PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
BANDANG MAULANA
0413010014/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA
STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V
SURABAYA
yang diajukan
BANDANG MAULANA
0413010014/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi
Tanggal
:……….
NIP: 030 194 347
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA
STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V
SURABAYA
Disusun Oleh :
BANDANG MAULANA
0413010014
Telah Dipertahankan Di Hadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 11 Juni 2010
Pembimbing Utama
Tim Penguji
Ketua
Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi
Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi
Sekretaris
Dra. Ec. Sari Andhyani, M.Aks
Anggota
Dra. Erry Andhaniwati, M.Ak
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
berkah, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN
PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN
SEBAGAI WUJUD TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V
SURABAYA”
.
Penulisan Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Akuntansi, di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis sangat berterima kasih
atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang diberikan kepada
penulis guna mendukung penyelesaian Skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
penyusunan Skripsi ini hingga terselesaikan.
5.
Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa
terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
6.
Keluargaku yang tercinta terutama (Alm) Bapak, Ibu dan Saudariku yang
senantiasa memberikan doa restu dan tanpa lelah memberikan dukungan baik
moril maupun materiil dalam menyelesaikan kuliah hingga akhir penyusunan
skripsi ini.
7.
Tunanganku yang tercinta, Mariana Florida Y. S, SS yang senantiasa
membantu dan memberikan dukungan tanpa lelah dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak tersebut di atas. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan keterbatasan yang
dimiliki, sehingga penulis menghargai segala kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk membantu kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya, harapan
penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi referensi pendidikan kita semua.
Surabaya, Mei 2010
Abstraksi………. i
Kata Pengantar………...iii
Daftar isi………..v
Keterangan Gambar………..viii
Keterangan tampilan………..ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terhahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11
2.2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11
2.2.1.2 Klasifikasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 15
2.2.2
Stakeholders ... 18
2.2.2.1 Pengertian Stakeholders... 18
2.2.2.2 Ruang Lingkup Stakeholders ... 20
2.2.2.3 Isu-Isu Krusial Stakeholders ... 22
2.2.3 Regulasi Pemerintah (Government Regulation) ... 24
2.2.4 Tekanan Masyarakat (Community Pressure) ... 26
2.2.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 28
2.2.5.1 Latar Belakang PKBL ... 28
2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran PKBL ... 30
2.2.5.3 Prinsip Dasar PKBL ... 31
2.2.5.5.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 39
2.2.5.5.3 Penyaluran Bantuan Melalui Program Bina Lingkungan ... 39
2.2.5.6 Pihak-Pihak Terkait ... 41
2.2.5.6.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan... 41
2.2.5.6.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 42
2.2.5.6.3 Pemberian Bantuan Program Bina Lingkungan
BUMN
Pembina... 43
2.2.5.6.4 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Unit PKBL... 44
2.2.5.6.5 Penyusunan dan Pengesahan Laporan Keuangan
Unit
PKBL ... 44
2.3 Kerangka Konseptual... 45
2.4 Fokus Penelitian... 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 48
3.2 Lokasi Penelitian... 49
3.3 Penentuan Informan. ... 50
3.4 Sumber Data dan Jenis Data ... 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………52
3.6 Analisis Data. ... 57
3.7 Keabsahan Data ... 58
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 60
4.1.1
Sejarah
PT.
Pertamina... 60
4.1.2 PT Pertamina UPMS V Surabaya ... 65
4.1.2.1
Lokasi... 65
4.1.3.1
Latar
Belakang ... 67
4.1.3.2
Gambaran
Umum... 69
4.1.3.3
Struktur
Organisasi ... 70
4.1.3.4 Tugas dan Fungsi Pokok Unit PKBL... 71
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 72
4.2.1 Penerapan dan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan... 72
4.2.1.1 Penerapan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
... 72
4.2.1.2 Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
... 75
4.2.2
Perkembangan
Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 106
5.2 Saran…. ... 107
DAFTAR PUSTAKA... 109
GAMBAR:
Struktur Organisasi PT. Pertamina UPMS V Surabaya... 67
Struktur Organisasi Unit PKBL PT. Pertamina UPMS V Surabaya ... 71
Lampiran I
Surat Ijin Penelitian
Lampiran II Transkripsi Hasil Wawancara
Lampiran III Foto
Lampiran IV Formulir-formulir PKBL
Lampiran V Contoh Proposal Mitra Binaan dan Bina Lingkungan
Lampiran VI Alur Penelitian
PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA
Oleh :
Bandang Maulana
ABSTRAK
Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam
masyarakat adalah peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan
dan etika. Pada mulanya tidak banyak perusahaan apalagi di Indonesia yang
memperhatikan hal tersebut. Umumnya perusahaan masih berkutat pada aspek
finansial atau aspek ekonomis untuk menunjukkan keberhasilannya, namun
perusahaan-perusahaan seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek dampak
lingkungan dan sosial dalam menjalankan operasi bisnis mereka untuk
mempertahankan diri terhadap tekanan sosial melalui pengembangan program
Corporate Social Responsibility. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui secara langsung tentang penerapan,
pelaksanaan dan perkembangan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (PKBL) sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara
wawancara langsung dengan karyawan unit PKBL. Teknik pengumpulan data
dengan wawancara mendalam terhadap informan, observasi data dan dokumentasi
yang berkaitan dengan penerapan, pelaksanaan dan perkembangan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Menganalisa data dengan cara
mereduksi, menyajikan dan menemukan pola atau keterikatan antara data-data
yang diperoleh.
Berdasarkan hasil uji kredibilitas menunjukkan bahwa mulai dari
penerapan, pelaksanaan hingga perkembangannya, Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan (PKBL) telah dilaksanakan dan dijalankan dengan baik
sesuai dengan Peraturan Menteri dan dokumen-dokumen terkait yang ada,
meskipun masih terdapat kelemahan pada minimnya SDM, kurangnya
pemantauan terhadap Mitra Binaan dan tingginya tingkat kemacetan
pengembalian pinjaman.
