• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perekonomian Kawasan Jawa

Dalam dokumen Halaman ini sengaja dikosongkan (Halaman 31-39)

A.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Konsumsi rumah tangga tetap tumbuh meningkat didukung oleh optimisme terhadap daya beli yang meningkat. Tekanan inflasi terhadap bahan makan volatile food yang

terjadi pada periode laporan masih dapat diimbangi dengan optimisme pada meningkatnya tingkat penghasilan. Tingkat penghasilan yang meningkat dirasakan oleh pegawai negeri sipil yang gajinya naik rata-rata 10% dan pegawai swasta dengan kenaikan UMK rata-rata sebesar 10,27% dimana pada tahun 2011 hanya naik 8,69%. Secara umum konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif dan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Kawasan Jawa terutama di tengah melambatnya perekonomian dunia. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini dapat terlihat dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen dan indeks penjualan eceran dalam negeri. Selain itu, impor barang konsumsi ke kawasan Jawa juga menunjukkan adanya peningkatan. Pembiayaan konsumsi dari lembaga keuangan bank juga tumbuh tinggi, yakni mencapai 20,9% (yoy) pada posisi Februari 2012 meskipun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Realisasi konsumsi pemerintah pada awal tahun masih sangat rendah. Penyerapan

anggaran pemerintah diperkirakan lebih rendah dari rata-rata 3 tahun terakhir sebesar 7,3%. Permasalahan “klasik” terkait dengan keterlambatan pengesahan anggaran seperti lamanya proses pengajuan rencana kerja dan anggaran masing-masing dinas serta hubungan antara eksekutif dan legislatif yang kurang harmonis masih dihadapi di berbagai daerah sehingga menyebabkan rendahnya realisasi anggaran di kuartal pertama 2012. Selain itu, sebagian besar Pemda belum dapat mencairkan anggaran sesuai rencana akibat adanya restrukturisasi organisasi, keterlambatan pengesahan anggaran, lamanya proses lelang, serta keterbatasan sumber daya yang memiliki kompetensi sebagai tim pengadaan.

Hasil diskusi dengan beberapa pemangku kepentingan mengemuka persoalan yang turut menyebabkan lebih rendahnya realisasi anggaran pada triwulan pertama 2012, yakni terkait dengan dilakukannya beberapa penyesuaian dengan terbitnya peraturan yang lebih tegas atas penyaluran dana hibah/bansos. Pengaturan tersebut mengharuskan Pemerintah Daerah untuk secara rinci mencantumkan sasaran penerima dan besaran hibah/bansos pada saat penyusunan anggaran di dalam surat keputusan Kepala Daerah tentang Daftar Penerima Hibah Bansos dengan mengacu pada usulan/rekomendasi serta kajian teknis dari kepala dinas kepada Kepala Daerah.

26

Grafik IV.1

Rata-rata Realisasi APBD selama 3 tahun terakhir

7.3 28.6 51.9 87.3 0 20 40 60 80 100

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

%

Ideal Total Belanja

Tabel IV.2

Rata-rata Realisasi Belanja 3 tahun terakhir Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

TOTAL BELANJA Banten 10.7 31.45 61.78 95.94 Jabar 6.5 23.7 57.5 92.1 Jateng 7.2 31.6 54.2 94.5 DIY 5.5 25.8 50.5 90.8 Jatim 6.4 30.4 35.3 63.0 BELANJA MODAL Banten 8.28 26.93 54.07 69.08 Jabar 1.4 5.1 20.0 89.1 Jateng 1.5 14.8 39.1 91.2 DIY 0.1 3.7 18.0 83.3 Jatim 1.8 16.8 22.4 42.4

Investasi pada awal tahun 2012 menunjukkan adanya perlambatan terutama di Jawa

Timur. Beberapa indikator investasi menunjukkan bahwa arah pertumbuhan terus dalam

tren meningkat, meskipun demikian di Kawasan Jawa pada triwulan I 2012 terdapat sedikit perlambatan. Perlambatan investasi ini terutama disebabkan oleh belum terealiasikannya kegiatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Daerah. Selain itu, beberapa perusahaan sesuai hasil liaison masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan investasi terutama karena adanya rencana kenaikan harga BBM.Perlambatan kegiatan investasi juga ditunjukkan pada data impor barang modal dan penjualan semen di kawasan yang menurun.

