PT. ASURANSI JASA INDONESIA (JASINDO) JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SANDRA RATUNASARI NIM: 109054100021
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434H/ 2013 M
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penelitian saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber – Sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika terbukti bahwa karya ini merupakan plagiasi hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 1 September 2013
Sandra Ratunasari
i SANDRA RATUNASARI
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah salah satu bentuk dari implementasi CSR. PKBL terbagi dalam 2 bidang, yang pertama adalah Program Kemitraan yang terdiri dari pemberian pinjaman dan pemberian hibah kepada pengusaha mikro. Tujuan dari Program Kemitraan ini adalah menjadikan usaha kecil menjadi usaha yang berkembang, tangguh dan mandiri, serta dapat menjadi usaha menengah yang bankable. Kedua adalah Bina Lingkungan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui pengembangan sarana dan prasarana umum. Bantuan Bina Lingkungan terdiri dari 6 bidang antara lain: bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan atau pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami motivasi dan pola pelaksanaan PKBL di PT. Asuransi Jasa Indonesia dan mengetahui manfaat yang dirasakan perusahaan dan masyarakat dari pelaksanaan program PKBL. Menurut Saidi &
Abidin terdapat tiga tahap atau paradigm motivasi CSR yaitu: Karitatif, Filantropis, & Kewargaan. Menurut Saidi dan Abidin terdapat empat pola/ model pelaksanaan: Keterlibatan Langsung, Melalui Yayasan ataupun Organisasi Sosial Perusahaan, Bermitra dengan Pihak Lain, Mendukung atau Bergabung Dalam Konsorsium, Menurut Yusuf Wibisono terdapat beberapa manfaat perusahan dalam melaksankan kegiatan CSR, antara lain: Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, Layak mendapatkan social licence to operate, Mereduksi risiko bisnis perusahaan, Melebarkan akses sumber daya, Membentangkan akses menuju market, Mereduksi biaya, Memperbaiki hubungan dengan stakeholders, Memperbaiki hubungan dengan regulator, Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, Peluang mendapatkan penghargaan.
Hasil penemuan menunjukan bahwa motivasi pelaksanaan PKBL yang dilakukan PT. Jasindo belum sepenuhnya merujuk pada motivasi kewargaan masih ada beberapa program yang motivasinya bersifat karitas dan filantropi. Pola pelaksanaan PKBL tahun 2012 di Jasindo lebih banyak dilakukan dengan cara bermitra dengan pihak atau lembaga lain. Manfaat PKBL bagi PT. Jasindo antara lain: dapat memupuk loyalitas konsumen sehingga dapat mempertahankan citra baik perusahaan, menjaga tingkat profitabilitas serta memenuhi harapan stakeholder sesuai dengan misi perusahan, dan dapat membentangkan akses menuju peluang pasar yang lebih luas. Manfaat PKBL bagi penerima program PKBL, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir semua manfaat yang dikemukakan oleh Peter Brew dirasakan oleh peneria program PKBL.
ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PROGRAM
KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT. ASURANSI JASA INDONESIA (JASINDO) JAKARTA”. Adapun tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai jenjang sarjana pada jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi.
Namun demikian penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat memenuhi syarat yang diperlukan.
Walaupun banyak kesulitan yang penulis hadapi saat penyusunan tugas akhir ini namun berkat bantuan dan dorongan yang diberikan dari berbagai pihak tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Siti Napsiyah Arifuzzaman, MSW. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Ahmad Zaky, M.Si. selaku Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
iii
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya Dosen - Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial.
6. Seluruh Pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi serta Pegawai Perpustakaan Utama yang telah memberi kemudahan pada penulis dalam mencari buku- buku yang diperlukan dalam masa penyusunan tugas akhir 7. Kedua orang tua (Papah dan Mamah) dan kakak serta seluruh keluarga
besar yang selalu memberikan dorongan, semangat, dukungan moril maupun materi serta doa yang tulus.
8. PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO), khususnya bapak Bapak Pramono Edi, Mba Nevi, Mba Yoka, Mba Medi serta seluruh pegawai yang ada di PT. JASINDO khususnya yang bekerja di Divisi Biro PKBL.
9. Aldy Novrizal, S.KG. yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan keyakinan yang tiada habisnya
10. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu atas semua bantuannya untuk menyelesaikan tugas akhir ini
Jakarta, 23 agustus 2013
iv
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR………. ii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...………. 6
D. Tinjauan Pustaka……….. 7
E. Kerangka Teori………. 7
F. Metode Penelitian……… 9
1. Pendekatan Penelitian……….. 9
2. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 9
3. Teknik Pengumpulan Data………. 9
4. Teknik Pemilihan subyek Penelitian……….. 10
5. Sumber data………. 11
6. Analisis Data……… 12
7. Keabsahan Data………... 13
8. Teknik Penulisan……… 14
G. Sistematika Penulisan………..………. 14
BAB II TINJAUAN TEORI A. Corporate Social Responsibility (CSR)……… 16
1. Definisi dan Gambaran Umum CSR……… 16
2. Motivasi Pelaksanaan CSR……… 18
3. Pola Pelaksanaan CSR ……… 21