Keyword : Corporate Social Responsibility, PKBL, penerapan, pelaksanaan
dan perkembangan
TO STAKEHOLDERS IN THE PERTAMINA UPMS V
COMPANY SURABAYA
By:
Bandang Maulana
ABSTRACT
Currently, the biggest concern of the company’s role in society is the increasing of sensitivity and concern for the environment and ethics. At the first, there are not many companies especially in Indonesia which let alone pay attention to it. Generally, the company still focuses on financial or economic aspects to indicate their success, but unlike the worldwide companies which are now taking into account environmental and social aspects in running their business operations to defend themselves against social pressure through the development of Corporate Social Responsibility Program. Based on this background of the problem, the purpose of this study is to find out directly about the application, implementation and development of the Company Social Responsibility toward society and environment around it.
This study uses primary data obtained by direct interviews with the employees of the Partnership and Environmental Development Program unit. Collecting data by depth interviews of informants, observation data and documentation relating to the application, implementation and development of the Partnership and Environmental Development Program. Analyzing data in the ways of reducing, presenting and finding the pattern or attachment between the data obtained.
According to the credibility of the test results showed that from the application, implementation up to its development, the Partnership and Environmental Development Program has been implemented and conducted properly in accordance with the Regulation of the Minister and the relevant documents, although there are still weaknesses in the lack of human resources, lack of the monitoring to the small partners, and high loan repayment rate of traffic congestion.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Partnership and Environmental Development Program, application, implementation, and development.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis selama setengah abad terakhir ini telah menjelma menjadi
institusi yang paling berkuasa di atas planet ini, semakin hari kian terasa betapa
besar pengaruh perusahaan-perusahaan besar terhadap denyut kehidupan manusia.
Merekalah yang belakangan paling diharapkan peranannya karena mereka
dianggap paling mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan
taraf hidup banyak orang serta mendorong kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakat luas (Wibisono, 2007:89). Namun lama-kelamaan karena memang
perusahaan ini dikenal juga sebagai “Binatang Ekonomi” yang mencari
keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang
dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin sukar
untuk dikendalikan (Harahap, 2007:389).
Pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis yang didasarkan
pada teori keagenan (Agency Theory), yaitu tanggung jawab perusahaan yang
hanya berorientasi kepada pengelola (Agen) dan pemilik (Principles) mengalami
perubahan kepada pandangan manajemen modern yang didasarkan pada Teori
Stakeholders, yaitu terdapatnya perluasan tanggung jawab perusahaan dengan
dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan erat
dengan pola (setting) lingkungan sosial dimana perusahaan berada [Kholis (2001)
dalam Kholis dan Maksum (2003:102)]. Oleh karena itu, perusahaan sebagai
organisasi bisnis harus mampu merespon apa yang dituntut oleh lingkungan
sosialnya, sehingga entitas bisnis dan entitas sosial dapat saling berinteraksi dan
berkomunikasi untuk kepentingan bersama.
Seiring dengan perkembangan konsep manajemen tersebut, para akuntan juga
membicarakan bagaimana permasalahan tanggung jawab sosial dapat
diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi [Maksum (2001) dalam Kholis dan
Maksum (2003:102)], sehingga tujuan utama pelaporan keuangan guna
memberikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditor menjadi ikut
bergeser pula ke arah kecenderungan bahwa perlunya pelaporan yang bersifat dari
luar organisasi perusahaan (externality) dalam rangka memberikan informasi
kepada beberapa kelompok orang luar yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam
masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian
terhadap lingkungan dan etika. Pada mulanya tidak banyak perusahaan apalagi di
Indonesia yang memperhatikan hal tersebut.
Umumnya perusahaan masih berkutat pada aspek finansial atau aspek
ekonomis untuk menunjukkan keberhasilannya, namun perusahaan-perusahaan
seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek dampak lingkungan dan sosial
dalam menjalankan operasi bisnis mereka untuk mempertahankan diri terhadap
tekanan sosial melalui pengembangan program Corporate Social Responsibility
(Budiarsi, 2005:115).
Sejak tahun 1970 an, masalah tanggung jawab sosial perusahaan ini telah
seperti Estes (1973); Bowman dan Mason (1976); K. Moss (1977); Carrol A.B
(1984); Henderson (1984) dan Chua (1991) dalam Tjiptohadi (1991), sehingga
dapat dipahami ide dasar yang melandasi berkembangnya akuntansi sosial (social
accounting) secara umum adalah tuntutan terhadap perluasan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hasil- hasil penelitian juga membuktikan bahwa urgency
tanggung jawab sosial perusahaan mendorong perusahaan khususnya di beberapa
negara industri dalam prakteknya mulai melakukan pengukuran (measurement),
pengakuan (recognized) dan pengungkapan (disclosure) hal-hal yang bersifat
eksternalities tersebut (Kholis dan Maksum, 2003:102).
Selanjutnya beberapa penelitian juga fokus terhadap isu-isu bagaimana
perusahaan mengelola lingkungan sosialnya (Newman dan Brenden, 1992);
Kinerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Hendriques dan Sadorsky, 1992);
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Globalisasi (Schidheiny,
1992); Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pentingnya Tanggung Jawab
Perusahaan (Hendriques dan Sadorsky, 1999); dan Ken Coghill (2002);
pengungkapan sosial perusahaan secara umum (Kholis dan Maksum, 2003:102).
Hasil-hasil penelitian di berbagai negara Eropa mulai tahun 1990 an dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan sosial kepada pihak stakeholders merupakan
hal yang sangat penting dilakukan.
Manajemen mungkin tidak menyadari bahwa perusahaan mereka adalah
bagian dari komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas
harus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja, serta bahwa
dihasilkan perusahaan (Ikhsan dan Ishak, 2005:333), dengan demikian diharapkan
bahwa dengan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial maka
perusahaan dapat membina hubungan yang baik dengan masyarakat dan
kemungkinan besar akan menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Corporate Social Responsibility atau yang dikenal dengan sebutan CSR
adalah sebuah program yang mengimplementasikan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat luas (pihak stakeholders), dimana tanggung jawab
sosial perusahaan ini hendaknya dilakukan secara sukarela (volunteer) oleh
perusahaan, bukan sebagai sebuah kewajiban. Selain itu implementasi CSR
sendiri adalah sebuah program yang tidak mengutamakan atau bahkan
mendapatkan keuntungan (profit). Secara keseluruhan tingkat tanggung jawab
sosial yang diterima oleh perusahaan memerlukan keputusan yang aktif, dengan
demikian apabila manajemen menerima tanggung jawab sosial semata-mata demi
laba jangka pendek niscaya perusahaan tidak akan melakukan tanggung jawab
sosial tersebut lebih dari apa yang diharuskan oleh undang- undang (Ikhsan dan
Ishak, 2005:333).
