• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

BANDANG MAULANA

0413010014/FE/AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA

STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V

SURABAYA

yang diajukan

BANDANG MAULANA

0413010014/FE/EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi

Tanggal

:……….

NIP: 030 194 347

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

(3)

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA

STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V

SURABAYA

Disusun Oleh :

BANDANG MAULANA

0413010014

Telah Dipertahankan Di Hadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 11 Juni 2010

Pembimbing Utama

Tim Penguji

Ketua

Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi

Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andhyani, M.Aks

Anggota

Dra. Erry Andhaniwati, M.Ak

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

berkah, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN

PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN

SEBAGAI WUJUD TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V

SURABAYA”

.

Penulisan Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Akuntansi, di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis sangat berterima kasih

atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang diberikan kepada

penulis guna mendukung penyelesaian Skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

(5)

penyusunan Skripsi ini hingga terselesaikan.

5.

Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa

terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

6.

Keluargaku yang tercinta terutama (Alm) Bapak, Ibu dan Saudariku yang

senantiasa memberikan doa restu dan tanpa lelah memberikan dukungan baik

moril maupun materiil dalam menyelesaikan kuliah hingga akhir penyusunan

skripsi ini.

7.

Tunanganku yang tercinta, Mariana Florida Y. S, SS yang senantiasa

membantu dan memberikan dukungan tanpa lelah dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada semua pihak tersebut di atas. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis

menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbatasan yang

dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk membantu kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya, harapan

penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi referensi pendidikan kita semua.

Surabaya, Mei 2010

(6)

Abstraksi………. i

Kata Pengantar………...iii

Daftar isi………..v

Keterangan Gambar………..viii

Keterangan tampilan………..ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terhahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11

2.2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11

2.2.1.2 Klasifikasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 15

2.2.2

Stakeholders ... 18

2.2.2.1 Pengertian Stakeholders... 18

2.2.2.2 Ruang Lingkup Stakeholders ... 20

2.2.2.3 Isu-Isu Krusial Stakeholders ... 22

2.2.3 Regulasi Pemerintah (Government Regulation) ... 24

2.2.4 Tekanan Masyarakat (Community Pressure) ... 26

2.2.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 28

2.2.5.1 Latar Belakang PKBL ... 28

2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran PKBL ... 30

   

2.2.5.3 Prinsip Dasar PKBL ... 31

(7)

2.2.5.5.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 39

2.2.5.5.3 Penyaluran Bantuan Melalui Program Bina Lingkungan ... 39

2.2.5.6 Pihak-Pihak Terkait ... 41

2.2.5.6.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan... 41

2.2.5.6.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 42

2.2.5.6.3 Pemberian Bantuan Program Bina Lingkungan

BUMN

Pembina... 43

2.2.5.6.4 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Unit PKBL... 44

2.2.5.6.5 Penyusunan dan Pengesahan Laporan Keuangan

Unit

PKBL ... 44

2.3 Kerangka Konseptual... 45

2.4 Fokus Penelitian... 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 48

3.2 Lokasi Penelitian... 49

3.3 Penentuan Informan. ... 50

3.4 Sumber Data dan Jenis Data ... 51

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………52

3.6 Analisis Data. ... 57

3.7 Keabsahan Data ... 58

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 60

4.1.1

Sejarah

PT.

Pertamina... 60

4.1.2 PT Pertamina UPMS V Surabaya ... 65

4.1.2.1

Lokasi... 65

 
(8)

4.1.3.1

Latar

Belakang ... 67

4.1.3.2

Gambaran

Umum... 69

4.1.3.3

Struktur

Organisasi ... 70

4.1.3.4 Tugas dan Fungsi Pokok Unit PKBL... 71

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 72

4.2.1 Penerapan dan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan... 72

4.2.1.1 Penerapan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

... 72

4.2.1.2 Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

... 75

4.2.2

Perkembangan

Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran…. ... 107

DAFTAR PUSTAKA... 109

(9)

GAMBAR:

Struktur Organisasi PT. Pertamina UPMS V Surabaya... 67

Struktur Organisasi Unit PKBL PT. Pertamina UPMS V Surabaya ... 71

 

(10)

Lampiran I

Surat Ijin Penelitian

Lampiran II Transkripsi Hasil Wawancara

Lampiran III Foto

Lampiran IV Formulir-formulir PKBL

Lampiran V Contoh Proposal Mitra Binaan dan Bina Lingkungan

Lampiran VI Alur Penelitian

 

 

(11)

PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA

Oleh :

Bandang Maulana

ABSTRAK

Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam

masyarakat adalah peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan

dan etika. Pada mulanya tidak banyak perusahaan apalagi di Indonesia yang

memperhatikan hal tersebut. Umumnya perusahaan masih berkutat pada aspek

finansial atau aspek ekonomis untuk menunjukkan keberhasilannya, namun

perusahaan-perusahaan seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek dampak

lingkungan dan sosial dalam menjalankan operasi bisnis mereka untuk

mempertahankan diri terhadap tekanan sosial melalui pengembangan program

Corporate Social Responsibility. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui secara langsung tentang penerapan,

pelaksanaan dan perkembangan Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (PKBL) sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara

wawancara langsung dengan karyawan unit PKBL. Teknik pengumpulan data

dengan wawancara mendalam terhadap informan, observasi data dan dokumentasi

yang berkaitan dengan penerapan, pelaksanaan dan perkembangan Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Menganalisa data dengan cara

mereduksi, menyajikan dan menemukan pola atau keterikatan antara data-data

yang diperoleh.

Berdasarkan hasil uji kredibilitas menunjukkan bahwa mulai dari

penerapan, pelaksanaan hingga perkembangannya, Program Kemitraan dan

Program Bina Lingkungan (PKBL) telah dilaksanakan dan dijalankan dengan baik

sesuai dengan Peraturan Menteri dan dokumen-dokumen terkait yang ada,

meskipun masih terdapat kelemahan pada minimnya SDM, kurangnya

pemantauan terhadap Mitra Binaan dan tingginya tingkat kemacetan

pengembalian pinjaman.

Keyword : Corporate Social Responsibility, PKBL, penerapan, pelaksanaan

dan perkembangan

(12)

TO STAKEHOLDERS IN THE PERTAMINA UPMS V

COMPANY SURABAYA

By:

Bandang Maulana

ABSTRACT

Currently, the biggest concern of the company’s role in society is the increasing of sensitivity and concern for the environment and ethics. At the first, there are not many companies especially in Indonesia which let alone pay attention to it. Generally, the company still focuses on financial or economic aspects to indicate their success, but unlike the worldwide companies which are now taking into account environmental and social aspects in running their business operations to defend themselves against social pressure through the development of Corporate Social Responsibility Program. Based on this background of the problem, the purpose of this study is to find out directly about the application, implementation and development of the Company Social Responsibility toward society and environment around it.