4. Manfaat CSR ………...……… 23
v
1. Program Kemitraan……….. 30
a. Ruang Lingkup Program Kemitraan……… 30
b. Biaya Operasional Program Kemitraan……… 31
c. Penggolongan Kualitas Pinjaman Mitra Binaan……….. 32
2. Program Bina Lingkungan……… 34
a. Ruang Lingkup Program Bina Lingkungan………. 34
b. Sektor – Sektor Program Bina Lingkungan………. 35
c. Prosedur Penyaluran Dana Bina Lingkungan………. 36
d. Perencanaan PKBL……….. 36
e. Pelaporan PKBL……….. 38
D. Usaha Kecil Menengah (UKM)……… 39
E. Perbedaan CSR dan PKBL……….. 41
BAB III PROFIL PT. ASURANSI JASA INDONESIA (JASINDO) A. Sejarah Perusahaan……… 45
B. Visi dan Misi Perusahaan……….. 46
C. Tujuan Perusahaan……… 47
D. PKBL PT. Jasindo……… 47
E. Landasan Hukum PKBL PT. Asuransi Jasa Indonesia……… 48
F. Struktur Organisasi………... 55
G. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab……….. 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan………. 59
1. Latar Belakang Perusahaan Melaksanakan PKBL……….. 59
2. Pandangan Perusahaan Terhadap PKBL………. 61
3. Divisi Pengelola PKBL……… 63
4. Sumber Dana PKBL………...………. 66
5. Strategi Biro PKBL PT. JASINDO………. 69
6. Manfaat Pelaksanaan PKBL bagi Perusahaan……….. 70
7. Program Kemitraan………... 71
vi
c. Syarat Penerima Program Kemitraan……… 75
d. Prosedur Penyaluran Dana Program Kemitraan……… 77
8. Bina Lingkungan……..……….. 81
a. Penyaluran Dana BL………. 81
9. Hasil Wawancara dengan Penerima Program……… 83
a. Hasil Wawancara dengan Penerima PK………... 83
b. Hasil Wawancara dengan Penerima Program BL…………. 87
10. Rincian Kegiatan PKBL PT. JASINDO 2012……….. 92
a. Rincian Kegiatan Program Kemitraan……….. 92
b. Rincian Kegiatan Program Bina Lingkungan………... 96
B. Analisis………. 105
1. Analisis Motivasi Pelaksanaan PKBL……….……....….... 105
2. Analisis Pola Pelaksanaan PKBL……… 111
3. Analisis Manfaat PKBL ……….…………. 117
a. Analisis Manfaat PKBL bagi perusahaan……….. 117
b. Analisis Manfaat PKBL bagi masyarakat……….... 119
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 124
B. Saran………..……… 126
DAFTAR PUSTAKA……….. 127
LAMPIRAN... 132
vii
Halaman Gambar 1.1 Kerangka Teori………..………….. 8 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jasa Indonesia……… 55 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Biro PKBL Jasindo………. 64
viii
Tabel 2.1 Motivasi CSR……….. 20
Tabel 2.2 Penilaian Terhadap Mitra Binaan………... 40
Tabel 2.3 Perbedaan Konsep CSR dan PKBL BUMN……….. 41
Tabel 4.1 Proporsi Alokasi Program Kemitraan Tahun 2012………. 68
Tabel 4.2 Penyaluran Bina Lingkungan 2012………. 82
Tabel 4.3 Rincian Alokasi Dana PK Periode 1992 - 2012... 93
Tabel 4.4 Penyaluran Program Kemitraan... 94
Tabel 4.5 Laporan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam……….. 97
Tabel 4.6 Laporan Bantuan Kepada Pendidikan……… 97
Tabel 4.7 Laporan Bantuan Kepada Peningkatan Kesehatan………. 98
Tabel 4.8 Laporan Bantuan Kepada Sarana Ibadah……… 99
Tabel 4.9 Laporan Bantuan Kepada Sarana dan Prasarana Umum………. 100
Tabel 4.10 Laporan Bantuan Kepada Pelestarian Alam dan Lingkungan………. 102
Tabel 4.11 Laporan Penyaluran Beasiswa..………... 103
Tabel 4.12 Teori Motivasi CSR...……….….... 106
Tabel 4.13 Jenis Kegiatan CSR berdasarkan Jumlah kegiatan dan Dana………. 114
Tabel 4.14 CSR berdasarkan Jumlah Kegiatan dan Dana………. 116
ix
Halaman
Lampiran 1. Transkip Wawancara dengan Penerima Program BL………... 132
Lampiran 2. Transkip Wawancara dengan Penerima Program PK……… 136
Lampiran 3. Transkip Wawancara dengan Kepala Biro PKBL….……… 139
Lampiran 4. Dokumentasi Observasi dan Wawancara……….. 145
Lampiran 5. Surat Izin Melakukan Penelitian di PT. JASINDO…………... …… 146
Lampiran 6. Surat Pernyataan dari Peneliti kepada PT. JASINDO………... 147
Lampiran 7. Surat Permohonan Bimbingan kepada Dosen………... 148
1 A. Latar Belakang Masalah
Wacana tentang Corporate Social Responsibility (CSR) sangat mendapat perhatian dari berbagai kalangan di penghujung akhir abad ke duapuluh.
Tonggak sejarah ini terjadi pada konferensi Tingkat Tinggi (Earth Summit) di Rio Janeiro, Brazillia pada tahun 1992 yang menyepakati perubahan paradigma pembangunan dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable growth).1
World Business Council for sustainable Development, dalam publikasinya
mendefiniskan CSR bahwa “Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan
“komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan, keluarga mereka, masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.”2
Praktik tanggung jawab sosial perusahaan juga berlaku pada perusahaan- perusahaan BUMN sebagaimana diatur melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007
1Sri Indarti, “Trade off Corporate Social Responsibility BUMN dan Pengembangan UMKM Di Provinsi Riau: Studi Kasus PT.Jasa Raharja Cabang Provinsi Riau,” Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan Tahun II, no. 6 (Juli 2012): h. 258.
2Richard Holme dan Phil Watt, “Corporate Social Responsibility: Making Good Business Sense”, artikel diakses pada 2007 dari www.wbcsd.adf.com
dan Program Bina Lingkungan.3
Selain itu, ada juga peraturan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang didalamnya tercantum:
perusahaan berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.4
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Terdapat tiga bentuk perusahaan dalam BUMN, yaitu Perusahaan Perseroan, Perusahaan Perseroan Terbuka, dan Perusahaan Umum. Salah satu sektor BUMN adalah perusahaan yang bergerak pada sektor Jasa keuangan dan Asuransi, dalam sektor ini terdapat kurang lebih dua puluh tiga perusahaan.