Grafik IV.2

Penjualan Semen di Kawasan Jawa

2.555 2.340 -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

R

ibu

Ton

Semen (rata-rata bulanan) Pertumbuhan (yoy)

Grafik IV.3 Impor Barang Modal

-100,0% -50,0% 0,0% 50,0% 100,0% 150,0% 200,0% 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

Impor Barang Modal Pertumbuhan

Kinerja ekspor kawasan Jawa pada awal tahun 2012 masih dapat tumbuh meningkat di tengah prospek melemahnya perekonomian negara maju. Pertumbuhan ekspor

Kawasan Jawa mengalami sedikit peningkatan dari 11,0% menjadi 11,8%. Peningkatan kinerja ekspor Kawasan Jawa pada periode laporan dipengatuhi oleh meningkatnya permintaan makanan dan minuman pasca Tsunami di Jepang dan terhambatnya produksi makanan laut di Thailand akibat banjir. Selain itu, terdapat pengalihan ekspor ke negara Timur Tengah. Pangsa komoditas maupun negara tujuan ekspor telah terdiversifikasi, tidak hanya tergantung kepada pasar negara Amerika maupun Eropa.

Grafik IV.4

Perkembangan Ekspor per Negara Mitra Dagang Utama

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2011 2012 %, yoy

Jepang Timur Tengah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2011 2012 AS UE ASEAN Cina ASEAN Cina Jepang TimTeng AS UE Meningkat Menurun Grafik IV.5

Perkembangan Ekspor per Negara Mitra Dagang Utama

-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2011 2012 %, yoy

Mamin Mesin & Elektronik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2010 2011 2012

Plastik & Karet Kendaraan TPT Alas Kaki Mesin & Elektronik

Makanan & Minuman

Alas Kaki

Plastik & Karet TPT Kendaraan

Meningkat Menurun

Sementara itu, industri pengolahan di Jawa tumbuh stabil pada awal tahun ini, ditopang oleh tingginya konsumsi rumah tangga. Permintaan dalam negeri yang masih

tumbuh dapat mendorong kinerja sektor ini. Pasokan bahan baku untuk industri otomotif dan elektronik yang sempat terkendala pada tahun 2011 akibat bencana tsunami Jepang dan banjir di Thailand telah kembali normal. Tumbuhnya industri pengolahan pada triwulan I 2012 juga diindikasikan pada peningkatan impor bahan baku di kawasan Jawa. Meskipun dapat tumbuh, kinerja industri pengolahan tertahan oleh masih lemahnya permintaan luar negeri dan adanya masalah antara buruh dengan perusahaan terkait penetapan upah minimum kota.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran diperkirakan tumbuh stabil meskipun berpotensi tumbuh lebih tinggi karena kuatnya permintaan konsumen. Permintaan

konsumen terhadap barang tahan lama meningkat tercermin dari tren indeks pembelian barang tahan lama (Survei Konsumen) dan penjualan barang rumah tangga (Survei Penjualan Eceran). Indeks konsumen menunjukkan ketetapatan konsumen dalam pembelian barang tahan lama meningkat 13,8% (yoy), terutama berupa alat rumah tangga, yang naik sekitar 29,2% (yoy) dibandingkan tahun 2010 (23,0%; yoy). Meskipun demikian, adanya kenaikan harga barang yang terjadi di akhir triwulan I 2012 akibat ekspektasi pedagang terhadap rencana kenaikan harga BBM menyebabkan pertumbuhan kinerja sektor ini sedikit tertahan.