This study uses primary data obtained by direct interviews with the employees of the Partnership and Environmental Development Program unit. Collecting data by depth interviews of informants, observation data and documentation relating to the application, implementation and development of the Partnership and Environmental Development Program. Analyzing data in the ways of reducing, presenting and finding the pattern or attachment between the data obtained.

According to the credibility of the test results showed that from the application, implementation up to its development, the Partnership and Environmental Development Program has been implemented and conducted properly in accordance with the Regulation of the Minister and the relevant documents, although there are still weaknesses in the lack of human resources, lack of the monitoring to the small partners, and high loan repayment rate of traffic congestion.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Partnership and Environmental Development Program, application, implementation, and development.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis selama setengah abad terakhir ini telah menjelma menjadi

institusi yang paling berkuasa di atas planet ini, semakin hari kian terasa betapa

besar pengaruh perusahaan-perusahaan besar terhadap denyut kehidupan manusia.

Merekalah yang belakangan paling diharapkan peranannya karena mereka

dianggap paling mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan

taraf hidup banyak orang serta mendorong kehidupan yang lebih baik bagi

masyarakat luas (Wibisono, 2007:89). Namun lama-kelamaan karena memang

perusahaan ini dikenal juga sebagai “Binatang Ekonomi” yang mencari

keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang

dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin sukar

untuk dikendalikan (Harahap, 2007:389).

Pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis yang didasarkan

pada teori keagenan (Agency Theory), yaitu tanggung jawab perusahaan yang

hanya berorientasi kepada pengelola (Agen) dan pemilik (Principles) mengalami

perubahan kepada pandangan manajemen modern yang didasarkan pada Teori

Stakeholders, yaitu terdapatnya perluasan tanggung jawab perusahaan dengan

dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan erat

dengan pola (setting) lingkungan sosial dimana perusahaan berada [Kholis (2001)

dalam Kholis dan Maksum (2003:102)]. Oleh karena itu, perusahaan sebagai

(14)

organisasi bisnis harus mampu merespon apa yang dituntut oleh lingkungan

sosialnya, sehingga entitas bisnis dan entitas sosial dapat saling berinteraksi dan

berkomunikasi untuk kepentingan bersama.

Seiring dengan perkembangan konsep manajemen tersebut, para akuntan juga

membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial dapat

diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi [Maksum (2001) dalam Kholis dan

Maksum (2003:102)], sehingga tujuan utama pelaporan keuangan guna

memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditor menjadi ikut

bergeser pula ke arah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari

luar organisasi perusahaan (externality) dalam rangka memberikan informasi

kepada beberapa kelompok orang luar yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam

masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian

terhadap lingkungan dan etika. Pada mulanya tidak banyak perusahaan apalagi di

Indonesia yang memperhatikan hal tersebut.

Umumnya perusahaan masih berkutat pada aspek finansial atau aspek

ekonomis untuk menunjukkan keberhasilannya, namun perusahaan-perusahaan

seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek dampak lingkungan dan sosial

dalam menjalankan operasi bisnis mereka untuk mempertahankan diri terhadap

tekanan sosial melalui pengembangan program Corporate Social Responsibility

(Budiarsi, 2005:115).

Sejak tahun 1970 an, masalah tanggung jawab sosial perusahaan ini telah

(15)

seperti Estes (1973); Bowman dan Mason (1976); K. Moss (1977); Carrol A.B

(1984); Henderson (1984) dan Chua (1991) dalam Tjiptohadi (1991), sehingga

dapat dipahami ide dasar yang melandasi berkembangnya akuntansi sosial (social

accounting) secara umum adalah tuntutan terhadap perluasan tanggung jawab

sosial perusahaan. Hasil- hasil penelitian juga membuktikan bahwa urgency

tanggung jawab sosial perusahaan mendorong perusahaan khususnya di beberapa

negara industri dalam prakteknya mulai melakukan pengukuran (measurement),

pengakuan (recognized) dan pengungkapan (disclosure) hal-hal yang bersifat

eksternalities tersebut (Kholis dan Maksum, 2003:102).

Selanjutnya beberapa penelitian juga fokus terhadap isu-isu bagaimana

perusahaan mengelola lingkungan sosialnya (Newman dan Brenden, 1992);

Kinerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Hendriques dan Sadorsky, 1992);

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Globalisasi (Schidheiny,

1992); Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pentingnya Tanggung Jawab

Perusahaan (Hendriques dan Sadorsky, 1999); dan Ken Coghill (2002);

pengungkapan sosial perusahaan secara umum (Kholis dan Maksum, 2003:102).

Hasil-hasil penelitian di berbagai negara Eropa mulai tahun 1990 an dapat

disimpulkan bahwa pengungkapan sosial kepada pihak stakeholders merupakan

hal yang sangat penting dilakukan.

Manajemen mungkin tidak menyadari bahwa perusahaan mereka adalah

bagian dari komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas

harus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja, serta bahwa

(16)

dihasilkan perusahaan (Ikhsan dan Ishak, 2005:333), dengan demikian diharapkan

bahwa dengan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial maka

perusahaan dapat membina hubungan yang baik dengan masyarakat dan

kemungkinan besar akan menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang.

Corporate Social Responsibility atau yang dikenal dengan sebutan CSR

adalah sebuah program yang mengimplementasikan tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat luas (pihak stakeholders), dimana tanggung jawab

sosial perusahaan ini hendaknya dilakukan secara sukarela (volunteer) oleh

perusahaan, bukan sebagai sebuah kewajiban. Selain itu implementasi CSR

sendiri adalah sebuah program yang tidak mengutamakan atau bahkan

mendapatkan keuntungan (profit). Secara keseluruhan tingkat tanggung jawab

sosial yang diterima oleh perusahaan memerlukan keputusan yang aktif, dengan

demikian apabila manajemen menerima tanggung jawab sosial semata-mata demi

laba jangka pendek niscaya perusahaan tidak akan melakukan tanggung jawab

sosial tersebut lebih dari apa yang diharuskan oleh undang- undang (Ikhsan dan

Ishak, 2005:333).