Salah satu perusahaan asuransi yang telah lama berdiri dan tumbuh besar adalah PT. JASINDO. Bentuk penghargaan yang diterima perusahaan adalah PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) kembali meraih sertifikasi A.M. Best Company dengan predikat Best’s Financial Strength Rating of B++ (Good) tahun 2012. Pemberian rating ini merupakan wujud pembuktian dan pengakuan
3 Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-20/MBU/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
4 Undang - Undang Dasar RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
secara historis sudah mengecap pengalaman pada masa pra-kemerdekaan RI.5 Pada penelitian ini digambarkan mengenai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT. JASINDO. Berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, maka bisa dikatakan bahwa PT. JASINDO merupakan perusahaan yang wajib melaksanakan peraturan tersebut dikarenakan PT. JASINDO ditetapkan sebagai sebuah perusahaan perseroan BUMN didalam perundangannya.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dalam melaksanakan aktifitas tanggung jawab kepada lingkungan, mempunyai regulasi tersendiri yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Praktek tanggung jawab sosial oleh perusahaan BUMN berbeda dengan perusahaan non BUMN, yaitu terdapatnya instrumen pemaksa berupa kebijakan pemerintah yang bersifat mandatory bagi BUMN.6
Maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.7 Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara BUMN ini pada prinsipnya menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Program PKBL diharapkan dapat mampu mewujudkan tiga pilar
5 Irfan, “Jasindo Kembali Raih sertifikasi AM BEST,” artikel diakses pada 10 Juli 2013 dari http://www.travelcare.co.id/oindex.php/news/read/8
6 Nanda Ayu, “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.:
Kantor Unit Porang,” Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Surabaya Volume 1, no. 1, (2012): h. 1.
7Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: pengurangan jumlah pengangguran (pro-job), pengurangan jumlah penduduk miskin (pro-poor) dan peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).8
Begitu juga dengan PT. JASINDO, dalam menjalankan operasionalnya bukan hanya memiliki tanggung jawab ekonomis kepada Pemegang Saham dan tanggung jawab legal kepada Pemerintah, akan tetapi memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat yang merupakan komponen terbesar dalam pertumbuhan perusahaan dengan harapan dapat memberikan pengaruh ekonomi serta dukungan sosial terhadap masyarakat. Selain itu diharapkan juga dapat berperan aktif dalam mendorong serta menciptakan kesempatan kerja yang merupakan komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dalam wujud peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Program bina lingkungan yang dilakukan juga bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang tinggal disekitar di wilayah pabrik/kantor BUMN agar masyarakat merasa ikut memiliki serta ikut bertanggung jawab dalam pengamanan asset perusahaan dari berbagai rintangan yang ada.9
Hal tersebut merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti mengingat bahwa bentuk tanggung jawab sosial perusahaan PT. JASINDO bukan hanya sekedar kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan pada umumnya, tetapi ada
8 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kebijakan Kementerian BUMN tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR), (Bandung: BUMN, 2010), h. 5.
9 Perusahaan Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO), “Company Profile Corporate Social Responsibility,”
artikel diakses pada Jumat 12 Juli 2013 darihttp://www.jasindo.co.id/
perusahaan BUMN, yang tentunya akan mewujudkan pembangunan yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai motivasi dan pola pelaksanaan PKBL, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat atas pelaksanaan program PKBL PT.
Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) tahun 2012-2013.
B. Pembatasan dan Perumusan masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Asuransi Jasa Indonesia 2012-2013, dilihat dari motivasi dan pola pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang diterapkan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat atas pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan melalui PKBL.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial yang diterapkan melalui PKBL?
b. Bagaimana Pola pelaksanaan tanggung jawab sosial PKBL di PT.
Asuransi Jasa Indonesia?
c. Apakah manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat atas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan yang diterapkan dalam bentuk PKBL?
1. Tujuan Penelitian
a. Memahami motivasi PT. Asuransi Jasa Indonesia dalam melaksanakan tanggung jawab sosial PKBL tahun 2012-2013
b. Pola pelaksanaan tanggung jawab sosial PKBL di PT. Asuransi Jasa Indonesia tahun 2012-2013.
c. Mengetahui manfaat yang dirasakan perusahaan dan masyarakat dari tanggung jawab sosial PKBL yang dilaksanakan oleh PT. Jasa Asuransi Indonesia (JASINDO) tahun 2012-2013.
2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis
1) Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian serupa
2) Memberikan masukan bagi perusahaan maupun pemerintah mengenai program PKBL dalam menangani masalah pemberdayaan masyarakat.
3) Memberikan masukan bagi perusahaan – perusahaan menganai pentingnya menjalankan tanggung jawab sosial PKBL dan sebagai bahan evaluasi perusahaan terhadap program PKBL, agar pelaksanaan program dijalankan lebih baik sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal.
b. Segi Praktis
Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang Program Kemitran dan Bina Lingkungan di PT. Asuransi Jasa Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti melakukan tinjauan pustaka sehingga peneliti terinspirasi pada skripsi yang berjudul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat (Study Kasus PT.
Telkom Tbk) oleh Devi Mulyadi tahun 2007. Hasil penelitian tersebut adalah PT Telkom Tbk mendapat citra yang baik dimata masyarakat sehingga menunjang keberhasilan masyarakat. Akan tetapi, program CSRnya belum memberikan akses yang luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya sehingga program tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan sesaat serta pengelolaannya masih bersifat jangka pendek.
Skripsi di atas menjadi dasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Namun, dibuat beberapa perubahan dengan menganti lokasi penelitian serta menambahkan pertanyaan penelitian. Perubahan ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya.
E. Kerangka Teori
Konsep Tanggung Jawab sosial Perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan - perusahaan BUMN dikenal dengan istilah PKBL atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peraturan menteri BUMN dalam hal ini mengatur tentang penyelenggaraan dan pelaksanaan PKBL tersebut. Dengan mengetahui peraturan tersebut kita dapat mengkaji apakah pelaksanaan dan pengimplementasian suatu program telah berpedoman dengan peraturan yang ada serta sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini kita dapat
kelola dan unit pelaksana program berjalan yang nantinya akan bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri dan juga kepada masyarakat atau penerima program.