Sektor pertanian pada triwulan I 2012 mengalami perlambatan karena adanya pergeseran musim panen. Musim kemarau yang panjang di tahun 2011 menyebabkan

mundurnya masa tanam ke 3 tahun 2011 dan musim panen raya 2012. Hal ini terutama terjadi di Jawa Barat yang menyumbang 60% produksi padi kawasan Jawa. Panen raya

28

tahun 2012 diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret dan April, sementara di tahun 2011 panen terjadi pada bulan Februari dan Maret.

Tabel IV.3

Pertumbuhan Ekonomi Secara Sektoral Kawasan Jawa

2012

I II III IV I

Pertanian 6,3 2,5 2,0 2,8 -1,9 2,6 1,3 0,8

Pertambangan dan Penggalian 7,4 5,7 3,0 1,2 0,6 0,5 1,3 -0,5

Industri Pengolahan 1,0 4,1 7,1 5,5 6,1 5,7 6,1 5,7

Listrik, Gas, dan Air Bersih 8,1 8,1 4,3 3,3 2,2 4,9 3,7 9,1

Bangunan/Konstruksi 5,8 9,1 9,1 10,7 9,6 9,6 9,8 8,8

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,2 9,9 7,5 8,3 9,3 10,1 8,8 10,1

Pengangkutan dan Komunikasi 10,2 11,1 15,0 13,1 10,6 9,1 11,8 8,8

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 6,6 7,5 10,2 9,7 8,2 8,7 9,2 6,8

Jasa-jasa 5,0 6,2 9,2 6,4 7,6 3,6 6,6 7,0

JAWA 4,7 6,3 7,1 6,6 6,1 6,7 6,6 6,4

2011

Sektor 2009 2010 2011

B.

INFLASI

Inflasi Jawa pada triwulan I 2012 mengalami sedikit peningkatan dari 3,42% menjadi 3,53% (yoy). Naiknya laju inflasi pada triwulan ini sebagian besar disebabkan oleh inflasi

pada kelompok volatile foods yang meningkat dari 4,3% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Mundurnya masa panen khususnya di Jawa Barat dan gangguan pasokan cabe merupakan faktor utama pendorong inflasi di kelompok ini. Puncak panen padi Jawa Barat diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret-April 2012, sebagaimana masih terindikasi dari masih rendahnya produksi padi, yakni dari 3,3 juta ton pada triwulan I 2011 menjadi 2,6 juta ton pada triwulan I 2012. Sementara itu, inflasi cabe meningkat akibat gangguan angin puting beliung dan hujan yang tidak menentu sehingga lahan cabe di berbagai sentra produksi mengalami gagal produksi dan terserang hama. Sementara itu, inflasi administered price naik tipis, yakni dari 2,8% menjadi 2,9% akibat kenaikan harga rokok yang merupakan dampak lanjutan dari naiknya cukai sebesar 15%-16% sejak bulan Januari 20125.

Grafik IV.6

Disagregasi Inflasi Kawasan Jawa

Grafik IV.7

Ekspektasi Konsumen 3 Bulan Kedepan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 2012

Umum volatile food adm price core inflation

140 150 160 170 180 190 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2010 2011 2012

Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Banten DIY

Sumber : Survei Konsumen, diolah

5

PMK No. 167/PMK.011/2011 tanggal 9 November 2011

%,yoy

Sementara itu, inflasi inti relatif dapat terkendali seiring dengan masih minimalnya tekanan kenaikan harga pada kelompok jasa, terutama pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga didukung adanya respons sisi penawaran yang dapat mengimbangi kuatnya permintaan. Namun, perkembangan indikator ekspektasi inflasi masyarakat cenderung mengalami peningkatan terutama untuk harga-harga dalam 3 bulan mendatang yang dipicu oleh rencana kenaikan harga BBM.

C.