Akan tetapi pada kenyataannya, karena penerapan tanggung jawab sosial

perusahaan atau CSR ini hanya merupakan sebuah kesukarelaan, maka banyak

perusahaan di Indonesia yang kurang menghiraukannya. Oleh sebab itu, maka

Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan-peraturan yang memuat tentang

tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga, pada akhirnya penerapan dan

pelaksanaannya bukan lagi sebuah kesukarelaan tetapi berubah menjadi sebuah

(17)

Indonesia untuk perusahaan-perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

yang wajib menyisihkan 2% dari laba bersihnya setelah dikurangi pajak sebagai

dana operasional pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Peraturan

Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Pemerintah juga mengadakan

program-program tentang tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan BUMN, yaitu

Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

(Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007).

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha

kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian

laba BUMN. Yang dimaksud dengan usaha kecil disini adalah kegiatan ekonomi

rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan serta kepemilikan yang diatur dalam peraturan pemerintah

(Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Perusahaan BUMN sebagai

pembina membentuk sebuah unit di dalam organisasi perusahaannya untuk

mengelola dan mengatur program kemitraan tersebut, dimana unit tersebut di

bawah pengawasan seorang direksi perusahaan.

Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi

sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN

dan dilaksanakan di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan (Peraturan Menteri

Nomor per-05/MBU/2007).

Jika dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi di Indonesia bahwa korupsi

yang masih mendarah daging di perusahaan-perusahaan, maka tidak menutup

(18)

di dalam perusahaan BUMN tersebut merupakan salah satu sektor yang rawan

terjadinya penyelewengan dana, sebab jika dilihat dari peraturan pemerintah yang

menyebutkan bahwa dana program kemitraan dan program bina lingkungan

diperoleh dari laba bersih perusahaan sebesar 2% (dua persen), dana tersebut

jumlahnya tidaklah sedikit. Apalagi jika dilihat dari implementasi CSR yang tidak

mengutamakan atau bahkan tidak untuk mencari keuntungan (profit) bagi

perusahaan.

Oleh karena itu peneliti mengambil Perusahaan Pertamina Surabaya sebagai

objek penelitian. Sebab PT. Pertamina sebagai salah satu perusahaan BUMN di

Indonesia juga wajib mematuhi perundang-undangan pemerintah tentang

tanggung jawab sosial perusahaan dan mengimplementasikannya kedalam

program-program pemerintah, yaitu, Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Peneliti mencoba

menggali lebih dalam tentang unit yang mengatur dana dan melaksanakan salah

satu program pemerintah, yaitu Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Program Bina Lingkungan serta perkembangannya selama ini dalam menerapkan

program pemerintah tersebut, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi perusahaan untuk lebih memahami pentingnya

tanggung jawab sosial perusahaan demi kelangsungan hidup (going concern)

perusahaan.

Atas dasar bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

dengan istilah CSR tersebut dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah yang

(19)

pemerintah itu sendiri dan unit yang mengelola dana dan kegiatan program

tersebut. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Implementasi dan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepada Stakeholders di Perusahaan Pertamina UPMS V Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas dan melihat fenomena yang terjadi saat ini,

maka peneliti merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan dan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan pada PT. Pertamina UPMS V Surabaya?

2. Sejauh manakah perkembangan Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan dilaksanakan pada PT. Pertamina UPMS V Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui secara langsung penerapan dan pelaksanaan Program

Pemerintah di PT. Pertamina Surabaya.

2. Untuk mengetahui secara langsung perkembangan Program Pemerintah

(20)

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan Program

Pemerintah tersebut sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan,

khususnya pada PT. Pertamina Surabaya.

b. Bagi Universitas

Sebagai tambahan khazanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian

lebih lanjut dengan topik yang sama.

c. Bagi Peneliti

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta

pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan tentang CSR

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Azizul Kholis dan Azhar Maksum (2003)

a. Judul

Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial

Perusahaan (Corporate Responsibility And Social Accounting): Studi

Empiris di Kota Medan.

b. Permasalahan

Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi

lingkungan dan tekanan media massa mempengaruhi terhadap pentingnya

tanggung jawab sosial perusahaan dan bagaimana pula pengaruhnya

terhadap pentingnya akuntansi sosial perusahaan?

c. Kesimpulan

Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan

dan tekanan media massa baik secara individu maupun bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap pentingnya tanggung jawab sosial

perusahaan, serta terjadi hubungan yang positif antara tanggung jawab

sosial dengan pentingnya akuntansi sosial.

(22)

2. Fr. Reni Retno Anggraini (2006)

a. Judul

Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi

Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta).

b. Permasalahan

Sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap

kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial serta faktor-faktor

yang mempengaruhi kepentingan perusahaan untuk mengungkapkan

informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunannya?

c. Kesimpulan

Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya. Pada

perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari 50%)

mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya

manusianya dibandingkan dengan industri lainnya. Serta perusahaan

dengan kepemilikan manajer yang besar dan termasuk dalam industri yang

memiliki risiko politis yang tinggi (high profile) cenderung

mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan dengan

perusahaan lain.

3. Umi Faridatul Hamidah (2008)

a. Judul

Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tanggung Jawab Sosial dan

(23)

b. Permasalahan

Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi

lingkungan dan tekanan media massa berpengaruh terhadap tanggung

jawab sosial perusahaan, serta apakah tanggung jawab sosial perusahaan

berpengaruh terhadap akuntansi sosial perusahaan?

c. Kesimpulan

Regulasi pemerintah dan tekanan masyarakat tidak berpengaruh terhadap

tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan tekanan organisasi

lingkungan dan tekanan media massa berpengaruh terhadap tanggung

jawab sosial perusahaan serta tanggung jawab sosial perusahaan

berpengaruh terhadap akuntansi sosial perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi isu yang penting

dalam beberapa dekade belakangan ini, dalam menjalankan kegiatannya

perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek buruk kepada

masyarakat di sekelilingnya yang terdiri dari pekerja-pekerja mereka sendiri,

perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor dan masyarakat atau penduduk

sekitarnya. Dari permasalahan tersebut, maka tanggung jawab sosial dapat

dikatakan sebagai suatu kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan

(24)

didasarkan kepada pemaksimuman kepentingan sosial dan ekonomi (Sukirno

et.al, 2004:351).

Menurut Wire seperti dikutip oleh Budiarsi (2005), pengertian

tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility adalah “open and

transparent business practices that are based upon ethical values and respect

for employees, communities and the environment (and) designed to deliver

sustainable value to society at large, as well as to share holding”.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan praktek bisnis

transparan, yang didasarkan pada nilai-nilai etika, dengan memberikan

perhatian pada karyawan, masyarakat dan lingkungan, serta dirancang untuk

dapat melestarikan masyarakat secara umum dan juga para pemegang saham.