Gambar. 1.1.
Kerangka Teori
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Manfaat bagi perusahaan
Manfaat bagi Penerima
Program Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL)
Motivasi Pelaksanaan
Program
Manfaat Program Pola Pelaksanaan
Program
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk memahami motif dan pola pelaksanaan PKBL di PT. Asuransi Jasa Indonesia, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat dari implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) yang lokasinya berada di Jl. Letnan Jendral M.T Haryono kav 61 Pancoran, Jakarta Selatan 12780. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena PT.
Asuransi Jasa Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar milik Negara yang banyak menerima penghargaan, salah satunya adalah PT Jasindo meraih sertifikasi A. M Best Company dengan predikat Best’s Financial Strength Rating of B++ (Good) tahun 2012. Penelitian ini mulai dilakukan pada awal April sampai selesai.
3. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan;
a. Wawancara
Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat tentang keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. dengan tujuan penelitian dengan cara
atau respon10. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan langsung secara mendalam kepada responden kemudian interaksi tersebut direkam dan dicatat.
b. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip - arsip dan termasuk juga buku - buku tentang pendapat, teori, dalil - dalil atau hukum - hukum dan lain - lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.11 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan menganalisa data-data yang bersumber dari dokumen - dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, jurnal ilmiah, duplikasi dari instansi terkait, buku - buku dan lain - lain yang terkait dengan penelitian.
4. Teknik pemilihan subyek penelitian
Teknik pengambilan sample penelitian menggunakan teknik purposive sampling berdasar pertimbangan dan kriteria pribadi peneliti
yang nantinya responden tersebut akan dijadikan suatu unit sample penelitian.
Informan yang peneliti ambil adalah divisi yang mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan di PT. Asuransi Jasa Indonesia, yaitu Divisi Biro PKBL. Sedangkan, Responden dari penelitian ini adalah pihak penerima Program Kemitraan dan Bina
10M. Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 234.
11S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),h.181.
bekerja di divisi biro PKBL sebagai informan, dan penerima PKBL sebagai responden, karena peneliti yakin dapat memperoleh informasi yang mendalam menegani program - progam TJS yang ada di perusahaan tersebut, pelaksanaan kegiatan PKBL, manfaat yang diperoleh perusahaan dan penerima program atas pelaksanaan PKBL dan data – data lain yang terkait dengan penelitian.
5. Sumber Data a. Data Primer
Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.12Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara.
Wawancara dilakukan di lokasi penelitian (Kantor Pusat PT.
JASINDO yang terletak di Pancoran, Jakarta Selatan) dengan subyek yang diteliti (Pemimpin dan Pegawai yang ada di Divisi Biro PKBL serta pihak Penerima Program PKBL).
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Melainkan data yang berupa studi kepustakaan, yaitu dengan jalan mempelajari majalah, koran, artikel dan lain sebagainya, atau bisa juga
12 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2004), h.254.
peneliti memperoleh data sekunder dengan mempelajari dokumen perusahaan, arsip yang relevan dengan penelitian, buku-buku, jurnal, media massa.
6. Analisis data
Proses analisis dimulai setelah peneliti memasuki obyek penelitian.
Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses merangkum, melakukan pemilihan, dan fokus terhadap hal - hal penting yang muncul dari càtatan - catatan tertulis di lapangan. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Jalur yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, disini peneliti menemukan sesuatu yang baru dari obyek penelitian.14 Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data dengan reduksi data. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah menelaah data - data dari berbagai sumber, selanjutnya merangkum data-data yang didapatkan dari wawancara dengan informan dan responden. Dari rangkuman yang dibuat kemudian peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur - unsur spesifik, antara lain:15
13Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h.59.
14Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), h. 16.
15Ibid., h. 17.
setiap kelompok data
b. Menyusun data dalam satuan- satuan sejenis. Pengelompokan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable
c. Membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian
7. Keabsahan Data
Teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam menguji keabsahan data adalah uji kredibilitas. Dalam melakukan uji kredibilitas terhadap data, yang dilakukan oleh peneliti adalah meningkatkan ketekunan, referensi teori, diskusi dengan dosen ahli, dosen pembimbing, dan mahasiswa dari jurusan yang sama. Selain itu peneliti juga melakukan triangulasi sumber, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.16 Triangulasi sumber digunakan untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda, namun dengan teknik yang sama. Peneliti melakukan wawancara ke beberapa sumber (informan) dan membandingkan hasil pengamatan dengan temuan data yang berkaitan.
Oleh sebab itu, peneliti senantiasa melakukan perbaikan guna mendapatkan data - data yang relevan.
16Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2004), h.330.
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka. Kerangka Teori dan Sistematika Penulisan, Metode Penelitian.
BAB II Tinjauan Teori yang terdiri dari Definisi dan Gambaran Umum CSR, Motif pelaksanaan CSR, Manfaat CSR Bagi Perusahaan, Badan Usaha Milik Negara, dan PKBL, Hubungan CSR dan PKBL.
BAB III Profile Perusahaan yang terdiri dari Sejarah Perusahaan, Visi dan Misi Perusahaan, Tujuan Perusahaan, Landasan Hukum dan Kebijakan PT. Asuransi Jasa Indonesia terhadap CSR, Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Tanggung Jawab.
BAB IV Temuan dan Analisis Data yang terdiri dari Latar Belakang Perusahaan Melaksanakan PKBL, Pandangan Perusahaan Terhadap PKBL, Divisi Pengelola PKBL, Sumber Dana PKBL, Strategi Biro PKBL PT. Jasindo, Manfaat Pelaksanaan PKBL bagi Perusahaan,
Monitoring Mitra Binaan, Syarat Penerima Program Kemitraan, Prosedur Penyaluran Dana Program Kemitraan, Biaya Oprasional Program Kemitraan, Penggolongan Kualitas Pinjaman Mitra Binaan, Sektor – Sektor Program Bina Lingkungan, Penyaluran Program Bina Lingkungan, Prosedur Penyaluran Dana BL, Hasil Wawancara dengan Penerima PKBL, Rincian Kegiatan PKBL PT.