ASESMEN PERBANKAN

Fungsi intermediasi perbankan di Jawa tetap berjalan dengan baik, dengan tingkat risiko kredit yang masih terjaga rendah. Sampai dengan Februari 2012, aset perbankan

se-Jawa meskipun mengalami perlambatan tetap tumbuh sebesar 18,5%, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang juga melambat. Sementara itu, pertumbuhan DPK meningkat sebesar 19,2%. Lebih besarnya angka pertumbuhan kredit dibanding angka pertumbuhan DPK meningkatkan rasio LDR menjadi sebesar 79,9%.

Tabel IV.4

Indikator Perbankan di Kawasan Jawa

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

Dari sisi risikonya, indikator NPL mengalami peningkatan walaupun masih dalam kisaran yang aman, yaitu sebesar 2,7%. Dilihat dari jenis penggunaan, angka pertumbuhan kredit investasi masih tetap tinggi yakni sebesar 34,6% meski sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, dari sisi sektoral kredit ke sektor pertanian mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu 67,1% walaupun

1 732,01 744,45 757,05 796,72 834,16 876,14 872,53 882,17 19,09 18,50 2 582,01 583,87 596,48 627,34 650,86 693,91 687,34 695,80 18,22 19,17 a Giro 100,34 103,50 105,25 110,43 112,47 117,73 116,24 118,12 21,10 14,12 b Tabungan 247,09 245,95 249,10 259,46 277,22 310,51 305,68 306,15 22,68 24,48 c Deposito 234,58 234,42 242,14 257,44 261,17 265,67 265,42 271,53 12,27 15,83 3 Kredit Bank Pelapor - - - - - - -

-a Berd-as-ark-an Jenis Penggun-a-an 443,33 452,88 467,18 497,33 520,94 552,11 547,20 555,78 23,10 22,72 - Modal Kerja 224,67 229,55 238,36 254,62 265,39 281,27 271,31 278,99 19,66 21,54 - Investasi 48,11 50,23 53,96 57,63 60,13 65,17 66,37 67,60 35,84 34,58 - Konsumsi 170,55 173,10 174,86 185,08 195,42 205,67 209,52 209,20 24,30 20,85 b Berdasarkan Kolektibilitas 443,34 452,88 467,19 497,34 520,94 552,11 547,20 555,78 23,10 22,72 - Lancar 405,33 411,11 427,69 456,36 480,07 515,06 507,05 512,77 24,41 24,73 - Dalam Perhatian Khusus 24,49 27,87 25,56 25,66 25,10 23,55 25,82 28,25 6,66 1,36 - Non Lancar 2,91 2,72 2,30 2,87 2,23 1,68 2,19 2,24 (29,23) (17,59) - Diragukan 2,02 2,29 2,80 2,54 2,28 1,69 1,89 2,38 (2,74) 4,10 - Macet 8,60 8,89 8,85 9,90 11,27 10,13 10,25 10,14 22,00 14,13 4 Kelonggaran Tarik 34,28 33,04 32,89 33,59 41,35 41,00 45,67 44,75 34,02 35,47 5 LDR Bank Pelapor (%) 76,17 77,57 78,33 79,28 80,04 79,56 79,61 79,88

6 NPL Kredit Bank Pelapor (%) Gross 3,05 3,07 2,98 3,08 3,03 2,44 2,62 2,66 7 Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM)

a Berdasarkan Skala 140,82 142,96 153,65 164,76 169,94 177,78 170,82 178,35 21,55 24,75 - Mikro 27,00 27,21 31,74 33,92 36,43 35,23 32,36 37,25 20,99 36,88 - Kecil 55,93 56,91 61,80 65,15 60,76 64,77 63,87 64,79 12,09 13,85 - Menengah 57,89 58,84 60,10 65,70 72,75 77,78 74,59 76,31 31,03 29,69 b Berdasarkan Jenis Penggunaan 140,82 142,96 153,65 164,76 169,94 177,78 170,82 178,35 21,55 24,75 - Modal Kerja 118,73 120,42 129,83 138,81 142,67 148,16 139,96 146,93 19,03 22,02 - Investasi 20,11 20,54 21,94 23,94 24,98 27,18 27,94 28,64 35,47 39,41 - Konsumsi 1,98 2,00 1,88 2,01 2,29 2,44 2,92 2,78 41,91 38,81

g yoy

Total Aset Total DPK Bank Pelapor

30

pangsanya masih relatif kecil (2%). Sementara itu, dari sisi sektoral dan skala usaha terlihat peningkatan penyaluran kredit kepada UMKM yang tercermin dari angka pertumbuhannya yang cukup tinggi ke sektor tersebut, yaitu sebesar 24,8%

Seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk terus berusaha menurunkan suku bunga kredit, terlihat adanya respons yang sejalan dengan perbankan di Jawa. Suku bunga kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi terus menunjukkan tren yang menurun. Namun demikian, spread suku bunga kredit dan deposito belum menunjukkan penurunan yang signifikan.

Grafik IV.8

Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Kawasan Jawa 5 7 9 11 13 15 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2010 2011 2012 %, yoy

Konsumsi Modal Kerja Investasi Deposito

Tabel IV.5

Suku Bunga Perbankan di Kawasan Jawa

Suku Bunga (%) Feb-10

Feb-11 Feb-12

Kredit Modal Kerja 14.9 13.7 12.8 Kredit Investasi 14.7 13.1 12.9 Kredit Konsumsi 15.4 14.2 12.9

Deposito 6.3 6.3 5.9

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

D.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Jawa pada triwulan mendatang diprakirakan cenderung stabil di kisaran 6,5%. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan

cukup kuat menopang perekonomian dengan ditundanya kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal triwulan II 2012. Kendati demikian peningkatan konsumsi tersebut tidak akan terlalu besar mengingat adanya tekanan ekspektasi inflasi dan penundaan konsumsi untuk persiapan Ramadhan pada triwulan setelahnya. Kegiatan investasi di Jawa berpotensi meningkat setelah perusahaan melihat perkembangan politik pada akhir triwulan I 2012. Di sisi sektoral, kinerja beberapa sektor utama di kawasan Jawa diperkirakan relatif dapat tumbuh lebih baik. Puncak panen raya yang terjadi pada April 2012 diperkirakan dapat mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi walaupun disertai indikasi masih relatif terbatasnya peningkatan produksi padi secara keseluruhan. Sementara itu, masih cukup kuatnya aktivitas domestik di triwulan mendatang akan menopang kinerja sektor industri pengolahan di tengah pengaruh ketidakpastian ekonomi global yang berisiko memengaruhi kinerja ekspor manufaktur. Aktivitas domestik yang masih cukup kuat ini diperkirakan berkontribusi pada dinamika di sektor non tradable.

Laju inflasi Kawasan Jawa pada triwulan II 2012 diperkirakan akan meningkat

menjadi kisaran 4,1%-4,5%. Proyeksi tersebut ditetapkan dengan asumsi bahwa

ekspektasi inflasi masih belum membaik, harga-harga komoditas strategis (seperti emas, minyak, dan pangan) di pasar global meningkat, serta lebih rendahnya produksi padi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, tekanan inflasi dapat lebih besar jika

terdapat dampak lanjutan atas kebijakan energi melalui kenaikan tarif angkutan serta belum membaiknya pasokan bumbu-bumbuan (cabe, bawang merah, dan bawang putih). Di sisi lain, angka inflasi dapat terkoreksi jika pedagang dapat menyesuaikan harga bahan pangan untuk mengkompensasi penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Hingga akhir tahun 2012, beberapa faktor risiko masih membayangi stabilitas perekonomian regional. Perkembangan harga minyak dunia di pasar internasional dapat

mendorong kenaikan harga BBM bersubsidi pada paruh akhir tahun, dampak lanjutan kebijakan energi terhadap kenaikan biaya transportasi distribusi dan angkutan penumpang. Dengan pertimbangan tersebut, maka inflasi diperkirakan dapat menjadi sebesar 6,5% - 7,0%.

32

Bab V

Dalam dokumen Halaman ini sengaja dikosongkan (Halaman 31-39)

Dokumen terkait