• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Varian Pemikiran Islam tentang Perempuan

2.3.3 Perempuan dalam Pemikiran Islam Moderat

Dalam wacana keberagamaan sekarang ini, istilah moderat memiliki konotasi yang sangat positif. Moderat adalah kata yang menghipnotis. Islam moderat, misalnya, dimaknai sebagai Islam yang kekerasan dan anti-terorisme. Islam moderat identik dengan Islam yang bersahabat, tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrim kiri. Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah pun dengan tegas mengklaim dirinya sebagai representasi dari Islam yang moderat, bukan liberal dan juga bukan fundamentalis.

Istilah moderat (moderate) berasal dari bahasa Latin moderare yang artinya mengurangi atau mengontrol. Kamus The American Heritage Dictionary of the English Language mendefinisikan moderate sebagai: not excessive or extreme (tidak berlebihan dalam hal tertentu). Kesimpulan awal dari makna etimologi ini bahwa moderat mengandung makna obyektif dan tidak ekstrim, sehingga definisi akurat Islam Moderat adalah Nilai-nilai Islam yang dibangun

atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan (I‟tidal dan wasath). Menurut

Syaikh Yusuf Al Qardhawi, Wasatiyah (pemahaman moderat) adalah salah satu karakteristik Islam yang tidak dimiliki oleh Ideologi-ideologi lain. Dalam alquran di jelaskan: Dan demikianlah aku jadikan kalian sebagai Umat yang pertengahan.(QS. Al Baqarah: 143). Beliau termasuk deretan ulama yang menyeru kepada dakwah Islam yang moderat dan menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan Radikal. Liberal dalam arti memahami Islam dengan standar hawa nafsu dan murni logika yang cenderung mencari pembenaran yang tidak ilmiah. Radikal dalam arti memaknai Islam dalam tataran tekstual yang

menghilangkan fleksibilitas ajarannya. Sehingga terkesan kaku dan tidak mampu

membaca realitas hidup. Padahal Rasulullah menegaskan : Hindarilah sifat

berlebihan dalam agama. Karena Umat sebelum kalian hancur hanya karena sifat tersebut. (HR. Bukhari). Di dalam istilah ini, tercermin karakter dasar Islam yang terpenting yang membedakan manhaj Islam dari metodologi-metodologi yang ada pada paham-paham, aliran-aliran, serta falsafah lain. Sikap wasathiyah Islam adalah satu sikap penolakan terhadap ekstremitas dalam bentuk kezaliman dan kebathilan. Ia tidak lain merupakan cerminan dari fithrah asli manusia yang suci yang belum tercemar pengaruh-pengaruh negatif.

Salah satu dari prinsip yang melandasi Islam Moderat yakni adalah sensitifitas yang artinya Islam diturunkan oleh Allah sebagai penuntun, pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan bagi umat manusia. Dengan fungsi ini Islam mengakibatkan perubahan cara pandang pemeluknya terhadap perempuan. Islam mendeklarasikan kesamaan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan.

Islam Moderat memandang perempuan mempunyai persamaan dengan laki – laki dalam hal kemuliaan dan juga Islam Moderat memandang bahwa setiap jenis laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan masing-masing. Allah memberikan kelebihan bagi laki-laki atas perempuan dengan satu derajat firman-Nya “dan bagi mereka (perempuan-perempuan) hak sebagaimana kewajiban dengan makruf, bagi kaum lelaki atas mereka derajat, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 228). Karenanya Allah SWT memberikan tugas lebih berat bagi lelaki atas kaum perempuan; kaum lelakilah

yang mengemban tugas-tugas berat seperti kenabian, kepemimpinan global (al-imamah al-uzhma), tugasqodho (peradilan), megimami shalat, jihad fi sabilillah. Sebagaimana diberikan kekhususan kepada kaum pria seperti penisbatan anak kepada bapaknya (lelaki), pembagian waris dua kali lipat atas bagian perempuan

dan sebagainya. Namun demikian, kelebihan tersebut yang merupakan karunia

dari Sang Pencipta alam semesta, tidak berarti pelecehan terhadap hak - hak asasi perempuan dan tidak sama sekali berarti sikap diskriminatif terhadap perempuan; tidak pula secara otomatis bahwa setiap lelaki lebih baik dari semua perempuan