JASINDO, Analisis Motif, Pola, dan Manfaat Pelaksanaan PKBL PT. JASINDO bagi Perusahaan, Penerima Program Kemitraan serta Penerima Program Bina Lingkungan,
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan Saran
16
TINJAUAN TEORI
A. Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Definisi dan Gambaran Umum CSR
Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggung jawab pada aspek sosial dan lingkungannya. Pemikiran tersebut menjadi pengantar mengenai perubahan paradigma Corporate Social Responsibility (CSR).1
Terdapat beberapa definisi CSR yang dikemukakan oleh para ahli maupun lembaga - lembaga internasional, diantaranya adalah sebagai berikut:2
a. Menurut Oliver Van Heel, CSR adalah pendekatan bisnis yang menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan dengan merangkum semua peluang dan
1Evi Herawati, “Menjadi Perusahaan yang Bertanggung Jawab,” Majalah PKBL Action Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN, 1 April 2013, h. 87.
2Mahmuddin Yasin, dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h.4.
mengelola semua risiko yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan ekonomi, lingkungan dan sosial.
b. Menurut Clement K. Sankat, CSR adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroprasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas
c. The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas - komunitas setempat (lokal) dalam masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
d. The European Commission mendefinisikan CSR adalah sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
e. Dalam ISO 26000 CSR merupakan tanggung jawab sebuah organisasi atas dampak dari keputusan dan kegiatan suatu organisasi bagi masyarakat dan lingkungannya melalui perilaku yang transparan dan etis yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan ekspektasi dari stakeholdersnya, sejalan dengan hukum
yang berlaku dan norma - norma sikap, dan juga terintegrasi kepada keseluruhan organisasi.
Dari definisi – definisi CSR yang dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR adalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat atas dampak – dampak yang dapat ditimbulkan dari aktifitas perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengurangi risiko, beroprasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan.
Menurut John Elkington konsep CSR didasari oleh 3 prinsip dasar yang biasa disebut dengan istilah Triple Bottom Lines atau yang lebih dikenal sebagai 3P (Profit, People, Planet). Secara singkat prinsip dasar 3P dapat dijelaskan sebagai bentuk kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (Profit) untuk kepentingan membangun kesejahteraan masyarakat (People) dan mendukung kelestarian lingkungan (Planet), usaha tersebut dilakukan agar keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan.3
2. Motivasi Pelaksanaan CSR
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.4 Motivasi sangat terikat dengan faktor – faktor lain, yang disebut dengan motif. Motif merupakan dorongan dalam diri
3 T. Romi Marnelly, “Corporate social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia,” Jurnal Aplikasi Bisnis volume. 2, no. 2 (April 2012): h.50.
4Papalia, dkk., Human Development, (Amerika: Mc Graw Hill, 2007), h. 34.
manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.5 Dalam menjawab pertanyaan “Apa yang memotivasi perusahaan melakukan CSR”, Saidi dan Abidin membuat matriks yang menggambarkan tiga tahap atau paradigm yang berbeda, antara lain:6
a. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan.
b. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial
c. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial
Jika depetakan, tampaklah bahwa spectrum paradigm CSR terentang dari
“sekedar menjalankan kewajiban” hingga “demi kepentingan bersama” atau dari “membantu dan beramal kepada sesame” menjadi “memberdayakan manusia”. Meskipun tidak selalu berlaku otomatis, pada umumnya perusahaan melakukan CSR didorong oleh motivasi karitatif kemudian motivasi kemanusiaan dan akhirnya motivasi kewargaan.7
5Bimo Walgito, Pengantar Psikologi, (Yogyakarta: Andi, 2010), h. 10.
6Zaim Saidi dan Hamid Abidin. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 69.
7Zaim Saidi dan Hamid Abidin. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 69.
Tabel 2.1
Motivasi CSR
Motivasi
Tahapan/Paradigma
Karitatif Filantropis Kewargaan
Semangat/Prinsip Agama, Tradisi, dan Adat Norma, Etika, dan Hukum Universal:
Redistribusi Kekayaan
Pencerahan Diri dan Rekonsiliasi dengan Ketertiban Sosial
Misi Mengatasi Masalah Sesaat Menolong Sesama Mencari dan Mengatasi Akar Masalah: Memberikan Kontribusi Kepada Masyarakat
Pengelolaan Jangka Pendek dan Parsial
Terencana, Terorganisasi, Terprogram
Terinternalisasi dalam Kebijakan Perusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/Dana Abadi
Profesional: Keterlibatan Tenaga – Tenaga Ahli di Bidangnya
Penerima Manfaat Orang Miskin Masyarakat Luas Masyarakat Luas dan Perusahaan
Kontribusi Hibah Sosial Hibah
Pembangunan
Hibah Sosial maupun Pembangunan dan Keterlibatan Sosial
Inspirasi Kewajiban Kemanusiaan Kepentingan Bersama
Sumber: Dikembangkan dari Saidi dan Abidin
Tabel di atas menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang malaksanakan kegiatan CSR, dilatarbelakangi oleh motivasi yang berbeda dan berubah secara bertahap, tahapan motivasi tersebut dimulai dari motifasi karikatif. Dengan
kata lain Saidi dan Abidin meyakini bahwa pada umumnya suatu perusahaan yang baru menjalankan kegiatan CSR selalu dilatarbelakangi oleh motivasi keagamaan. Motivasi keagamaan ini dapat berupa dorongan yang timbul atas keinginan membantu dan beramal kepada sesama atau hanya sekedar menjalankan kewajiban. Seiring dengan pengalaman perusahaan dalam menjalankan kegiatan CSR, motivasipun berubah menjadi motivasi filantropis.