Akan tetapi pada kenyataannya, karena penerapan tanggung jawab sosial
perusahaan atau CSR ini hanya merupakan sebuah kesukarelaan, maka banyak
perusahaan di Indonesia yang kurang menghiraukannya. Oleh sebab itu, maka
Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan-peraturan yang memuat tentang
tanggung jawab sosial perusahaan. Sehingga, pada akhirnya penerapan dan
pelaksanaannya bukan lagi sebuah kesukarelaan tetapi berubah menjadi sebuah
Indonesia untuk perusahaan-perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
yang wajib menyisihkan 2% dari laba bersihnya setelah dikurangi pajak sebagai
dana operasional pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Peraturan
Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Pemerintah juga mengadakan
program-program tentang tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan BUMN, yaitu
Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
(Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007).
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian
laba BUMN. Yang dimaksud dengan usaha kecil disini adalah kegiatan ekonomi
rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan serta kepemilikan yang diatur dalam peraturan pemerintah
(Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Perusahaan BUMN sebagai
pembina membentuk sebuah unit di dalam organisasi perusahaannya untuk
mengelola dan mengatur program kemitraan tersebut, dimana unit tersebut di
bawah pengawasan seorang direksi perusahaan.
Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN
dan dilaksanakan di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan (Peraturan Menteri
Nomor per-05/MBU/2007).
Jika dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi di Indonesia bahwa korupsi
yang masih mendarah daging di perusahaan-perusahaan, maka tidak menutup
di dalam perusahaan BUMN tersebut merupakan salah satu sektor yang rawan
terjadinya penyelewengan dana, sebab jika dilihat dari peraturan pemerintah yang
menyebutkan bahwa dana program kemitraan dan program bina lingkungan
diperoleh dari laba bersih perusahaan sebesar 2% (dua persen), dana tersebut
jumlahnya tidaklah sedikit. Apalagi jika dilihat dari implementasi CSR yang tidak
mengutamakan atau bahkan tidak untuk mencari keuntungan (profit) bagi
perusahaan.
Oleh karena itu peneliti mengambil Perusahaan Pertamina Surabaya sebagai
objek penelitian. Sebab PT. Pertamina sebagai salah satu perusahaan BUMN di
Indonesia juga wajib mematuhi perundang-undangan pemerintah tentang
tanggung jawab sosial perusahaan dan mengimplementasikannya kedalam
program-program pemerintah, yaitu, Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (Peraturan Menteri Nomor per-05/MBU/2007). Peneliti mencoba
menggali lebih dalam tentang unit yang mengatur dana dan melaksanakan salah
satu program pemerintah, yaitu Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan serta perkembangannya selama ini dalam menerapkan
program pemerintah tersebut, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perusahaan untuk lebih memahami pentingnya
tanggung jawab sosial perusahaan demi kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan.
Atas dasar bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
dengan istilah CSR tersebut dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah yang
pemerintah itu sendiri dan unit yang mengelola dana dan kegiatan program
tersebut. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Implementasi dan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepada Stakeholders di Perusahaan Pertamina UPMS V Surabaya”.
1.2 Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas dan melihat fenomena yang terjadi saat ini,
maka peneliti merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan dan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan pada PT. Pertamina UPMS V Surabaya?
2. Sejauh manakah perkembangan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dilaksanakan pada PT. Pertamina UPMS V Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara langsung penerapan dan pelaksanaan Program
Pemerintah di PT. Pertamina Surabaya.
2. Untuk mengetahui secara langsung perkembangan Program Pemerintah
1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan Program
Pemerintah tersebut sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan,
khususnya pada PT. Pertamina Surabaya.
b. Bagi Universitas
Sebagai tambahan khazanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian
lebih lanjut dengan topik yang sama.
c. Bagi Peneliti
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta
pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan tentang CSR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Azizul Kholis dan Azhar Maksum (2003)
a. Judul
Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial
Perusahaan (Corporate Responsibility And Social Accounting): Studi
Empiris di Kota Medan.
b. Permasalahan
Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi
lingkungan dan tekanan media massa mempengaruhi terhadap pentingnya
tanggung jawab sosial perusahaan dan bagaimana pula pengaruhnya
terhadap pentingnya akuntansi sosial perusahaan?
c. Kesimpulan
Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan
dan tekanan media massa baik secara individu maupun bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap pentingnya tanggung jawab sosial
perusahaan, serta terjadi hubungan yang positif antara tanggung jawab
sosial dengan pentingnya akuntansi sosial.
2. Fr. Reni Retno Anggraini (2006)
a. Judul
Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi
Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta).
b. Permasalahan
Sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya terhadap
kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial serta faktor-faktor
yang mempengaruhi kepentingan perusahaan untuk mengungkapkan
informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunannya?
c. Kesimpulan
Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya. Pada
perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari 50%)
mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya
manusianya dibandingkan dengan industri lainnya. Serta perusahaan
dengan kepemilikan manajer yang besar dan termasuk dalam industri yang
memiliki risiko politis yang tinggi (high profile) cenderung
mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan lain.
3. Umi Faridatul Hamidah (2008)
a. Judul
Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tanggung Jawab Sosial dan
b. Permasalahan
Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi
lingkungan dan tekanan media massa berpengaruh terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan, serta apakah tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh terhadap akuntansi sosial perusahaan?
c. Kesimpulan
Regulasi pemerintah dan tekanan masyarakat tidak berpengaruh terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan tekanan organisasi
lingkungan dan tekanan media massa berpengaruh terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan serta tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh terhadap akuntansi sosial perusahaan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi isu yang penting
dalam beberapa dekade belakangan ini, dalam menjalankan kegiatannya
perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek buruk kepada
masyarakat di sekelilingnya yang terdiri dari pekerja-pekerja mereka sendiri,
perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor dan masyarakat atau penduduk
sekitarnya. Dari permasalahan tersebut, maka tanggung jawab sosial dapat
dikatakan sebagai suatu kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan
didasarkan kepada pemaksimuman kepentingan sosial dan ekonomi (Sukirno
et.al, 2004:351).
