• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Asuhan keperawatan pada Masalah Gangguan

2.4 Perencanaan

5. Nyeri berhubungan dengan kram otot akibat imobilisasi

6. Disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan imobilisasi

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik 8. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan deficit mobilisasi

2.4 Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2009).

Perawat membuat perencanaan intervensi teraupetik terhadap pasien yang bermasalah keejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko.

Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat resiko pasien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangannya pesien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup. Perencanaan keperawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan pasien untuk mempertahankan fungsi motorik dan kemandirian. Perawat dan pasien bekerja sama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan pasien dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal dimana pasien berada dirumah sakit ataupun dirumah (Potter dan Perry, 2005).

Pasien beresiko bahaya dikaitkan ketidak tepatan kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan cara keperawatan langsung melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Rencana asuhan keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :

22

1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat

2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal

3. Menunjukkan tingkat mobilisasi ditandai dengan indikator tingkat ketergantungan fisik individu (0-4) yaitu: mampu merawat diri sendiri secara penuh, memerlukan penggunaan alat, memerlukan bantuan atau pengawas orang lain, memerlukan bantuan, pengawas orang lain, dan peralatan, sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.

4. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dan ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran

5. Mencapai ROM penuh atau optimal 6. Mencegah kontraktur

7. Mempertahankan kepatenanjalan nafas

8. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal

9. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi 10.Memobilisasi sekresi jalan nafas

11.Mempertahankan fungsi kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, sistem perkemihan

12.Meningkatkan toleransi aktivitas 13.Mencapai pola eliminasi normal 14.Mempertahankan pola tidur normal 15.Mencapai sosialisasi

23 17.Mencapai stimulasi fisik dan mental

18.Memperbaiki gangguan psikologis dan koping individu yang efektif

Perencanaan keperawatan hambatan mobilisasi fisik menurut Carpenito (2009) antara lain :

2.4.1 Kriteria Hasil

Individu akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas, dengan indikator sebagai berikut :

1. Mendemonstrasikan cara penggunaan alat adaptif untuk meningkatkan mobilitas

2. Melakukan langkah-langkah pengaman untuk meminimalkan kemungkinan cedera

3. Menjelaskan rasional intervensi

4. Mendemonstrasikan langkah-langkah untuk meningkatkan mobilitas

2.4.2 Intervensi Keperawatan

Menurut Potter dan Perry (2005) intervensi pada diagnosa hambatan mobilitas fisik antara lain :

1. Kaji faktor penyebab

Trauma (misalnya, robekan kartilago, fraktur, amputasi), prosedur pembedahan (misalnya, perbaikan letak sendi, reduksi fraktur, bedah vascular), penyakit yang melemahkan (misalnya, diabetes, kanker, stroke) 2. Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal

Tingkatkan motivasi dan kepatuhan, jelaskan tentang masalah dan tujuan untuk setiap latihan fisik, pastikan latihan awal yang diberikan dapat dengan mudah dilakukan dan tidak membutuhkan kekuatan serta

24

koordinasi yang terlalu besar, peningkatan latihan hanya dilakukan jika individu berhasil menyelesaikan tahapan latihan saat ini.

3. Tingkatkan mobilitas ekstremitas, tentuka tipe ROM yang sesuai untuk pasien (Aktif, Pasif, Aktif asistif, atau aktif resistif).

Lakukan latihan ROM pasif atau ROM aktif asistif (instruksikan pasien untuk melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas yang sehat sedikitnya empat kali sehari jika memungkinkan, lakukan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit, selama latihan ROM tungkai dan lengan pasien harus digerakkan secara hati-hati didalam batas toleransi nyeri pasien, untuk latihan ROM pasif paling efektif dilakukan pada posisi telentang, individu yang dapat melakukan ROM aktif dapat dengan posisi telentang atau duduk).

4. Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi

Hindari tidur atau duduk dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama, ubah posisi persendian bahu setiap 2-4 jam.

2.4.3 Rasional

a. Program latihan fisik teratur yang meliputi ROM, isometric, dan aktifitas aerobik dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi

b. Periode pemanasan atau peregangan yang dilakukan perlahan sebelum memulai latihan akan membantu otot mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja yang lebih berat secara bertahap

c. Latihan fisik dibutuhkan untuk meningkatkan sirkulasi dan kekuatan kelompok otot yang diperlukan untuk ambulasi

25

d. ROM aktif meningkatkan massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan

e. ROM pasif meningkatkan mobilitas sendi dan sirkulasi

f. Imobilisasi yang lama dapat menyebabkan kontraktur permanen

g. Tirah baring yang lama dapat menyebabkan turunnya tekanan darah tiba-tiba kerena darah kembali ke sirkulasi parifer

h. Peningkatan aktifitas secara bertahap dapat mengurangi kelemahan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

26

Perancanaan Menurut NICNOC Perencanaan keperawatan Tujuan/kriteria hasil :

1. Memperlihatkan tidak mengalami gangguan mobilitas, dibuktikan oleh tidak mengalami gangguan keseimbangan, koordinasi, pergerakan sendi dan otot, berjalan dan bergerak.

2. Kekuatan otot ekstremitas 5 3. Keterbatasan mobilisasi 0

4. Rentang gerak dalam batas normal

Intervensi Keperawatan Rasional

Kaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan mobilitas pasien Kaji kekuatan otot pasien

Tentukan tingkat motifasi pasien

Pertahankan body alignment, dan posisi yang nyaman

Cegah pasien jatuh, berikan pagar pengaman pada tempat tidur

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif

Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman

Instruksikan pasien untuk memerhatikan kesejajaran tubuh yang benar

Monitor kulit yang tertekan, amati kemungkinan dekubitus

Tingkatkan aktifitas sesuai batas toleransi Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli terapi dalam merencanakan program latihan pasien

Mengumpulkan dan menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat

Mengumpulkan data menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat

Untuk mempertahankan atau

mengembalikan mobilitas sendi dan otot

Mencegah iritasi dan mencegah komplikasi

Mempertahankan keamanan pasien Meningkatkan sirkulasi dan

mencegah konraktur

Untuk mencegah meningkatnya keparahan fraktur

Untuk mempertahankan postur tubuh yang benar dan mencegah komplikasi

Memonitor dan mencegah gangguan integrasi kulit Mempertahankan tonus otot Kerja sama dalam perawatan holistik

27

Dokumen terkait