• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

2.2.5.2 Tujuan dan Sasaran PKBL

Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan merupakan petunjuk (guidance) bagi unit PKBL dalam menyelenggarakan pencatatan atas transaksi Unit PKBL dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Penerapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan bertujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta auditable.

Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah:

1. Tersedianya acuan standar resmi penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Unit PKBL sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan yang berlaku bagi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan;

2. Tercapainya perbaikan informasi yang dihasilkan baik struktur, kualitas, relevansi, maupun aspek komparabilitasnya;

3. Tercapainya perbaikan pengendalian akuntansi (accounting control) dan pengendalian intern (internal control) dalam rangka memperbaiki tingkat keandalan informasi dan melindungi kekayaan Unit PKBL;

4. Tercapainya akurasi pencatatan dan pengklasifikasian yang tepat untuk menjamin akurasi laporan keuangan;

5. Tercapainya keseragaman pencatatan akuntansi Unit PKBL menjadi sistem pembukuan berganda (double entry bookkeeping system);

6. Tercapainya keseragaman basis akuntansi Unit PKBL menggunakan Basis Akrual (accrual basis), kecuali untuk Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli Syariah;

7. Terwujudnya tertib administrasi pada Unit PKBL agar dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan (reliable).

2.2.5.3 Prinsip Dasar PKBL

Beberapa prinsip dasar Program Kemitraan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang menjadi pijakan dalam penyusunan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta berada di bawah pengawasan seorang direksi.

2. Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

3. Sumber dana Program Kemitraan berasal dari: a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;

b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada; d. Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

4. Sumber Dana Program Bina Lingkungan berasal dari: a. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;

b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan.

5. Apabila diperlukan, dana Program Kemitraan pada Unit PKBL dari suatu BUMN dapat dialih-kelolakan kepada BUMN lain.

6. Untuk Program Kemitraan:

a. Dana Program Kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk Pinjaman maupun dalam bentuk Dana Pembinaan Kemitraan;

b. Besarnya dana Program Kemitraan yang digunakan untuk Dana Pembinaan Kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

c. Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku; d. Atas pinjaman dana Program Kemitraan yang disalurkan kepada Mitra

Binaan, Unit PKBL mengenakan jasa administrasi pinjaman yang besarnya sesuai dengan peraturan yang berlaku;

e. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli, perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

f. Pinjaman/pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio bagi hasilnya sesuai dengan peraturan yang berlaku;

g. BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning atas pinjaman dengan kategori Kurang Lancar, Diragukan dan Macet; h. Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapusbukukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

7. Beban Operasional Unit PKBL adalah beban pelaksanaan operasi Unit PKBL yang dananya berasal dari dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Beban pegawai yang mengelola Unit PKBL ditanggung oleh BUMN Pembina karena pegawai tersebut merupakan pegawai BUMN Pembina dan menerima gaji dari BUMN Pembina.

a. Beban Operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan. Dalam hal dana untuk Beban Operasional tidak mencukupi, maka kekurangannya dibebankan pada anggaran biaya BUMN Pembina yang bersangkutan.

b. Beban Operasional Program Bina Lingkungan dibiayai dari dana Program Bina Lingkungan.

8. Penyaluran dana oleh Unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui serangkaian proses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan yang material yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

2. Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi. 3. Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya. 4. Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

Dari pembatasan-pembatasan di atas, maka beberapa asumsi yang digunakan adalah:

1. Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman dan Pendapatan Sewa Beli Syariah menggunakan basis kas;

2. Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas; 3. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika

dicairkannya pinjaman;

4. Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan adalah ketika dikeluarkannya pembiayaan.

2.2.5.4 Gambaran Umum PKBL

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan Usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program ini terdiri dari Program BL BUMN Pembina dan Program BL BUMN Peduli. Program BL BUMN

Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan Program BL Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama oleh BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh Menteri Negara BUMN.