Menurut Wire seperti dikutip oleh Budiarsi (2005), pengertian
tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility adalah “open and
transparent business practices that are based upon ethical values and respect
for employees, communities and the environment (and) designed to deliver
sustainable value to society at large, as well as to share holding”.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan praktek bisnis
transparan, yang didasarkan pada nilai-nilai etika, dengan memberikan
perhatian pada karyawan, masyarakat dan lingkungan, serta dirancang untuk
dapat melestarikan masyarakat secara umum dan juga para pemegang saham.
Pendapat lain tentang pengertian CSR yang dikemukakan oleh Darwin
dalam Fr. Reni Retno Anggraini (2006) adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek
tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility untuk
melaksanakannya diperlukan pemahaman yang mendalam, karena perusahaan
harus mempertimbangkan masalah-masalah sosial secara luas, yang mencakup
bagaimana sebuah keputusan akan mempengaruhi lingkungan, dalam hal ini
dunia bisnis seyogyanya menemukan keseimbangan yang tepat antara
melakukan secara sukarela dengan melakukan berdasarkan kewajiban, karena
dalam situasi tertentu, konflik dapat muncul antara keinginan perusahaan
untuk mendapatkan laba dengan tanggung jawabnya kepada masyarakat,
karena menyangkut banyak pihak dan aspek yang cukup kompleks.
Perusahaan yang ingin berkelanjutan dalam dunia bisnis yang semakin
ketat, selain mengejar keuntungan juga harus memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Menurut Elkington (1997) seperti dikutip oleh Wibisono (2007:32)
bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P”
yang terkenal dengan istilah “Triple Bottom Line”, selain mengejar
keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet). Dalam gagasan tersebut perusahaan
tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada “Single Bottom
Line”, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansial saja,
namun harus memperhatikan aspek sosial dan aspek lingkungan.
Terdapat pro dan kontra terhadap tanggung jawab sosial perusahaan
(Harahap, 2007:401). Alasan-alasan yang mendukung adanya tanggung jawab
sosial perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan impian
masyarakat terhadap peranan perusahaan, dalam jangka panjang hal ini sangat
menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati
langganan, simpati karyawan, investor dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga
perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari
pembatasan kegiatan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
7. Mengurangi kebencian masyarakat terhadap perusahaan, dimana suatu
kegiatan tersebut tidak mungkin dihindari oleh masyarakat.
8. Membantu kepentingan nasional seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan
lain-lain.
Dari argumen-argumen di atas dapat disimpulkan bahwa sangat
penting bagi perusahaan untuk ikut mendukung tanggung jawab sosial yang
diberikan kepadanya sebagai kontribusi perusahaan atas apa yang telah
dicapai perusahaan karena dukungan pemerintah dan masyarakat sendiri.
Dampak positif bagi perusahaan antara lain laba perusahaan dalam
jangka panjang akan terjaga karena hubungan baik dengan masyarakat dan
citra perusahaan di mata konsumen, meningkatkan harga saham perusahaan,
mencegah perusahaan dilanda kritik dan isu-isu sosial yang mengganggu
masih banyak dampak positif lain yang dapat mendukung aktifitas perusahaan
dalam jangka panjang (Purnaningtyas, 2003:267).
Menurut Belkaoui (1984) dalam Purnaningtyas (2003:267) terdapat
beberapa pihak yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab sosial dengan
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari
laba. Hal ini akan menimbulkan pemborosan.
2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan dalam bidang politik secara
berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
3. Dapat menimbulkan lingkungan bisnis yang monolitik, bukan yang
bersifat pluralistik.
4. Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang
tidak dapat dipenuhi oleh dunia bisnis yang terbatas, yang mungkin dapat
menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan.
5. Keterlibatan kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga
dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
2.2.1.2 Klasifikasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan ekonomis perusahaan, hampir
selalu terjadi interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Interaksi
tersebut menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan,
terutama dengan lingkungan eksternal yang pada umumnya tidak dikuasai
memunculkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang
berhubungan secara langsung atau tidak langsung atas kegiatan yang
dilakukan perusahaan (M. Fuad et.al, 2006:25). Tanggung jawab sosial
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kepada pemilik modal dan investor
Neraca dan laporan laba rugi yang idealnya mencerminkan harapan
pemilik modal dan investor seharusnya dibuat setiap tahun tutup buku.
Disamping itu diharapkan perusahaan mampu memberikan kompensasi yang
merupakan kewajiban dunia usaha pada saat jatuh tempo, serta aktif
berpartisipasi melakukan kerjasama dalam hal yang berkaitan dengan
pendanaan.
2. Kepada lembaga penelitian
Membantu pendanaan melalui pembelian peralatan maupun penyediaan
fasilitas yang dibutuhkan lembaga penelitian terkait, sehingga dari waktu ke
waktu dapat diperoleh inovasi baru yang menguntungkan semua pihak yang
berkepentingan.
3. Kepada pekerja
Membayar gaji dan balas jasa atas pengorbanan yang diberikan,
memberikan kenaikan gaji yang disesuaikan dengan perkembangan
perekonomian, memperbaiki fasilitas kerja, menciptakan kenyamanan dalam
bekerja, memberikan jaminan kerja, memberikan respon positif terhadap
waktu dalam rangka menciptakan iklim kerja yang kondusif serta saling
pengertian antara manajemen dan pekerja.
4. Kepada konsumen atau pelanggan
Menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang diinginkan, dengan
harga relatif terjangkau, serta menyediakannya dalam jumlah yang cukup
dengan pelayanan yang memuaskan.
5. Kepada perantara
Memberikan imbalan atas jasa mereka.
6. Kepada masyarakat
Ikut melaksanakan program lingkungan alam yang sehat di sekitar
perusahaan, bebas polusi yang disebabkan limbah perusahaan dan apabila
dimungkinkan, perusahaan diharapkan mampu menciptakan kesempatan kerja
serta memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya.