Perusahaan mulai membuat program CSR yang terencana dan terorganisir karena perusahaan memahami bahwa program CSR dijalankan untuk kepentingan bersama. Setelah menyadari pentingnya kegiatan CSR perusahaan menyempurnakan pelaksanaan program – program CSRnya agar dapat memberdayakan manusia. Jika sudah sampai tahap ini motifasi perusahaan sudah tergolong dalam motivasi citizenship.
6. Pola Pelaksanaan CSR
Pola adalahbentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu.8 Secara konsep, PKBL yang dilakukan oleh para perusahaan BUMN tidak jauh berbeda dengan konsep CSR yang diterapkan pada perusahaan non - BUMN. Oleh karena itu bisa dikatakan, bahwa PKBL merupakan praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan BUMN. Pelaksanaan tanggung jawab sosial diperusahaan - perusahaan masih banyak yang bersifat sukarela, berbeda dengan
8“Pengertian Pola”, Artikel diakses pada 25 April 2013 darihttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Pola
yang dijalankan oleh perusahaan BUMN dimana pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut sifatnya wajib dilaksanakan atau bisa dikatakan sebuah mandat yang diantaranya tercantum dalam Keputusan Menteri BUMN tentang PKBL.
Menurut Saidi dan Abidin terdapat empat pola/ model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang umumnya diterapkan di Indonesia, yaitu:9
a. Keterlibatan Langsung
Program CSR dilakukan secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri berbagai kegiatan sosial ataupun menyerahkan bantuan - bantuan secara langsung kepada masyarakat.
b. Melalui Yayasan ataupun Organisasi Sosial Perusahaan
Terdapat sebuah yayasan ataupun organisasi sosial yang didirikan sendiri untuk mengelola berbagai kegiatan sosial yang dalam hal ini merupakan aplikasi dari kegiatan CSR. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
c. Bermitra dengan Pihak Lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan pihak lain baik itu lembaga sosial/ organisasi non - pemerintah, instansi pemerintah,
9Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 64-65.
instansi pendidikan, universitas, atau media massa. Kerjasama ini dibangun dalam mengelola seluruh kegiatan maupun dalam pengelolaan dana.
d. Mendukung atau Bergabung Dalam Konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan” pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan- perusahaan yang mendukung secara produktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga oprasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
7. Manfaat CSR
Dalam jangka pendek kegiatan PKBL merupakan biaya perusahaan yang dapat mengakibatkan pengurangan asset dalam laporan keuangan. Akan tetapi dalam jangka panjang kegiatan PKBL justru memberikan manfaat (benefit) yang sangat besar dalam mendukung keberlangsungan hidup perusahaan.
Yusuf Wibisono menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya. Oleh karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:10
10Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing, 2007), h. 78.
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.
Perbuatan destruktif akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun sebaliknya, konstribusi positif akan mendongkrak reputasi perusahaan. Inilah yang menjadi modal non-financial utama bagi perusahaan dan bagi stakeholdes-nya yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
b. Layak mendapatkan social licence to operate.
Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan.
Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan. Sebagai imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance) yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders akan menjadi bom waktu yang dapat memicu risiko yang tidak diharapkan. Bila itu terjadi, maka disamping menanggung opportunity loss, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya
yang mungkin berlipat besarnya dibandingkan biaya untuk mengimplementasikan CSR.
d. Melebarkan akses sumber daya.
Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan
bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.
e. Membentangkan akses menuju market.
Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
f. Mereduksi biaya.
Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Salah satunya adalah upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle atau daur ulang ke dalam siklus produksi.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
Implementasi program CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggungjawab utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan.
Oleh karena itu wajar apabila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya.
j. Peluang mendapatkan penghargaan.
Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR, sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kesempatan yang cukup tinggi.
Selain memberikan keuntungan bagi perusahaan, pelaksanaan program CSR juga dapat memberikan manfaat/ keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Peter Brew, Direktur International Business Leaders Forum (IBLF) wilayah Asia Pasifik, mengatakan bahwa CSR menghadirkan manfaat bagi masyarakat, antara lain:11
a. Aktivitas dan peluang ekonomi
11Mahmuddin Yasin, dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h.11.
b. Employment
c. Akses terhadap skill dan tekhnologi d. Infrastruktur yang meningkat
e. Perlindungan terhadap lingkungan, kesehatan serta investasi sosial
B. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.12
Perusahaan - perusahaan asuransi komersial (asuransi umum dan jiwa) berstatus BUMN antara lain adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia, PT. Asuransi Kredit Indonesia, PT. Asuransi Ekspor Indonesia, PT. Asuransi Jiwasraya, dan juga PT. Reasuransi Internasional Indonesia. Sebagai BUMN yang ditarget laba, Perusahaan - perusahaan ini juga menyisihkan 2% dari laba untuk aktivitas PKBL.13
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian BUMN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:14
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan BUMN
12Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
13Munawar Kasan,”Menambah Model CSR BUMN Asuransi Komersial,” artikel diakses pada 10 Januari 2013 dari http://www.bpjs.info/prisma/Menambah_Model_CSR_BUMN_Asuransi_Komersial-1124/
14Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-05/MBU/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian BUMN
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan BUMN
3. Pengelolaan barang milik atau kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab kementerian BUMN, dan
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian BUMN
Terdapat tiga jenis perusahaan BUMN yaitu, antara lain:15
1. Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah salah satu badan usaha yang dikelola oleh Negara atau Daerah yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah (atas nama Negara). Tujuan didirikannya Persero yang pertama adalah mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada umum. Persero dipimpin oleh Direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai Pegawai Swasta. Maksud mendirikan Persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas Negara. Di Indonesia yang sudah menjadi Perusahaan Persero adalah PT. Pembangunan Perumahan, PT. Bank BNI Tbk, PT. Telkom Tbk dan lain – lain termasuk PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO).