Pendapat lain tentang pengertian CSR yang dikemukakan oleh Darwin

dalam Fr. Reni Retno Anggraini (2006) adalah mekanisme bagi suatu

organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap

lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek

tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility untuk

melaksanakannya diperlukan pemahaman yang mendalam, karena perusahaan

harus mempertimbangkan masalah-masalah sosial secara luas, yang mencakup

bagaimana sebuah keputusan akan mempengaruhi lingkungan, dalam hal ini

dunia bisnis seyogyanya menemukan keseimbangan yang tepat antara

(25)

melakukan secara sukarela dengan melakukan berdasarkan kewajiban, karena

dalam situasi tertentu, konflik dapat muncul antara keinginan perusahaan

untuk mendapatkan laba dengan tanggung jawabnya kepada masyarakat,

karena menyangkut banyak pihak dan aspek yang cukup kompleks.

Perusahaan yang ingin berkelanjutan dalam dunia bisnis yang semakin

ketat, selain mengejar keuntungan juga harus memperhatikan lingkungan

sekitarnya. Menurut Elkington (1997) seperti dikutip oleh Wibisono (2007:32)

bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P”

yang terkenal dengan istilah “Triple Bottom Line”, selain mengejar

keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada

pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi dalam

menjaga kelestarian lingkungan (planet). Dalam gagasan tersebut perusahaan

tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada “Single Bottom

Line”, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansial saja,

namun harus memperhatikan aspek sosial dan aspek lingkungan.

Terdapat pro dan kontra terhadap tanggung jawab sosial perusahaan

(Harahap, 2007:401). Alasan-alasan yang mendukung adanya tanggung jawab

sosial perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan impian

masyarakat terhadap peranan perusahaan, dalam jangka panjang hal ini sangat

menguntungkan perusahaan.

2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan

(26)

3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati

langganan, simpati karyawan, investor dan lain-lain.

4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.

Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga

perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari

pembatasan kegiatan.

5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai

yang berlaku dalam masyarakat.

6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.

7. Mengurangi kebencian masyarakat terhadap perusahaan, dimana suatu

kegiatan tersebut tidak mungkin dihindari oleh masyarakat.

8. Membantu kepentingan nasional seperti konservasi alam, pemeliharaan

barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan

lain-lain.

Dari argumen-argumen di atas dapat disimpulkan bahwa sangat

penting bagi perusahaan untuk ikut mendukung tanggung jawab sosial yang

diberikan kepadanya sebagai kontribusi perusahaan atas apa yang telah

dicapai perusahaan karena dukungan pemerintah dan masyarakat sendiri.

Dampak positif bagi perusahaan antara lain laba perusahaan dalam

jangka panjang akan terjaga karena hubungan baik dengan masyarakat dan

citra perusahaan di mata konsumen, meningkatkan harga saham perusahaan,

mencegah perusahaan dilanda kritik dan isu-isu sosial yang mengganggu

(27)

masih banyak dampak positif lain yang dapat mendukung aktifitas perusahaan

dalam jangka panjang (Purnaningtyas, 2003:267).

Menurut Belkaoui (1984) dalam Purnaningtyas (2003:267) terdapat

beberapa pihak yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab sosial dengan

alasan-alasan sebagai berikut:

1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari

laba. Hal ini akan menimbulkan pemborosan.

2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan dalam bidang politik secara

berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.

3. Dapat menimbulkan lingkungan bisnis yang monolitik, bukan yang

bersifat pluralistik.

4. Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang

tidak dapat dipenuhi oleh dunia bisnis yang terbatas, yang mungkin dapat

menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan.

5. Keterlibatan kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga

dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.

2.2.1.2 Klasifikasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan ekonomis perusahaan, hampir

selalu terjadi interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Interaksi

tersebut menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan,

terutama dengan lingkungan eksternal yang pada umumnya tidak dikuasai

(28)

memunculkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang

berhubungan secara langsung atau tidak langsung atas kegiatan yang

dilakukan perusahaan (M. Fuad et.al, 2006:25). Tanggung jawab sosial

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Kepada pemilik modal dan investor

Neraca dan laporan laba rugi yang idealnya mencerminkan harapan

pemilik modal dan investor seharusnya dibuat setiap tahun tutup buku.

Disamping itu diharapkan perusahaan mampu memberikan kompensasi yang

merupakan kewajiban dunia usaha pada saat jatuh tempo, serta aktif

berpartisipasi melakukan kerjasama dalam hal yang berkaitan dengan

pendanaan.

2. Kepada lembaga penelitian

Membantu pendanaan melalui pembelian peralatan maupun penyediaan

fasilitas yang dibutuhkan lembaga penelitian terkait, sehingga dari waktu ke

waktu dapat diperoleh inovasi baru yang menguntungkan semua pihak yang

berkepentingan.

3. Kepada pekerja

Membayar gaji dan balas jasa atas pengorbanan yang diberikan,

memberikan kenaikan gaji yang disesuaikan dengan perkembangan

perekonomian, memperbaiki fasilitas kerja, menciptakan kenyamanan dalam

bekerja, memberikan jaminan kerja, memberikan respon positif terhadap

(29)

waktu dalam rangka menciptakan iklim kerja yang kondusif serta saling

pengertian antara manajemen dan pekerja.

4. Kepada konsumen atau pelanggan

Menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang diinginkan, dengan

harga relatif terjangkau, serta menyediakannya dalam jumlah yang cukup

dengan pelayanan yang memuaskan.

5. Kepada perantara

Memberikan imbalan atas jasa mereka.

6. Kepada masyarakat

Ikut melaksanakan program lingkungan alam yang sehat di sekitar

perusahaan, bebas polusi yang disebabkan limbah perusahaan dan apabila

dimungkinkan, perusahaan diharapkan mampu menciptakan kesempatan kerja

serta memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya.

7. Kepada pemerintah

Membayar pajak tepat pada waktunya, sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8. Kepada penyedia atau pemasok bahan

Memberikan balas jasa atas pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk

proses produksi dan membina hubungan baik dengan penyedia untuk

menjamin kesinambungan perusahaan.