7. Kepada pemerintah
Membayar pajak tepat pada waktunya, sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
8. Kepada penyedia atau pemasok bahan
Memberikan balas jasa atas pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk
proses produksi dan membina hubungan baik dengan penyedia untuk
menjamin kesinambungan perusahaan.
9. Kepada pesaing
Menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang
Broadshaw dalam Harahap (2007:400) mengemukakan bahwa
tanggung jawab perusahaan ada tiga bentuk, yaitu:
a. corporate philanthropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada
sebatas kedermawanan atau kerelaan, belum sampai pada tanggung
jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,
sumbangan atau lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
b. corporate responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah
merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan, bisa karena
ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.
c. corporate policy, di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah
merupakan bagian dari kebijakan.
2.2.2 Stakeholders
2.2.2.1 Pengertian Stakeholders
Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang-orang. Orang-orang
itu menanggung akibat karena bisnis tersebut, karena mereka mempunyai
kepentingan di dalamnya. Mereka dapat disebut pemegang kepentingan utama
(stakeholders) atau orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis
(Madura, 2001:2).
Freeman (1984) dalam Kholis dan Maksum (2003:105)
mendefinisikan stakeholders sebagai “any group or individual who can effect
definisi yang dikemukakan oleh Freeeman dapat dipahami bahwa stakeholders
merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahan.
Menurut Blair et.al (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003:105),
stakeholders yaitu: “as group or individuals who have interest in the action of
an organizations and ability influence it”. Stakeholders adalah sebuah
kelompok atau individu yang memiliki kepentingan dan dapat pula
mempengaruhi jalannya operasional suatu perusahaan.
Definisi lain dikemukakan juga oleh Rhenald Kasali dalam Wibisono
(2007:90), menyatakan bahwa yang dinamakan stakeholders adalah setiap
kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai
peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti
pula orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
Dari beberapa definisi stakeholders di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa stakeholders mempunyai peranan penting didalam
keberlangsungan hidup perusahaan. Apapun definisinya, antara stakeholders
dengan perusahaan terjalin hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga
perubahan salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya
perubahan pada pihak yang lainnya. Berbeda dengan perspektif teori keagenan
(agency theory) yang hanya berorientasi kepada maksimalisasi kepentingan
masing-masing pihak (prinsipal dan agen), teori stakeholders (stakeholders
theory) secara filosofis menghubungkan faktor-faktor eksternal yang sangat
2.2.2.2 Ruang Lingkup Stakeholders
Menurut Rhenald Kasali dalam Wibisono (2007:90) stakeholders dapat
dibagi menjadi stakeholders internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders
internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan perusahaan,
sehingga bersifat controllable. Stakeholders internal antara lain terdiri dari:
a. Pemegang Saham
Pemegang saham yang notabene adalah pemilik perusahaan mempunyai
kekuasaan yang sangat besar. Merekalah yang menjadikan perusahaan ada
atau tiada dan yang mendominasi atas segala hal yang menyangkut tentang
mati hidupnya perusahaan.
b. Direksi dan manajer profesional
Direksi bertugas mengelola perusahaan dan diwajibkan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham
atau komisaris melalui RUPS. Direksi dapat memilih manajer profesional
untuk menjalankan operasional perusahaan.
c. Karyawan
Kendatipun posisinya dalam pengambilan keputusan tidak besar, namun
karyawan mendominasi didalam perusahaan. Kelompok karyawan yang
mendapat perhatian yang baik mungkin dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Namun, bila mereka tidak mendapat perhatian dari manajemen
d. Keluarga karyawan
Kontribusi dan peran positif keluarga karyawan sangat mutlak diperlukan
oleh perusahaan. Spirit dari keluarga akan mampu mendorong peningkatan
kinerja perusahaan, sebaliknya permasalahan dengan keluarga akan dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Stakeholders eksternal adalah pihak-pihak yang berada di luar kendali
perusahaan (uncontrollable). Beberapa stakeholders eksternal diantaranya
adalah:
a. Konsumen
Dengan memberikan kepuasan kepada konsumen maka bisnis akan dapat
terus bergulir, karena mereka yang akan kembali lagi memberikan repeat
order kepada produsen.
b. Penyalur dan pemasok
Penyalur menguasai jaringan distribusi. Ia hanya mau menyalurkan
barang-barang yang dikehendaki konsumen. Begitu juga pemasok akan mudah
berpindah bila transaksinya tidak memuaskan.
c. Pemerintah
Di Indonesia, pemerintah berfungsi sebagai regulator untuk mengatur
dunia usaha. Pemerintah adalah penentu kebijakan, di tangannyalah suasana
kondusif usaha diharapkan.
d. Pers
Pers saat ini mempunyai kebebasan berekspresi yang sangat luar biasa.
sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi sebuah berita yang balance,
valid dan tendensius.
e. Pesaing
Persaingan dalam dunia bisnis merupakan suatu hal yang wajar. Dengan
adanya persaingan, dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan
dan sebagainya akan muncul.
f. Komunitas dan masyarakat
Komunitas dan masyarakat yang tinggal, hidup dan berwirausaha di
sekitar lokasi perusahaan adalah salah satu stakeholders eksternal yang sangat
penting. Perselisihan antara perusahaan dengan komunitas atau masyarakat
sering berbuntut panjang. Karena itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi
dengan komunitas atau masyarakat agar dapat berhubungan timbal balik.
2.2.2.3 Isu-Isu Krusial Stakeholders
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kholis dan Maksum (2003:105),
terdapat empat hal yang menjadi isu-isu krusial dalam ruang lingkup
stakeholders saat ini, yaitu:
a. Regulasi pemerintah (government regulation), yaitu peraturan-peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam regulasi
pemerintah ini adalah izin operasional perusahaan, program pemerintah
mengenai CSR, pengambilan dua persen dari laba bersih perusahaan sebagai
(2002) juga mengemukakan bahwa pemerintah sangat berperan dalam
mengatur dunia usaha.
b. Kelompok masyarakat (community), menurut Coghill (1999) dalam Kholis
dan Maksum (2003) harus diperhatikan, karena kelompok masyarakat adalah
elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dalam perusahaan.