15Yanu Tri, “Jenis – Jenis Badan Usaha di Indonesia”, artikel diakses pada 12 September 2013 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha
2. Perusahaan Umum (Perum)
Perusahaan Umum (Perum) merupakan Perjan yang sudah diubah. Perum adalah suatu perusahaan negara yang tujuannya tidak lagi berorientasi pelayanan tetapi sudah profit oriented. Sama seperti Perjan, status pegawai diperum adalah Pegawai Negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan diubah menjadi Perum, sehingga pemerintah terpaksa menjual sebagian saham Perum tersebut kepada public dan statusnya diubah menjadi Persero. Perum di Indonesia antara lain Perum Penggadaian, Perum Jasatirta, Perum Damri, Perum Antara, Perum Peruri, Perum Perumnas, Perum Balai Pustaka dan lain - lain.
3. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah bentuk BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah. Besarnya modal Perjan ditetapkan melalui APBN. Perjan ini beriorentasi pelayanan pada masyarakat, sehingga selalu merugi.
Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model Perjan karena besarnya biaya untuk memelihara Perjan – Perjan tersebut sesuai dengan Undang – Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Contoh Perusahaan yang pernah menjadi Perjan di Indonesia antara lain adalah Perjan RS Jantung Harapan Kita, Perjan RS Cipto Mangunkusumo, Perjan RS AB Harapan Kita, Perjan RS Sanglah, Perjan RS Sardjito, Perjan RS M.
Djamil, Perjan RS Fatmawati, Perjan RS Hasan Sadikin, Perjan RS Sardjito,
Perjan RS M. Husein, Perjan RS Dr. Wahidin, Perjan RS Kanker Dharmais, Perjan RS Persahabatan.
C. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
1. Program Kemitraan (PK)
a. Ruang Lingkup Program Kemitraan (PK)
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.16Program Kemitraan diberikan dalam bentuk:17
1) Pemberian pinjaman modal kerja
Pinjaman adalah sejumlah dana yang dipinjamkan oleh suatu lembaga keuangan dan debitur wajib mengembalikannya dalam suatu jangka waktu tertentu melalui angsuran pembayaran berupa pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman.18Dalam hal ini PT. Jasindo membuka peluang untuk masyarakat yang ingin meningkatkan produksi dan penjualan usaha mereka melalui pinjaman modal.
2) Pemberian Pinjaman Khusus.
Pinjaman khusus adalah pinjaman tambahan yang diberikan kepada mitra binaan, untuk menambah modal usahanya dalam rangka memenuhi
16Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
17Studi Dokumen Slide Tentang PKBL 2012, h. 2.
18Agung Yudiviantho, “Strategi Pendanaan Melalui Sekuritisasi Piutang pembiayaan Konsumen Pada PT. ABC Finance,” (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010), h.11.
pesanan dari rekan usaha / pelanggan dari mitra binaan. Pinjaman khusus ini harus dilunasi dalam kurun waktu yang lebih singkat dari pada pinjaman modal kerja.19
3) Hibah.
Hibah yang dimaksud dalam program kemitraan (PK) ini adalah pemberian secara cuma- cuma yang diberikan kepada mitra binaan namun bukan dalam bentuk uang, melainkan berupa program pendampingan atau pembinaan seperti bantuan pelatihan, pendidikan, pemagangan dan promosi untuk meningkatkan kapasitas (capacity building) di bidang produksi, pemasaran, sumber daya manusia, pengolahan dan tekhnologi.20 Biaya maksimal yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk program hibah adalah sebesar 20% dari dana Program Kemitraan. Hibah ini hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan mitra binaan.
b. Biaya Operasional Program Kemitraan
Biaya yang anggarkan perusahaan untuk kegiatan operasional program kemitraan maksimal 20% dari dana yang disalurkan. Biaya operasional ini meliputi biaya survey, biaya pembinaan, biaya penyusunan laporan, biaya bank, biaya pembelian Alat Tulis Kantor (ATK)/ administrasi, biaya perjalanan dinas, pembuatan stiker logo perusahaan dan lain - lain. Kegiatan
41Wawancara Pribadi dengan Kepala Biro PKBL.
42Ibid.,
oprasional ini dilakukan untuk mendukung kelancaran berlangsungnya penyaluran dana PK kepada mitra binaan.21
c. Penggolongan Kualitas Pinjaman Mitra Binaan
Mitra Binaan yang bermasalah dalam memenuhi kewajibannya membayar angsuran pokok dibedakan kualitasnya dalam beberapa golongan, antara lain:22
1) Lancar
Pembayaran angsuran pokok berjalan tepat waktu.
2) Kurang Lancar
Terjadi keterlambatan 1 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran pokok namun belum melampaui 180 hari.
3) Diragukan
Keterlambatan pembayaran angsuran pokok mencapai 180 hari dan belum melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
4) Macet
Pembayaran angsuran pokok terlambat 360 hari atau lebih dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran.
Sebagai upaya penyelamatan pinjaman perusahaan melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) dan penyesuaian persyaratan
21Study Dokumentasi Slide Tentang PKBL 2012, h. 8.
22Study Dokumentasi Buku Pedoman PKBL 2012, h.20.
(reconditioning) kepada mitra binaan yang tergolong dalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet. Rescheduling dan reconditioning dapat dilakukan apabila mitra binaan memenuhi beberapa kriteria, antara lain:23
a) Mitra Binaan masih kooperatif terhadap upaya penyelamatan pinjaman yang akan dilakukan
b) Usaha masih berjalan dan mempunyai prospek c) Mitra binaan masih mampu membayar angsuran
Dalam melakukan reconditioning tunggakan jasa administrasi pinjaman dikapitalisasi menjadi pokok pinjaman dan selanjutnya tidak dikenakan jasa administrasi pinjaman. Pihak perusahaan melakukan penghapusbukuan (write off) kepada golongan macet apabila masih memenuhi 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:24
a) Mitra binaan telah meninggal dunia dan tidak ada ahli waris yang bertanggung jawab atau tidak diketahui domisilinya
b) Mitra binaan tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan tunggakan pokok
c) Telah dilakukan upaya penyelamatan pinjaman
23Study Dokumentasi Buku Pedoman PKBL 2012, h.21.