2.2.5.5 Kegiatan Utama PKBL

Kegiatan utama Unit PKBL adalah penyaluran pinjaman dan penyaluran dana pembinaan melalui Program Kemitraan serta pemberian bantuan melalui Program Bina Lingkungan. Berikut penjelasan untuk masing-masing kegiatan tersebut:

2.2.5.5.1 Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan

Pinjaman yang disalurkan melalui Program Kemitraan diarahkan kepada Usaha Kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman (belum bankable). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan dan Evaluasi Proposal

Calon Mitra Binaan yang ingin mendapat pinjaman Program Kemitraan untuk pengembangan usahanya harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur yang memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut:

1. Nama dan alamat unit usaha;

2. Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; 3. Bukti identitas diri pemilik/pengurus;

4. Bidang usaha;

5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang;

6. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan

7. Rencana usaha dan kebutuhan data.

BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur akan melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh Calon Mitra Binaan, baik melalui penelaahan terhadap proposal tersebut maupun melalui survei ke lokasi usaha. Setelah dilakukan evaluasi maupun survei, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur akan memberikan keputusan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam menyalurkan pinjaman, BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur tidak semata-mata bertindak pasif dengan hanya menunggu proposal dari Calon Mitra Binaan. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur juga dapat melakukan tindakan aktif melalui survei ke sentra-sentra usaha kecil, pendekatan kepada koperasi, kelompok tani, dan usaha-usaha kecil lainnya.

b. Penyaluran Pinjaman

Apabila proposal dari Calon Mitra Binaan telah disetujui, maka Unit PKBL menyalurkan pinjaman kepada Mitra Binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam suatu surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan;

2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan;

3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya;

4. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman).

5. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang bermasalah Mitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur memonitor pemenuhan kewajiban Mitra Binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya Mitra Binaan yang melakukan pembayaran.

Pinjaman dana Program Kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasi pinjaman dari Mitra Binaan. Penggolongan kualitas pinjaman, sesuai ketentuan yang berlaku, adalah sebagai berikut:

1. Lancar

Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

2. Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratuas delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

3. Diragukan

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

4. Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

2.2.5.5.2 Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana Pembinaan Kemitraan yang disalurkan melalui Program Kemitraan ditujukan kepada Mitra Binaan yang telah dan masih terdaftar dalam Program Kemitraan. Dengan kata lain, ini hanya dapat diberikan kepada dan untuk kepentingan Mitra Binaan.

Dana Pembinaan Kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang telah disusun untuk membantu Mitra Binaan dalam rangka mengembangkan usahanya, meliputi: program pendidikan, program pelatihan, program pemagangan, program pemasaran, program promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan. Oleh karena itu, atas Dana Pembinaan Kemitraan tersebut Mitra Binaan tidak menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk program-program yang telah disusun.

Kegiatan yang dibiayai melalui Dana Pembinaan Kemitraan tersebut ditangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar sebagai pelaksana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan materi pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya.

2.2.5.5.3 Penyaluran Bantuan Melalui Program Bina Lingkungan Dana Program BL digunakan untuk tujuan yang memberikan

Bantuan korban bencana alam;

Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; Bantuan peningkatan kesehatan;

Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; Bantuan sarana ibadah;

Bantuan pelestarian alam.

Penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survei dan identifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN Pembina setempat.

b. BUMN Pembina menyalurkan bantuan kepada masyarakat baik secara langsung atau bekerjasama dengan pihak/instansi terkait, misalnya dengan Palang Merah Indonesia.

Proses penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina berbeda-beda antara satu BUMN Pembina dengan BUMN Pembina lainnya, tergantung pada sumber daya yang tersedia, khususnya sumber daya manusia. Namun, secara umum penyaluran bantuan tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyaluran bantuan dengan cara pelaksanaan seluruh proyek bantuan ditangani oleh BUMN Pembina yang bersangkutan sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk barang yang diperlukan;

b. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian sebagian barang/jasa yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek dan sebagian kebutuhan lainnya disediakan oleh masyarakat;

c. Penyaluran bantuan dengan cara pemberian uang tunai.

Dokumen terkait