Posisi perempuan dalam Islam Moderat bisa dikatakan adalah yang paling baik dari aliran Islam yang lain baik dari liberalis ataupun fundamentalis dilihat dari diwajibkannya seorang perempuan untuk mendapatkan pendidikan secara khusus, ini berkaitan dengan perannya sebagai seorang ibu di dalam keluarga, bagaimana perempuan diwajibkan untuk mendapatkan pendidikan dasar hingga pendidikan skill dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan zaman lalu bagaimana posisi perempuan di dalam Islam moderat mendapatkan kesetaraan dengan laki – laki secara umum adapun terkait tugas masing – masing dalam keluarga dan masyarakat ditetapkan sikap proporsional dalam hak dan kewajiban mereka, begitupun di dalam hal kepemimpinan Islam moderat memperbolehkan perempuan menjadi pemimpin selain dalam hal kekuasaan secara umum,

Islam Moderat juga berbicara mengenai peran social politik bagi kaum

perempuan, bisa dilihat dari tidak membeda – bedakannya antara laki – laki dan

: sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa, terdapat sebuah penegasan bahwa Allah SWT sama sekali tidak pilih kasih dalam hal pahala dan ganjaran. Allah juga tidak pilih kasih dalam hal dosa. Demikian pula persamaan dalam kewajiban-kewajibannya sebagai hamba termasuk pula kewajiban-kewajiban terhadap agamanya. Semua itu dilakukan dalam rangka menyiapkan perempuan muslimah untuk mengemban peran besar dalam kehidupan sosial politik umat. Dengan demikian pemikiran Islam moderat sangat mengakomodir peran-peran strategis dalam kehidupan sosial dan politik; peran dalam rumah tangga, peran di mesjid, memberantas buta aksara, peran arahan dan bimbingan masyarakat, pendidikan dan pengajaran, peran dalam amar makruf nahi munkar, peran memberdayakan sesama kaum perempuan, peran mengembangkan ilmu pengetahuan dan dakwah kepada kebajikan, peran-peran perempuan dalam bidang kesehatan dsb.

Dalam pemikiran Islam moderat bahkan menganjurkan perempuan –

perempuan muslimah untuk berperan aktif dalam rumah tangga, masyarakat, negara dan pemerintahan tanpa mengorbankan kewajiban-kewajibannya yang lain sebagai istri, ibu rumah tangga; karena semua hal tersebut dilakukan secara seimbang, moderat dan adil antara hak dan kewajiban, dengan tetap menjaga harga diri dan kehormatannya selaku makhluk Allah yang dimuliakan dan dihormati. Peran perempuan dalam ranah politik, khususnya dalam kesertaan di parlemen suatu negara, maka hal itu dibolehkan selama ada kemaslahatan. Kalimat dibolehkan disini tidak berarti keharusan dan kewajiban, tetapi diboleh dalam batas kemaslahtan dan kemudharatan. Kecuali posisi kepala negara, maka

hal tersebut diserahkan kepada lelaki, karena bagi perempuan secara umum amanat kepala negara merupakan suatu yang berat dan di luar kemampuan perempuan dalam menghadapi persoalan negara yang sangat kompleks dan pelik. Sangat nampak jelas bahwa peran perempuan di ranah sosial politik merupakan peran yang tidak boleh dikebiri dan dipasung. Perempuan bahkan sejatinya memainkan perannya dalam ranah ini sesuai dengan adab dan etika Islam, tanpa mengorbankan kehormatan dan kemuliaan dirinya sebagaimana diberikan penghargaan tersebut oleh Islam.

Dokumen terkait