24Ibid,.
d) Terjadi kondisi Force Major.Force Major/ Keadaan Memaksa adalah kejadian atau keadaan yang terjadi di luar kuasa dari para pihak yang bersangkutan, dalam hal ini perusahaan dan pekerja/ buruh.25
2. Program Bina Lingkungan
a. Ruang Lingkup Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosil masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk:26 1) Program BUMN Pembina
Program BL BUMN Pembina adalah program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan.
2) Program BUMN Peduli
Program BL BUMN Peduli adalah program BL yang dilakukan secara bersama - sama antar BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh mentri. Program BL BUMN Peduli terdiri dari:27
a) Bantuan korban bencana alam
b) Bantuan pendidikan dan atau pelatihan c) Bantuan peningkatan kesehatan
25Undang – Undang Dasar RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
26Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
27Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
d) Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum e) Bantuan sarana ibadah
f) Bantuan pelestarian alam
b. Sektor - Sektor Program Bina Lingkungan
Pelaksanaan program Bina Lingkungan bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN agar masyarakat dapat ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab dalam pengamanan asset perusahaan dari berbagai rintangan yang ada. Dengan demikian akan tercipta iklim yang sehat dan mendorong kondisi saling menguntungkan antara swasta dan BUMN serta memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN. Program Bina Lingkungan terbagi menjadi beberapa sektor, antara lain:28
1) Sektor Bencana Alam 2) Sektor Pendidikan 3) Sektor Kesehatan 4) Sektor Sarana Ibadah
5) Sektor Sarana dan Prasarana Umun 6) Sektor Pelestarian Alam dan Lingkungan
28Studi Dokumen Laporan Tahunan 2012. h. 289
c. Prosedur Penyaluran Dana Bina Lingkungan
Tata cara penyaluran bantuan dana program BL BUMN Pembina:29
1) BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survey dan identifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN
2) Pelaksanaan program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan
Sedangkan untuk penyaluran bantuan dana program BL BUMN Peduli diawali dengan pengajuan proposal dari individu/kelompok masyarakat yang membutuhkan bantuan. Proposal sebaiknya mencangkup beberapa hal, antara lain: Daftar pengurus dan nomor telepon yang bisa dihubungi, Rencana anggaran biaya, Denah menuju lokasi, Foto obyek/fisik saat pengajuan, dan Status kepemilikan obyek.
2. Perencanaan PKBL
Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan RKA PKBL kepada Menteri/ Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/ Dewan Pengawas paling lambat 60 hari sebelum memasuki tahun anggaran. Setiap tahun perusahaan wajib menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) kemudian berkas - berkas
29Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
tersebut disampaikan pada menteri BUMN. Menteri/ RUPS mengesahkan RKA PKBL paling lambat 30 hari setelah tahun anggaran berjalan.30
Terdapat dua hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan RKA PKBL, yaitu:31
a. Prognosa besarnya laba bersih perusahaan tahun berjalan
Fungsinya untuk menentukan jumlah alokasi dana yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan PKBL. Dalam hal realisasi laba bersih pada akhir tahun berbeda dengan prognosa, alokasi dana tersebut dapat diubah dalam revisi RKA setelah diketahui kepastian laba perusahaan hasil audit dan laporan pertanggung jawaban keuangan perusahaan pada RUPS.32
b. Kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan
Menganalisa kebutuhan masyarakat dapat dilakukan dengan social mapping. Pemetaan Sosial /Social mapping adalah proses penggambaran
masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk didalamnya profile dan masalah sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Pemetaan sosial/ social mapping dapat disebut juga sebagai social profiling/ pembuatan profile suatu masyarakat.33
30Peraturan Menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
31Mahmuddin Yasin, dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h.181.
32Ibid,.h.182.
33Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran (Bandung: Lembaga Study Pembangunan STKS {LSP- STKS}, 1997), h. 81-82.
3. Pelaporan PKBL
Ketentuan penyusunan dan pengesahan laporan PKBL, sebagai berikut:34 a. Setiap BUMN Pembina wajib menyusun laporan pelaksanaan PKBL
b. Laporan pelaksanaan PKBL terdiri dari laporan triwulanan dan laporan tahunan
c. Laporan pelaksanaan PKBL disampaikan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara terpisah dari laporan berkala dan laporan tahunan BUMN
Sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam pelaksanaan PKBL, BUMN wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap triwulan dan tahunan, juga harus dilaporkan dalam RUPS. RUPS mengesahkan laporan tahunan PKBL paling lambat 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
Pengesahan laporan PKBL sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Komisaris/ Dewan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan PKBL sejauh tindakan tersebut ternyata dalam laporan tahunan PKBL yang telah diaudit oleh auditor. Auditor yang memeriksa laporan keuangan pelaksanaan PKBL ditetapkan oleh menteri untuk Perum dan RUPS untuk Persero.35
34Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan
35Mahmuddin Yasin, dkk., Perusahaan Bertanggung Jawab CSR vs PKBL cetakan pertama, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012), h.189- 191.
D. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha kecil adalah suatu badan usaha milik Warga Negara Indonesia (WNI) baik perseorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan maksimal Rp 200 juta. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang merupakan bagian dari dunia usaha, memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Tetapi untuk mengembangkan usahanya, terdapat beberapa kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh UKM.36
Berdasarakn survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat tiga kesulitan yang dihadapi UKM dalam menjalankan usahanya:37
1. Ketersediaan bahan baku
Hal ini terjadi karena pasokan bahan baku berkurang dan harga bahan baku bisa naik cukup tinggi.
2. Masalah Permodalan
Dalam mengembangkan usahanya, UKM mendapatkan modal melalui perorangan, atau meminjam dari keluarga atau teman sendiri, ataupun meminjam pada lembaga keuangan.
36Nurul Widya Siska Usman, “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Dalam Rangka Pemberdayaan UKM di Kota Padang (Studi Kasus, Program Kemitraan PT. Semen Padang)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, 2011), h. 1
37Ibid., h. 2-3.