Kelompok lain yang dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah
institusi pendidikan yang selalu merespon secara kajian akademis jika terjadi
sesuatu hal di dunia usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi
kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.
c. Organisasi lingkungan (environmental organization), menurut Freeman
(1984) dewasa ini telah menjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat
mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum
adalah menghindari eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan hidup demi
kepentingan perusahaan (profit). Aktifitas organisasi lingkungan menurut
Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003), dapat
memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas perusahaan,
sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak disikapi dengan bijaksana
akan berbenturan dengan kepentingan perusahaan.
d. Media massa (mass media) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki
peran yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap
suatu aktifitas perusahaan (William, 1993). Menurut Moody (1995) media
menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat pula sebagai alat publikasi
reputasi (image) publik tentang aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan
perusahaan. Secara khusus, perusahaan tidak pernah menghindari media
massa jika terjadi informasi-informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis,
tetapi selalu menyikapi sebagai bukti bahwa perusahaan mempersepsikan
peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman (1984) juga
menyebutkan bahwa media dapat membentuk opini masyarakat terhadap
perusahaan dalam hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kepentingan
perusahaan, sehingga media juga salah satu kelompok yang menjadi
stakeholders.
2.2.3 Regulasi Pemerintah (Government Regulation)
Menurut Coghill (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003:110) regulasi pemerintah dapat dipahami sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan perusahaan, sebab sebagai badan pembuat peraturan (regulator
body) pemerintah memiliki peran signifikan terhadap kebijakan yang dibuat
oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya.
Sejalan dengan Coghill, Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis
dan Maksum (2003:110) juga merekomendasikan bahwa regulasi pemerintah
memiliki pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.
Peran pemerintah menjadi penting karena pemerintahan juga merupakan bagian
dari stakeholder (Freeman, 1995:20).
Peranan pemerintah di Indonesia berbeda dengan negara-negara yang
regulator untuk mengatur dunia usaha masih terasa cukup besar. Peran
pemerintah dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan
modal, melindungi para karyawan, melindungi sumber alam, mengatur hukum,
mengatur dan merangsang minat investasi modal asing dan sebagainya
(Wibisono, 2007:100).
Di Indonesia sendiri, terdapat kebijakan pemerintah yang mewajibkan
BUMN mengalokasikan sebesar 2% (dua persen) dari laba bersihnya untuk
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, pelaksanaan serta pelaporan
untuk program pemerintah tersebut (Peraturan Menteri Nomor
per-05/MBU/2007). Bahkan pemerintah telah memiliki UU No.4 tahun 1982
tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian
diganti dengan UU No.23 tahun 2007 dengan topik yang sama, bertujuan untuk
mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang
terpadu dan menyeluruh.
Secara konstitusional, UUD 1945, GBHN dan peraturan pelaksanaannya
menggariskan perlunya aspek sosial diperhatikan oleh setiap orang, termasuk
perusahaan. Dengan demikian, jelaslah bahwa kita menganut konsep di mana
perusahaan memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun pembatasannya belum
begitu jelas. Socio Economic Accounting (SEA) berusaha mengidentifikasi,
mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan menganalisis efek keterlibatan
perusahaan, baik untung (benefit) dan kerugian (cost) yang dialami masyarakat.
pemerintah dan sosial dalam pengambilan keputusan yang tepat (Harahap,
2004:367).
2.2.4 Tekanan Masyarakat (Community Pressure)
Community-masyarakat adalah kelompok-kelompok orang menempati
sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling
berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum
yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi,
sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat
menghidupi dirinya sendiri (Bungin, 2006:159).
Tekanan masyarakat agar perusahaan lebih teliti kepada lingkungan
merupakan kesempatan untuk memperkuat hubungan perusahaan dengan
konsumen, bahkan dapat dijadikan keunggulan kompetitif. Konsumen yang
semakin sadar terhadap isu lingkungan akan mencari produk yang bersahabat
dengan lingkungan (Wibisono, 2007:13). Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhitungkan keberadaan masyarakat sehingga input berjalannya atau
suksesnya perusahaan.
Mengenai peranan masyarakat ataupun konsumen terhadap keberadaan
perusahaan dapat dilihat dari kutipan Drucker dalam Harahap (2007:405)
berikut ini:
Menurut Coghill (1999) dalam kholis dan Maksum (2003:111) tekanan masyarakat saat ini memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup
perusahaan. Menurut Blair (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003:111)
masyarakat secara individu maupun kelompok dapat mempengaruhi arah dan
kebijakan sebuah organisasi perusahaan. Menurut Hendriques dan Sadorsky
(1999) dalam Kholis dan Maksum (2003) juga merekomendasikan bahwa
tekanan masyarakat memiliki pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab
sosial perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena juga merupakan
bagian salah satu komponen stakeholders perusahaan (Freeman, 1995).
Wajah pers Indonesia pasca reformasi ini sungguh lain dengan pers pada
masa lalu, pemerintah telah membuka kran selebar-lebarnya bagi pers untuk
membuka usaha penerbitan, sehingga jumlah media saat ini meningkat drastis
dibandingkan masa lalu, di samping itu pers juga mempunyai kebebasan
berekspresi yang sungguh luar biasa.
Konsekuensi dari kondisi ini tentu sangat terasa dalam berbagai bidang
kehidupan, khususnya perusahaan yang seringkali menjadi sumber pemberitaan,
dengan banyaknya jumlah media massa dan semakin kritisnya insan pers
ditambah perusahaan menjadi sasaran tembak media massa (Wibisono,
2007:101). Dengan demikian perusahaan perlu melakukan hubungan yang
harmonis dengan dunia pers sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi
2.2.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 2.2.5.1 Latar Belakang PKBL
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983
tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero,
BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dengan berkembangnya usaha kecil
yang dibina BUMN diharapkan dapat memberikan efek berupa meningkatnya
taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN
dengan usaha kecil. Adapun dana pembinaan dimaksud bersumber dari
penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan usaha
kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya untuk keperluan
pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan
masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi
yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
Unit organisasi ini disebut Unit PKBL. Unit PKBL merupakan bagian dari
organisasi BUMN Pembina yang berada di bawah pengawasan seorang
Di samping membentuk unit yang khusus menangani Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula
melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini,
pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih
menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Di
samping itu, terdapat beberapa BUMN Pembina yang belum memiliki
kebijakan akuntansi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik
akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi
berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina.
