereka terima bersih seperti itu, tidak
“Dalam melakukan aktifitas sosial ,pihak - pihak yang dibantu minimal ikut serta menunjukan kemandirian dan kemauannya dengan swadaya baik tenaga maupun dana. Program bina lingkungan ini tidak diberikan begitu saja karena jika mereka terima bersih seperti itu, tidak