9. Kepada pesaing

Menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang

(30)

Broadshaw dalam Harahap (2007:400) mengemukakan bahwa

tanggung jawab perusahaan ada tiga bentuk, yaitu:

a. corporate philanthropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada

sebatas kedermawanan atau kerelaan, belum sampai pada tanggung

jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,

sumbangan atau lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan

dengan kegiatan perusahaan.

b. corporate responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah

merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan, bisa karena

ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

c. corporate policy, di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah

merupakan bagian dari kebijakan.

2.2.2 Stakeholders

2.2.2.1 Pengertian Stakeholders

Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang-orang. Orang-orang

itu menanggung akibat karena bisnis tersebut, karena mereka mempunyai

kepentingan di dalamnya. Mereka dapat disebut pemegang kepentingan utama

(stakeholders) atau orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis

(Madura, 2001:2).

Freeman (1984) dalam Kholis dan Maksum (2003:105)

mendefinisikan stakeholders sebagai “any group or individual who can effect

(31)

definisi yang dikemukakan oleh Freeeman dapat dipahami bahwa stakeholders

merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahan.

Menurut Blair et.al (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003:105),

stakeholders yaitu: “as group or individuals who have interest in the action of

an organizations and ability influence it”. Stakeholders adalah sebuah

kelompok atau individu yang memiliki kepentingan dan dapat pula

mempengaruhi jalannya operasional suatu perusahaan.

Definisi lain dikemukakan juga oleh Rhenald Kasali dalam Wibisono

(2007:90), menyatakan bahwa yang dinamakan stakeholders adalah setiap

kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai

peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti

pula orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.

Dari beberapa definisi stakeholders di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa stakeholders mempunyai peranan penting didalam

keberlangsungan hidup perusahaan. Apapun definisinya, antara stakeholders

dengan perusahaan terjalin hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga

perubahan salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya

perubahan pada pihak yang lainnya. Berbeda dengan perspektif teori keagenan

(agency theory) yang hanya berorientasi kepada maksimalisasi kepentingan

masing-masing pihak (prinsipal dan agen), teori stakeholders (stakeholders

theory) secara filosofis menghubungkan faktor-faktor eksternal yang sangat

(32)

2.2.2.2 Ruang Lingkup Stakeholders

Menurut Rhenald Kasali dalam Wibisono (2007:90) stakeholders dapat

dibagi menjadi stakeholders internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders

internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan perusahaan,

sehingga bersifat controllable. Stakeholders internal antara lain terdiri dari:

a. Pemegang Saham

Pemegang saham yang notabene adalah pemilik perusahaan mempunyai

kekuasaan yang sangat besar. Merekalah yang menjadikan perusahaan ada

atau tiada dan yang mendominasi atas segala hal yang menyangkut tentang

mati hidupnya perusahaan.

b. Direksi dan manajer profesional

Direksi bertugas mengelola perusahaan dan diwajibkan

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham

atau komisaris melalui RUPS. Direksi dapat memilih manajer profesional

untuk menjalankan operasional perusahaan.

c. Karyawan

Kendatipun posisinya dalam pengambilan keputusan tidak besar, namun

karyawan mendominasi didalam perusahaan. Kelompok karyawan yang

mendapat perhatian yang baik mungkin dapat meningkatkan kinerja

perusahaan. Namun, bila mereka tidak mendapat perhatian dari manajemen

(33)

d. Keluarga karyawan

Kontribusi dan peran positif keluarga karyawan sangat mutlak diperlukan

oleh perusahaan. Spirit dari keluarga akan mampu mendorong peningkatan

kinerja perusahaan, sebaliknya permasalahan dengan keluarga akan dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan.

Stakeholders eksternal adalah pihak-pihak yang berada di luar kendali

perusahaan (uncontrollable). Beberapa stakeholders eksternal diantaranya

adalah:

a. Konsumen

Dengan memberikan kepuasan kepada konsumen maka bisnis akan dapat

terus bergulir, karena mereka yang akan kembali lagi memberikan repeat

order kepada produsen.

b. Penyalur dan pemasok

Penyalur menguasai jaringan distribusi. Ia hanya mau menyalurkan

barang-barang yang dikehendaki konsumen. Begitu juga pemasok akan mudah

berpindah bila transaksinya tidak memuaskan.

c. Pemerintah

Di Indonesia, pemerintah berfungsi sebagai regulator untuk mengatur

dunia usaha. Pemerintah adalah penentu kebijakan, di tangannyalah suasana

kondusif usaha diharapkan.

d. Pers

Pers saat ini mempunyai kebebasan berekspresi yang sangat luar biasa.

(34)

sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi sebuah berita yang balance,

valid dan tendensius.

e. Pesaing

Persaingan dalam dunia bisnis merupakan suatu hal yang wajar. Dengan

adanya persaingan, dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan

dan sebagainya akan muncul.

f. Komunitas dan masyarakat

Komunitas dan masyarakat yang tinggal, hidup dan berwirausaha di

sekitar lokasi perusahaan adalah salah satu stakeholders eksternal yang sangat

penting. Perselisihan antara perusahaan dengan komunitas atau masyarakat

sering berbuntut panjang. Karena itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi

dengan komunitas atau masyarakat agar dapat berhubungan timbal balik.

2.2.2.3 Isu-Isu Krusial Stakeholders

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kholis dan Maksum (2003:105),

terdapat empat hal yang menjadi isu-isu krusial dalam ruang lingkup

stakeholders saat ini, yaitu:

a. Regulasi pemerintah (government regulation), yaitu peraturan-peraturan

yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam regulasi

pemerintah ini adalah izin operasional perusahaan, program pemerintah

mengenai CSR, pengambilan dua persen dari laba bersih perusahaan sebagai

(35)

(2002) juga mengemukakan bahwa pemerintah sangat berperan dalam

mengatur dunia usaha.

b. Kelompok masyarakat (community), menurut Coghill (1999) dalam Kholis

dan Maksum (2003) harus diperhatikan, karena kelompok masyarakat adalah

elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dalam perusahaan.

Kelompok lain yang dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah

institusi pendidikan yang selalu merespon secara kajian akademis jika terjadi

sesuatu hal di dunia usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi

kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.

c. Organisasi lingkungan (environmental organization), menurut Freeman

(1984) dewasa ini telah menjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat

mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum

adalah menghindari eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan hidup demi

kepentingan perusahaan (profit). Aktifitas organisasi lingkungan menurut

Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003), dapat

memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas perusahaan,

sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak disikapi dengan bijaksana

akan berbenturan dengan kepentingan perusahaan.

d. Media massa (mass media) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki

peran yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap

suatu aktifitas perusahaan (William, 1993). Menurut Moody (1995) media

menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat pula sebagai alat publikasi

(36)

reputasi (image) publik tentang aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan

perusahaan. Secara khusus, perusahaan tidak pernah menghindari media

massa jika terjadi informasi-informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis,

tetapi selalu menyikapi sebagai bukti bahwa perusahaan mempersepsikan

peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman (1984) juga

menyebutkan bahwa media dapat membentuk opini masyarakat terhadap

perusahaan dalam hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kepentingan

perusahaan, sehingga media juga salah satu kelompok yang menjadi

stakeholders.