Sesuai dengan perkembangan kondisi dan tuntutan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance, GCG) pada suatu entitas ekonomi, basis
pencatatan akuntansi diarahkan untuk menggunakan tata buku ganda berbasis
akrual (accrual basis double entry). Memperhatikan kondisi yang berlaku di
unit PKBL serta tuntutan untuk menerapkan GCG, maka sudah seharusnya
dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
BUMN Pembina memiliki Pedoman Akuntansi guna mengakomodasi
ketentuan-ketentuan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip
dan praktik akuntansi yang diterima secara umum di Indonesia, dalam hal ini
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan-peraturan
2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran PKBL
Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan merupakan petunjuk (guidance) bagi unit PKBL dalam
menyelenggarakan pencatatan atas transaksi Unit PKBL dalam rangka
menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan dan peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan. Penerapan Pedoman Akuntansi Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan bertujuan untuk menyajikan
informasi keuangan yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta
auditable.
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Pedoman Akuntansi
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah:
1. Tersedianya acuan standar resmi penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan Unit PKBL sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan
peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan;
2. Tercapainya perbaikan informasi yang dihasilkan baik struktur, kualitas,
relevansi, maupun aspek komparabilitasnya;
3. Tercapainya perbaikan pengendalian akuntansi (accounting control) dan
pengendalian intern (internal control) dalam rangka memperbaiki tingkat
keandalan informasi dan melindungi kekayaan Unit PKBL;
4. Tercapainya akurasi pencatatan dan pengklasifikasian yang tepat untuk
5. Tercapainya keseragaman pencatatan akuntansi Unit PKBL menjadi
sistem pembukuan berganda (double entry bookkeeping system);
6. Tercapainya keseragaman basis akuntansi Unit PKBL menggunakan
Basis Akrual (accrual basis), kecuali untuk Pendapatan Jasa Administrasi
Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli Syariah;
7. Terwujudnya tertib administrasi pada Unit PKBL agar dapat memberikan
informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan (reliable).
2.2.5.3 Prinsip Dasar PKBL
Beberapa prinsip dasar Program Kemitraan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan yang menjadi pijakan dalam penyusunan Pedoman
Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dan merupakan bagian dari
organisasi BUMN Pembina serta berada di bawah pengawasan seorang
direksi.
2. Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.
3. Sumber dana Program Kemitraan berasal dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada;
d. Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.
4. Sumber Dana Program Bina Lingkungan berasal dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;
b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Bina
Lingkungan.
5. Apabila diperlukan, dana Program Kemitraan pada Unit PKBL dari suatu
BUMN dapat dialih-kelolakan kepada BUMN lain.
6. Untuk Program Kemitraan:
a. Dana Program Kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk Pinjaman
maupun dalam bentuk Dana Pembinaan Kemitraan;
b. Besarnya dana Program Kemitraan yang digunakan untuk Dana
Pembinaan Kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
c. Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja
dan pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku;
d. Atas pinjaman dana Program Kemitraan yang disalurkan kepada Mitra
Binaan, Unit PKBL mengenakan jasa administrasi pinjaman yang
besarnya sesuai dengan peraturan yang berlaku;
e. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli,
perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
f. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil,
g. BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning
atas pinjaman dengan kategori Kurang Lancar, Diragukan dan Macet;
h. Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapusbukukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
7. Beban Operasional Unit PKBL adalah beban pelaksanaan operasi Unit
PKBL yang dananya berasal dari dana Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan. Beban pegawai yang mengelola Unit PKBL ditanggung
oleh BUMN Pembina karena pegawai tersebut merupakan pegawai
BUMN Pembina dan menerima gaji dari BUMN Pembina.
a. Beban Operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa
administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dana Program Kemitraan. Dalam hal dana untuk Beban
Operasional tidak mencukupi, maka kekurangannya dibebankan pada
anggaran biaya BUMN Pembina yang bersangkutan.
b. Beban Operasional Program Bina Lingkungan dibiayai dari dana
Program Bina Lingkungan.
8. Penyaluran dana oleh Unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui
serangkaian proses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam
penyusunan pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan yang material
2. Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.
3. Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.
4. Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.
Dari pembatasan-pembatasan di atas, maka beberapa asumsi yang
digunakan adalah:
1. Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli
Syariah menggunakan basis kas;
2. Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas;
3. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika
dicairkannya pinjaman;
4. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan
adalah ketika dikeluarkannya pembiayaan.
2.2.5.4 Gambaran Umum PKBL
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya
disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan
Usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN.
Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL
adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program ini terdiri dari Program
Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN
Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan Program
BL Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama oleh
BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh
Menteri Negara BUMN.
2.2.5.5 Kegiatan Utama PKBL
Kegiatan utama Unit PKBL adalah penyaluran pinjaman dan
penyaluran dana pembinaan melalui Program Kemitraan serta pemberian
bantuan melalui Program Bina Lingkungan. Berikut penjelasan untuk
masing-masing kegiatan tersebut:
2.2.5.5.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan
Pinjaman yang disalurkan melalui Program Kemitraan diarahkan kepada
Usaha Kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan
untuk memperoleh pinjaman (belum bankable). Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Penerimaan dan Evaluasi Proposal
Calon Mitra Binaan yang ingin mendapat pinjaman Program Kemitraan
untuk pengembangan usahanya harus menyampaikan proposal kepada
BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur yang
1. Nama dan alamat unit usaha;
2. Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha;
3. Bukti identitas diri pemilik/pengurus;
4. Bidang usaha;
5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang;
6. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban
dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil
usaha); dan
7. Rencana usaha dan kebutuhan data.
BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
akan melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh
Calon Mitra Binaan, baik melalui penelaahan terhadap proposal tersebut
maupun melalui survei ke lokasi usaha. Setelah dilakukan evaluasi maupun
survei, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
akan memberikan keputusan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan.
Dalam menyalurkan pinjaman, BUMN Pembina atau BUMN
Penyalur atau Lembaga Penyalur tidak semata-mata bertindak pasif dengan
hanya menunggu proposal dari Calon Mitra Binaan. BUMN Pembina atau
BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur juga dapat melakukan tindakan
aktif melalui survei ke sentra-sentra usaha kecil, pendekatan kepada
b. Penyaluran Pinjaman
Apabila proposal dari Calon Mitra Binaan telah disetujui, maka Unit
PKBL menyalurkan pinjaman kepada Mitra Binaan. Penyaluran pinjaman
tersebut dituangkan dalam suatu surat perjanjian/kontrak yang
sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga
Penyalur dan Mitra Binaan;
2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau
Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan;
3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya;
4. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok
dan jasa administrasi pinjaman).
5. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang bermasalah
Mitra Binaan
Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN
Penyalur atau Lembaga Penyalur memonitor pemenuhan kewajiban Mitra
Binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum diketahui, maka
pembayaran tersebut diakui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya
Mitra Binaan yang melakukan pembayaran.
Pinjaman dana Program Kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan
pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa
administrasi pinjaman dari Mitra Binaan. Penggolongan kualitas pinjaman,
1. Lancar
Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman
dilakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran
pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan
perjanjian yang telah disetujui bersama.
2. Kurang Lancar
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum
melampaui 180 (seratuas delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama.
3. Diragukan
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh)
hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal
jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
4. Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh)
hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan
2.2.5.5.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan
Dana Pembinaan Kemitraan yang disalurkan melalui Program
Kemitraan ditujukan kepada Mitra Binaan yang telah dan masih terdaftar
dalam Program Kemitraan. Dengan kata lain, ini hanya dapat diberikan
kepada dan untuk kepentingan Mitra Binaan.
Dana Pembinaan Kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang
telah disusun untuk membantu Mitra Binaan dalam rangka mengembangkan
usahanya, meliputi: program pendidikan, program pelatihan, program
pemagangan, program pemasaran, program promosi dan hal-hal lain yang
menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk
pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan. Oleh
karena itu, atas Dana Pembinaan Kemitraan tersebut Mitra Binaan tidak
menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk
program-program yang telah disusun.
Kegiatan yang dibiayai melalui Dana Pembinaan Kemitraan tersebut
ditangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat
menyertakan pihak luar sebagai pelaksana kegiatan, misalnya dalam hal
penyediaan materi pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan
sebagainya.
2.2.5.5.3 Penyaluran Bantuan Melalui Program Bina Lingkungan Dana Program BL digunakan untuk tujuan yang memberikan
Bantuan korban bencana alam;
Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; Bantuan peningkatan kesehatan;
Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; Bantuan sarana ibadah;
Bantuan pelestarian alam.
Penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survei dan identifikasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN Pembina
setempat.
b. BUMN Pembina menyalurkan bantuan kepada masyarakat baik secara
langsung atau bekerjasama dengan pihak/instansi terkait, misalnya
dengan Palang Merah Indonesia.
Proses penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN
Pembina berbeda-beda antara satu BUMN Pembina dengan BUMN
Pembina lainnya, tergantung pada sumber daya yang tersedia, khususnya
sumber daya manusia. Namun, secara umum penyaluran bantuan tersebut
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penyaluran bantuan dengan cara pelaksanaan seluruh proyek bantuan
ditangani oleh BUMN Pembina yang bersangkutan sehingga masyarakat
b. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian sebagian barang/jasa yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek dan sebagian kebutuhan lainnya
disediakan oleh masyarakat;
c. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian uang tunai.
2.2.5.6 Pihak-Pihak Terkait
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan antara lain sebagai berikut:
2.2.5.6.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan
Pihak-pihak yang terkait dalam proses penyaluran pinjaman pada
Program Kemitraan adalah sebagai berikut:
1. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur.
BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
bertanggung jawab untuk menyusun program penyaluran pinjaman,
melakukan evaluasi terhadap proposal yang diterima, menyalurkan pinjaman
kepada Mitra Binaan yang memenuhi persyaratan, serta melakukan
monitoring dan pembinaan terhadap Mitra Binaan.
2. Koordinator BUMN Pembina.
Setiap tahun Menteri Negara BUMN menetapkan kordinator BUMN
Pembina pada masing-masing propinsi. Kordinator BUMN Pembina
Melakukan koordinasi atas perencanaan dan pengalokasian dana
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dilakukan
oleh BUMN Pembina;
Memberikan informasi kepada BUMN Pembina mengenai Calon
Mitra Binaan untuk menghindari duplikasi penyaluran pinjaman
dana Program Kemitraan;
Menyampaikan laporan triwulan dan tahunan pelaksanaan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di wilayah koordinasinya
kepada Menteri Negara BUMN dan tembusan kepada BUMN
Pembina di wilayahnya.
2.2.5.6.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan
Pihak-pihak yang terkait dalam proses penyaluran Dana
Pembinaan Kemitraan pada Program Kemitraan adalah sebagai berikut:
a. BUMN Pembina
BUMN Pembina bertanggung jawab untuk menyusun program yang
dibutuhkan oleh Mitra Binaan, melaksanakan program tersebut atau
menunjuk pihak lain untuk melaksanakannya, serta melakukan pembiayaan
atas program tersebut;
b. Mitra Binaan
Mitra Binaan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam program
yang telah disusun oleh BUMN Pembina tersebut;
Pelaksana penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan bertanggung jawab
untuk melaksanakan program yang diamanatkan oleh BUMN Pembina dan
menyampaikan program tersebut kepada Mitra Binaan.
2.2.5.6.3 Pemberian Bantuan Program BL BUMN Pembina
Pihak-pihak yang terkait dalam proses pemberian bantuan pada
Program Bina Lingkungan BUMN Pembina adalah sebagai berikut:
a. BUMN Pembina
BUMN Pembina bertanggung jawab untuk mengevaluasi proposal yang
diterima dari masyarakat (jika permohonan datang dari masyarakat) atau
mengevaluasi objek bantuan, melakukan penyaluran bantuan, serta
pengawasan terhadap pelaksanaan dari proposal tersebut;
b. Kordinator BUMN Pembina
Kordinator