BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Landasan Teori 2.2.6. Percevied Quality Perceived quality dapat didefisinikan sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan dari sebuah produk atau jasa. Persepsi kualitas yang dinilai oleh pelanggan harus membandingkan dua atau lebih objek yang setara (Tandjung, 2004:64). Menurut Kottler (2000) dalam Simamora (2002:114) perceived quality adalah totalitas fitur dan karakteristik yang memampukan produk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan. Perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan, merupakan perasaan yang tak nampak dan menyeluruh tentang kelebihan atau kekurangan suatu produk, dan merupakan hasil penilaian konsumen terhadap dimensi-dimensi karakteristik produk seperti performasi, keandalan, pelayanan, desain dan sebagainya. Perceived quality bersifat objektif dan berbeda dalam diri konsumen, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masing-masing individu (Subayikto, 2009). Menurut Aaker (2003) Kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Simamora (2001) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relative dengan produk-produk lain. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001), persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Berdasarkan definisi diatas tentang persepsi kualitas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi dari pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan harapan pelanggannya. Berdasarkan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perceived quality merupakan perasaan yang tak Nampak, menyeluruh dan hasil penilaian konsumen terhadap dimensi-dimensi karakteristik produk seperti performasi, keandalan, pelayanan, desain produk baik kelebihan atau kekurangan suatu produk. 2.2.6.1. Dimensi Perceived Quality Dua dimensi yang perlu diperhatikan untuk mengetahui secara rinci mengenai Perceived quality (Tandjung, 2004:66-67) sebagai berikut : 1. Konteks Produk Konteks produk pertama berkaitan dengan kinerja (performance) yang berkaitan erat dengan kegiatan utama suatu usaha. Kedua cirri-ciri khusus. Ketiga mengurangi tingkat kerusakan (conformance with specifications). Keempat konsintensi kinerja dari produk atau jasa (reliability), kelima mencerminkan usia ekonomis suatu produk (durability), keenam dukungan layanan terhadap suatu produk (service ability), ketujuh menunjukkan penampilan produk sesuai kualitasnya (fit and finish) . 2. Konteks Layanan Konteks layanan meliputi pertama fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan karyawan yang berkualitas (tangible). Kedua berkaitan dengan kinerja karyawan yang lebih akurat (relibility). Ketiga perlunya pengetahuan dan keahlian untuk mengerjakan tugas dengan benar, selain itu harus mempunyai rasa percaya diri dan jujur (competence). Keempat kemauan untuk membantu para pelanggan dan melayani dengan cepat (responsiveness), kelima memperhatikan para pelanggan secara individu (empaty). Menurut Subiyakto (2009) dimensi Perceived quality dibagi menjadi delapan sebagai berikut : 1. Performance (kinerja) Merupakan dimensi dasar yang melibatkan berbagai karakteristik operasional atau fungsi utama dari suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. Bagi setiap produk performance bias berlainan tergantung pada functional value yang dijanjikan perusahaan. 2. Service (pelayanan) Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan yang berkaitan dengan produk tersebut. 3. Durability (ketahanan) Mencerminkan suatu pengukuran terhadap siklus produk. Produk tersebut mempunyai durability yang tinggi apabila telah digunakan dalam jangka waktu yang lama sekali dan produk tersebut tetap bias bekerja sebagaimana mestinya. 4. Reliability (keandalan) Menunjukkan probabilitas produk gagal menjalankan fungsinya atau konsitensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk. 5. Feature (karakteristik produk) Bagian – bagian tambahan dari produk (fitur). Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hamper sama. Bagian – bagian tambahan ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai dengan perkembangannya. 6. Conformance (kesesuaian dengan spesifikasi) Merupakan pandangan produk mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) dengan spesifikasinya yang telah ditentukan dan teruji. 7. Fit and Finish (hasil akhir) Menunjukkan pada munculnya atau dirasakannya kualitas produk secara keseluruhan. 8. Desigh (desain) Dimensi ini merupakan dimensi unik yang dimiliki suatu produk. Dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan. Berdasarkan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi Perceived quality terdiri dari kinerja (performance), ciri-ciri khusus, mengurangi tingkat kerusakan, konsintensi kinerja dari produk atau jasa, mencerminkan usia ekonomis suatu produk, dukungan layanan terhadap suatu produk, menunjukkan penampilan produk sesuai kualitasnya. 2.1.6.2. Prinsip-Prinsip Perceived Quality Cleland dan Bruno (1996) dalam Simamora (2002:115) memberikan tiga prinsip tentang Perceived quality yaitu : 1. Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh kebutuhan bukan harga (nonprice needs) yang dicari konsumen untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua ahli ini memang berpendapat bahwa yang dipertimbangkan konsumen dari sebuah produk mencakup tiga aspek utama, yaitu produk, harga dan non produk. 2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen. Kalau konsumen mempersepsikan kualitas sebuah produk rendah, maka kualitas produk itu rendah, apapun realitanya. Persepsi lebih penting daripada realitas. Konsumen membuat keputusan berdasarkan persepsi, bukan realitas. Jadi persepsi adalah realitas. 3. Perceived quality diukur secara relative terhadap pesaing. Aaker juga sependapat dalam hal ini, kalau produk A sederhana saja, akan tetapi produk pesaing lebih sederhana lagi maka, produk A memiliki kualitas sebaliknya, kalau produk B menawarkan produk yang baik, akan tetapi produk pesaing lebih baik lagi, maka produk B tidak memiliki kualitas. Berdasarkan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip Perceived quality adalah Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk, kualitas, dan relative terhadap pesaing. 2.2.6.3. Penciptaan Perceived Quality Perceived quality menciptakan nilai terhadap produk/jasa dalam lima cara: 1. Alasan untuk Membeli Perceived quality terjalin erat dengan keputusan untuk melakukan pembelian. Ini dapat menyebabkan elemen program pemasaran lebih efektif. Jika Perceived quality tinggi, tugas bagian promosi akan lebih efektif. 2. Posisi Sebuah merek pasti memiliki posisi tertentu, akan berpengaruh terhadap nilai yang diharapkan oleh konsumen. 3. Harga Mahal Suatu merek yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi akan dengan mudah menetapkan harga yang relative tinggi pula. Dampak bagi perusahaan, keuntungan akan meningkat. 4. Minat Para Pengecer/Distributor Perceived quality sangat berarti bagi pengecer dan distributor. Citra para pedagang perantara ini sangat dipengaruhi oleh produk/jasa yang dipasarkan. Pengecer atau distributor yang menjual produk merek global tentu memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding dengan pedagang perantara yang memasarkan produk/jasa bukan merek yang terkenal. 5. Perluasan Merek Produk/jasa yang dipersepsi berkualitas akan lebih mudah melakukan perluasan merek dengan menghadirkan katagori produk/jasa baru. Berdasarkan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menciptakan nilai Perceived quality meliputi alasan untuk membeli, Posisi, harga, distributor dan perluasan Merek. Dalam dokumen HUBUNGAN ATRACTIVENESS DENGAN PERCEIVED QUALITY (Studi Kasus Pada Group Musik NOAH dalam Iklan XL Versi Bebas di Televisi). (Halaman 36-42)