2.2.3 Regulasi Pemerintah (Government Regulation)

Menurut Coghill (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003:110) regulasi pemerintah dapat dipahami sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

lingkungan perusahaan, sebab sebagai badan pembuat peraturan (regulator

body) pemerintah memiliki peran signifikan terhadap kebijakan yang dibuat

oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya.

Sejalan dengan Coghill, Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis

dan Maksum (2003:110) juga merekomendasikan bahwa regulasi pemerintah

memiliki pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.

Peran pemerintah menjadi penting karena pemerintahan juga merupakan bagian

dari stakeholder (Freeman, 1995:20).

Peranan pemerintah di Indonesia berbeda dengan negara-negara yang

(37)

regulator untuk mengatur dunia usaha masih terasa cukup besar. Peran

pemerintah dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan

modal, melindungi para karyawan, melindungi sumber alam, mengatur hukum,

mengatur dan merangsang minat investasi modal asing dan sebagainya

(Wibisono, 2007:100).

Di Indonesia sendiri, terdapat kebijakan pemerintah yang mewajibkan

BUMN mengalokasikan sebesar 2% (dua persen) dari laba bersihnya untuk

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, pelaksanaan serta pelaporan

untuk program pemerintah tersebut (Peraturan Menteri Nomor

per-05/MBU/2007). Bahkan pemerintah telah memiliki UU No.4 tahun 1982

tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian

diganti dengan UU No.23 tahun 2007 dengan topik yang sama, bertujuan untuk

mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang

terpadu dan menyeluruh.

Secara konstitusional, UUD 1945, GBHN dan peraturan pelaksanaannya

menggariskan perlunya aspek sosial diperhatikan oleh setiap orang, termasuk

perusahaan. Dengan demikian, jelaslah bahwa kita menganut konsep di mana

perusahaan memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun pembatasannya belum

begitu jelas. Socio Economic Accounting (SEA) berusaha mengidentifikasi,

mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan menganalisis efek keterlibatan

perusahaan, baik untung (benefit) dan kerugian (cost) yang dialami masyarakat.

(38)

pemerintah dan sosial dalam pengambilan keputusan yang tepat (Harahap,

2004:367).

2.2.4 Tekanan Masyarakat (Community Pressure)

Community-masyarakat adalah kelompok-kelompok orang menempati

sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling

berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum

yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi,

sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat

menghidupi dirinya sendiri (Bungin, 2006:159).

Tekanan masyarakat agar perusahaan lebih teliti kepada lingkungan

merupakan kesempatan untuk memperkuat hubungan perusahaan dengan

konsumen, bahkan dapat dijadikan keunggulan kompetitif. Konsumen yang

semakin sadar terhadap isu lingkungan akan mencari produk yang bersahabat

dengan lingkungan (Wibisono, 2007:13). Oleh karena itu, perusahaan harus

memperhitungkan keberadaan masyarakat sehingga input berjalannya atau

suksesnya perusahaan.

Mengenai peranan masyarakat ataupun konsumen terhadap keberadaan

perusahaan dapat dilihat dari kutipan Drucker dalam Harahap (2007:405)

berikut ini:

(39)

Menurut Coghill (1999) dalam kholis dan Maksum (2003:111) tekanan masyarakat saat ini memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup

perusahaan. Menurut Blair (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003:111)

masyarakat secara individu maupun kelompok dapat mempengaruhi arah dan

kebijakan sebuah organisasi perusahaan. Menurut Hendriques dan Sadorsky

(1999) dalam Kholis dan Maksum (2003) juga merekomendasikan bahwa

tekanan masyarakat memiliki pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab

sosial perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena juga merupakan

bagian salah satu komponen stakeholders perusahaan (Freeman, 1995).

Wajah pers Indonesia pasca reformasi ini sungguh lain dengan pers pada

masa lalu, pemerintah telah membuka kran selebar-lebarnya bagi pers untuk

membuka usaha penerbitan, sehingga jumlah media saat ini meningkat drastis

dibandingkan masa lalu, di samping itu pers juga mempunyai kebebasan

berekspresi yang sungguh luar biasa.

Konsekuensi dari kondisi ini tentu sangat terasa dalam berbagai bidang

kehidupan, khususnya perusahaan yang seringkali menjadi sumber pemberitaan,

dengan banyaknya jumlah media massa dan semakin kritisnya insan pers

ditambah perusahaan menjadi sasaran tembak media massa (Wibisono,

2007:101). Dengan demikian perusahaan perlu melakukan hubungan yang

harmonis dengan dunia pers sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi

(40)

2.2.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 2.2.5.1 Latar Belakang PKBL

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan

kesempatan berusaha, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983

tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero,

BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dengan berkembangnya usaha kecil

yang dibina BUMN diharapkan dapat memberikan efek berupa meningkatnya

taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN

dengan usaha kecil. Adapun dana pembinaan dimaksud bersumber dari

penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan usaha

kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya untuk keperluan

pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan

masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi

yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

Unit organisasi ini disebut Unit PKBL. Unit PKBL merupakan bagian dari

organisasi BUMN Pembina yang berada di bawah pengawasan seorang

(41)

Di samping membentuk unit yang khusus menangani Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula

melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini,

pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih

menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Di

samping itu, terdapat beberapa BUMN Pembina yang belum memiliki

kebijakan akuntansi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik

akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi

berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina.

Sesuai dengan perkembangan kondisi dan tuntutan untuk

meningkatkan akuntabilitas dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik

(good corporate governance, GCG) pada suatu entitas ekonomi, basis

pencatatan akuntansi diarahkan untuk menggunakan tata buku ganda berbasis

akrual (accrual basis double entry). Memperhatikan kondisi yang berlaku di

unit PKBL serta tuntutan untuk menerapkan GCG, maka sudah seharusnya

dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

BUMN Pembina memiliki Pedoman Akuntansi guna mengakomodasi

ketentuan-ketentuan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip

dan praktik akuntansi yang diterima secara umum di Indonesia, dalam hal ini

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan-peraturan

(42)

2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran PKBL

Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan merupakan petunjuk (guidance) bagi unit PKBL dalam

menyelenggarakan pencatatan atas transaksi Unit PKBL dalam rangka

menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan dan peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan

dan Program Bina Lingkungan. Penerapan Pedoman Akuntansi Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan bertujuan untuk menyajikan

informasi keuangan yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta

auditable.

Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Pedoman Akuntansi

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah:

1. Tersedianya acuan standar resmi penyusunan dan penyajian Laporan

Keuangan Unit PKBL sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan

peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan;

2. Tercapainya perbaikan informasi yang dihasilkan baik struktur, kualitas,

relevansi, maupun aspek komparabilitasnya;

3. Tercapainya perbaikan pengendalian akuntansi (accounting control) dan

pengendalian intern (internal control) dalam rangka memperbaiki tingkat

keandalan informasi dan melindungi kekayaan Unit PKBL;

4. Tercapainya akurasi pencatatan dan pengklasifikasian yang tepat untuk

(43)

5. Tercapainya keseragaman pencatatan akuntansi Unit PKBL menjadi

sistem pembukuan berganda (double entry bookkeeping system);

6. Tercapainya keseragaman basis akuntansi Unit PKBL menggunakan

Basis Akrual (accrual basis), kecuali untuk Pendapatan Jasa Administrasi

Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli Syariah;

7. Terwujudnya tertib administrasi pada Unit PKBL agar dapat memberikan

informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan (reliable).

2.2.5.3 Prinsip Dasar PKBL

Beberapa prinsip dasar Program Kemitraan Usaha Kecil dan Program

Bina Lingkungan yang menjadi pijakan dalam penyusunan Pedoman

Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah sebagai

berikut:

1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dan merupakan bagian dari

organisasi BUMN Pembina serta berada di bawah pengawasan seorang

direksi.

2. Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

3. Sumber dana Program Kemitraan berasal dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;

b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau

(44)

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada;

d. Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

4. Sumber Dana Program Bina Lingkungan berasal dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;

b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Bina

Lingkungan.

5. Apabila diperlukan, dana Program Kemitraan pada Unit PKBL dari suatu

BUMN dapat dialih-kelolakan kepada BUMN lain.

6. Untuk Program Kemitraan:

a. Dana Program Kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk Pinjaman

maupun dalam bentuk Dana Pembinaan Kemitraan;

b. Besarnya dana Program Kemitraan yang digunakan untuk Dana

Pembinaan Kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

c. Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja

dan pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku;

d. Atas pinjaman dana Program Kemitraan yang disalurkan kepada Mitra

Binaan, Unit PKBL mengenakan jasa administrasi pinjaman yang

besarnya sesuai dengan peraturan yang berlaku;

e. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli,

perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan

yang berlaku;

f. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil,

(45)

g. BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning

atas pinjaman dengan kategori Kurang Lancar, Diragukan dan Macet;

h. Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapusbukukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

7. Beban Operasional Unit PKBL adalah beban pelaksanaan operasi Unit

PKBL yang dananya berasal dari dana Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan. Beban pegawai yang mengelola Unit PKBL ditanggung

oleh BUMN Pembina karena pegawai tersebut merupakan pegawai

BUMN Pembina dan menerima gaji dari BUMN Pembina.

a. Beban Operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa

administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa

giro dana Program Kemitraan. Dalam hal dana untuk Beban

Operasional tidak mencukupi, maka kekurangannya dibebankan pada

anggaran biaya BUMN Pembina yang bersangkutan.

b. Beban Operasional Program Bina Lingkungan dibiayai dari dana

Program Bina Lingkungan.

8. Penyaluran dana oleh Unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui

serangkaian proses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam

penyusunan pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan yang material

(46)

2. Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.

3. Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.

4. Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

Dari pembatasan-pembatasan di atas, maka beberapa asumsi yang

digunakan adalah:

1. Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan

Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli

Syariah menggunakan basis kas;

2. Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas;

3. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika

dicairkannya pinjaman;

4. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

adalah ketika dikeluarkannya pembiayaan.

2.2.5.4 Gambaran Umum PKBL

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya

disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan

Usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari

bagian laba BUMN.

Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL

adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program ini terdiri dari Program

(47)

Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN

Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan Program

BL Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama oleh

BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh

Menteri Negara BUMN.

2.2.5.5 Kegiatan Utama PKBL

Kegiatan utama Unit PKBL adalah penyaluran pinjaman dan

penyaluran dana pembinaan melalui Program Kemitraan serta pemberian

bantuan melalui Program Bina Lingkungan. Berikut penjelasan untuk

masing-masing kegiatan tersebut:

2.2.5.5.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan

Pinjaman yang disalurkan melalui Program Kemitraan diarahkan kepada

Usaha Kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan

untuk memperoleh pinjaman (belum bankable). Kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Penerimaan dan Evaluasi Proposal

Calon Mitra Binaan yang ingin mendapat pinjaman Program Kemitraan

untuk pengembangan usahanya harus menyampaikan proposal kepada

BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur yang

(48)

1. Nama dan alamat unit usaha;

2. Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha;

3. Bukti identitas diri pemilik/pengurus;

4. Bidang usaha;

5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang;

6. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban

dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil

usaha); dan

7. Rencana usaha dan kebutuhan data.

BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur

akan melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh

Calon Mitra Binaan, baik melalui penelaahan terhadap proposal tersebut

maupun melalui survei ke lokasi usaha. Setelah dilakukan evaluasi maupun

survei, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur

akan memberikan keputusan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan.

Dalam menyalurkan pinjaman, BUMN Pembina atau BUMN

Penyalur atau Lembaga Penyalur tidak semata-mata bertindak pasif dengan

hanya menunggu proposal dari Calon Mitra Binaan. BUMN Pembina atau

BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur juga dapat melakukan tindakan

aktif melalui survei ke sentra-sentra usaha kecil, pendekatan kepada

(49)

b. Penyaluran Pinjaman

Apabila proposal dari Calon Mitra Binaan telah disetujui, maka Unit

PKBL menyalurkan pinjaman kepada Mitra Binaan. Penyaluran pinjaman

tersebut dituangkan dalam suatu surat perjanjian/kontrak yang

sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga

Penyalur dan Mitra Binaan;

2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau

Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan;

3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya;

4. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok

dan jasa administrasi pinjaman).

5. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang bermasalah

Mitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN

Penyalur atau Lembaga Penyalur memonitor pemenuhan kewajiban Mitra

Binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum diketahui, maka

pembayaran tersebut diakui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya

Mitra Binaan yang melakukan pembayaran.

Pinjaman dana Program Kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan

pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa

administrasi pinjaman dari Mitra Binaan. Penggolongan kualitas pinjaman,

(50)

1. Lancar

Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman

dilakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran

pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan

perjanjian yang telah disetujui bersama.

2. Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum

melampaui 180 (seratuas delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo

pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui

bersama.

3. Diragukan

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh)

hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal

jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah

disetujui bersama.

4. Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh)

hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan

(51)

2.2.5.5.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana Pembinaan Kemitraan yang disalurkan melalui Program

Kemitraan ditujukan kepada Mitra Binaan yang telah dan masih terdaftar

dalam Program Kemitraan. Dengan kata lain, ini hanya dapat diberikan

kepada dan untuk kepentingan Mitra Binaan.

Dana Pembinaan Kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang

telah disusun untuk membantu Mitra Binaan dalam rangka mengembangkan

usahanya, meliputi: program pendidikan, program pelatihan, program

pemagangan, program pemasaran, program promosi dan hal-hal lain yang

menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk

pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan. Oleh

karena itu, atas Dana Pembinaan Kemitraan tersebut Mitra Binaan tidak

menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk

program-program yang telah disusun.

Kegiatan yang dibiayai melalui Dana Pembinaan Kemitraan tersebut

ditangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat

menyertakan pihak luar sebagai pelaksana kegiatan, misalnya dalam hal

penyediaan materi pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan

sebagainya.

2.2.5.5.3 Penyaluran Bantuan Melalui Program Bina Lingkungan Dana Program BL digunakan untuk tujuan yang memberikan

(52)

Bantuan korban bencana alam;

Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; Bantuan peningkatan kesehatan;

Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; Bantuan sarana ibadah;

Bantuan pelestarian alam.

Penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina

dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survei dan identifikasi

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN Pembina

setempat.

b. BUMN Pembina menyalurkan bantuan kepada masyarakat baik secara

langsung atau bekerjasama dengan pihak/instansi terkait, misalnya

dengan Palang Merah Indonesia.

Proses penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN

Pembina berbeda-beda antara satu BUMN Pembina dengan BUMN

Pembina lainnya, tergantung pada sumber daya yang tersedia, khususnya

sumber daya manusia. Namun, secara umum penyaluran bantuan tersebut

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyaluran bantuan dengan cara pelaksanaan seluruh proyek bantuan

ditangani oleh BUMN Pembina yang bersangkutan sehingga masyarakat

(53)

b. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian sebagian barang/jasa yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek dan sebagian kebutuhan lainnya

disediakan oleh masyarakat;

c. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian uang tunai.

2.2.5.6 Pihak-Pihak Terkait

Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan antara lain sebagai berikut:

2.2.5.6.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan

Pihak-pihak yang terkait dalam proses penyaluran pinjaman pada

Program Kemitraan adalah sebagai berikut:

1. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur.

BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur

bertanggung jawab untuk menyusun program penyaluran pinjaman,

melakukan evaluasi terhadap proposal yang diterima, menyalurkan pinjaman

kepada Mitra Binaan yang memenuhi persyaratan, serta melakukan

monitoring dan pembinaan terhadap Mitra Binaan.

2. Koordinator BUMN Pembina.

Setiap tahun Menteri Negara BUMN menetapkan kordinator BUMN

Pembina pada masing-masing propinsi. Kordinator BUMN Pembina

(54)

 Melakukan koordinasi atas perencanaan dan pengalokasian dana

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dilakukan

oleh BUMN Pembina;

 Memberikan informasi kepada BUMN Pembina mengenai Calon

Mitra Binaan untuk menghindari duplikasi penyaluran pinjaman

dana Program Kemitraan;

 Menyampaikan laporan triwulan dan tahunan pelaksanaan Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di wilayah koordinasinya

kepada Menteri Negara BUMN dan tembusan kepada BUMN

Pembina di wilayahnya.

2.2.5.6.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Pihak-pihak yang terkait dalam proses penyaluran Dana

Pembinaan Kemitraan pada Program Kemitraan adalah sebagai berikut:

a. BUMN Pembina

BUMN Pembina bertanggung jawab untuk menyusun program yang

dibutuhkan oleh Mitra Binaan, melaksanakan program tersebut atau

menunjuk pihak lain untuk melaksanakannya, serta melakukan pembiayaan

atas program tersebut;

b. Mitra Binaan

Mitra Binaan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam program

yang telah disusun oleh BUMN Pembina tersebut;

(55)

Pelaksana penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan bertanggung jawab

untuk melaksanakan program yang diamanatkan oleh BUMN Pembina dan

menyampaikan program tersebut kepada Mitra Binaan.

2.2.5.6.3 Pemberian Bantuan Program BL BUMN Pembina

Pihak-pihak yang terkait dalam proses pemberian bantuan pada

Program Bina Lingkungan BUMN Pembina adalah sebagai berikut:

a. BUMN Pembina

BUMN Pembina bertanggung jawab untuk mengevaluasi proposal yang

diterima dari masyarakat (jika permohonan datang dari masyarakat) atau

mengevaluasi objek bantuan, melakukan penyaluran bantuan, serta

pengawasan terhadap pelaksanaan dari proposal tersebut;

b. Kordinator BUMN Pembina

Kordinator

Referensi

Dokumen terkait

The IAA±ABA ratio in new shoots of `Eureka' on vigorous `Swingle' citrumelo rootstock was higher than that for the dwarf rootstock `Flying Dragon'.. Moreover, the vigorous

13 Upik nurul janah 14 Weni permita 15 Wilda maranatha.m 16 Sumiati. 17

Nilai ini merupakan kelengkapan usulan penilaian dan penetapan angka kredit yang bersangkutan dalam rangka kenaikan jabatan fungsional/ pangkat. Yogyakarta,

Setelah melakukan analisa di bagian DSD dapat disimpulkan bahwa penggunaan Macro Excel dalam pembuatan Laporan Pengiriman Invoice dibutuhkan untuk mempermudah atau

Pandangan hidup bangsa Indonesia dirumuskan dalam kesatuan lima sila Pancasila yang masing-masing mengungkapkan nilai fundamental dan sekaligus menjadi lima

Pada periode kabinet pemerintahan pimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Kabinet Kerja) kementerian ini dirombak dengan memisahkan

RINCIAN PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG PROGRAM DAN PER KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT