• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transaksi Transactions

d. Beban sewa kantor d. Rent office expense

2019 2018

PT PANN (Persero) 1,440,023,995 1,920,950,599 PT PANN (Persero)

Persentase dari jumlah biaya 2.40% 1.04% Percentage of total expenses e. Remunerasi personil kunci e. Key personnel remuneration

Jumlah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi untuk 2019 masing masing sebesar Rp 1.690.111.550 dan Rp 3.333.347.066, dan untuk 2018 masing-masing Rp 1.476.067.500 dan Rp 3.426.127.480

Total salaries and benefits paid to the Boards of Commissioners and Directors for 2019 are amounted to Rp 1,690,111,550 dan Rp 3,333,347,066, and for 2018 are amounted to Rp 1,476,067,500 dan Rp 3,426, 127,480.

25.KONTIJENSI 25.CONTINGENCIES

a. PT Indo Mega Maritim a. PT Indo Mega Maritim

Pada tanggal 10 Desember 2014, Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan putusan PKPU yang diajukan oleh Perusahaan dimana pada pokoknya menolak permohonan PKPU Perusahaan. Adapun tagihan (piutang) Perusahaan pada PT lndo Mega Maritim ("PT IMM") atas tagihan (piutang) transaksi sewa pembiayaan: KM Patriot Bahagia, KM Patriot Ceria dan KM Patriot Damai. Nilai ganti rugi Perusahaan kepada PT IMM adalah sebesar USD 8.017.974,68 dan Rp 32.968.906.945,11.

On 10 December 2014, the Commercial Court at Central Jakarta District Court has issued a ruling PKPU filed by the Company which in essence rejected the request PKPU Company. The bill (receivables) of the Company at PT Indo Mega Maritime ("PT IMM") on the bill (receivable) finance lease transactions: KM Patriot Bahagia, KM Patriot Cerio and KM Patriot Damai. The value of compensation to PT IMM is USD 8,017,974.68 and Rp 32,968,906,945.11.

Perusahaan telah mengambil alih seluruh aset kapal yang menjadi obyek pembiayaan tersebut.

The Company has taken over all the vessels as the object of finance lease.

Penyelesaian perkara ditangani oleh Jaksa Pengacara Negara. Berdasarkan rekomendasi Jaksa Penuntut Negara sebaiknya permasalahan SGU PT IMM dilakukan dengan cara litigasi baik secara pidana maupun perdata. PT IMM mengajukan gugatan pembatalan perjanjian SGU atas 3 kapal, yaitu KM Patriot Bahagia, KM Ceria dan KM Damai.

The settlement of cases is handled by the State Attorney. Based on the recommendation of the State Prosecutor, the case of SGU PT IMM should be done by litigation either criminal or civil. PT IMM filed a suit for the cancellation of SGU agreement on 3 vessels, namely Patriot Bahagia, Cetta and Damai.

Pada tanggal 22 Mei 2018, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan gugatan PT IMM tidak dapat diterima. Atas putusan tersebut PT IMM mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang mana dalam putusan banding Pengadilan Tinggi Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui putusan Nomor 233/PDT/2019/PT.DKI tanggal 13 Mei 2019. Pada tanggal 30 Juli 2019 PT IMM mengajukan kasasi dengan nomor permohonan kasasi 85/srt.pdt.kas/2019/PN.Jkt.Pst. Sampai dengan tanggal pelaporan perkara tersebut masih dalam proses di Mahkamah Agung.

On May 22, 2018, the Central Jakarta District Court stated that PT IMM's claim could not be accepted. Upon this decision PT IMM appealed to the Jakarta High Court which in the appeal decision of the Jakarta High Court upheld the decision of the Central Jakarta District Court through decision No. 233 / PDT / 2019 / PT.DKI dated May 13, 2019. On July 30, 2019 PT IMM submit an appeal with the appeal number 85 / srt.pdt.kas / 2019 / PN.Jkt.Pst. As of the reporting date, the case is still in process at the Supreme Court.

b. PT Kasih lndustri Indonesia dan PT Kasih Lintas Nusantara

b. PT Kasih lndustri Indonesia dan PT Kasih Lintas Nusantara

PT Kasih lndustri Indonesia ("PT KII") dan PT Kasih Lintas Nusantara ("PT KLN"), keduanya merupakan nasabah Perusahaan setelah dialihkan oleh PT PANN sejak tanggal spin-off, melakukan gugatan melalui Pengadilan Jakarta Pusat tanggal 16 Desember 2014, dimana Perusahaan sebagai Tergugat II, PT PANN sebagai Tergugat I, dan PT PANN Konsulindo sebagai tergugat III.

PT Kasih lndustri Indonesia ("PT KII") and PT Kasih Lintas Nusantara ("PT KLN"), both are the customers of the Company after transferred by PT PANN since spin-off date, filling a lawsuits through Central Jakarta Court on 16 December 2014, whereby the Company as Defendant II, PT PANN as Defendant I, and PT PANN Konsulindo as Defendant III.

Adapun gugatan dari PT KII dan PT KLN sebagai para Penggugat, menuntut atas hal-hal sebagai berikut:

The lawsuits from PT KII and PT KLN as the Litigants, demanding on the following matters:

1. Kerugian akibat hilangnya potensi pendapatan atas kapal KM First Kasih selama 5 (Lima) tahun sebesar Rp 370.568.698.733,

1. Losses due to loss of potential revenue from vessel KM First Kasih for 5 years amounted to Rp 370,568,698,733,

2. Kerugian akibat hilangnya potensi pendapatan dari hasil penjualan kapal KM First Kasih pada tahun 2010 sebesar Rp 80.323.399.150,

2. Losses due to loss of potential revenue from the sale of vessel KM First Kasih on 2010 amounted to Rp 80,323,399, 150,

3. Kerugian akibat timbulnya tunggakan hutang PT KII kepada PT PANN atas transaksi factoring sebesar Rp 54.608.412.928,

3. Losses due to outstanding payables PT Kil to PT PANN on factoring transactions amounted to Rp 54,608,412,928,

4. Kerugian akibat tidak dilaporkan dan diperhitungkannya sebagai pendapatan PT KLN atas penggunaan kapal KM First Kasih yang mengangkut muatan pasir dari Vietnam ke Singapura sebesar USD 304.506 atau ekuivalen Rp 3.600.000.000,

4. Losses due to unreported and uncalculated as revenue PT KLN on the used of vessel KM First Kasih for sand transporting from Vietnam to Singapore amounted to USD 304,506 or equivalent with Rp 3,600,000,000,

5. Kerugian akibat pengeluaran-pengeluaran untuk kapal terhitung sejak serah terima kapal dari PT PANN kepada PT KLN pada tanggal 25 November 2013 sebesar Rp 74.227.719.445, dan

5. Losses due to expenditure on the vessel since the handover from PT PANN to PT KLN until

25 November 2013 amounted to Rp 74,227,719,445, and

6. Membayar uang ganti rugi kepada para penggugat sebesar Rp 100.000.000.000 sebagai akibat pelaporan dari Tergugat II ke Polda Metro Jaya.

6. To pay compensation to the litigants amounted to Rp 100,000,000,000 due to reporting to Polda Metro Jaya by Defendant II.

Nusantara (lanjutan) Nusantara (continued) Gugatan Perdata tersebut telah diputus oleh

Pengadilan Jakarta Pusat pada tanggal 5 November 2015 dan dimenangkan oleh Kasih Group, atas hal tersebut Perusahaan telah menyatakan banding per tanggal 17 November 2015.

Civil action litigation has been decided by Central Jakarta District Court dated on 5 November 2015 and be won by Kasih Group, for this decision Company has filled an appeal as per 17 November 2015.

Pada tanggal 31 Oktober 2016, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta telah mengeluarkan putusan yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan menyatakan gugatan Kasih Group tidak dapat diterima. Selanjutnya pada tingkat Mahkamah Agung dengan putusan menolak permohonan kasasi dari PT KII dan PT KLN.

On 31 October 2016, DKI Jakarta High Court has released its decision which annul the District Court Central Jakarta decision and stated that the Kasih Group's claim has been declined. Then at the level of the Supreme Court with the decision to reject the appeal from PT KII and PT KLN.

Pada tanggal 26 Juni 2018, PT KII dan KLN mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Sampai dengan tanggal laporan ini, perkara tersebut masih dalam proses di Mahkamah Agung.

On 26 June 2018, PT Kii and KLN submitted a Judicial Review to the Supreme Court. Which until this report the case still in proccess at the Supreme Court.

c. PT CarakaTirta Perkasa c. PT CarakaTirta Perkasa PT Caraka Tirta Perkasa mengajukan gugatan ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan tuntutan pembatalan Sewa Guna Usaha KM CTP Java beserta ganti rugi, berupa kerugian materiil USD 1.432.408,63 dan Rp 632.179.111,46 dan kerugian sebesar Rp 50.000.000.000 dimana sampai dengan tanggal laporan ini, perkara tersebut masih dalam prosesdi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

PT Caraka Tirta Perkasa filed a lawsuit through the Central Jakarta District Court to demand cancellation of the vessel Lease Agreement of KM CTP Java and claimed a loss of compensation, for the material losses in amount of USO 1,432,408.63 and Rp 632, 179, 111.46 and the losses in amount of Rp 50,000,000,000 which as of the date of this report, the case is still in process in the Central Jakarta District court.

PT Caraka Tirta Perkasa mengajukan gugatan baru dengan No. 596/PDT.G/2016/PN.JKT.PST atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum pada fasilitas SGU KM CTP Java. Perusahaan telah mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi.

PT Caraka Tirta Perkasa filed a new lawsuit with No. 596/PDT.G/2016/PN.JKT.PST on Lawsuit Legal Actions at SGU KM CTP Java facility. The Company has filed a legal appeal to the Court of Appeal.

Pada tanggal 23 Juli 2018, Pengadilan Tinggi menyatakan dengan putusan menguatkan putusan pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Atas putusan tersebut, Perusahaan telah mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dengan putusan yang menguatkan putusan pengadilan negeri Jakarta Pusat dan sampai dengan tanggal laporan ini, Perusahaan masih meyusun memori peninjauan kembali.

On July 23, 2018, the Court of Appeal stated that the decision upheld the Central Jakarta District Court's decision. Based on this decision, the Company has filed an appeal to the Supreme Court with a decision that affirms the decision of the Central Jakarta District Court and up to the date of this report, the Company is still compiling a reconsideration memory.

PT Caraka Trans Pacific mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan tuntutan pembatalan Sewa Guna Usaha KM CTP Bravo, KM CTP Charlie dan KM CTP Eagle beserta ganti rugi dengan tuntutan ganti rugi sebagai berikut:

PT Caraka Trans Pasifi): filed a lawsuit through the central Jakarta district court to claim cancellation of the vessels Lease Agreement of KM CTP Bravo, KM CTP Charlie and KM CTP Eagle along with compensation where:

1. Kerugian materiil sebesar USD 5.800.155,15 dan Rp 92.189.834.766,64

2. Kerugian immateriil sebesar Rp 500.000.000.000

1. Material loss as amount USD 5,800,155.15 and Rp 92, 189,834,766.64

2. Immaterial loss as amount Rp 500,000,000,000

Pada tanggal 23 Agustus 2016, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan amar putusan yang pada pokoknya menghukum PT PANN (Persero) dan Perusahaan, masing-masing

terhadap kapal CTP Bravo sebesar USD 3.523.255,25; kapal CTP Charlie sebesar

USD 2.276.899,91; dan untuk kapal CTP Eagle sebesar Rp 31.148.597.527,67.

On 23 August 2016, District Court of Central Jakarta has released its decision which Court has ordered PT PANN (Persero) and the Company, each to pay for the vessel CTP Bravo as amount of USD 3,523,255.25, vessel CTP Charlie as amount of USD 2,276,899. 91 and for vessel CTP Eagle as amount of Rp 31, 148,597,527.67.

Pada Tanggal 1 September 2016, PT PPM mengajukan banding atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan hasil keputusan banding tersebut dimenangkan oleh PT PPM. PT Caraka Trans Pasific mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung 2272/PDT/2018 tanggal 8 Oktober 2018, menyatakan bahwa permohonan kasasi telah ditolak.

On September 1, 2016, PT PPM filed an appeal against the Decision of the Central Jakarta District Court and the result of the appeal decision was won by PT PPM. PT Caraka Trans Pacific submitted an appeal to the Supreme Court. Based on the decision of the Supreme Court 2272 / PDT / 2018 dated October 8, 2018, it stated that the appeal was rejected.

e. PT Meranti Bahari e. PT Meranti Bahari

PT Meranti Bahari ("PT MB") adalah pemegang saham PT Meranti Maritim yang juga dimiliki oleh Henry Djuhari, merupakan nasabah Perusahaan setelah dialihkan oleh PT PANN sejak tanggal spin-off

PT Meranti Bahari ("PT MB") is the shareholder of PT Meranti Maritim which also owned by Henry Djuhari, a customer of the company after transferred by PT PANN after spin-off.

Dengan adanya putusan PKPU yang menyatakan PT Meranti Maritim dan Henry Djuhari telah dalam keadaan PKPU Sementara, maka untuk lebih menjamin recovery dari PT Meranti Bahari, Perusahaan mengajukan permohonan PKPU terhadap PT Meranti Bahari kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusatpada tanggal 4 Januari 2016.

With the PKPU decision that already stated PT Meranti Maritim and Henry Djuhari already in the temporary Condition, then to give more acertainty of PT Meranti Bahari, the company filed PKPU request for PT Meranti Bahari to Central Jakarta Commercial Court on 4 January 2016

Pada tanggal 1 September 2016, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah memberikan putusannya menyatakan sah dan mengikat secara hukum, Perjanjian Perdamaian tanggal 16 Agustus 2016 dan menyatakan PKPU PT MB demi hukum berakhir.

On the date of 1 September 2016, Commercial Court on Central Jakarta District Court has released final and binding decision on the Settlement Agreement dated 16 August 2016 which is stated that the insolvency of the PT MB is end.

Pada tanggal 19 Januari 2018, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan putusan yang menyatakan permohonan keberatan dari PT MB dapat diterima.

On 19 January 2018, the Central Jakarta District Court issued a decision stating that the objection from PT MB was acceptable.

Pada tanggal 9 Agustus 2018, Jaksa Penuntun Umum mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Sampai dengan tanggal laporan ini, perkara tersebut masih dalam proses di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

On 9 August 2018, the General Prosecutor's Office appealed to the DK/ Jakarta High Court. As of the date of this report, the case is still in process at the DKI Jakarta High Court.

f. PT Pelayaran Niaga Nusantara f. PT Pelayaran Niaga Nusantara PT Pelayaran Niaga Nusantara ("PT PNN") telah

mengajukan gugatan perdata kepada Perusahaan terkait dengan Perjanjian SGU Kapal Niaga 62, CJN 111-5 dan Niaga Mas 1. Status perkara telah dicabut dan tidak ditimbulkan kerugian bungan dengan kasus ini.

PT Pelayaran Niaga Nusantara ("PT PNN") had {Hied several law suit to the Company, on a Lease Agreement of Vessel Niaga 62, CJN 111-5 and Niaga Mas 1. The cassation case has been rejected and there is no losses related to the case.

operasinya sebagai berikut: following financial risks: 1. Risiko kredit

2. Risiko pasar 3. Risiko nilai tukar 4. Risiko likuiditas 5. Risiko operasional

1. Credit risk 2. Market risk

3. Foreign exchange risk 4. Liquidity risk

5. Operational risk Secara umum seperti semua bisnis lainnya.

Perusahaan menghadapi risiko yang timbul dari penggunaan instrumen keuangan. Catatan ini menggambarkan tujuan Perusahaan, kebijakan dan proses untuk mengelola risiko tersebut dan metode yang digunakan untuk mengukur mereka. lnformasi kuantitatif lebih lanjut sehubungan dengan risiko disajikan pada seluruh laporan keuangan.

In common with all other businesses. The Company is exposed to risks that arise from its use of financial instruments. This note describes the Company's objectives, policies and processes for managing those risks and the methods used to measure them. Further quantitative information in respect of these risks is presented throughout these financial statements.

lnstrumen - instrumen keuangan utama Principal financial instruments lnstrumen keuangan pokok yang digunakan oleh

Perusahaan, dimana risiko atas instrumen keuangan muncul adalah sebagai berikut:

The principal financial instruments used by the Company, from which financial instrument risk arises are as follows:

- Kas dan setara kas - Piutang sewa pembiayaan - Piutang lain-lain

- Pinjaman bank

- Uang muka lain-lain yang diterima - Beban akrual

- Utang kepada pihak berelasi

- Cash and cash equivalents - Finance lease receivables - Other receivables - Bank borrowings - Other advances received - Accrued expenses - Due to related parties lkhtisar dari instrumen-instrumen keuangan yang

dimiliki Perusahaan adalah sebagai berikut:

A summary of the financial instruments held by the Company are as follows:

2019 2018

Aset keuangan Financial assets

Kas dan setara kas 39,134,743,092 51,329,359,823 Cash and cash equivalents

Piutang sewa pembiayaan 379,824,242,878 289, 190,328,477 Finance lease receivables

Piutang pihak berelasi 1,281,307,692 - Due from related parties

Piutang lain-lain 42,701,909,100 11,378,616,579 Other receivables

Jumlah 462,942,202,762 351,898,304,879 Total

Liabilitas keuangan Financial liabilities

Pinjaman bank 160,158,388,687 179,965,077,776 Bank borrowings

Uang muka lain-lain yang diterima 17,368,593,954 17,900,335,801 Other advances received

Beban akrual 14,440,236,312 11,828,886,191 Accrued expenses

Utang kepada pihak berelasi 79,101,170,764 79,927,449,635 Due to related parties

Tujuan, kebijakan dan proses secara umum General objectives, policies and processes Perkembangan industri pembiayaan yang disertai

dengan meningkatnya kompleksitas aktivitas pembiayaan semakin mempertegas pentingnya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan manajemen risiko yang dapat diandalkan.

The development in multifinance industry along with the improvement in complexity of financing activity emphasize more and more on the importance of good corporate governanceand reliable risk management.

Perusahaan menyadari bahwa risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari operasional Perusahaan dan dapat dikelola secara praktis dan efektif setiap hari, dengan 5 (lima) tipe risiko utama: 1. Risiko kredit

2. Risiko pasar 3. Risiko nilai tukar 4. Risiko likuiditas 5. Risiko operasional

The Companyrealised that risk is a non-separable part of its operational activity and can be managed practically and effectively day by day, with 5 (five) particular risks:

1. Credit risk 2. Market risk

3. Foreign exchange risk 4. Liquidity risk

5. Operational risk

Risiko kredit Credit risk

Risiko kredit adalah risiko kerugian keuangan yang timbul jika counterparty Perusahaan gagal memenuhi liabilitas kontraktualnya kepada Perusahaan. Risiko kredit Perusahaan terutama melekat kepada kas dan setara kas, piutang sewa pembiayaan, piutang lain-lain dan uang muka.

Credit risk is the risk of suffering financial loss, should any of the Company's counterparty fail to fulfill their contractual obligations to the Company. Credit risk is primarily attributable to its cash and cash equivalents, finance lease receivables, other receivables and advances.

Risiko kredit merupakan risiko utama karena Perusahaan bergerak dalam aktivitas sewa pembiayaan, dimana Perusahaan menawarkan kredit sewa bagi nasabah yang hendak memiliki kapal. Perusahaan menghadapi risiko seandainya nasabah tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam melunasi kredit sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara nasabah dengan Perusahaan.

Credit risk is a major risk because the Company is engagedin finance lease activity, in which the Company offers credit lease to customers who would like to own a vessel. The Company faces risks when customers are not able to fulfill their obligations in paying off loans agreed upon in the agreement between customersand Company.

Manajemen risiko yang telah diterapkan Perusahaan terhadap risiko kredit adalah sebagai berikut:

Risk management has been adopted by the Company against credit risk are as follows:

- Diversifikasi portofolio menurut wilayah, sector ekonomi dan industri, merek dan jenis barang. - Risk Adjusted Pricing Method, yaitu penetapan

tingkat bunga pembiayaan berdasarkan risiko yang dihadapi, antara lain dinilai dari besarnya uang muka yang dibayar konsumen, usia kapal yang dibiayai, jenis penutupan asuransi yang dipilih dan lain sebagainya.

- Penanganan kontrak bermasalah yang dilakukan secara disiplin dan proaktif.

- Analisa atas kualitas portofolio secara periodik dan tindakan preventif berupa surat teguran kepada operator.

- Perusahaan semaksimal mungkin membiayai nasabah yang memiliki kontrak yang pasti. - Upaya-upayauntuk memperoleh jaminan

tambahan untuk menaikkan tingkat security coverage dari piutang sewa pembiayaan.

- Portfolio diversification by regions, economic sectors and industries, brand and type of goods. - Risk Adjusted Pricing Method, in which the

Company setting the interest rate of financing based on the risks faced, by among others: the amount of advances paid by customers, age of the financed vessels,type of insurance coverage and so forth.

- Handling of problematic contracts that are both disciplined and proactive.

- Periodic analysis of portfolio quality and preventive actions suchas warning letter to the operator.

- The Company only finance customers who has a captive contract.

- Performed any effort to received additional callateral to increase security coverage of finance lease receivable.

Risiko kredit (lanjutan) Credit risk (continued) Risiko kredit juga timbul dari kas dan setara kas dan

simpanan-simpanan di bank dan institusi keuangan. Untuk memitigasi risiko kredit, Perusahaan menempatkan kas dan setara kas pada institusi keuangan yang terpercaya.

Credit risk also arises from cash and cash equivalents and deposits with banks and financial institutions. To mitigate the credit risk, the Company places its cash and cash equivalents in reputable financial institutions.

Perusahaan tidak masuk ke dalam instrumen derivatif untuk mengelola risiko kredit, walaupun langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk beberapa kasus tertentu yang cukup terkonsentrasi, yang bertujuan untuk mengurangi risiko serupa.

The Company does not enter into derivatives to manage credit risk, although in certain isolated cases may take steps to mitigate such risks if it is sufficiently concentrated.

Pengungkapan kuantitatif atas paparan risiko kredit

Dokumen terkait